ABSTRACT
This research aims to know thecorrelation between Achievement Motivation with Adversity
Quotient for Students at Senior High School Palembang and used the correlational quantitative
research. The hypothesis proposed in this research is there is a correlation between Achievement
Motivation with Adversity Quotient for Students at Senior High School Palembang. The research
sample are 68 people consisting of 3 classes with ages ranging from 16-18 years. Data Analysis
methods use the spearman rank technique and SPSS Version 23 for windows. Hypothesis test
results show a significance value of 0,037 where is p<0.05, it means there is correlation between
Achievement Motivation with Adversity Quotient for Students at Senior High School Palembang.
Other word that one of the factors that can influence adversity quotient is achievement motivation.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity
quotient pada siswa di MA Palembang dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
korelasional. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi
berprestasi dengan adversity quotient pada siswa di MA Palembang. Sampel penelitian berjumlah
68 orang yang terdiri dari 3 kelas dengan rentang usia 16-18 tahun. Metode analisis data yang
digunakan adalah tekhnik non parametrikspearman rank dan menggunakan program SPSS version
23 for windows. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi 0,037, p<0,05 maka hasil ini
berartimenunjukan motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan adversity quotient pada siswa
MA Palembang, artinya salah satu faktor yang dapat mengaruhi adversity quotient adalah motivasi
berprestasi.
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|75
sukses yang tinggi, dapat mengatasi kesulitan Siswa yang memiliki adversity
dalam belajar, serta bertanggung jawab quotient tinggi akan mampu menghadapi
terhadap tugas yang diberikan, mereka juga kesulitan sebagai tanggung jawab pribadi
bercita-cita untuk duduk di bangku kuliah yang yang harus diselesaikan sendiri. Selain
dengan jurusan-jurusan yang mereka itu, siswa dengan adversity quotient tinggi
kehendaki. Bahkan ada alumni yang mengaitkan kesulitan hanya pada situasi
mendapatkan beasiswa dari Bank BNI untuk tersebut saja, tidak menganggap kesulitan
melanjutkan pendidikan S-1 berjumlah 18 dapat menembus semua aspek kehidupan lain.
orang. Siswa yang memiliki adversity quotient
Kemudian dalam proses pembelajaran rendah cenderung menganggap kesulitan yang
di dunia pendidikan tersebut tidak dapat muncul akan terus menerus terjadi, sehingga
dimungkiribahwa akan adanya kesulitan - mereka terus dibayangi hambatan-hambatan
kesulitan belajar yang menghambat siswa yang sering kali muncul. Setiap kesulitan,
dalam mencapai tujuan belajarnya. Kesulitan penyebabnya juga dianggap sebagai sesuatu
belajar adalah suatu keadaan dimana siswa yang terus akan muncul kembali dimasa yang
tidak mampu untuk menerima danmenyerap mendatang.
materi pelajaran dengan baik. Siswa diharapkan mampu keluar dari
Hal ini sejalan dengan pendapat pemikiran-pemikiran tersebut sehingga
Ahmadi dan Supriyono (1991) yang mampu menghadapi kesulitan dan
menyatakan bahwa “Dalam keadaan dimana menganggap penyebabnya hanya sebagai hal
anak didik/siswa tidak dapat belajar biasa terjadi dan segera mengambil tindakan
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut untuk menyelesaikannya. Dengan demikian
kesulitan belajar”. Siswa yang mengalami siswa mampu bertahan dalam meraih prestasi
kesulitan belajar memiliki berbagai macam yang diinginkan.Siswa diharapkan dapat
respon untukmenanggapi kesulitan yang memposisikan kesulitan sebagai alat untuk
menghampiri siswa dalam belajar. Ada siswa memperbaiki diri, bukan sebagai penghambat
yang putusasa dan berhenti dengan kata besar dalam kehidupan yang menyebakan
menyerah karena kesulitan dalam belajar prestasi belajar siswa turun.Adversity quotient
seperti susah dan tidak mengerti akan materi bukanlah sebuah kecerdasan yang bersifat
pelajaran. Hal ini berdampak terhadap minat permanen atau bawaan lahir namun adversity
belajar siswa hingga menurunnya motivasi quotient ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
belajar mereka. Dari penjelasan tersebut dapat
Selanjutnya menurut Stoltz (2002) dipahamibahwaadversity quetiont (AQ)
terdapat beberapa dimensi adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam
itu sendiri, yaitu kendali, asal-usul dan menghadapi masalah yang di anggapnya sulit
pengakuan, jangkauan, serta daya tahan. namun ia tetap bertahan dan berusaha
Siswa yang merespon kesulitan sebagai mencapai tujuan yang di inginkan seperti
cambuk agar dapat memotivasi dirinya mencapai tujuan dalam berprestasi sehingga
menjadi lebih baik inilah yang dianggap dalam diri individu terdapat dimensi-dimensi
memiliki daya tahan yang baik. Siswa dengan yang menyertainya seperti keyakinan dan
adversity quotient yang tinggi memegang kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas
peranan yang penting akan apa yang telah semudah dan sesulitapapun, bertanggung
dikerjakan. Hasil baik atau buruk dari setiap jawab dan fokus dalam menyelesaikan tugas
perbuatan dan pekerjaan menjadi tanggung yang diberikan sehingga siswa tertantang
jawab dan tidak menyalahkan orang lain. Bagi serta memiliki motivasi yang tinggi dalam
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
78| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat X ≤ 143 Rendah 9 13%
Tidak Setuju (STS).Dalam skala ini terdiri 143< X ≤176 Sedang 49 72%
X >176 Tinggi 10 15%
atas pernyataan yang bersifat favorable dan
unfavorable. Pernyataan favorable adalah Total 68 100%
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
80| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019
kategori sedang, dan 10 siswa atau 15% ada subjek atau persentase 9% berada dalam taraf
kategori tinggi pada siswa/i MA Palembang. kategori tinggi. 53 orang dengan persentase
Tabel 2. Kategorisasi Adversity Quotient 78% berada dalam taraf kategori
Skor Kategorisasi N % sedang.Sisanya 9 orang dengan persentase
X ≤ 122 Rendah 6 9%
13% berada dalam taraf kategori rendah.
122< X ≤ 143 Sedang 53 78%
Dapat disimpulkan bahwaadversity quotient
X > 143 Tinggi 9 13%
Total 68 100% siswa MA Palembang berada dalam taraf
sedang berdasarkan perhitungan data statistik.
Berdasarkan perhitungan kategorisasi Stoltz (2002) mengatakan
skor adversity quotient dapat disimpulkan bahwaadversity quotientadalah kemampuan
bahwa terdapat 6 siswa atau 9% pada kategori dan ketahanan seseorang dalam menghadapi
rendah, 53 siswa atau 78% pada kategori kesulitan, kegagalan, hambatan, tantangan
sedang, dan 9 siswa atau 13% pada kategori sekaligus mengubah kesulitan atau kegagalan
tinggi pada siswa/i MA Palembang. menjadi peluang untuk meraih tujuan dan
keberhasilan.Faktor-faktor pembentuk
Uji Hipotesis adversity quotientyaitu daya saing,
Uji hipotesis penelitian ini produktivitas, motivasi, mengambil resiko,
dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya perbaikan, ketekunan, belajar, merangkul
hubungan variabel X (motivasi berprestasi) perubahan, serta keuletan, stres, tekanan, dan
terhadap variabel Y (adversity kemunduran.
quotient).Perhitungan statistik yang Kemudian Pangma, dkk, (2009)
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis mengatakan ada faktor yang mempengaruhi
non parametrikspearman rank. Hasil uji adversity quotient remaja pada saat
hipotesis antara kedua variabel tersebut dapat menempuh bangku sekolah yakni motivasi
dilihat pada tabel berikut ini: berprestasi.
Tabel 3. Deskripsi Hasil Uji Hipotesis Selanjutnya, berdasarkan hasil
Spearman’s Keterang perhitungan kategorisasi skor variabel
Variabel Sig. (p)
rho an motivasi berprestasi, dari 68 sampel
Motivasi penelitian didapati 9 orang subjek atau
Berprestasi persentase 13% berada dalam taraf kategori
>< 0,253 0,037 Signifikan
tinggi. 49 orang dengan persentase 72%
Adversity
Quotient berada dalam taraf kategori sedang. Sisanya
10 orang dengan persentase 15% berada
Berdasarkan hasil analisis di atas dalam taraf kategori rendah. Dapat
diperoleh bahwa besarnya koefisien korelasi disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa
antara variabel motivasi berprestasi dengan MA Palembang berada dalam taraf sedang.
adversity quotient sebesar 0,253 dengan nilai Menurut Atkinson (2008) motivasi
signifikansi 0,037 dimana p<0,05 maka hasil berprestasi merupakan kecenderungan umum
ini berartimenunjukan motivasi berprestasi yang dimiliki untuk berjuang demi
memiliki hubungan dengan adversity quotient memperoleh keberhasilan dan memilih
pada siswa MA Palembang. kegiatan keberhasilan atau kegagalan yang
Berdasarkan hasil perhitungan berorientasi pada sasaran.
kategorisasi skor variabel adversity quotient, Motivasi berprestasi adalah dorongan
dari 68 sampel penelitian didapati 6 orang dari dalam diri individu untuk bergerak dan
mengarahkan perilakunya dengan segala
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|81
membantu siswa/i meningkatkan motivasi Riko, Bocah 8 Tahun yang Harus Urus
berprestasi dengan cara memberikan reward Ibunya. Retrieved May 31, 2019, from
atau berbagai macam stimulus lainnya https://regional.kompas.com/read/2017/0
kepada siswa yang memiliki prestasi. Serta 7/19/20435101/masyarakat-mulai-bantu-
mengadakan program pengembangan diri dan riko-bocah-8-tahun-yang-harus-urus-
program kunjungan yang dapat membantu ibunya
siswa menjadi mandiri dan memiliki Pangma, R., Tayraukham, S.,
kecerdasan ketangguhan dalam menghadapi &Nuangchalerm, P. (2009). Causal
suatu masalah. Bagi peneliti selanjutnya yang Factors Influencing Adversity Quotient
tertarik untuk meneliti tentang motivasi of Twelfth Grade and Third-Year
berprestasi dengan adversity quotient pada Vocational Students. Of Social Sciences,
siswa agar dapat mencari populasi responden 466–470.
yang lebih banyak lagi. Dan akan lebih baik Reza, I. F. (2016). Penyusunan Skala
jika meneliti variabel lain yang terdapat pada Psikologi Memahami Manusia Secara
faktor-faktor dalam variabel adversity Empiris. Palembang: Noer Fikri Offset.
quotient. Serta menambah analisis data Royanto, L. (2002). Motivasi Berprestasi
berupa analisis regresi agar dapat melihat ditumbuhkan Dalam Keluarga. Majalah
seberapa besar pengaruh variabel bebas Ayah Bunda.
terhadap variabel terikat. Sarwono, S., & EA. Meinarno. (2018).
Pengantar Psikologi Sosial (2nd ed.).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Salemba Humanika.
Ahmadi dan Supriyono. (1991). Psikologi Stoltz, P. (2002). Adversity Quotient,
Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Atkinson, J. (2008). Motivation and Jakarta: PT GramediaWidiasarana
Achievement. Washington: V.H. Winston Indonesia.
and Son. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandung: Alfabeta.
Diana. (2008). Study Deskriptif tentang
Adversity Quotient pada Siswa Kelas
Akselerasi di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Malang (SMAN 1 Malang).
Malang : Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negri Malang.
Gerungan. (2010). Psikologi Sosial. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Junaedi. (2015). Kisah Bocah 6 Tahun Jadi
Tulang Punggung Keluarga Urus Ibu dan
Kakak yang Sakit. Retrieved May 31,
2019, from
https://regional.kompas.com/read/2015/0
4/06/12505631/Kisah.Bocah.6.Tahun.Ja
di.Tulang.Punggung.Keluarga.Urus.Ibu.
dan.Kakak.yang.Sakit
Neke, D. (2017). Masyarakat Mulai Bantu
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468