Anda di halaman 1dari 9

Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No.

1 Juni 2019: 74-82

MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ADVERSITY QUOTIENT PADA SISWA


MADRASAH ALIYAH DI KOTA PALEMBANG

Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati


Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Korespondensi Email: budiman_uin@radenfatah.ac.id

ABSTRACT
This research aims to know thecorrelation between Achievement Motivation with Adversity
Quotient for Students at Senior High School Palembang and used the correlational quantitative
research. The hypothesis proposed in this research is there is a correlation between Achievement
Motivation with Adversity Quotient for Students at Senior High School Palembang. The research
sample are 68 people consisting of 3 classes with ages ranging from 16-18 years. Data Analysis
methods use the spearman rank technique and SPSS Version 23 for windows. Hypothesis test
results show a significance value of 0,037 where is p<0.05, it means there is correlation between
Achievement Motivation with Adversity Quotient for Students at Senior High School Palembang.
Other word that one of the factors that can influence adversity quotient is achievement motivation.

Keywords: Achievement Motivation, Adversity Quotient

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity
quotient pada siswa di MA Palembang dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
korelasional. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi
berprestasi dengan adversity quotient pada siswa di MA Palembang. Sampel penelitian berjumlah
68 orang yang terdiri dari 3 kelas dengan rentang usia 16-18 tahun. Metode analisis data yang
digunakan adalah tekhnik non parametrikspearman rank dan menggunakan program SPSS version
23 for windows. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi 0,037, p<0,05 maka hasil ini
berartimenunjukan motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan adversity quotient pada siswa
MA Palembang, artinya salah satu faktor yang dapat mengaruhi adversity quotient adalah motivasi
berprestasi.

Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Adversity Quotient

PENDAHULUAN mencoba untuk mengenali dan memahami


Manusia adalah makhluk sosial yang kebutuhan satu sama lain, membentuk
memiliki kebutuhan untuk berhubungan interaksi serta berusaha mempertahankan
dengan orang lain, manusia juga mempunyai interaksi tersebut (Dalam Sarwono & EA.
kebutuhan untuk berinteraksi secara sosial Meinarno, 2018).
demi memenuhi kebutuhan biologisnyayaitu Interaksi sosial diperlukan di dalam
makanan, minuman, dan lain-lain. Menurut kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial
(Gerungan, 2010) pada dasarnya pribadi merupakan sebuah fondasi di dalam hubungan
manusia tidak sanggup hidup seorang diri bermasyarakat dengan berdasarkan norma dan
tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya. nilai yang berlaku di dalam masyarakat
Pearson manusia adalah makhluk tersebut. Salah satu fungsi interaksi sosial
sosial artinya sebagai makhluk sosial kita adalah guna mendiskusikan persoalan.Karena
tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita manusia di dalam hidup pastinya tidak
selalu menjalin hubungan dengan orang lain, terlepas dari berbagai persoalan.

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|75

Persoalan-persoalan itu mampu beliau berusia delapan tahun.Pengasuhannya


membangun jiwa seseorang menjadi lebih pun diambil alih oleh Abu Thalib,
baik.Tidak ada manusia yang tidak pamannya.Cobaan tidak berhenti sampai di
mempunyai persoalan atau masalah di dalam situ, Beliau juga harus ikut menderita ketika
hidupnya.Maka fungsi interaksi sosial sangat Bani Hasyim diboikot di sebuah lembah gara-
diperlukan untuk menunjang penyelesaian gara “ulah” dakwah beliau. Ujian selanjutnya
persoalan tersebut.Lalu persoalan-persoalan adalah di saat risalah dakwah tauhid sedang
yang timbul itu menuntut manusia harus “naik daun”, Nabi Muhammad harus ditinggal
memiliki ketangguhan agar dapat bertahan wafat oleh istrinya Siti Khadijah kemudian
dalam berbagai macam situasi selang beberapa bulan
kehidupan.Kecerdasan ketangguhan inilah Abu Thalib pun meninggal
yang disebut adversity quotient (AQ). dunia.Tahun itu lebih dikenal dengan sebutan
Diana (2008) mengemukakan bahwa „amulhuzni, tahun kesedihan. Itu adalah
adversity quotient merupakan bentuk sebagian dari ujian yang ditimpakan kepada
kecerdasan yang melatarbelakangikesuksesan Rasulullah saw.
seseorang dalam menghadapi sebuah Sebagaimana dikutip dari kisah AL
tantangan disaat terjadi kesulitan atau bocah berumur 6 tahunasal Desa Batetangnga,
kegagalan. Individu yang mempunyai Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. Bocah
adversity quotient yang kuat akan mampu berusia 6 tahun ini ditinggal wafat ayahnya
mengalami kesulitan-kesulitan atau masalah setahun lalu.Sejak saat itu, AL harus
yang dihadapi dalam hidupnya. Setiap orang menghidupi ibunya AM (55) yang mengalami
pada umumnya memiliki tingkat adversity kebutaan dan tuli, begitu juga kakaknya JM
quotient yang berbeda, karena itu ada yang (12) yang memiliki keterbelakangan mental,
mampu bertahan sementara orang lain gagal dan adiknya yang masih berusia 3 tahun. AL
atau bahkan mengundurkan diri. yang masih duduk di bangku Pendidikan
Agama Islam pertama kali Anak Usia Dini (PAUD) itu, membantu
memperkenalkan kita dengan cerita Rasul ibunya memasak di pagi hari. Kemudian
yang memiliki adversity quotient (AQ) atau membantu adiknya yang masih kecil untuk
yang lebih dikenal dengan Rasul ulul memulai aktivitas, begitu juga membantu
„azmi.Rasul Ulul „Azmiberarti para rasul kakaknya yang memiliki keterbelakangan
yang Allah anugerahkan kekuatan dan mental tersebut. Semua hal dilakukan AL
kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi sendirian karena tidak ada yang bisa
ujian dan cobaan dakwah. Ada lima rasul diharapkan dari anggota keluarganya yang
yang tergolong Rasul Ulul „Azmi, yaitu Nabi lain. Hal tersebut membuatnya menjadi tulang
Nuha.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., punggung keluarga.Sekarang AL telah duduk
Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad saw. di bangku kelas 3 SD berkat bantuan dari
Ketangguhan Nabi Muhammad saw. berbagai pihak (Junaedi, 2015).
diuji saat Beliau berusia anak-anak. Ketika Hal yang sama juga dialami oleh RK
Beliau masih dalam kandungan ibunya Siti yang berasal dari Kota Baubau, Sulawesi
Aminah, ia harus ditinggal mati oleh ayahnya, Tenggara. Dikutip darim RK sudah harus
Abdullah. Pada usia 6 tahun, Muhammad menjadi tulang punggung keluarga. Ayahnya
kecil harus sudah menjadi yatim piatu karena LU telah meninggal dunia sejak tiga tahun
ibunda tercintanya meninggal dunia. Beliau lalu, sementara sang ibu WE (27), saat ini
pun diasuh oleh kakeknya, Abdul memiliki keterbelakangan mental dan
Muthalib.Kemudian kakeknya wafat saat menderita penyakit tumor di kepalanya. Dia
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
76| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019

pun setiap hari harus membanting tulang Atkinson (2008) mengemukakan


untuk mencari uang agar bisa membeli beras bahwa motivasi berprestasi disebut tinggi
untuk makan buat ibu dan seorang adiknya, apabila keinginan untuk sukses lebih besar
WL yang berusia 7 tahun. Sepulang sekolah daripada ketakutan pada kegagalan. Lebih
RK jual ikan dan cari agar-agar (rumput laut) lanjut Atkinson menyatakan bahwa seseorang
untuk makan sehari-hari.Biasanya dapat uang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
dari jual ikan Rp 2.000 dan agar-agar Rp memiliki salah satu ciri yaitu memiliki
8.000.Saat ini RK duduk di kelas 3 dan WL tanggung jawab yang tinggi pada tugasnya,
adiknya duduk di kelas 2 di SD 1 Bataraguru melakukan usaha yang keras untuk mencapai
di Kelurahan Palabusa, Kecamatan Lowu- kesuksesan dan tidak memikirkan kegagalan.
lowu.Usai pulang sekolah, keduanya sudah Senada dengan hal tersebut, orang
membagi tugas merapikan rumah panggung yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
berukuran 3x4 meter dan berdinding cenderung mempunyai harapan untuk
jalajah.Tak ada sekat antara kamar dengan keberhasilan yang tinggi, terutama jika
dapur dalam rumah tersebut.Setiap harinya dihadapkan pada tugas dengan resiko dan
RK harus mengambil air di rumah kesulitan yang tingkatnya sedang dan sulit.
tetangganya, sementara WL mencuci Berbeda dengan orang yang motivasi
piring.Setelah itu WL menjaga ibunya dan berprestasi rendah, cenderung untuk
RK keluar menjual ikan milik para nelayan menghindari tugas dengan resiko sedang,
yang juga masih tetangganya.Ia berjalan karena tugas dengan resiko sedang akan
berkeliling kampung sambil berjualan ikan. menimbulkan kecemasan besar sehingga
Setelah berjualan ikan, bocah lelaki ini dipilih tugas yang paling mudah atau sulit.
kemudian menuju ke pantai dan mengikat Terkait hal tersebut, fenomena yang
rumput laut bersama para warga lainnya ditemukan di Madrasah Aliyah Swasta
(Neke, 2017). Palembang yang di dapatkan peneliti melalui
Ketiga bocah tersebut diyakini observasi dan wawancara tidak terstruktur
mempunyai adversity quotient yang tinggi kepada salah satu guru berinisial DJ pada
sesuai dengan karakteristik orang yang tanggal 23 November 2018, DJ
memiliki adversity quotient tinggi (climbers). mengungkapkan bahwasebagian besar
Selanjutnya mengemukakan ada beberapa siswanya berasal dari panti asuhan dan
faktor yang mempengaruhi adversity quotient keluarga kurang mampu yang pastinya
seseorang diantaranya daya saing, mereka memiliki banyak sekali keterbatasan
produktivitas, belajar, ketekunan, dan kesulitan seperti kurangnya perlengkapan
pengambilan resiko, perbaikan, keuletan, serta sekolah, kurangnya buku hingga tidak adanya
motivasi (Stoltz, 2002). uangjajan. Namun dibalik keterbatasan dan
Pangma, dkk, (2009) menyebutkan kesulitan tersebut, mereka dapat
ada faktor yang mempengaruhi adversity menghadapinya. Mereka yang berasal dari
quotient remaja pada saat menempuh bangku panti asuhan dan keluarga kurang mampu
sekolah yakni motivasi berprestasi. tetap memiliki prestasi di bidang akademik
Sedangkan Royanto (2002) mengemukakan misalnya mendapatkan peringkat di dalam
bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan kelas dan non-akademik misalnya
mencapai prestasi sebaik-baiknya, biasanya mendapatkan juara di perlombaan ekstra
yang menjadi ukurannya adalah diri sendiri kurikuler yang sering mereka ikuti diluar jam
(internal) ataupun orang lain (eksternal). sekolah. Mereka jarang mengeluh, mentaati
peraturan, memiliki cita-cita dan harapan
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|77

sukses yang tinggi, dapat mengatasi kesulitan Siswa yang memiliki adversity
dalam belajar, serta bertanggung jawab quotient tinggi akan mampu menghadapi
terhadap tugas yang diberikan, mereka juga kesulitan sebagai tanggung jawab pribadi
bercita-cita untuk duduk di bangku kuliah yang yang harus diselesaikan sendiri. Selain
dengan jurusan-jurusan yang mereka itu, siswa dengan adversity quotient tinggi
kehendaki. Bahkan ada alumni yang mengaitkan kesulitan hanya pada situasi
mendapatkan beasiswa dari Bank BNI untuk tersebut saja, tidak menganggap kesulitan
melanjutkan pendidikan S-1 berjumlah 18 dapat menembus semua aspek kehidupan lain.
orang. Siswa yang memiliki adversity quotient
Kemudian dalam proses pembelajaran rendah cenderung menganggap kesulitan yang
di dunia pendidikan tersebut tidak dapat muncul akan terus menerus terjadi, sehingga
dimungkiribahwa akan adanya kesulitan - mereka terus dibayangi hambatan-hambatan
kesulitan belajar yang menghambat siswa yang sering kali muncul. Setiap kesulitan,
dalam mencapai tujuan belajarnya. Kesulitan penyebabnya juga dianggap sebagai sesuatu
belajar adalah suatu keadaan dimana siswa yang terus akan muncul kembali dimasa yang
tidak mampu untuk menerima danmenyerap mendatang.
materi pelajaran dengan baik. Siswa diharapkan mampu keluar dari
Hal ini sejalan dengan pendapat pemikiran-pemikiran tersebut sehingga
Ahmadi dan Supriyono (1991) yang mampu menghadapi kesulitan dan
menyatakan bahwa “Dalam keadaan dimana menganggap penyebabnya hanya sebagai hal
anak didik/siswa tidak dapat belajar biasa terjadi dan segera mengambil tindakan
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut untuk menyelesaikannya. Dengan demikian
kesulitan belajar”. Siswa yang mengalami siswa mampu bertahan dalam meraih prestasi
kesulitan belajar memiliki berbagai macam yang diinginkan.Siswa diharapkan dapat
respon untukmenanggapi kesulitan yang memposisikan kesulitan sebagai alat untuk
menghampiri siswa dalam belajar. Ada siswa memperbaiki diri, bukan sebagai penghambat
yang putusasa dan berhenti dengan kata besar dalam kehidupan yang menyebakan
menyerah karena kesulitan dalam belajar prestasi belajar siswa turun.Adversity quotient
seperti susah dan tidak mengerti akan materi bukanlah sebuah kecerdasan yang bersifat
pelajaran. Hal ini berdampak terhadap minat permanen atau bawaan lahir namun adversity
belajar siswa hingga menurunnya motivasi quotient ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
belajar mereka. Dari penjelasan tersebut dapat
Selanjutnya menurut Stoltz (2002) dipahamibahwaadversity quetiont (AQ)
terdapat beberapa dimensi adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam
itu sendiri, yaitu kendali, asal-usul dan menghadapi masalah yang di anggapnya sulit
pengakuan, jangkauan, serta daya tahan. namun ia tetap bertahan dan berusaha
Siswa yang merespon kesulitan sebagai mencapai tujuan yang di inginkan seperti
cambuk agar dapat memotivasi dirinya mencapai tujuan dalam berprestasi sehingga
menjadi lebih baik inilah yang dianggap dalam diri individu terdapat dimensi-dimensi
memiliki daya tahan yang baik. Siswa dengan yang menyertainya seperti keyakinan dan
adversity quotient yang tinggi memegang kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas
peranan yang penting akan apa yang telah semudah dan sesulitapapun, bertanggung
dikerjakan. Hasil baik atau buruk dari setiap jawab dan fokus dalam menyelesaikan tugas
perbuatan dan pekerjaan menjadi tanggung yang diberikan sehingga siswa tertantang
jawab dan tidak menyalahkan orang lain. Bagi serta memiliki motivasi yang tinggi dalam
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
78| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019

mencapai kesuksesan dalam dunia peluang Adversity quotient diukur dengan


pendidikan. Selama ini adversity quotient dari menggunakan skala Adversity Quotien dari
Stoltz cenderung digunapakai di dunia kerja Stoltz (2002) yang telah diadaptasi ke dalam
dan belum mendapat perahitan luas dalam bahasa Indonesia terdiri dimensicontrol
bidang pendidikan maka itu, peneliti tertarik (kendali), dimensi origin (asal-usul) dan
untuk mengkaji mengenai hubungan motivasi dimensi ownership (pengakuan), dimensi
berperestasi dengan adversity quotient pada reach (jangkauan) dan dimensi endurance
siswa MA di Kota Palembang. (daya tahan). Makin tinggi skor yang
diperoleh menggambarkan tingginya
METODE PENELITIAN adversity quotient yang dimiliki oleh siswa
Pendekatan Penelitian dan sebalaiknya.
Dalam penelitian ini, penulis Motivasi berprestasi adalah dorongan
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. dari dalam diri seseorang untuk bergerak dan
Penelitian kuantitatif adalah peneltian yang mengarahkan perilakunya dengan segala
menekankan analisisnya pada data-data kemampuannya terhadap aktivitas yang
numerikal (angka) yang diolah dengan dilakukan untuk mencapai prestasi yang
metode statistika (Azwar, 2011). diinginkan secara maksimal.yang diukur
berdasarkan aspek-aspek motivasi berpretasi
Identifikasi Variabel Penelitian menurut Mc. Clellandyaitu mempunyai
Menurut Azwar (2011) identifikasi tanggung jawab pribadi, umpan balik,
variabel merupakan langkah penetapan melakukan antisipasi (resiko), bekerja kreatif,
variabel-variabel utama dalam penelitian dan berusaha mencapai cita-cita (suka tantangan),
penentuan dari fungsinya masing-masing. dan melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Sugiyono (2014) menyatakan bahwa variabel (tujuan realistis). Makin tinggi skor yang
penelitian merupakan suatu atribut atau sifat diperoleh menggambarkan tingginya
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa.
mempuanyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian Populasi dan Sampel Penelitian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, Populasi Penelitian
peneliti menggunakan dua variabel penelitian, Populasi adalah keseluruhan dari
yaitu: Variabel bebas (x): Motivasi subjek penelitian. Populasi menurut Azwar
Berprestasi dan Variabel terikat (y): Adversity (2011) adalah kelompok subjek yang hendak
Quotient dikenai generalisasi hasil penelitian. Lebih
lanjut, Azwar (2011) mengungkapkan bahwa
Definisi Operasional Variabel Penelitian sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini
Definisi operasional adalah suatu harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik
definisi mengenai variabel yang dirumuskan yang sama. Berdasarkan definisi tersebut
melalui karakteristik-karakteristik yang maka populasi dalam penelitian ini adalah 68
diamati (Azwar, 2011). Adapun definisi siswa-siswi MA Palembang
operasional penelitian ini adalah sebagai
berikut: Sampel Penelitian
Adversity Quotient adalah Menurut Azwar (2011) sampel adalah
ketangguhan dan kegigihan seorang siswa sebagian dari populasi. Sampel adalah bagian
dalam mengikuti proses belajar dan mengajar dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
serta mampu merubah kesulitan menjadi oleh populasi (Sugiyono, 2014)Sampel pada
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|79

penelitian diambil dengan menggunakan Analisis Data


teknik sampling jenuh. Sugiyono (2014) Sebelum dilakukan analisis data
menyatakan teknik sampling jenuh adalah peneliti melakukan uji validitas dan
teknik penentuan sampel bila semua anggota reliabilitas yang bertujuan untuk
populasi digunakan sebagai sampel, istilah mengetahutingkat keabsahan suatu isntrumen
lain sampel jenuh adalah sensusdimana semua ukur.
anggota populasi dijadikan sampel. Alasan Selanjutnya dilakukan uju asumsi,
peneliti menggunakan teknik sampling jenuh hasil pengolahan data melaporkan bahwa data
karena jumlah populasi yang relatif kecil yang dianalisis dinyatakan tidak berdistribusi
yaitu 68. normal maka dari itu untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Teknik Pengumpulan Data analisis non parametrik dengan tekhnik
Metode yang digunakan dalam spearman rank untuk mengetahui hubungan
penelitian ini adalah dengan menggunakan antara variabel bebas (Motivasi Berprestasi)
metode kuantitatif. Dalam penelitian ini dengan variabel terikat (Adversity Quotient)
peneliti menggunakan skala defferensial yang terjadi pada siwa-siswi Madrasah Aliyah
untuk mengukur adversity quotient dan skala Palembang.
likert untuk mengukur motivasi berprestasi.
Skala defferensial adalah skala yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk mengukur Katergorisasi Variabel Responden
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai Penelitian
oleh seseorang. Skala defferensial tersusun Menurut Saifuddin (Azwar, 2011)
dalam satu garis kontinum yang jawaban yang tujuan kategorisasi jenjang atau ordinal adalah
“sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, menempatkan individu ke dalam kelompok-
atau sebaliknya. Kemudian data yang kelompok yang terpisah secara berjenjang
diperoleh adalah data interval (Sugiyono, menurut suatu kontinum berdasarkan atribut
2014). yang diukur.
Skala likert digunakan untuk Dalam penelitian ini peneliti
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi menyusun variabel penelitian dengan jumlah
seseorang atau kelompok orang tentang 3 kategorisasi dalam menentukan norma
fenomena sosial. Adapun bentuk skala likert kategorisasi setiap variabel, peneliti
dalam penelitian ini berupa pernyataan menggunakan penentuan norma berdasarkan
dengan empat alternatif bentuk jawaban yang norma empiric.
harus dipilih oleh responden.Alternatif Tabel 1. Kategorisasi Motivasi Berprestasi
jawaban yang disedikanyaitu Sangat Setuju Skor Kategorisasi N %

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat X ≤ 143 Rendah 9 13%
Tidak Setuju (STS).Dalam skala ini terdiri 143< X ≤176 Sedang 49 72%
X >176 Tinggi 10 15%
atas pernyataan yang bersifat favorable dan
unfavorable. Pernyataan favorable adalah Total 68 100%

pernyataan yang mendukung variabel


penelitian. Sedangkan pernyataan unfavorable Berdasarkan perhitungan kategorisasi
merupakan pernyataan yang kurang atau skor variabel motivasi berprestasi dapat
tidak mendukung variabel penelitian (Reza, disimpulkan bahwa terdapat 9 siswa atau 13%
2016). pada kategori rendah, 49 siswa atau 72% pada

P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
80| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019

kategori sedang, dan 10 siswa atau 15% ada subjek atau persentase 9% berada dalam taraf
kategori tinggi pada siswa/i MA Palembang. kategori tinggi. 53 orang dengan persentase
Tabel 2. Kategorisasi Adversity Quotient 78% berada dalam taraf kategori
Skor Kategorisasi N % sedang.Sisanya 9 orang dengan persentase
X ≤ 122 Rendah 6 9%
13% berada dalam taraf kategori rendah.
122< X ≤ 143 Sedang 53 78%
Dapat disimpulkan bahwaadversity quotient
X > 143 Tinggi 9 13%
Total 68 100% siswa MA Palembang berada dalam taraf
sedang berdasarkan perhitungan data statistik.
Berdasarkan perhitungan kategorisasi Stoltz (2002) mengatakan
skor adversity quotient dapat disimpulkan bahwaadversity quotientadalah kemampuan
bahwa terdapat 6 siswa atau 9% pada kategori dan ketahanan seseorang dalam menghadapi
rendah, 53 siswa atau 78% pada kategori kesulitan, kegagalan, hambatan, tantangan
sedang, dan 9 siswa atau 13% pada kategori sekaligus mengubah kesulitan atau kegagalan
tinggi pada siswa/i MA Palembang. menjadi peluang untuk meraih tujuan dan
keberhasilan.Faktor-faktor pembentuk
Uji Hipotesis adversity quotientyaitu daya saing,
Uji hipotesis penelitian ini produktivitas, motivasi, mengambil resiko,
dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya perbaikan, ketekunan, belajar, merangkul
hubungan variabel X (motivasi berprestasi) perubahan, serta keuletan, stres, tekanan, dan
terhadap variabel Y (adversity kemunduran.
quotient).Perhitungan statistik yang Kemudian Pangma, dkk, (2009)
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis mengatakan ada faktor yang mempengaruhi
non parametrikspearman rank. Hasil uji adversity quotient remaja pada saat
hipotesis antara kedua variabel tersebut dapat menempuh bangku sekolah yakni motivasi
dilihat pada tabel berikut ini: berprestasi.
Tabel 3. Deskripsi Hasil Uji Hipotesis Selanjutnya, berdasarkan hasil
Spearman’s Keterang perhitungan kategorisasi skor variabel
Variabel Sig. (p)
rho an motivasi berprestasi, dari 68 sampel
Motivasi penelitian didapati 9 orang subjek atau
Berprestasi persentase 13% berada dalam taraf kategori
>< 0,253 0,037 Signifikan
tinggi. 49 orang dengan persentase 72%
Adversity
Quotient berada dalam taraf kategori sedang. Sisanya
10 orang dengan persentase 15% berada
Berdasarkan hasil analisis di atas dalam taraf kategori rendah. Dapat
diperoleh bahwa besarnya koefisien korelasi disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa
antara variabel motivasi berprestasi dengan MA Palembang berada dalam taraf sedang.
adversity quotient sebesar 0,253 dengan nilai Menurut Atkinson (2008) motivasi
signifikansi 0,037 dimana p<0,05 maka hasil berprestasi merupakan kecenderungan umum
ini berartimenunjukan motivasi berprestasi yang dimiliki untuk berjuang demi
memiliki hubungan dengan adversity quotient memperoleh keberhasilan dan memilih
pada siswa MA Palembang. kegiatan keberhasilan atau kegagalan yang
Berdasarkan hasil perhitungan berorientasi pada sasaran.
kategorisasi skor variabel adversity quotient, Motivasi berprestasi adalah dorongan
dari 68 sampel penelitian didapati 6 orang dari dalam diri individu untuk bergerak dan
mengarahkan perilakunya dengan segala
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
Rima Melati Farisuci, Budiman, Lukmawati Motivasi Berprestasi Dengan Adversity Quotient…|81

kemampuannya terhadap aktivitas yang yang memiliki adversity quotient rendah


dilakukan untuk mencapai prestasi yang (quitters) akan diikuti pula oleh motivasi yang
diinginkan secara maksimal. Individu yang rendah. Siswa di MA Palembang yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi notabennya adalah siswa yang berasal dari
cenderung untuk selalu mencapai apa yang di panti asuhan dan keluarga kurang mampu
inginkannya, walaupun terdapat berbagai pastinya mereka mengalami kesulitan dalam
halangan dan rintangan. Ia tidak akan mudah beberapa hal. Siswa yang mengalami
puas dengan apa yang telah dicapainya dan kesulitan dalam beberapa hal tersebut
cenderung akan berusaha lebih baik lagi memiliki berbagai macam respon
untuk mendapat pencapaian yang lebih baik untukmenanggapinya. Ada siswa yang
lagi untuk mendapatkan pencapaian yang putusasa dan berhenti dengan kata menyerah,
lebih baik lagi dengan cara positif. Seperti ada pula siswa yang memberikan respon yang
bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam baik atas kesulitan yang dihadapinya. Siswa
belajar. Sebaliknya individu yang memiliki menjadikan kesulitan yang dialaminya
motivasi berprestasi rendah ia cenderung akan sebagai cambuk untuk memotivasi dirinya
mudah menyerah serta merasa puas atas untuk belajar lebih giat lagi agar dapat
pencapaian yang diraihnya. Dari uraian diatas menaklukan kesulitan belajar tersebut
didapat hasil bahwa motivasi berprestasi sehingga ia dapat memahami materi
sangat berpengaruh terhadap ketahanan siswa pelajaran, siswa yang demikian disebut siswa
dalam menghadapi suatu permasalahan. yang mempunyai Adversity Quotient tinggi.
Menurut Pangma, dkk, (2009) bahwa
denganmotivasi maka individu mempunyai SIMPULAN
semacam ambisi, dan dari ambisinya itu Berdasarkan hasil analisis data, telah
individu mencoba dengankeberaniannya terbukti bahwa ada hubungan antara motivasi
untuk mengalahkan segala sesuatu. berprestasi dengan adversity quotient pada
Dalam Islam, Allah swt akan siswa MA Palembang. Hal ini terbukti
memuliakan orang yang menuntut ilmu melalui nilai signifikansi sebesar 0,037
sebagaimana Firman-Nya : Artinya : “Allah dimana p<0,05. Maka dapat disimpulkan
akan meninggikan orang-orang yang beriman bahwa hipotesis yang diajukan, bahwa ada
di antaramu dan orang-orang yang diberi hubungan antara motivasi berprestasi dengan
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al adversity quotient pada siswa MA
Mujadalah [58]: 11) Palembang terbukti dan dapat diterima.
Dari ayat tersebut Allah swt
mendorong manusia untuk selalu melakukan SARAN
aktifitas, khususnya senantiasa menuntut ilmu Berdasarkan pembahasan yang telah
dari berbagai sumber. Selama manusia dipaparkan sebelumnya,maka saran-saran
menuntut ilmu, mereka akan terdorong untuk yang diajukan dari hasil penelitian ini yaitu:
berlomba-lomba dalam menggapai prestasi. Bagi siswa/i diharapkan dapat tetap
Adversity quotient merupakan faktor meningkatkan dorongan dari dalam diri untuk
yang erat kaitannya dengan motivasi. Individu bersaing agar dapat berprestasi dengan cara
yang memiliki adversity quotient tinggi disiplin dalam belajar. Serta meningkatkan
(climbers) akan diikuti oleh motivasi yang kemampuan ketangguhan dari dalam diri
tinggi pula, individu yang memiliki adversity dengan cara mampu memiliki daya tahan
quotient moderat (campers) akan diikuti oleh serta mandiri dalam menghadapi kesulitan di
motivasi yang kurang maksimal, dan individu dunia sekolah. Bagi sekolahsupaya dapat
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468
82| Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol. 5 No. 1 Juni 2019

membantu siswa/i meningkatkan motivasi Riko, Bocah 8 Tahun yang Harus Urus
berprestasi dengan cara memberikan reward Ibunya. Retrieved May 31, 2019, from
atau berbagai macam stimulus lainnya https://regional.kompas.com/read/2017/0
kepada siswa yang memiliki prestasi. Serta 7/19/20435101/masyarakat-mulai-bantu-
mengadakan program pengembangan diri dan riko-bocah-8-tahun-yang-harus-urus-
program kunjungan yang dapat membantu ibunya
siswa menjadi mandiri dan memiliki Pangma, R., Tayraukham, S.,
kecerdasan ketangguhan dalam menghadapi &Nuangchalerm, P. (2009). Causal
suatu masalah. Bagi peneliti selanjutnya yang Factors Influencing Adversity Quotient
tertarik untuk meneliti tentang motivasi of Twelfth Grade and Third-Year
berprestasi dengan adversity quotient pada Vocational Students. Of Social Sciences,
siswa agar dapat mencari populasi responden 466–470.
yang lebih banyak lagi. Dan akan lebih baik Reza, I. F. (2016). Penyusunan Skala
jika meneliti variabel lain yang terdapat pada Psikologi Memahami Manusia Secara
faktor-faktor dalam variabel adversity Empiris. Palembang: Noer Fikri Offset.
quotient. Serta menambah analisis data Royanto, L. (2002). Motivasi Berprestasi
berupa analisis regresi agar dapat melihat ditumbuhkan Dalam Keluarga. Majalah
seberapa besar pengaruh variabel bebas Ayah Bunda.
terhadap variabel terikat. Sarwono, S., & EA. Meinarno. (2018).
Pengantar Psikologi Sosial (2nd ed.).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Salemba Humanika.
Ahmadi dan Supriyono. (1991). Psikologi Stoltz, P. (2002). Adversity Quotient,
Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Atkinson, J. (2008). Motivation and Jakarta: PT GramediaWidiasarana
Achievement. Washington: V.H. Winston Indonesia.
and Son. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Kuantitatif Kualitatif dan R&amp;D.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandung: Alfabeta.
Diana. (2008). Study Deskriptif tentang
Adversity Quotient pada Siswa Kelas
Akselerasi di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Malang (SMAN 1 Malang).
Malang : Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negri Malang.
Gerungan. (2010). Psikologi Sosial. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Junaedi. (2015). Kisah Bocah 6 Tahun Jadi
Tulang Punggung Keluarga Urus Ibu dan
Kakak yang Sakit. Retrieved May 31,
2019, from
https://regional.kompas.com/read/2015/0
4/06/12505631/Kisah.Bocah.6.Tahun.Ja
di.Tulang.Punggung.Keluarga.Urus.Ibu.
dan.Kakak.yang.Sakit
Neke, D. (2017). Masyarakat Mulai Bantu
P-ISSN: 2502-728X
E-ISSN: 2549-6468

Anda mungkin juga menyukai