Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI KELOMPOK

DISUSUN OLEH:
NAMA: ZULFA YOLANDA
NIM: P07134021094
KELAS: B
DOSEN PENGAMPU: ERNA

KRISTINAWATI,S.Si.,M.Sc

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "KOMUNIKASI KELOMPOK".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunikasi adalah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Bahkan setiap hari kita selalu
melakukan komunikasi dalam kehidupan. Komunikasi dilakukan manusia untuk mencapai
sebuah tujuan tertentu, karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan
interaksi dengan orang lain. Dalam setiap interaksi sosial antar individu tindakan komunikasi
biasanya melibatkan dua belah pihak yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
Kehidupan sosial mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan
manusia lain, yang kemudian tergabung dalam sebuah kelompok. Dimana kelompok
tersebut dapat terbentuk karena tujuan dan pemikiran yang sama.
Ada beberapa pengertian kelompok menurut para ahli, salah satunya menurut Merton
(1990) kelompok yaitu sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang
telah mapan, sedangkan di dalam kelompok tersebut ada rasa solidaritas karena adanya nilai
bersama. Selain itu pengertian kelompok menurut Homans (1950) mengatakan bahwa
kelompok merupakan sejumlah individu yang berkomunikasi satu dengan lainnya, dalam
jangka eaktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga hal tersebut
memberikan kesempatan bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara langsung. Dan
terakhir yaitu menurut De Vito (1997) kelompok adalah sekumpulan individu yang
berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuan bersama dan adanya organisasi atau
struktur diantara mereka. Di dalam kelompok dikembangkan norma-norma yang dianggap
sebagai dasar berperilaku anggotanya.
Kelompok terdiri dari beberapa individu, dimana setiap individu selalu memiliki pemikiran
dan gagasan serta ide dari masing-masing, dengan adanya hal ini terjadilah gesekan serta
hambatan yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Melalui gesekan dan hambatan inilah
suatu kelompok dapat diuji tingkat solidaritas dan keutuhan antar anggota kelompok.
Hambatan lain yang sering terjadi di dalam kelompok adalah hambatan mengenai
komunikasi di dalam suatu kelompok.
Di dalam sebuah kelompok pastilah ada komunikasi yang terjalin di dalamnya, antara
anggota yang satu dengan anggota yang lain. Menurut Ronald Adler dan George Rodman
dalam bukunya : Understanding Human Communication (Adler & Roman :2013), komunikasi
kelompok adalah proses pertukaran informasi, penyaluran gagasan ide dari anggota
kelompok yang saling berinteraksi, biasanya melalui tatap muka langsung atau melalui
beberapa pertemuan. Komunikasi kelompok haruslah berjalan dengan baik, karena melalui
kemunikasi kelompok inilah tujuan dari sebuah kelompok dapat terwujud melalui kerjasama
dan usaha dari semua anggota kelompok.
Suatu kelompok dapat dikatakan berhasil karena beberapa faktor yang mendukung. Faktor
keberhasilan suatu pemimpin juga menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu kelompok.
Pemimpin suatu kelompok diharapkan adalah seseorang yang mampu mengarahkan semua
anggota kelompoknya. Seorang pemimpin adalah individu yang mampu mengarahkan
individu-individu lain untuk bersama-sama mewujudkan visi yang seragam (Wahjosumidjo:
1987). Dimana visi tersebut adalah tujuan yang telah dibuat serta disetujui oleh seluruh
anggota kelompok. Seorang pemimpin kelompok diharuskan mampu mempertahankan
keutuhan kelompok yang dipimpinnya, meskipun di dalamnya terdapat kendala yang
dihadapi, hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab dari seorang peimpin kelompok.
Pemimpin dikatakan berhasil jika pemimpin tersebut mampu membawa misi kelompoknya
kearah yang lebih baik dan tetap teguh merangkul semua anggota kelompok supaya
kesatuan kelompok tetap terjaga dan bisa tetap utuh dari waktu ke waktu. Ada beberapa
karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Warren Bennis (2011) dalam
bukunya yang berjudul : Menjadi Pemimpin Efektif,antara lain sebagai berikut : Kecerdasan,
merupakan point utama seorang pemimpin, hal ini menentukan
langkah apa yang akan diambil untuk kelompok pada saat mengalami kesulitan. Berinisiatif
tinggi, sifat ini jelas dibutuhkan oleh seorang pemimpin demi terciptanya solusi yang bersifat
nyata dan menjanjikan.
Bertanggung jawab, sifat yang tetap teguh dan mampu berpikir taktis untuk menerima
segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.
Dapat dipercaya, anggotanya akan dengan kesungguhan hati mampu mempercayai
pemimpin dalam mengambil keputusan. Setiap anggota lebih terpacu untuk menyatukan
hati dan menciptakan keseragaman kelompok demi terciptanya keutuhan.
Jujur, mampu menjanjikan keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala
informasi yang mencakup kepentingan kelompok.
 Rela berkorban, berarti rela menerjunkan diri dalam kepentingan kelompoknya
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.1
Sosok pemimpin seperti inilah yang didambakan oleh hampir semua kelompok. Begitu juga
dengan Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo yang berdiri sejak tahun 2012. Pemimpin yang
ideal ini di harapkan ada dalam sosok Ibu Sujiyah, seorang guru SD yang selama ini
memimpin KWT Sedyo Mulyo dari awal KWT Sedyo Mulyo ini dibentuk hingga sekarang. Ibu
Sujiyah inilah yang selama ini menjadi panutan dalam kelompok wanita tani Sedyo Mulyo.
Pada saat ini di Indonesia sektor industri telah menggeser sektor pertanian. Dimana hal ini
dapat ditunjukkan dengan mulai banyak muncul perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri menenggelamkan sektor pertanian di Indonesia. Walaupun demikian,
sudah banyak usaha yang dilakukan agar sektor pertanian, yang digunakan sebagai sumber
mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk, dapat terus memperbaiki diri. Salah
satunya dengan cara membentuk kelompok tani.
Kabupaten Semarang adalah salah satu daerah yang kebanyakan masyarakatnya hidup dari
sektor pertanian, meskipun di wilayah kabupaten ini banyak terdapat pabrik-pabrik industri.
Karena itu di wilayah Kabupaten Semarang terdapat banyak kelompok tani. Menurut data
dari dinas pertanian, di Kecamatan Pabelan, Kabupatem Semarang sekarang ini terdapat 111
kelompok tani.2 Dimana kita tahu bahwa sebagian besar warga Kecamatan Pabelan bekerja
sebagai petani mengolah sawah dan sektor pertanian lainnya. Dari kelompok tani tersebut
terdapat kelompok tani yang anggotanya wanita saja, yang dikenal dengan nama Kelompok
Wanita Tani (KWT). Kelompok Wanita Tani, adalah kelompok yang anggotanya adalah
perempuan, baik yang bekerja sebagai petani, maupun ibu rumah tangga yang suaminya
bekerja sebagai petani.
Berikut data KWT yang ada di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan, kelompok wanita tani
terdapat di setiap dusun. Berikut adalah daftar nama Ketua KWT yang ada di Desa Kadirejo
Kecamatan Pabelan :
1. KWT Sedyo Mulyo
2. KWT Dadi Makmur
3. KWT Mekar Sari
4. KWT Jadi Makmur
5. KWT Jaya Lestari
6. KWT Melati
7. KWT Harapan Makmur
: Ibu Sujiyah (Guru Sekolah Dasar)
: Ibu Juwati (Guru Paud)
:Ibu Ira Hariyani (Ibu Rumah Tangga) : Ibu Sugiyati (Ibu Rumah Tangga)
: Ibu Muyasaroh (Ibu Rumah Tangga) : Ibu Suharti (Ibu Rumah Tangga)
: Ibu Rohaniyah (Guru Sekolah Dasar)
Dari tujuh ketua kelompok di atas, dapat diketahui bahwa selain Ibu Sujiyah (KWT Sedyo
Mulyo) ada juga Ibu Juwati (KWT Dadi Makmur) dan juga Ibu Rohaniyah (KWT Harapan
Makmur) yang berprofesi sebagai seorang guru (pegawai negeri).
Kelompok wanita tani di Desa Kadirejo ini digunakan sebagai wadah komunikasi antar ibu-
ibu rumah tangga selain kelompok PKK . Rata-rata anggota dari kelompok wanita tani di desa
ini adalah ibu-ibu yang masih dalam usia produktif, yang memiliki anak kecil yang harus di
asuh setiap hari. Rata-rata kegiatan mereka sehari-hari adalah petani, membantu suami
mereka dalam bercocok tanam, dan juga mengasuh anak. Tempat tinggal yang jauh dari
akses kendaraan, serta tingkat ekonomi yang rendah menyebabkan tingkat pendidikan
masyarakat pedesaan menjadi rendah pula. Tidak banyak warga yang sekolah sampai ke
bangku SMA.
Karena faktor pendidikan yang rendah ini di dusun Wonolelo inilah, yang menyebabkan
komunikasi yang berjalan di dalam kelompok wanita tani kerap mengalami hambatan. Tidak
semua anggota kelompok aktif di dalam pertemuan yang diadakan setiap bulan. Adanya
kesenjangan pendidikan yang menyebabkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah
cenderung pasif dan tidak percaya diri dalam menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki.
Walaupun banyak kelompok tani yang ada di Desa Kadirejo, tidak semua kelompok tani
memiliki prestasi dan juga kestabilan perkembangan kelompok, banyak kelompok tani yang
tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi, saah satunya bisa diambil contoh adalah faktor kepemimpinan seseorang.
Jika kita menyoroti KWT Sedyo Mulyo, yang dipimpin oleh seorang perempuan, yang bekerja
sebagai Guru Sekolah Dasar, hal ini termasuk yang yang menarik untuk dikaji. Melihat
perbandingan antara ketua kelompok wanita tani yang sama-sama berprofesi sebagai guru
memanglah berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu ketua KWT di Desa Kadirejo yang
lain, yaitu KWT Harapan Makmur dari Dusun Demangan, yang dipimpin oleh Ibu Rohaniyah.
Beliau juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
Perempuan, biasanya dipandang sebelah mata dalam masyarakat khususnya dalam
kepemimpinan, hal ini disebabkan oleh sistem patriarki yang dianut di negara Indonesia ini,
dimana laki-laki selalu berada di atas perempuan. Kemampuan perempuan di dalam
memimpin sebuah kelompok, kurang dapat dipercayai, karena perempuan masih dianggap
lemah, kurang dapat tegas dalam memutuskan sesuatu.
Namun, jika kita melihat dari kepemimpinan Ibu Sujiyah di KWT Sedyo Mulyo, kita dapat
melihat bahwa keahliannya dalam memimpin sebuah kelompok dapat dikatakan berhasil,
dilihat dari keutuhan, kekompakkan anggota kelompok serta berkembangnya kegiatan di
dalam kelompok. Untuk kelompok tani yang lain, yang dipimpin oleh laki-laki, justru malah
kurang bisa berkembang, baik dari segi keanggotaan, sampai dengan variasi kegiatan yang
dibentuk oleh kelompok. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap fenomena di KWT Sedyo Mulyo ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2.RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pola komunikasi ketua kelompok dalam mempertahankan solidaritas di
Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo?

1.3.TUJUAN PENELITIAN
Menggambarkan pola komunikasi ketua kelompok dalam mempertahankan solidaritas di
Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo.

1.4.MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui teori yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi,
baik secara umum maupun secara khusus dan juga mengembangkan ilmu komunikasi
khususnya dalam melihat bagaimana pola komunikasi ketua kelompok dalam
mempertahankan solidaritas serta keutuhan KWT Sedyo Mulyo.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi Fakultas
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang akademik, serta memberikan
referensi bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam bidang
komunikasi kelompok dalam lingkup kelompok sosial masyarakat.
2. Manfaat bagi Kelompok Wanita Tani
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan serta dapat memberikan
perubahan yang lebih baik dalam komunikasi kelompok wanita tani. Karena jika pola
komunikasi ketua kelompok tergolong baik, maka semua anggota kelompok akan terdorong
untuk mempertahankan solidaritas dan keutuhan kelompok.

1.5 Konsep-Konsep Dalam Penelitian


1.5.1 Kepemimpinan Wanita atau Feminist Leardership
Wanita memimpin dengan cara yang berbeda dengan pria, meskipun demikian
kepemimpinan seorang wanita tidak berbeda dengan kaum pria. Dalam buku yang berjudul
Leadership Untuk Profesional dan Mahasiswa karangan Tikno Lensufiie (2010)
Kepemimpinan Wanita atau Feminist Leadership memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Menggunakan konsensus dalam mengambil keputusan Pemimpin wanita menggunakan
pandangan atau pendapat umum yang berlaku di masyarakat. Menggunakan ukuran- ukuran
dengan batas wajar yang sudah berkembang dikalangan masyarakat. Seandainya ada
perubahan yang akan dilakukan para pemimpin wanita melakukan penerapan dengan cara
yang halus dan tidak spontan sehingga kemungkinan diterima di dalam sebuah kelompok
lebih besar karena resiko konflik dalam kelompok lebih kecil.
 Menunjukkan kekuatan rasional
Pemimpin wanita tidak terlepas dari kodratnya sebagai seorang wanita. Pengalaman-
pengalaman dalam membina relasi yang positif di dalam kehidupannya merupakan stimulus
yang dapat digunakan dalam kepemimpinannya. Secara prinsip, kekuatan membina relasi ini
terasa sangat kental pada Kepemimpinan Wanita.
 Mendahulukan pendekatan-pendekatan yang produktif terhadap konflik yang muncul
Kepemimpinan Wanita memiliki kecenderungan merangkul dan tidak frontal. Thomas dan
Kilman menangkap adanya unsur-unsur kepemimpinan yang kooperatif (untuk memuaskan
pihak lain) dan untuk memuaskan pihak sendiri di dalam sebuah konflik.
Membangun suasana kerja yang saling mendukung
Kekuatan dari Kepemimpinan Wanita adalah adanya unsur-unsur kehangatan, saling
pengertian, saling menguatkan, saling mendukung, mengajak tumbuh bersama,
mendengarkan, empati dan saling percaya. Tipe kepemimpinan gender approach, berasal
dari gaya Kepemimpinan Wanita. Meskipun demikian, tipe kepemimpinan semacam ini juga
kerap dipraktekan oleh kaum pria. Dari prespektif feminist ini munculah gaya kepemimpinan
baru untuk pria dan perempuan yang disebut androgynious, yang dapat diterjemahkan
sebagai kepemimpinan lintas gender.
1.5.2 Gaya Kepemimpinan
Bagian ini membicarakan tentang gaya atau style kepemimpinan yang banyak
mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku pengikut-
pengikutnya. Jika kepemimpinan terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan seseorang tadi
perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat
produktivitas yang tinggi, maka orang tersebut lantas perlu memikirkan gaya
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan itu merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan
mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat
penting kedudukannya.
Gaya kepemimpinan inilah yang merupakan pola komunikasi yang dibentuk oleh ketua
kelompok dalam mengarahkan anggota kelompoknya. Ini juga merupakan salah satu cara
untuk mempertahankan solidaritas. Dalam menggerakkan semua anggota kelompoknya,
seorang ketua harus bisa mengendalikan dan menciptakan pola komunikasi yang nantinya
dapat dengan mudah diikuti oleh semua anggota kelompok. Pola komunikasi inilah yang
nantinya akan membawa seorang pemimpin untuk maju dan berkembang dalam memimpin
sebuah kelompok. Pola komunikasi ini akan menjadi acuan dan kebiasaan semua anggota
kelompok dalam menyelesaikan beberapa hal di dalam sebuah kelompok. Maka, adanya
pola komunikasi yang baik dan efektif dalam sebuah kelompok sangatlah penting dan
dibutuhkan.
1.5.3. Kelompok Wanita Tani
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. 1 Jabar (1985) kelompok tani
adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua.
Dengan jumlah anggota minimum 20 orang dan maksimum disesuaikan dengan jenis usaha
tani dan juga kondisi setempat.
Dengan demikian, kelompok wanita tani adalah kelompok petani beranggotakan wanita-
wanita, ibu-ibu rumah tangga dengan mata pencaharian sebagai petani atau juga hanya
membantu suami mereka dalam bertani di sawah yang digarap.
Menurut Departemen Pertanian (2000), dengan paradigm baru pembangunan pertanian
yang arahnya melihat petani sebagai subyek atau pelaku pembangunan, maka kelompok tani
dapat berperan sebagai :
 Lembaga pengubah (change institution), yaitu lembaga petani yang dapat mengubah
perilaku anggotanya untuk meningkatkan keberhasilan usaha taninya.
 Lembaga pembaharu (reform institution), yaitu lembaga petani yang dapat menciptakan
pembeharuan bagi anggotanya melalui inovasi baru di bidang pertanian.
 Lembaga Permodernisasi (modernizing institution), yaitu lembaga petani yang dapat
membawa anggotanya menjadi petani yang lebih modern (mengikuti perkembangan jaman).
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam membangun suatu kelompok atau
komunitas melalui komunikasi kelompok bisa saling berinteraksi dan saling mengenal.
Komunitas beridiri karena adanya minat dan ketertarikan yang sama sehingga membuat
komunitas mempunya tujuan yang jelas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah membaca dan
memahami makalah diatas
mahasiswa tentunya
diharapkan dapat
memetik ilmunya dan
faham dengan materi yang
sudah dijelaskan diatas.dan
semoga
makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca. Jika
ada kesalahan saya mohon
maaf yang sebesar- besarnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A Goldberg. dan Larson
Carl. 1985. Komunikasi
Kelompok. Jakarta: Unversitas
Indonesia.
Dr. Drs. Ido Prijana Hadi,
M.Si, dkk, Komunikasi Massa
(Jakarta, Cv. Penerbit Qiara
Media
tahun 2021).
Elvinaro dan Lukiati Komala.
2005. Komuniksi Massa.
Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Kustiawan,Winda,dkk.2022.K
omunikasi Masa.. Journal
Analytica Islamica: Vol. 11
No. 1
Januari-juni 2022
Morison, 2009, Teori
Komunikasi Organisasi.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhammad, Arni. 2009.
Komunikasi Organisasi.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sueyani,Wahidah..2013.Komu
nikasi Antarbudaya. Jurnal
Farabi Vol. 10 No. 1 Juni 2013
Tutusari,Puspita,Riri.2016.Ko
munikasi Dalam Komunikasi
Kelompok.Yogyakarta:
Program
Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Zahara,Evi.2018.Peranan
Komunikasi Organisas
15

out of 16
Down

DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
1.2.RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................6
1.3.TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................................6
1.4.MANFAAT PENELITIAN.................................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................................................6
1.5 Konsep-Konsep Dalam Penelitian................................................................................................6
1.5.1 Kepemimpinan Wanita atau Feminist Leardership................................................................6
1.5.2 Gaya Kepemimpinan.............................................................................................................7
1.5.3. Kelompok Wanita Tani.........................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................................................................9
Kesimpulan........................................................................................................................................9

Anda mungkin juga menyukai