Anda di halaman 1dari 3

TRADISI BALE BELEQ DI DESA WAKAN, JEROWARU,

LOMBOK TIMUR - NUSA TENGGARA BARAT

Sekitar tahun 1800-an Lombok dulu dikuasai oleh raja dari Bali, hampir sekitar setengah abad-an
Bali menguasai daerah Lombok. Khususnya di Wakan ada namanya Bale Ketobok atau Bale Beleq,
dahulu ada Kiyai yang bernama Kiyai Masmirah yang datang untuk berdakwah agama islam, Ketobok
merupakan tempat kediaman, tempat bertawasul [tempat mengabdikan diri] Kiyai Masmirah tersebut.

Sehingga para ulama-ulama dahulu bersiltaurrahmi ketempat Kiyai Masmirah singgahi, setelah
itu kiyai mengadakan musyawarah di Bale Beleq lalu dikirim ke daerah Jerowaru, makam nyatok, pulau
sumbawa, dan dayen gunung. Akhirnya Kiyai Masmirah melakukan suatu dakwah yang diiringi langsung
dengan tabuhan gamelan di masyarakat setempat dan Kiyai Masmirah mengadakan sebuah sabung ayam
serta peresean. Setelah mereka kelelahan melakukan peresean dan sabung ayam, Kiyai Masmirah
mengajak mereka untuk duduk dan diajarkan ucapan dengan kalimat “bismillahirrahmnirohim”
dikarenakan masyarakat setempat tidak pernah mengaji mereka membacanya dengan
“bismillehirrohmanirohim”. Setelah itu kiyai masmirah mendakwahi masyarakat setempat dengan kalimat
“kita ini manusia masak mau sama dengan ayam yang saling bermusuhan “.

Akibat dari tidak pernah turunnya hujan pada zamannya, Kiyai Masmirah memerintahkan kepada
semua masyarakat setempat melakukan peroahan dan memerintahkan untuk membawa sebuah dulang,
kambing atau kerbau dan melakukan berdo’a bersama untuk meminta hujan. Peroahan atau perayaan
tersebut dilakukannya ditanggal 7, 17, 27 bulan penanggalan sasak. Kepercayaan sebagian masyarakat
kecil beranggapan bahwa, jika tidak diadakan peroahan tersebut maka akan mengalami sakit yang
dinamakan kedewean (kerasukan) dengan jin-jin itu.

Bale Beleq disebut dengan ketobok dimana ketobok yang berarti rumah taubat atau tempat
ditaubatkan orang-orang yang masih menganut animisme. Bale Beleq di tempatkan oleh Kiyai Masmirah,
yang digunakan untuk tempat mengaji bagi masyarakat dulu dan tempat melakukan ibadah-ibadah
lainnya. Bale Beleq yang berupa rumah kecil yang beratapkan alang-alang, lantai menggunakan tanah,
dan tembok menggunakan pagar kayu yang tidak boleh diganti dengan bahan lainnya kata Amaq Rohan.

Tahap – tahap proses pelaksanaan acara dari perayaan Bale Beleq di Desa Wakan Kecamatan Jerowaru
yaitu :

a. Tahap Pertama
Masyarakat melakukan musyawarah bersama dengan para pemangku adat, tokoh
agama, kiyai, dan sesepuh masyarakat yang dilaksanakan di salah satu rumah tokoh adat
atau di rumah Bele Beleq atau ketobok.
b. Tahap Kedua
Pemangku dalam tugas sebagai marbot atau penjaga kebersihan Bale Beleq yaitu
amaq Menen akan melakukan pemeriksaan terhadap kerusakan-kerusakan yang terdapat
pada bangunan Bale Beleq. Jika ada kerusakan dibagian-bagian tertentu pada bangunan
tersebut maka tugas Amaq Menen adalah mengganti atau memperbaikinya akan tetapi
sebelum memperbaiki bangunan Bale Beleq tersebut amaq menen akan melakukan
musyawarah kepada pemangku yang lain atau masyarakat sekitar untuk menentukan waktu
perbaikan bangunan Bale Beleq.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini panitia perayaan melakukan penyembelihan kerbau atau kambing
yang berwarna hitam. Dahulu masyarakat biasanya menggunakan kerbau untuk melakukan
perayaan Bale Beleq, akan tetapi seiring berjalannya waktu sekarang menggunakan
kambing.
d. Tahap Keempat
Jika penyembelihan kambing sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya ialah
melakukan masak bersama, gontong royong untuk mempersiapkan dengan para pemangku
e. Tahap Kelima
Setelah persiapan sudah selesai maka Amaq Merin yang bertugas untuk membaca
Sage. Sage merupakan kitab atau kayat yang menceritakan berbagai macam sejarah
kenabian oleh karena itu digunakan untuk melakukan penyelamatan atau digunakan
disebuah perayaan. Sage dibuat pada zaman Rasulullah dicontek pada zamannya dan
dibawa ke Wakan oleh almarhum Papuk Rumenah.
f. Tahap Keenam
Pemangku adat beserta para anggota pelaksana membukanya dengan pemukulan
“gong” dan dilanjutkannya dengan memainkan kesenian alat musik Gendang Beleq oleh
para anggotanya. Jika gong sudah dibunyikan maka pertanda perayaan Bale Beleq akan
dilaksanakan atau akan dimulai.
g. Tahap Ketujuh
Setelah para pemangku membawa dulang sambil diiringi dengan musik gamelan
maka selanjutnya para pemangku atau tokoh adat lainnya memanggil anak-anak yatim piatu
yang hadir diperayaan Bale Beleq untuk dibagikan santunan
h. Tahap Kedelapan
Setelah santunan anak yatim dilakukan maka acara selanjutnya yaitu majelis taklim
serta zikir dan do’a bersama terutama untuk meminta hujan, keselamatan, kesuburan dalam
bercocok tanam

i. Tahap Kesembilan
Siraman air kepada seluruh masyarakat yang hadir, siraman air tersebut
mengandung makna bahwa pertanda kesuburan serta upaya untuk mendatangkan hujan
seperti air yang siram oleh para tokoh adat yang bertugas dalam hal tersebut.

j. Tahap Kesepuluh

Makan bersama dengan dulang yang sudah dibawa oleh masing-masing orang
dan jika ada yang tidak membawa dulang dari rumahnya maka masyarakat yang tidak
membawa dulang maka akan ikut makan dengan orang yang membawa. Seperti biasanya
mereka akan berbagi baik itu berbagi lauk, nasi dan air minum.

Anda mungkin juga menyukai