Pada 10 Agustus 2015, Google melalui postingan blog, CEO Google Larry Page
mengumumkan pembentukan perusahan baru bernama Alphabet yang akan menjadi
perusahaan induk mencakupi Google dan usaha-usaha lain yang tak terlalu terkait erat
dengan bisnis utama Google. Pada restrukturisasi tersebut, Larry Page akan menjadi
CEO perusahaan baru Alphabet. Sergey Brinn menjabat sebagai President didampingi
Erich Schmidt sebagai Executive Chairman. Sedangkan, CEO Google akan dijabat oleh
Sundar Pichai.
Misi Google adalah mengatur informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan
bermanfaat secara universal. Ini adalah cikal bakal budaya kerja yang dimiliki oleh Google.
Adapun budaya kerja yang diterapkan oleh Google adalah :
Google dikenal dengan etos kerjanya yang santai. Filosofi perusahaan ini adalah “Anda
dapat menghasilkan uang tanpa harus mati – matian bekerja” dan “Anda dapat bekerja
serius tanpa mengenakan seragam kerja”. Filosofi ini benar – benar diterapkan dan menjadi
Budaya Kerja di Google. Pekerja dapat mengeluarkan potensi terbaiknya dan menyelesaikan
pekerjaanya tanpa harus terbebani dengan tekanan dan keharusan menggunakan seragam kerja.
Budaya bekerja santai Google dapat dilihat dari logo Google– nya yang bervariasi pada hari-
hari penting, seolah menunjukkan kepada kita bahwa orang – orang yang bekerja disana benar
– benar mencintai pekerjaannya dengan hati mereka.
Google memang telah dikritik karena melakukan penggajian di bawah standar industri.
Contohnya, beberapa pekerja digaji kurang dari $35.000 per tahun dimana hal tersebut
dianggap kurang untuk pasaran kerja bagi perusahaan sekelas Google. Namun jangan salah,
justru hal inilah yang diinginkan oleh karyawan di Google. Sejak Google IPO, karyawan diberi
intensif dengan cara diberikan saham serta deviden perusahaan. Jadi intinya intensif yang
diterima karyawan adalah pertumbuhan kekayaan Google itu sendiri. Secara tidak langsung,
hal ini justru meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan, dimana akan berefek
kepada motivasi kerja karyawan di perusahaan tersebut. Dan kita semua sama –sama
mengetahui bahwa saham Google merupakan salah satu saham yang paling menarik bagi para
investor di seluruh dunia. Artinya kebutuhan dasar karyawan Google (Physiological Needs
(Maslow’s Hierarchy of Needs Theory)) dan Existence Needs (Alderfer’s ERG Theory))
terpenuhi dengan sangat baik melalui sistem ini.
Dekorasi kantor dan ruangan yang unik dan indah serta fasilitas pendukung yang
nyaman dan lengkap
Kantor Google di Mountain View, California, yang diberi nama “Googleplex“ adalah
sebuah bangunan yang unik. Lobinya didekorasi dengan piano, lampu lava, kumpulan server
lama yang tertata rapi, dan dan Lorongnya penuh dengan bola dan alat – alat olahraga. Setiap
karyawan memiliki akses menuju pusat hiburan kantor. Kebutuhan akan alat-alat olahraga,
ruang loker, kamar mandi, ruang pijat, permainan video game, Foosball, meja bilyar, dan ping
pong tersebar di seluruh gedung kantor. Ditambah lagi dengan ruang rekreasi, ruang makan
yang terisi dengan berbagai sereal, permen beruang, gula – gula , permen hitam, kacang
mede, yogurt, wortel, buah – buahan segar, dan lusinan minuman seperti jus segar, soda,
dan cappuccino buatan sendiri yang bisa dibuat sendiri oleh karyawan. Ini menunjukkan bahwa
Google telah bisa melengkapi kebutuhan kenyamanan di kantor mereka. Karyawan bisa
bekerja dengan sangat nyaman dan merasa dihargai dengan semua fasilitas yang ada.
Openness & Transparency ini maksudnya adalah bahwa tidak ada pemisah antara bos
dan karyawan. Di kantor pusat Google, dikenal adanya acara TGIF (thank God Its
Friday). Di acara tersebut, para karyawan google bisa langsung mengobrol dengan CEO
mereka. Mereka bebas untuk berdiskusi apa saja, mulai dari keluhan sampai ide ide
cemerlang. Sedangkan transparansi ini adalah keterbukaan antar divisi.
Collaborative & Supportive ini adalah bagaimana setiap karyawan diharuskan
berkolaborasi dengan timnya dan juga divisi lain. Kerja sendiri adalah dilarang, karena
kerja tim menjadi lebih penting dan akan menghasilkan suatu produk atau hasil yang
maksimal. Kerjasama ini juga bisa antar divisi ataupun lintas Negara.
Never Fail to Fail. Seperti kita tahu tidak semua produk Google itu sukses. Seperti
kasus Google Reader yang distop layanannya. Hampir semua pecintanya merasa kesal
dan tidak terima, tapi karena memang produk ini dirasa tidak berguna mau tidak mau
mereka terpaksa menghapuskannya. Tapi kegagalan suatu produk ini tidak menjadikan
mereka tidak bisa bangkit, tapi dijadikan suatu motivasi lagi untuk menciptakan produk
yang lebih baik lagi. Seperti bagaimana memanajemen kegagalan itu sendiri.
Learn Learn and Learn Again. Proses pembelajaran sampai saat ini juga masih
dilakukan oleh para karyawan Google. Karena memang teknologi itu selalu
berkembang dan harus dikembangkan. Dengan proses belajar, ada banyak inovasi baru
yang hadir seperti Google Glass, Project Loon, dan lain lain.
Have Fun Go Mad. Bagaimana mereka bekerja dan bersenang-senang dengan
teknologi. Berbagai project yang terkesan bermain namun serius sudah banyak
dihasilkan. Project ini membawa teknologi kearah yang lebih baik dan tentunya
bermanfaat bagi orang banyak.