Anda di halaman 1dari 14

Pedoman tahun liturgi dan penanggalan liturgi mengatakan bahwa karya keselamatan Kristus diperingati

oleh Gereja Katolik dalam perayaan-perayaan suci sepanjang tahun. Sekali sepekan, pada hari Minggu,
Gereja mengenangkan kebangkitan Tuhan. Kebangkitan Tuhan itu sendiri dirayakan sekali setahun
bersama dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan, yaitu perayaan Paskah, sebagai pesta yang paling
agung. Sepanjang tahun misteri Kristus diuraikan dan dirayakan oleh Gereja. Karya keselamatan Kristus
yang diperingati dan dirayakan sepanjang tahun oleh Gereja, sebagai tahun liturgi, dimulai pada hari
Minggu Adven I dan berakhir pada hari Minggu Biasa ke-34,yang diawali dengan hari raya Kristus Raja
Semesta Alam. Tahun liturgi ini dijabarkan dalam tiga bagian besar, yaitu masa Natal, masa Paskah dan
masa Biasa.

Masa Natal
Masa Natal diawali dengan masa persiapan atau penantian akan kedatangan Tuhan, yang disebut masa
Adven. Masa Adven terdiri dari 4 minggu, yang dimulai pada sore menjelang hari Minggu Adven dan
berakhir pada sore menjelang hari raya Natal.Masa Adven ini ditandai dengan penyalaan lilin adven, yang
disebut corona.

Masa Natal merupakan pesta untuk merayakan kelahiran Tuhan, yang biasanya dirayakan pada tanggal
25 Desember. Masa Natal berlangsung sore menjelang hari raya Natal sampai dengan hari Minggu
sesudah hari raya Penampakan Tuhan.

Masa Paskah
Di masa Paskah ini Gereja mengenang Perjamuan Terakhir pada hari Kamis Putih, wafat Tuhan pada hari
Jumat Agung, dan kebangkitan Tuhan pada hari Minggu Paskah, yang disebut Trihari Suci atau Trihari
Paskah. Masa Paskah berlangsung selama 50 hari, dimulai dari hari Minggu Paskah sampai hari Minggu
Pentakosta. Masa ini merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan suasana penuh sukacita. Dalam kurun
waktu 50 hari ini, Gereja juga merayakan Kenaikan Tuhan yang terjadi 40 hari sesudah Paskah.

Masa Biasa
Di samping masa-masa liturgi yang bersifat khusus, Natal dan Paskah, dalam lingkaian tahun liturgi masih
ada 34 minggu yang disebut masa Biasa. Masa Biasa ini dimulai pada hari Senin sesudah hari raya
Penampakan Tuhan dan berlangsung sampai hari Selasa sebelum Rabu Abu. Sesudah itu, dimulai lagi
pada hari Senin sesudah hari Minggu Pentakosta dan berakhir pada sore hari menjelang Minggu Adven I.
Dalam tahun liturgi ini, Gereja Katolik juga telah menentukan pembagian bacaan-bacaan Kitab Suci yang
diwartakan, dengan maksud agar umat beriman Katolik semakin terbantu untuk lebih memahami karya
keselamatan yang dirayakannya. Adapun bacaan-bacaan Kitab Suci tersebut dapat dibagi menjadi
bacaan mingguan dan bacaan harian.

1. Bacaan Mingguan, terdiri dari:


a. Tahun A: bacaan Injil diambil dari Injil Matius, rnisal: tahun 2005, 2008, 2011, dst
b. Tahun B: bacaan Injil diambil dari Injil Markus, misal: tahun 2006, 2009, 2012, dst.
c. Tahun C: bacaan Injil diambil dari Injil Lukas, misal: tahun 2007, 2010, 20l3, dst.
d. Masa khusus : bacaan Injil diambil dari Injil Yohanes

2. Bacaan Harian, terdiri dari:


a. Tahun I : dipakai untuk tahun ganjil, misal: tahun 2007, 2009, 2011, dst.
b. Tahun II : dipakai untuk tahun genap, misal: tahun 2006, 2008, 2010, dst.
Dalam merayakan misteri karya keselamatan Allah, yang terwujud dalam bentuk liturgi, Gereja Katolik
membutuhkan aneka sarana sebagai perlengkapan liturgi. Perlengkapan liturgi dapat dilihat umat beriman
Katolik, sehingga umat dapat memahami makna di balik bentuk barang yang dipergunakan. Barang-
barang ini dapat berupa buku, pakaian, maupun benda-benda lain, yang dipergunakan dalam tindak
liturgi.

Pelaksanaan liturgi, baik perayaan Ekaristi maupun ibadat-ibadat lain, membutuhkan aneka buku yang
dapat menunjang kelancaran tindak liturgi tersebut. Buku-buku yang perlu dipersiapkan itu meliputi Kitab
Suci, Tata Perayaan Ekaristi, aneka doa, aneka bacaan, aneka ibadat, nyanyian, dan sebagainya. Buku-
buku yang dibutuhkan dalam tindak liturgi itu hendaknya dibedakan antara buku pemimpin dan buku
umat. Buku-buku tersebut disesuaikan dengan tindak liturgi yang dirayakan.

1. Pakaian Liturgi < klik link


2. Piranti Liturgi < klik link

Selain itu, Gereja Katolik juga merayakan liturgi berdasarkan pada warna liturgis yang berlaku pada saat-
saat tertentu, yaitu:

Putih: dikenakan untuk masa Paskah dan Natal, pesta dan peringatan Tuhan Yesus (kecuali sengsara-
Nya), Santa Perawan Maria, para Malaikat, para Kudus (bukan martir), hari raya Semua Orang Kudus
(1 November), Yohanes Pembaptis (24 [uni), Yohanes Rasul (27 Desember), Takhta Rasul Petrus (22
Februari), dan bertobatnya Rasul Paulus 25 Januari).
Merah: dikenakan pada hari Minggu Palma dan Jumat Agung, hari raya Pentakosta, para Rasul, para
pengarang Injil, dan para Martir.
Hijau: dikenakan dalam masa Biasa sepanjang tahun.
Ungu: dikenakan dalam masa Adven dan Prapaskah, ibadat atau misa arwah.
Tahun Liturgi

Tahun Liturgi adalah siklus tahunan perayaan-perayaan gerejani.


Di sini kita membedAakannya antara yang temporal dan yang santoral.

Siklus yang santoral mencakup semua perayaan Orang Kudus dan lainnya, dalam kelender Gereja universal,
tanpa mengabaikan perayaan-perayaan tertentu dalam Gereja lokal / Keuskupan.
Biasanya siklus santoral ini, telah memiliki tanggal yang persis dengan kalender sipil
(kalender tahun Masehi)

Siklus temporal terdiri dari dua siklus yang berada diantara tiga puluh empat Minggu yang disebut
"masa biasa", yakni siklus Natal dan siklus Paskah.

Siklus Natal

Siklus Natal meliputi : masa Advent, Hari Raya Natal, menyusul masa Natal,
HR. Epiphani (Penampakan Tuhan), lalu hari-hari sesudahnya sampai Pesta Pembaptisan Tuhan,
sebagai penutup siklus Natal.
Masa sesudahnya disebut masa biasa (yang terdiri dari 7 Minggu) sampai hari Selasa menjelang hari
Rabu Abu (untuk memasuki siklus Paskah)

Siklus Paskah

Siklus Paskah terdiri dari : masa persiapan yang disebut Masa Prapaskah,
Pekan Suci yang diawali Minggu Palma dan mencapai puncaknya Triduum Paskah (dan HR. Paskah)'
Masa Paskah, HR. Kenaikan Tuhan (40 hari sesudah Paskah), dan siklus Paskah ditutup dengan
HR. Pentakosta (50 hari sesudah Paskah).

Masa Biasa menyusul keesokan harinya setelah HR Pentakosta.


Hari Minggu setelah Pentakosta adalah HR. Trinitas Maha Kudus, menyusul hari Kamis atau
hari Minggu berikutnya HR. Tubuh dan Darah Kristus, Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus
dilaksanakan pada hari Jumat setelah Minggu kedua Pentakosta.

Akhirnya pada hari Minggu terakhir tahun liturgi (hari Minggu ke-34)
Gereja merayakan Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam
(sebagai penutup siklus temporal dari tahun liturgi)

Perlu diperhatikan bahwa yang menjadi pusat seluruh Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Kristus.
Dan misteri Paskah Kristus ini kita rayakan setiap hari Minggu, yang disebut juga perayaan
"Paskah Mingguan". Selain HR. Paskah yang adalah perayaan Paskah tahunan yang menjadi sumber
seluruh Tahun Liturgi.

Tahun Liturgi A, B, C untuk hari Minggu dan Tahun I & II untuk hari-hari biasa

Seluruh Sabda Tuhan dalam Kitab Suci harus dibacakan/diperdengarkan pada hari Minggu
sepanjang Tahun Liturgi. Maka untuk memenuhi maksud ini, Gereja membagi Tahun Liturgi menjadi Tahun A,
B dan C, berdasarkan Injil Sinoptik (Injil Matius, Markus dan Lukas).
Jadi : Tahun A adalah Injil Matius
Tahun A adalah Injil Matius
Tahun B adalah Injil Markus
Tahun C adalah Injil Lukas.
Sedangkan Injil Yohanes dibacakan diantara ketiga tahun ini berdasarkan misteri iman yang durayakan.
Jadi dalam kurun waktu 3 tahun, seluruh Firman Allah yang termuat dalam Kitab Suci (baik PL dan PB)
dibacakan pada perayaan hari Minggu.

Bagaimana caranya untuk menentukan tahun A, B dan C? Kita ikuti urutan yang sedang berjalan. Misalnya, tahun 2011 a

Kita ikuti urutan yang sedang berjalan. Misalnya, tahun 2011 adalah tahun A, maka sesudahnya,
tahun 2012 adalah tahun B, lalu tahun 2013 adalah tahun C, dan kembali lagi ke tahun A, dst.

Perhitungan yang lain adalah angka tahun kalau habis dibagi tiga, berarti tahun C, kalu sisa satu itu berarti tahun A, sisa dua b

Selain itu pada hari-hari biasa (kecuali hari Minggu) kalender liturgi pada bacaan pertama membagi menjadi tahun I dan tahun

phs
Misalnya, tahun 2011 adalah tahun A, maka sesudahnya, tahun 2012, adalah tahun B, lalu 2013 adalah tahun C, dan kembali lagi ke tahun

rarti tahun A, sisa dua berarti tahun B. Contoh, 2011 : 3 masih sisa 1 berati tahun A ; 2012 : 3 masih sisa 2 berarti tahun B ; 2013 : 3 tidak

enjadi tahun I dan tahun II. Tahun ganjil (tahun yang angkanya ganjil) adalah tahun I, tahun genap adalah tahun II. Jadi tahun 2011 berangk
dan kembali lagi ke tahun A, dst.

i tahun B ; 2013 : 3 tidak ada sisa, habis dibagi tiga, maka itu berarti tahun C.

Jadi tahun 2011 berangka ganjil maka tahun I ; tahun 2012 berangka genap maka tahun II. Jadi kalau rajin ikut misa harian setiap hari, ma
misa harian setiap hari, maka dalam kurun waktu dua tahun seluruh Sabda Allah dalam Kitab Suci dibacakan/diperdengarkan.
dengarkan.
PAROKI ST. FRANSISKUS ASISI SUKASARI
BIDANG LITURGI

Tahun liturgi, warna liturgi dan Perayaan liturgi


yang digolongkan dalam beberapa tingkat, menurut pentingnya.

TAHUN LITURGI

Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa,
selama 1 tahun. Jadi, dalam kalender Gereja Katolik tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi
harian dan mingguan.

Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi
berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November – awal Desember],
yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
[akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun
liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus.

Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam
Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus
terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa
Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan
Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan.

Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya
berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006,
2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga
tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun
bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya
bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan,
tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.
Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi

Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa
besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita
merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita.

Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus
SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia
lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi.

Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat “Hari Raya”, tingkat
“Pesta” dan tingkat “Peringatan”, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59)

1. Hari Raya/ Solemnity:

Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam
kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam
rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan – bacaan Kitab Suci yang sesuai
(Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari
raya.

1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah


6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal

Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam
perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08).
2. Pesta/ Feast

Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul
atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua
bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta
Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November)

3. Peringatan/ Memorial

Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib
maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/
daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/
solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah.

4. Masa musim liturgis

Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan
khusus yang dilakukan.

5. Masa Biasa

Hari- hari dalam masa biasa.

Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: “Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja,
diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan
fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.”
(PTL 9)

“Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta
yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.” (PTL 8)

“Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari
raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa
hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.” (PTL 10-11)

Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru
(Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur
nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua
setelah Pentakosta),
Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah.
Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh
menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari
Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di
negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu.

Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari
Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa
digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka
akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS
PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11)

Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada
Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu.

Warna Liturgi
Dalam Perayaan Ekaristi warna sangat dimanfaatkan sebagai unsur virtual yang sangat penting dalam menciptakan suasana
religius, sekaligus memberi sentuhan atmosfir sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh dapat mengantar umat kepada
pertemuan dengan yang Ilahi.

Gereja Katolik mempunyai pemahaman norma tersendiri dan baku akan warna. Setiap warna merefleksikan nilai dan makna
rohani tertentu. Begitu juga kapan waktu pemakaian warna tersebut dipakai disesuaikan dengan masa-masa dan perayaan-
perayaan atau pesta tertentu menurut penaggalan kalender liturgi.

Warna yang dimaksud dalam liturgi adalah warna Stola (selempang/selendang) dan Kasula (Mantol Lebar/Pakaian Paling Luar
Imam) yang dipakai oleh Imam, begitu juga dengan warna yang dikenakan Prodiakon, Lektor/Lektris dan Putra/Putri Altar
disesuaikan dengan warna yang dipakai imam sesuai kalender liturgi.

Penggunaan warna liturgi berkembang bersama-sama dengan pakaian luturgi dalam sejarah liturgi. Perkembangan pemilihan
warna liturgi berlatar belakang pada teknik pembuatan warna pada zaman kuno. Pada zaman kuno bahan pewarna diambil dari
getah utama keong dengan lama pemasakan, maka orang mengatur warna yang diinginkan. Semakin lama pemasakan,
semakin mahal harganya. Warna merah tua dan gelap merupakan warna yang paling mahal, maka pesta liturgi yang
disimbolkan juga semakin meriah.

Pemilihan warna liturgi amat dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol warna sebagaimana dipahami suatu budaya dan
masyarakat tertentu. De facto, penafsiran terhadap simbol warna bisa bermacam-macam dan berbeda antarasuatu bangsa-
budaya yang satu dengan yang lain. Meskipun begitu, kita boleh meringkas makna simbolis warna-warna liturgi secara umum
dan penggunaannya.

Dalam liturgi, warna melambangkan:

1. Sifat dasar misteri iman yang kita rayakan,


2. Menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi

HIJAU
Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau
juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi suasana pengharapan. Warna
hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.

Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk
masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh
ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh
harapan akan kasih Allah.

PUTIH DAN KUNING

Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan
pakaian putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan
kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan
sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenkan
jubah, single dan solideo putih.

Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian,
sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti simbolisasi yang
sama, yakni makna kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa
digunakan bersama-sama atau salah satu.

Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali
peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta dan peringatan Santa Perawan
Maria, para malaikat, para kudus bukan martir, pada hari raya semua orang kudus (1 November), Santo Yohanes Pembaptis
(24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember), Takhta Santo Petrus Rasul (22 Februari), dan
Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari)

MERAH

Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para
martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia.
Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan
tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu
dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.

Dalam liturgi warna mereh dipakai untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam perayaan perayaan
sengsara Kristus, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan dalam perayaan-perayaan para martir.

UNGU

Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna
ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas
diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat
tobat.

Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu
melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang
meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.
HITAM

Warna hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam, kematian, dan
kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara paling intensif. Warna
hitam bisa digunakan dalam liturgi arwah, meskipun penggunaan warna ini sekarang bersifat fakulatif.

Anda mungkin juga menyukai