Anda di halaman 1dari 28

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 01.04.

04
RUMAH SAKIT TK III 01.06.01 DR REKSODIWIRYO

PANDUAN

KOMUNIKASI EFEKTIF

Jl. Dr. Wahidin No.1 Padang telp. (0751) 811498-893311


email : rumahsakittentarareksodiwiriryo@yahoo.co.id
fax. (0751) 31003
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi di lingkungan rumah sakit merupakan modal dasar untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Komunikasi yang terjadi melibatkan
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horizontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisplin termasuk unsur medis, keperawatan, unsur penunjang
lainnya, unsur administrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi
konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal mengarah pada sisi
penerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga
maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang
terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan aktifitas media bagi
pimpinan menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-
unit dibawahnya. Dengan komunikasi maka fungsi menejerial yang berawal dari
fungsi perencanaan,implementasi dan pengawasan dapat dicapai.Komunikasi
dipengaruhi oleh persepsi dan sebaliknya persepsi dipengaruhi oleh komunikasi.
Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami
informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi sangat
tergantung pada persepsi masing-masing staf yang terlibat didalamnya.
Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan
menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi. Dalam rangka mencegah risiko
cidera pada pasien akibat kesalahan komunikasi dan meningkatkan
keselamatan pasien, diperlukan sebuah panduan komunikasi efektif di Rumah
Sakit dr. Reksodiwiryo Padang.

1
B. PENGERTIAN
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan tepat waktu, akurat,
lengkap, tidak bermakna ganda (ambiguous), dan diterima oleh penerima
informasi yang bertujuan mengurangi kesalah-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup komunikasi efektif di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo
Padang adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi dengan komunitas masyarakat.
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga.
a. Jenis asuhan dan pelayanan,
b. Akses untuk mendapatkan pelayanan.
c. Edukasi.
3. Komunikasi antar tenaga kesehatan (Profesional Pemberi Asuhan/PPA) di
dalam dan luar rumah sakit terdiri dari 3 jenis komunikasi:
a. Komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi urgent yang terdiri
dari:
1) Code blue
2) Code red
b. Komunikasi efektif tentang informasi asuhan pasien selama bekerja dalam
shift atau antar shift terdiri dari:
1) Informasi status kesehatan pasien termasuk CPPT
2) Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan ranap
3) Informasi klinis saat transfer dan dirujuk
4) Serah terima/operan
c. Komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar profesional
pemberi asuhan (PPA).
4. Komunikasi antar tingkat/unit/instalasi
a. Pertemuan di setiap dan antar tingkat di rumah sakit
b. Komunikasi antar unit

3
B. SASARAN
Sasaran pedomankomunikasi efektif adalah mengatur komunikasi yang terjadi di
Rumah Sakit dr. Reksodiwiryo Padang antara lain dengan:
a. Masyarakat
b. Pasien, keluarga dan pengunjung.
c. Dokter, tenaga kesehatan lain, Perawat, Bidan, tenaga non medis, tenaga
non keperawatan.
d. Institusi pemerintah dan swasta.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Komunikasi Dengan Komunitas Masyarakat


1. Strategi komunikasi Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang dengan
masyarakat, pasien, dan keluarga didasarkan pada pengenalan populasi
yang dilayani rumah sakit.
2. Populasi yang dilayani berdasar atas demografi yang diuraikan menurut
tanggal lahir, etnis, agama, tingkat pendidikan, serta bahasa yang digunakan
termasuk hambatan komunikasi.
3. Identifikasi komunitas dan populasi berdasarkan data demografi seluruh
pengunjung rumah sakit yang telah dianalisis tentang : penyakit, jenis
kelamin, tanggal lahir, ras/etnis, agama, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan,tempat domisili dan lain-lain yang terkait untuk: Komunikasi
lanjutan tentang informasi pelayanan, jam pelayanan dan proses
mendapatkan pelayanan serta sumber rujukan.
4. Jenis informasi yang dikomunikasikan kepada masyarakat meliputi:
a. Informasi tentang pelayanan,
b. Jam pelayanan,
c. Akses dan proses mendapatkan pelayanan
5. Komunikasi dengan menggunakan media
a. Spanduk
(a) Spanduk himbauan kesehatan yang berkaitan dengan peringatan
hari-hari besar nasional dan internasional
(b) Spanduk pelayanan rumah sakit
(c) Spanduk kegiatan – kegiatan sosial
b. Standing bunner  Bunner himbauan kesehatan
c. Sign Box dan Neon Box
 Pelayanan UGD 24 Jam
 Jadwal Poli Spesialis
 Neon Box Pelayanan Rumah Sakit

5
d. Brosur dan flayer
(a) Brosur tentang pelayanan rumah sakit
(b) Flayer Gizi
(c) Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit
6. Hotline ke:
Informasi : 0751-811498 atau 0751-893311
Informasi dan : 085263933151 (WA/SMS)
keluhan pelanggan
Nomor Faximile : 0751-31003
Website : www.rumkitreksodiwiryo.com
Email : rumahsakittentarareksodiwiryo@yahoo.co.id

7. Kotak saran
8. Komunikasi langsung
a. Penyuluhan kesehatan di internal rumah sakit
b. Kegiatan Edukasi
c. Seminar kesehatan

B. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai asuhan
dan pelayanan yang disedikan oleh rumah sakit serta bagaimana untuk
mengakses pelayanan. Memberikan informasi ini penting untuk membangun
komunikasi terbuka dan terpercaya antara pasien, keluarga dan rumah
sakit.Informasi tersebut membantu mencocokkan harapan pasien dengan
kemampuan rumah sakit. Adapun informasi yang mesti dikomunikasikan dengan
pasein dan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Jenis asuhan dan pelayanan
Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang jenis
asuhan dan pelayanan. Informasi untuk pasien dan keluarga tentang asuhan
dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, dalam bentuk website atau
brosur. Adapun jenis asuhan dan pelayanan yang diinformasikan kepada
pasien dan keluarga adalah sebagai berikut:

6
a. Pelayanan Medik Umum
 Pelayanan MCU
b. Pelayanan Gawat Darurat ( 24 jam dengan dokter triase dan 1
anestesi)
c. Pelayanan medik Spesialis Dasar
 Pelayanan Penyakit Dalam
 Pelayanan Kesehatan Anak
 Pelayanan Bedah
 Pelayanan Obstetri dan Ginekologi
d. Pelayanan medik Spesialis Penunjang
 Pelayanan Anestesiologi
 Pelayanan Radiologi
 Pelayanan Rehabilitasi Medik
 Pelayanan Laboratorium sentral yang terdiri atas pelayanan patologi
klinik, patologi anatomi dan mikrobiologi.
 Pelayanan Gizi Klinik
e. Pelayanan Medik Spesialistik
 Pelayanan Spesialis THT
 Pelayanan Spesialis Orthopedi
 Pelayanan Spesialis Kesehatan JIwa
 Pelayanan Spesialis Penyakit Syaraf
 Pelayanan Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
 Pelayanan Spesialis Jantung
 Pelayanan Spesialis Paru
 Pelayanan Spesialis Mata
 Pelayanan Radioterapi
 Pelayanan Gigi dan Mulut
f. Pelayanan Keperawatan
 Pelayanan keperawatan umum
g. Pelayanan Penunjang Klinik
 Pelayanan Gizi
 Pelayanan Farmasi
 Pelayanan Rekam Medis

7
 Pelayanan Radiologi
 Pelayanan Laboratorium
h. Pelayanan Penunjang Non Klinik
 Laundry
 Pelayanan Pramusaji
 Pengolahan limbah
 Pelayanan Sterilisasi Alat
 Transportasi (ambulance)
 Komunikasi
 Pelayanan Rohani
i. Pelayanan administrasi
 Informasi dan penerimaan pasien ( registrasi )
 Keuangan ( kasir)
 Personalia ( sdm )
 Keamanan ( security )
Untuk pelayanan yang belum tersedia akan diatasi dengan memanfaatkan
mekanisme rujukan dan dengan membuat perjanjian kerja sama dengan
rumah sakit yang memiliki fasilitas terkait.
2. Akses untuk mendapatkan pelayanan
a. Untuk mendapatkan informasi akses pelayanan Rumah Sakit Tk.III
Dr.Reksodiwiryo Padang bagi pasien dan keluarga melalui beberapa cara
yaitu: melalui media informasi dan edukasi, website, brosur , spanduk,
banner dan pendaftaran secara online.
b. Untuk pendaftaran online pasien dan keluarga bisa menghubungi nomor
SMS: 081270660865, dengan cara: kode poli (spasi) No.RM. contoh:
PAR 123456
3. Edukasi
Dalam proses asuhan pasien, edukasi merupakan hal penting yang
mesti dilakukan oleh RS. Pasien hanya dapat membuat keputusan yang
dikemukakan dan berpartisipasi dalam proses asuhan apabila mereka
memahami informasi yang diberikan kepada mereka. Oleh sebab Komunikasi

8
dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan dalam format dan bahasa
yang mudah dimengerti.
a. Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan
kepada pasien, oleh karena itu masing-masing PPA harus memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga antara lain:
 DPJP: Hasil assessment, diagnosis dan rencana asuhan yang akan
diberikan hasil asuhan dan pengobatan, termasuk hasil asuhan yang
tidak diharapkan.
 DPJP dan PPJA: tentang asuhan lanjutan dirumah
 Apoteker:
 Penggunaan obat-obatan secara efektif dan aman
 Potensi efek samping obat
 Potensi interaksi obat antar obat konvensional, obat bebas, serta
suplemen atau makanan
 DPJP/PPA lainnya: Keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan
medis
 DPJP/Dietisien/PPA lainnya: diet dan nutrisi yang memadai
 DPJP/PPA/Staf Klinis: manajemen nyeri
 DPJP/fisioterapis: teknik rehabilitasi
 PPJA/PPA lainnya/PPI: cara cuci tangan yang aman
b. Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent), pasien dan keluarga belajar tentang risiko
dan komplikasi yang dapat terjadi untuk dapat memberikan persetujuan.
c. Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang hak dan tanggung jawab
mereka untuk berpartisipasi pada proses asuhan.
d. Edukasi pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini, terkait dengan
pelayanan pasien: penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan
medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan,
pedoman nutrisi, manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi
e. Metode edukasi mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan
keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai antar pasien-
keluarga dan staf klinis agar edukasi efektif dilaksanakan.
f. PPA harus menyediakan waktu yang adekuat dalam memberikan edukasi

9
g. Bila diperlukan, pemberian edukasikepada pasien dan keluarga diberikan
secara kolaboratif oleh PPA terkait
h. Pada proses pemberian edukasi, staf harus mendorong pasien dan
keluarga untuk bertanya dan memberi pendapat agar dapat sebagai
peserta aktif
i. Dilakukan verifikasi untuk memastikan pasien dan keluarga dapat
memahami materiedukasi yang diberikan
j. Informasi verbal diperkuat dengan materi tertulis
k. Dalam menunjang keberhasilan asuhan yang berkesinambungan, upaya
promosi kesehatan harus dilakukan berkelanjutan.
l. Rumah sakit mengidentifikasi sumber–sumber yang ada di komunitas
untuk mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan edukasi untuk
menunjang asuhan pasien yang berkelanjutan
m. Pasien dan keluarga dirujuk agar mendapatkan edukasi dan pelatihan
yang diperlukan untuk menunjang asuhan pasien berkelanjutan, agar
mencapai hasil asuhan yang optimal setelah meninggalkan rumah sakit.
n. Edukasi berkelanjutan tersebut diberikan kepada pasien yang rencana
pemulangannya kompleks.
Ada pun edukasi antara PPA dengan Pasien dan Keluarga
1. Komunikasi efektif antara DPJP dengan Pasien dan Keluarga
a) DPJP harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
tentang kewajibannya terhadap rumah sakit antara lain :
 Memberi informasi yang benar, jelas dan jujur
 Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan
keluarga
 Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti oleh
pasien
 Memahami konsekuensi pelayanan yang diterima
pasien/keluarga
 Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
b) Pendidikan kesehatan tersebut disampaikan secara lisan dan
dicatat pada Lembar informasi DPJP Utama dan Bukti

10
Pelaksanaan Penjelasan DPJP dilengkapi tanda tangan DPJP dan
pasien.
c) DPJP wajib membuat rencana pelayanan
1) Menuliskan rencana pelayanan
 Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan
medis yang akan ditangani pada CPPT.
 Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
dapat berupa rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan
lain-lain.
 Dokter menyusun rencana terapi atau intervensi guna
menangani masalah.
 Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan.
2) Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/ keluarga
 Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa pasien
diperiksa dan dibuat diagnosis kerja.
 Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaan/tindakan
yang akan dilaksanakan.
 Dokter menyampaiakan kemungkinan manfaat dan
resikonya terhadap tindakan
 Dokter memastikan bahwa, pasien sudah paham.
 Dokter mempersilahkan kepada pasien untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas.
 Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa
telah menginformasikan (lembar informasi medis) rencana
pelayanan dan membubuhkan paraf.
2. Komunikasi efektif antara perawat dengan pasien dan keluarga
 Memberi salam pada pasien dan keluarga.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang lingkungan ruang
rawat fasilitas yang dapat digunakan serta prosedur penggunaannya.
 Menjelaskan tata tertib di Rumah Sakit
 Menjelaskan hak dan kewajiban pasien
 Memberikan penjelasan petugas yang merawat.
 Informasi waktu konsultasi

11
 Informasi catatan perkembangan kondisi pasien dan rencana asuhan
perawatan.
 Informasi tentang persiapan pulang.
 Setiap selesai melaksanakan orientasi harus dicatat dan ditanda
tangani oleh kedua belah pihak
3. Komunikasi efektif antara farmasi dengan pasien dan keluarga
a) Aspek yang harus disampaikan
 Deskripsi dan kekuatan obat
 Jadwal dan cara penggunaan
 Mekanisme kerja obat
 Dampak gaya hidup
 Penyimpanan
 Efek potensial yang tidak diinginkan
b) Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan
 Berkomunikasi dengan pasien
 Memberikan informasi yang tepat tanpa kalimat klise
 Mempunyai strategi untuk mencegah ketidapatuhan
4. Komunikasi efektif antara ahli gizi dengan pasien dan keluarga
Komunikasi efektif antara ahli gizi dengan pasien dan keluarga melalui
konseling gizi. Pendekatan dalam konseling gizi di Rumah Sakit Tk.III
Dr.Reksodiwiryo Padang mencakup 5 tahapan, yaitu
 Persiapan
Tahap persiapan, menjelaskan tentang pentingnya melakukan
manajemen/ diet. Konselor dalam tahap ini menanyakan tentang
kebiasaan makan pasien dan penjelasan akan adanya upaya
perbaikan jika ada kekurangan dalam menjalankan diet
sebelumnya. Sebelum memasuki tahap ini konselor sebaiknya
melihat riwayat penyakit pasien, melihat status gizi pasien, melihat
hasil pemeriksaan laboratorium, dll.
 Pengkajian.
Pada tahap pengkajian konselor mengkaji diet yang sudah pernah
atau sedang dijalani oleh pasien.
 Anjuran/Saran

12
Konselor memberikan saran-saran tentang diet yang sebaiknya
dilakukan berdasarkan risiko kesehatan pasien.
 Kerjasama/negosiasi.
Konselor menegosiasikan dengan pasien tentang rencana diet,
menyampaikan kemungkinan kendala-kendala untuk
melaksanakan diet.
 Tindak lanjut.
Tahap terakhir ini adalah tahap pemantauan (monitoring). Proses
ini jika memungkinkan bisa dilakukan dengan telepon, jika tidak
maka bisa saja dilakukan saat pasien dirawat inap (opname)
kembali.
c) Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan (Profesional Pemberi
Asuhan/Ppa)
Komunikasi antar tenaga kesehatan (Profesional Pemberi Asuhan/PPA)
di dalam dan luar rumah sakit terdiri dari 3 jenis komunikasi:
1. Komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi urgent yang terdiri
dari:
a) Code blue
Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi
yang harus segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam
kondisi cardiorespiratory arrest di dalam area rumah sakit.
Code blue response team atau tim code blue adalah suatu
tim yang dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon
kondisi code blue didalam area rumah sakit. Tim ini terdiri dari
dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan
kondisi cardiac respiratory arrest.
Organisasi Blue Team terdiri dari :
1. Koordinator Team
2. Penanggu jawab medis
3. Perawat pelaksana
Uraian tugas dari blue team
1) Koordinator Team dijabat oleh dokter Anastesi atau dokter
jantung, bertugas :
 Mengkoordinir segenap anggota

13
 Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawat
daruratan yang dibutuhkan oleh anggota
2) Penanggung jawab medis dijabat oleh dokter umum, bertugas :
 Mengidentifikasi awal/triage pasien
 Memimpin pennggulangan pasien saat terjadi
kegawatdaruratan
 Memimpin tim dalam pelaksanaan RJP
 Menentukan sikap
3) Perawat pelaksana, bertugas :
 Bersama dokter penanggung jawab medis mengidentifikasi
triage pasien
 Membantu dokter penanggung jawab medis menangani
gawat darurat
Komunikasi dalam penanganan kegawat daruratan di rumah
sakit merupakan hal yang sangat penting, untuk itu ada hal-hal
yang harus dipenuhi dlam berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan tepat
2. Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi
Alat –alat komunikasi yang digunakan sebagai standar :
telepon kode darurat 135.
3. Alarm Code Blue terdapat 3 titik, di depan, di tengah dan di
belakang. Sirine alarm Code Blue berwarna biru dan disertai
suara di speaker “Code Blue, Code Blue! Ada korban di ..... “
b) Code red
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya
ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun
asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit
untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh
personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran
spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat
bencana rumah sakit.
Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area
kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik
evakuasi, dan sebagainya. Untuk Alarm Code Red berupa bunyi

14
lonceng sebanyak 3 kali disertai suara di speaker “Code Red,
Code Red, Code Red! ada kebakaran di lokasi ..... ”
Adakalanya di rumah sakit memerlukan penyampaian
informasi yang akurat dan tepat waktu, khususnya keadaan yang
urgent sperti code blue, code red dan perintah eveakuasi.
Penyampaian informasi ini dilakukan saat apel dan
pemberitahuan di mading rumah sakit.

2. Komunikasi efektif tentang informasi asuhan pasien selama bekerja


dalam shift atau antar shift terdiri dari:
a. Informasi status kesehatan pasien termasuk CPPT
Informasi tentang status kesehatan dan rencana asuhan
terintegrasi dibuat dan dicatat oleh Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) . Integrasi dan koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan
pasien merupakan sasaran yang menghasilkan efesiens,
penggunaan SDM dan sumber lainnya, dan hasil asuhan pasien
yang lebih baik.
Rencana asuhan pasien terintegrasi dibuat dengan
sasaran berdasarkan atas data assesmen awal dan kebutuhan
pasien. Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk
Asuhan Pasien Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan
vertikal.
Pada integrasi horizontal kontribusi profesi masing-masing
PPA adalah sama pentingnya/ sederajat. Pada integrasi vertikal
pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke
tingkat pelayanan yang berbeda, disini peran Manajer Pelayanan
Pasien (MPP) penting untuk integrasi tersebut, dengan
komunikasi yang memadai terhadap PPA. Rencana asuhan
dievaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi pasien,
dimuthakhir, atau direvisi oleh tim PPA berdasarkan atas
assesmen ulang. Pendokumentasian di rekam medis pada CPPT
merupakan alat untuk memfasilitasi dan menggambarkan
integritas serta koordinasi asuhan pada pasien.

15
b. Ringkasan pulang pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
a) Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk
semua pasien rawat inap
b) Ringkasan pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
c) Salinan ringkasan pulang diberikan kepada:
 Pasien
 Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan
kelanjutan asuhan
 Rekam medis
 Pihak penjamin pasien
 Sebagai jawaban rujukan
d) Ringkasan pulang dijelaskan kepada pasien
e) Ringkasan pulang ditanda tangan oleh pasien dan keluarga

c. Informasi klinis saat transfer dan dirujuk


a) Memuat indikasi pasien masuk dirawat.
b) Memuat riwayatkesehatan, pemeriksaan fisis, danpemeriksaan
diagnostic.
c) Memuat setiap diagnosis yang dibuat.
d) Memuat setiap prosedur yang dilakukan.
e) Memuat obat yang diberikan dan tindakan lain yang dilakukan.
f) memuat keadaan pasien pada waktu dipindah(transfer).
g) Formulir transfer di simpan di unit tujuan transfer.

d. Serah Terima/Overan
Serah terima asuhan pasien (hand over) adalah perpindahan
tanggung jawab professional dan akuntabilitas untuk beberapa
atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau sekelompok
pasien, ke orang lain atau kelompok professional lain secara
sementara atau permanen . Struktur laporan dalam handover terdiri
dari lima informasi utama : identitas pasien, riwayat kesehatan,

16
status klinis, rencana perawatan (termasuk prosedur perawatan
atau diagnostik yang harus dilakukan oleh anggota tim kesehatan
manapun) dan hasil yang akan dicapai atau tujuan perawatan.
1) Serah terima pelayanan pasien di rumah sakit terjadi antara:
a) Sesama pemberi pelayanan kesehatan (antar dokter oleh
DPJP/ dokter jaga masing-masing dengan menggunakan
formulir serah terima shift. Dokter ke perawat dengan
menggunakan buku visite (situasional). Antar perawat
dengan menggunakan buku serah terima shift.
b) Antara tingkat perawatan yang berbeda di dalam rumah
sakit dengan menggunakan formulir transfer pasien
c) Dari ruang perawatan pasien ke instalasi lain untuk
tindakan diagnostik atau terapeutik lain seperti radiologi
atau rehabilitasi medik dengan menggunakan formulir
transfer pasien;
d) antara staf dan pasien/keluarga, seperti pada saat
pemulangan dengan menggunakan formulir discharge
planning.
2) Teknik komunikasi yang digunakan dalam proses serah
terima adalah SBAR (Situation, Background, Assesmen,
Recomendation).
3) Isi penting saat serah terima tertuang di dalam buku serah
terima, berisi:
a) Informasi mengenai status pasien,
b) Obat-obatan, rencana perawatan, arahan awal,
c) Dan perubahan status yang signifikan.
4) Staf akan mencatat bahwa proses serah terima telah dilakukan
dan kepada siapa pelayanan diserah terimakan, dan kemudian
dibubuhkan tanda tangan, tanggal dan waktu pencatatan.
5) Alat bantu dan buku handover sebagaimana terlampir bukan
bagian dari rekam medis.
6) Setiap kejadian tidak diharapkan akibat proses komunikasi
serah terima ditelusuri dan digunakan untuk identifikasi

17
bagaimana cara memperbaiki proses serah terima dan upaya
perbaikan.

3. Komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar


profesional pemberi asuhan (PPA)
a. Antar PPA
Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat
untuk melaporkan segala bentuk keluhan keadaan dan
permasalahan pasien kepada dokter yang merawat secara tepat
waktu, lengkap, akurat dan jelas dan dipahami kedua belah pihak.
Komunikasi perintah lisan via telepon harus memperhatikan hal-
hal sebagai sebagai berikut :
1) Komunikasi verbal/via telepon antar PPA dilakukan
dengan teknik SBAR dan dituliskan pada CPPT dengan
teknik SOAP/ADIME (asuhan gizi).
2) Perintah lisan via telepon tersebut diverifikasi oleh dokter
pemberi pesan sebagai tanda persetujuan 1x24 jam
kecuali hari libur.
3) Penulisan pesan/ perintah lisan harus dilakukan secara
lengkap dan dapat terbaca dengan jelas agar sumber pesan/
perintah pesan dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
4) Setiap penulisan isi pesan/ perintah lisan harus disertai
dengan tanggal, jam nama lengkap dan tanda tangan
penerima perintah, pemberi perintah, pelaksana perintah,
serta keterangan (bila diperlukan saksi).
5) Dalam penulisan pesan/ perintah lisan harus menghindari
penggunaan singkatan, akronim, simbol yang berpotensi
menimbulkan kesalahan dalam penulisan pesan/ perintah
lisan dan dokumentasi medis (misalnya catatan keperawatan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pengkajian awal keperawatan
dan sebagainya).
6) Prosedur komunikasi secara lisan atau melalui telepon adalah

18
a) Petugas kesehatan yang melaporkan kondisi pasien/ hasil
tes pemeriksaan yang kritis kepada dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP)
b) Ketika dokter memberi instruksi verbal maka petugas
kesehatan menerapkan tulis baca kembali konfirmasi
(Tulbakon)
c) Petugas kesehatan yang menerima instruksi via telepon/
lisan/ hasil test pemeriksaan yang kritis menuliskan pesan
yang disampaikan pemberi informasi di CPPT
d) Pelaporan hasil Pemeriksaan Kritis di status rekam medis
pasien meliputi:
 Tanggal/jam pesan diterima
 Isi perintah lisan
Misalnya untuk dosis obat yang akan diberikan dan
waktu pemberian obat harus dicatat lengkap untuk
menghindari kesalahan penafsiran
 Khusus untuk order peresepan obat / pemberian obat,
jika obat termasuk obat LASA maka petugas harus
mengeja satu persatu hurufnya menggunakan
ejaan terstandar
 Setelah dituliskan, petugas yang menerima pesan/hasil
pemeriksaan kritis wajib mengkonfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan termasuk nama pasien, tanggal
lahir, serta diagnosis
 Petugas yang menerima pesan harus menulis nama
dan menandatangani CPPT
 Petugas pemberi pesan melakukan konfirmasi dengan
menandatangani pesan yang ditulis penerima dalam
waktu 1x24 jam kecuali hari libur.

4. Komunikasi pelaporan nilai kritis pemeriksaan diagnostic


a) Pelaporan hasil kritis pemeriksaan laboratorium
 Petugas yang melakukan pemeriksaan laboratorium
menyampaikan hasil pemeriksaaan labor kritis ke perawat

19
ruangan , kemudian perawat ruangan menyampaikan hasil
laboratorium kritis kepada dokter DPJP minimal 3 kali telepon
pada 10 menit pertama.
 Perawat ruangan yang menerima hasil kritis
mendokumentasikan pada CPPT dan di stempel konfirmasi.
Hasil pemeriksaan laboratorium dilampirkan pada rekam
medis dalam waktu 1x24 jam. Kemudian perawat melaporkan
kpada DPJP dengan menggunakan komunikasi SBAR dan di
dokumentasikan pada CPPT dengan metode TULBAKON
(Tulis, Baca dan Konfirmasi).
 Petugas laboratorium yang melaporkan dan perawat yang
mnerima laporan hasil kritis mencatat dalam buku pencatatan
nilai kritis ( identitas pasien, tanggal dan waktu menelpon,
nama analis laboratorium, nama perawat dan hasil kritis yang
di laporkan).
 Pada 10 menit ke dua, bila dokter yang mengirim permintaan
pemeriksaan tidak bisa dihubungi, perawat melaporkan hasil
nilai kritis ke dokter jaga yang bertugas saat itu.
 Pada 10 menit ketiga, bila yang menerima hasil kritis bukan
dokter yang merawat pasien (dokter jaga), dokter jaga segera
melaporkan ke dokter DPJP, Menggunakan komunikasi
SBAR dan didokumentasikan dalam CPPT dengan metode
TULBAKON ( Tulis, Baca, Konfirmasi )
 Jika dalam waktu 30 menit masih tidak berhasil maka bisa
dilaporkan ke bagian Sub Mutu Pelayanan Rumah sakit.
 Petugas laboratorium mengkonfirmasi ulang ke perawat
ruangan apakah hasil nilai kritis pasien sudah dilaporkan ke
DPJP.
b) Pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi
 Petugas yang melakukan pemeriksaan radiologi memberikan
hasil foto rontgen kepada dokter spesialis radiologi, radioterapi
atau untuk diekspertise
 Hasil kritis ekspertise oleh dokter spesialis radiologi, atau
petugas radiologi disampaikan kepada dokter yang

20
mengirimkan permintaan pemeriksaan dalam 20 menit pertama
melalui telepon minimal 3 kali telepon.
 Pada 20 menit kedua, bila dokter yang mengirim permintaan
pemeriksaan tidak bisa dihubungi, dokter spesialis radiologi,
atau petugas radiologi menghubungi ruang rawatan. Jika
masih tidak bisa, maka menghubungi komite sub mutu dalam
20 menit ketiga
 Dokter/perawat yang menerima hasil kritis, dengan
menggunakan teknik TULBAKON (Tulis Baca Konfirmasi),
mendokumentasikan didalam rekam medis (formulir CPPT),
berupa hasil tes kritis, tanggal dan waktu menerima disertai
stempel konfirmasi oleh petugas yang melaporkan
 Bila yang menerima hasil kritis bukan dokter yang merawat
pasien, pada 20 menit ketiga dokter/perawat ruangan segera
melaporkan ke dokter yang mengirim permintaan.

d) KOMUNIKASI ANTAR TINGKAT/UNIT/INSTALASI


1. Pertemuan di setiap dan antar tingkat di rumah sakit
a. Seluruh kepala bidang/divisi bertanggung jawab terhadap
terselenggaranya komunikasi efektif dengan membuat daftar
rapat berkala dan insidentil.
b. Pengaturan jadwal pertemuan antar kelompok profesional, antar
unit struktural, antara profesional dan manajemen, profesional
dengan organisasi luar.
c. Jika ada informasi yang urgen informasi melalui WA group resmi
rumah sakit yang disusulkan dengan surat.
d. Pimpinan rumah sakit dapat menyusun tim gabungan ketika
dibutuhkan.
e. Jika dalam pelaksanaan kegiatan sebuah unit akan
mempengaruhi pelayanan unit yang lain maka dikomunikasikan
melalui surat.
f. Jika pelaksanaan sebuah kegiatan yang perlu dikomunikasikan
kepada seluruh staf dan pengunjung RS maka dikomunikasikan
melalui poster atau spanduk.

21
g. Pimpinan rumah sakit mengatur jadwal rapat berkala yang di
keluarkan dalam bentuk surat keputusan.
h. Pertemuan meliputi :
1) Petemuan kepala rumah sakit dengan struktural.
2) Pertemuan kepala rumah sakit dengan kepala unit.
3) Pertemuan antar tingkat instalasi/unit.
4) Pertemuan antar profesi

2. Komunikasi Antar Unit


Antar unit pelayanan di rumah sakit. IGD ke rawat inap, rawat
jalan ke rawat inap. Dari Rawat darurat/rawat inap/ rawat jalan ke
pelayanan penunjang lain.Pasien sering berpindah (transfer)
pelayanan di rumah sakit. Saat perpindahan pasien maka terjadi juga
perpindahan tim pelayanan. Perpindahan pasien dari satu tim
pelayanan ke tim pelayanan yang lain harus diikuti oleh perpindahan
informasi kesehatan pasien. Alat komunikasi pasien antar tim
pelayanan adalah rekam medis atau ringkasannya, Ringkasan
transfer. Rekam medis sebagai sarana komunikasi transfer pasien
mengandung :
a. Alasan masuk rumah sakit.
b. Temuan yang signifikan.
c. Diagnosis yang telah ditegakkan.
d. Tindakan yang telah diberikan.
e. Obat-obatan yang telah diberikan.
f. Kondisi pasien saat dipindah/ transfer.
g. Tindakan yang akan dilakukan.
Komunikasi mengenai pelaporan infeksi di laboratorium.Infeksi
yang terjadi dilaboratorium dicatat dan dilaporkan secara internal ke
PPI. PPI melalui Rumah sakit melaporkan ke dinas kesehatan sesuai
peraturan perundang-undangan.

22
BAB V
DOKUMENTASI

A. Komunikasi dengan Masyarakat


1. Buku Profil Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
2. Kotak saran
3. Website dan email
4. Media leaflet, standing banner, spanduk, poster
B. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga
1. Laporan komplain dan hotline
2. Rekam medik untuk pemberian informasi:
 General Consent
 Asesmen awal medis
 Catatan Pemberian Informasi Dan Edukasi Pasien Dan Keluarga
Terintegrasi
 Form edukasi kosong
 CPPT
 Inform Consent
3. Laporan edukasi kesehatan
4. Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh tim PKRS
C. Komunikasi antar PPA
1. Rekam medis pasien
2. Daftar obat LASA
3. Lembar ALPHABET
4. CPPT
5. Formulir transfer
6. Formulir rujukan pasien
7. Resume Pulang/Discharge Summery
8. Formulir serah terima pasien/hand over
Ditetapkan di Padang
pada tanggal, 02 Januari 2018
Kepala Rumah Sakit Tk. III dr.Reksodiwiryo

dr. Antonius Swandaru.M.M.R.S


Letnan Kolonel Ckm NRP.11930096000668

23
DAFTAR ALFHABET

KODE ALFABET KODE


HURUF HURUF
ALFABET

A ALFA N NOVEMBER

B BRAVO O OSCAR
C CHARLIE P PAPA
D DELTA Q QUIT
E ECHO R ROMEO
F FLORA S SIERRA
G GOLF T TANGO
H HOTEL U ULTRA
I INDIA V VICTOR
J JULIET W WHISKEY
K KILO X X-RAY
L LIMA Y YONGKI
M MAYOR Z ZOMBI

24
FORMULIR TRANSFER

25
DAFTAR OBAT HIGHT ALERT

BENTUK
NO KELAS TERAPI OBAT KEKUATAN
SEDIAN

ELEKTROLIT
1 Kalsium Glukonas (Ca Glukonas) Flacon 100 mg/ mL
PEKAT
Sodium Bicarbonat (Meylon) Flacon 8,4% 25 mL
(Otsu - KCl 7,46% 25
Potasium Cloride Flacon
7.46) mL
Natrium Klorida (Otsu - SALIN) Infus 3% 500 mL
(Otsu -
Magnesium Sulfate Flacon 40% 25 mL
MgSO4)
VASOKONSTRIKT
2 Ephinephrine Injeksi 1 mg/ mL
OR

Norepinephrine (Norfion) Injeksi 8 mg/ mL

150 mg/ 3
3 ANTI ARITMIA Amiodaron (Tiaryt) Injeksi
mL
2% 20 mg/
Lidocain Injeksi
mL
Amiodaron (Tiaryt) Tablet 200 mg
2,5 mg/ 0,5
4 ANTI TROMBOSIT Fondaxparinux (Arixtra) Injeksi
mL
100 mg/ 10
Cilostazol (Citaz) Tablet
mL
25000 IU/ 5
Heparin (Inviclot) Injeksi
mL
Warfarin (Simarc) Tablet 2 mg
DEXTROSE
5 Dextrose (Otsu - D40%) Injeksi 40% 25 mL
HIPERTONIK
ANTIDIABETES
6 Glimepiride Tablet 1, 2, 3 mg.
ORAL

26
Acarbose Tablet 50, 100 mg
Glibenklamide Tablet 5 mg
Metformin (Glikos) Tablet 500, 850 mg
(Gliquidon,
Glikuidon Tablet 30 mg
Glurenorm)
7 INSULIN Insulin Glulisine (Apidra) Injeksi 100 IU
Insulin Glargine (Lantus) Injeksi 100 IU
Insulin Detemir (Levemir) Injeksi 100 IU
Biphasic Insulin
(Novomix) Injeksi 100 IU
Aspart
Insulin Aspart (Novorapid) Injeksi 100 IU
8 OBAT JANTUNG Digoxin Tablet 0,25 mg
250 mg/ 5
Dobutamin (Doburan) Injeksi
mL
Digoxin (Fargoxin) Injeksi 0,25 mg/ mL
(Concor, Beta 2,5 mg & 5
Bisoprolol Tablet
One) mg
250 mg/ 5
Dopamin (Udopa) Injeksi
mL

27

Anda mungkin juga menyukai