Anda di halaman 1dari 2

Kisah diambil dari keterangan al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Beirut, Dar al-Fikr al-Ilmiyah, cetakan

kelima, jilid I, halaman 145 – 147

Suatu hari Imam Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada Imam Hatim al-Asham, “Kamu sudah bersama saya
selama tiga puluh tahun, apa yang kamu dapatkan selama ini?” Imam Hatim menjawab, “Saya
mendapatkan delapan faedah ilmu yang mencukupi saya. Saya berharap kesuksesan saya ada di
dalamnya.”
“Inna lillahi wa inna ilahi raji’un. Umurku telah habis bersamamu namun engkau tidak belajar kecuali
delapan permasalahan,” jawab Syaqiq keheranan. “Wahai guruku, aku tidak mempelajari selain
delapan permasalahan itu, dan sungguh aku tidak suka berbohong,” Hatim meyakinkan. “Sampaikan
delapan permasalahan itu, agar aku mendengarnya,” lanjut Syaqiq.

Imam Hatim berkata,

“Pertama, saya melihat orang-orang satu sama lain saling mencintai dan menyayangi. Bahkan,
disebabkan cintanya yang begitu besar, ada yang rela menemaninya saat sakit. Ada juga yang
menemani sampai di pinggir kuburannya. Namun setelah itu, semua orang pergi dan meninggalkan
orang yang dicintai sendiri. Lantas saya berpikir dan berkata dalam hati, “Saya tidak pernah
menemukan orang yang rela menemani orang yang dicintai sampai ke dalam kuburan meskipun ia
sangat mencintainya, selain amal kebaikan. Oleh karena itu, saya selalu mencintai amal baik agar
kelak menjadi penerang dalam kuburan saya serta menemani dan tidak meninggalkan saya seorang
diri.”

Kedua, tidak sedikit saya temui orang-orang yang mengikuti dan patuh pada hawa nafsunya. Lalu saya
merenungkan firman Allah swt,
‫ِّي ْال َمأ ْ َوى‬
َ ‫ فَإ ِّ َّن ْال َجنَّةَ ه‬،‫ع ِّن ْال َه َوى‬ َ ‫ام َربِّ ِّه َونَ َهى النَّ ْف‬
َ ‫س‬ َ ‫َوأ َ َّما َم ْن خ‬
َ َ‫َاف َمق‬
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan)
hawa nafsunya, sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. an-Nazi’at [79]: 40-41). Saya yakin apa
yang diwartakan al-Qur’an pasti benar, oleh karena itu saya selalu melawan hawa nafsu saya dengan
cara giat mujahadah.

Ketiga, saya melihat banyak orang yang berlomba-lomba mengumpulkan harta kekayaan dan enggan
mendermakannya. Lalu saya teringat firman Allah swt,
‫َما ِّع ْن َد ُك ْم يَ ْنفَ ُد َو َما ِّع ْن َد هللاِّ بَاق‬
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. an-Nahl
[16]:96). Oleh karena itu, saya dedikasikan semua harta saya di jalan Allah. Saya bagi-bagikan pada
orang miskin yang membutuhkan agar kelak menjadi tabungan saya di sisi Allah swt.

Keempat, saya menyaksikan sebagian orang ada yang berasumsi bahwa kemuliaan hanya bisa
didapat dengan memiliki banyak pengikut dan memiliki harta yang melimpah. Bahkan, sebagian ada
yang beranggapan bahwa kemuliaan bisa diraih dengan cara mengghasab harta orang lain (korupsi),
berprilaku zalim, dan menumpahkan darah. Pun ada yang mengatakan kebahagiaan dan kepuasan
hanya bisa didapat dengan cara menghambur-hamburkan uang dan hidup berfoya-foya. Lantas saya
merenungi firman Allah swt,
ٌ ِّ‫ع ِّلي ٌم َخب‬
‫ير‬ َّ ‫َّللاِّ أَتْقَا ُك ْم إِّ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫إِّ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِّع ْن َد‬
“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-
Hujurat [49]:13). Maka, saya memilih takwa karena saya yakin al-Qur’an pasti benar.
Kelima, saya sering menjumpai orang saling mencacimaki dan saling mengekspos kejelekan orang
lain. Faktor utamanya, menurut saya, adalah disebabkan rasa dengki akan kekayaan, pangkat, dan
ilmu orang lain. Kemudian saya menghayati firman Allah swt,
‫شت َ ُه ْم فِّي ْال َحيَاةِّ ال ُّد ْن َيا‬ َ َ‫نَحْ ُن ق‬
َ ‫س ْمنَا َب ْينَ ُه ْم َم ِّعي‬
“Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. az-Zukhruf [43]:32).
Maka, saya tahu bahwa Allh swt telah membagi dan mengaturnya dengan sedemikian rupa sejak
zaman azali, sehingga saya tidak pernah dengki dan selalu menerima apa saja yang dianugerahkan
Allah swt.

Keenam, tidak sedikit saya temui orang yang saling bermusuhan dikarenakan ada tujuan dan sebab
tertentu. Lantas saya teringat firman Allah swt,
َ ُ‫عد ٌُّو فَات َّ ِّخذُوه‬
‫عد ًُّوا‬ َ ‫طانَ لَ ُك ْم‬
َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ِّإ َّن ال‬
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah sebagai musuh.” (QS. Fathir [35]:6). Saya pun
mafhum bahwa hanya setan musuh utama umat manusia.

Ketujuh, saya perhatikan banyak orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh mencari
penghidupan dunia, sehingga ada di antaranya yang tidak peduli apakah barang itu syubhat atau
haram. Bahkan, ada yang rela melukakannya dengan cara mengemis. Lalu saya teringat firman Allah
swt,
ِّ ‫َو َما ِّم ْن َدابَّة فِّي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض إِّ ََّّل‬
‫علَى هللاِّ ِّر ْزقُ َها‬
“Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semua rezekinya dijamin oleh
Allah swt.” (QS. Hud [11]:6). Dari itu saya tahu bahwa rezeki saya telah diatur dan dijamin oleh Allah
swt, sehingga saya fungsikan sebagian besar waktu saya untuk fokus beribadah kepada-Nya.

Kedelapan, saya melihat kebanyakan setiap orang menggantungkan hidupnya pada orang lain. Ada
juga yang bergantung pada harta benda dan kekuasaan. Lalu saya meresapi firman Allah swt,
ُ‫علَى هللاِّ فَ ُه َو َح ْسبُه‬
َ ‫َو َم ْن يَت ََو َّك ْل‬
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah telah menjadikan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [64]:3). Maka,
saya bertawakal kepada Allah swt. Hanya Dia-lah Zat yang akan mencukupi semua kebutuhan saya.”

Imam Syaqiq lantas berkata, “Semoga Allah selalu bersemamu. Sungguh, telah saya lihat dan teliti
dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an, saya menemukan di dalamnya juga mengandung
delapan faedah tersebut. Oleh karena itu, barang siapa yang mengamalkan delapan faedah di atas
berarti dia termasuk orang yang mengerti isi empat kitab tersebut.”

Anda mungkin juga menyukai