KHUTBAH PERTAMA
Sungguh beruntung sekali orang yang diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk bisa hadir dan belajar di majlis-majelis ilmu
mengeyam pendidikan agama dan mengerti terhadap cara dan tujuan yang benar di dalam mencari ilmu.
Oleh sebab itu, pentinglah kiranya bagi kita belajar dari teladan-teladan yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita di dalam
cara dan tujuan yang benar dalam mencari ilmu. Di antaranya adalah teladan yang diriwayatkan dari seorang ulama besar di
masanya. Beliau adalah Hatim al-Asham, murid Syaqiq al-Balkhi radliyallahu ‘anhuma.
Hatim berkata kepada gurunya bahwa ada 8 pengetahuan yang telah dipelajari dari gurunya. Yang pertama “Aku melihat seluruh
manusia. Kemudian aku melihat masing-masing dari mereka mencintai kekasihnya. Ia bersama kekasihnya tersebut hingga sampai
kubur. Namun, ketika ia sudah sampai kubur, maka apa yang ia kasihi meninggalkannya. Maka aku jadikan amal-amal baik sebagai
kekasihku. Sehingga, ketika aku masuk kubur, maka kekasihku masuk ke kubur bersamaku.”
َفِإَّن اْلَج َّنَة ِهَي اْلَم ْأَو ى،َو َأَّم ا َم ْن َخ اَف َم َقاَم َر ِّبِه َو َنَهى الَّنْفَس َع ِن اْلَهَو ى
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka
Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40 - 41)
Aku yakin bahwa sesungguhnya firman Allah subhanahu wa ta’ala adalah benar. Maka aku memaksa nafsuku untuk menolak hawa
(kesenangannya) hingga nafsuku tenang untuk taat kepada Allah ta’ala.
Yang ketiga, sesungguhnya aku melihat seluruh manusia. Aku melihat setiap orang yang memiliki sesuatu yang berharga dan
bernilai, maka ia akan mengangkat dan menjaganya. Kemudian aku melihat firman Allah azza wa jalla:
Sehingga, setiap aku memiliki sesuatu yang bernilai dan berharga, maka aku hadapkan kepada Allah agar tetap terjaga di sisi-Nya.
Yang keempat, sesungguhnya aku melihat semua manusia ini. Aku melihat bahwa masing-masing dari mereka kembali ke harta,
keturunan mulia, kemuliaan dan nasab. Aku merenungkannya, ternyata semua itu tidak ada artinya. Kemudian aku melihat firman
Allah ta’ala:
Maka aku beramal taqwa berharap aku menjadi orang yang mulia di sisi Allah.
Yang kelima, sesungguhnya aku melihat semua manusia ini. Sebagian dari mereka mencela sebagian yang lain, dan sebagian dari
mereka melaknat sebagian yang lain. Penyebab semua ini adalah sifat dengki. Kemudian aku melihat firman Allah azza wa jalla:
Maka aku tinggalkan sifat dengki dan aku menjauh dari manusia. Aku yakin bahwa sesungguhnya pembagian sudah ada dari sisi
Allah subhanahu wa ta’ala. Maka aku menghindari permusuhan dengan manusia.
Yang keenam, aku melihat para manusia. Sebagian dari mereka berbuat zalim pada sebagian yang lain. Dan sebagian dari mereka
memerangi sebagian yang lain. Kemudian aku kembali kepada firman Allah ta’ala:
Yang ketujuh, aku melihat para manusia, masing-masing dari mereka mencari serpihan roti hingga ada yang menghinakan diri
sendiri untuk mendapatkannya. Dan mereka terjerumus ke dalam sesuatu yang tidak halal. Kemudian aku melihat firman Allah
ta’ala:
Maka aku yakin bahwa sesungguhnya aku merupakan salah satu dari dawwab (makhluk hidup) ini yang ditanggung rezekinya oleh
Allah. Maka aku tersibukan dengan apa yang menjadi hak Allah ta’ala atas diriku, dan aku meninggalkan apa yang menjadi hakku
di sisi-Nya.
Yang kedelapan, aku melihat para manusia berpasrah diri dan bertawakkal kepada makhluk. Sebagian tawakkal pada kebunnya,
sebagaian lagi tawakkal pada dagangannya, sebagian lain tawakkal pada pekerjaannya, dan sebagian lain lagi mengandalkan
kesehatan badannya. Semua makhluk tawakkal pada makhluk yang lain yang sama lemahnya dengannya. Kemudian aku kembali
pada firman Allah ta’ala:
Maka aku berserah diri kepada Allah azza wa jalla. Aku yakin Allahlah Tuhan yang mencukupiku.”
Semoga kita senantiasa diberikan taufiq dan hidayah oleh Allah SWT.
Wal Ashri…..