Anda di halaman 1dari 7

Biografi Silsilah ke-35

"THORIQAT QOODIRIYYAH WAN NAQSYABANDIYYAH"


PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
Syeikh Tholhah Kali Sapu Cirebon r.a.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Tasawuf II

Dosen Pengampu : Aceng Wandi Wahyudin, S.Sos.,I.,M.A

Disusun Oleh :

Hayati Nufus Aslamah 1810064

Semester : 3 (tiga)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LATIFAH


MUBAROKIYAH SURYALAYA
Kampus STIE Latifah Mubarokiyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya 46158
Phone (0265)7545050 Website : www.stielm-suryalaya.ac.id
E-mail : office@stielm-suryalaya.ac.id
 Riwayat Hidup Syaikh Tolhah Bin Tolabuddin

Lahir di Desa Trusmi, Weru, Cirebon sekitar tahun 1825. Ayahnya


bernama KH Tolabuddin, putra dari KH Radpuddin keturunan Pangeran Trusmi
putera Sunan Gunung Jati. Pendidikan agamanya dimulai dari Pesantren Rancang
milik ayahnya, kemudian melanjutkan ke Pesantren Ciwaringin – Cirebon, kemudian
melanjutkan ke Pesantren Lirboyo di Ponorogo Jawa Timur.

Melanjutkan pendidikannya di Gresik, kemudian membantu mengajar di


Rancang, dan kemudian menunaikan ibadah haji di Mekah dan menjadi mukimin
(bermukim) di Mekah. Di sana mempelajari Ilmu Tasawuf dan Tarekat dari Syaikh
Ahmad Khatib Sambas Ibn Abdul Ghafar khusus tentang TQN (Tarekat Qodiriyah
wa Naqsyabandiyah) hingga mencapai kedudukan sebagai Wakil Talqin dan
membantu Syaikh Ahmad Khatib Sambas beberapa tahun lamanya. Tahun 1973
kembali dari Mekah dan mengajar di Pesantren Rancang. Pada tahun 1876
mendirikan Pesantren Begong, Kalisafu, Cirebon. Atas tuduhan menghina Ratu
Belanda dan mempersiapkan perlawanan terhadap pemerintah Belanda, pada tahun
1889 ia ditangkap oleh aparat Belanda. Saat kepergiannya yang kedua kali ke Mekah
ia singgah di Singapura dan mengajar tentang TQN di Singapura.

Tahun 1892 beliau diangkat sebagai Penasihat Keagamaan di Kesultanan


Kasepuhan-Cirebon, Bupati Kuningan dan bagi para pejabat tinggi pemerintahan dan
para bangsawan di Cirebon.
Dari pernikahannya dengan isteri-isterinya beliau dikaruniai 18 orang anak
laki-laki dan 8 orang anak perempuan.

Syaikh Tolha meninggal dunia pada tahun 1935 dimakamkan di kompleks


pemakaman Gunung Jati. Selanjutnya setelah wafatnya beliau kekhalifahan TQN
berkedudukan di Suryalaya (Godebag) Tasikamalaya.

 Peranan dan Karyanya


Syaikh Tolhah bin Tolabuddin dari Desa Kalisapu, Cirebon adalah tokoh
utama pengembangan TQN di wilayah Cirebon dan Jawa Barat sebelah timur. Beliau
adalah murid Syaikh Akhmad Khatib Sambas seperti halnya Syaikh Abdul Karim
dari Banten dan Syaikh Holil dari Madura.
Syekh Tholhah adalah guru utama Tarîqat Qãdirîyah wan Naqsyabandîyah.
Pengaruhnya sampai sekarang sangat terasa di masyarakat wilayah Cirebon dan
Priangan Timur. Salah satu muridnya yang terkenal dan diangkatnya sebagai
khalifah untuk wilayah Jawa Barat bagian tengah dan timur adalah Syekh Abdullah
Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh, w. 1956 M.), ayah dari Syekh Shãhib
al-Wafã Tãjul Arifin (Abah Anom), pemimpin Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Syekh dikenali sebagai putra dari Desa Kalisapu, salah satu daerah di wilayah pantai
utara Cirebon.
Tokoh ini dikenal sangat adaptable dan emphaty. Namanya sangat akrab di
hati masyarakat pantai pesisir utara Kabupaten Cirebon dan sangat dihormati oleh
masyarakat muslim Pasundan. Di hati komunitas pesantren di wilayah III khususnya,
nama Syekh terkait dengan tokoh wali kenamaan, Syekh Syarif Hidayatullah. Dia
tercatat sebagai salah seorang sesepuh masyarakat Cirebon yang mewariskan
generasi yang sekarang memangku bebeberapa pondok pesantren di bagian utara dan
barat Kabupaten Cirebon.
Komunitas tertentu memandang Syekh Tholhah dari sudut mereka. Dia
dikenali sebagai salah seorang kyai yang sakti mandra guna. Syekh Tholhah pada
suatu pagi hari diundang oleh salah seorang tetangganya untuk menghadiri upacara
tahlilan. Tetangga yang lainnya merasa “harus” mendapatkan penghormatan dari
sang syaykh. Dia mengundang syaykh bijak itu untuk menghadiri upacara khitanan
yang menyuguhkan tontonan wayang kulit (wayang purwa, istilah Cirebon waktu
itu).
Upacara tahlilan dan pagelaran wayang kulit, pada zamannya, merupakan
cerminan dua kutub yang berbeda (pahala dan dosa, atau ibadah dan maksiat) dari
sudut pandang keagamaan masyarakat awam dan “santri” Cirebon. Tetapi Ki
Tholhah (panggilan akrab masyarakat Cirebon) tidak pernah memandang dua kutub
itu dari sudut pandang keagamaan ulama kebanyakan pada waktu itu yang pada
umumnya diskriminatif. Dia menghadiri kedua undangan tetangganya itu dan sekali-
kali tidak mendasarkan tindakan keberagamannya kepada aspek legal-formal
(hukum fiqh). Dia justru berhasil menyatakan pendirian kesufiannya sebagai ajaran
agama (Islam) yang mampu memberikan ketentraman tidak saja bagi pribadi
pengalamannya.
Syekh Tholhah merupakan salah satu tokoh sentral yang menjadi perintis
ajaran tarekat di Indonesia, utamanya tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Syekh
Tholhah merupakan murid Syekh Ahmad Khatib Sambas ketika berada di Mekah
bersama murid lainnya yakni Syekh Abdul Karim Al-Bantani dan Kiai Ahmad
Hasbullah. Syekh Abdul Karim Al-Bantani sempat beberapa tahun kembali ke
Banten sebelum kembali lagi ke Mekah dan menggantikan posisi Syekh Ahmad
Khatib Sambas. Sementara dari garis Kiai Ahmad Hasbullah muncul nama Kiai
Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Kiai Hasyim bersama
tokoh lain kemudian mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926.
Adapun Syekh Tholhah mengajarkan tarekat di Cirebon dan sekitarnya. Beliau
diketahui memiliki beberapa murid yang mempunyai nama besar seperti Syekh
Abdul Mu'in, pendiri Pesantren Ciasem, Subang, Pangeran Sulendraningrat di
Cirebon dan Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Filolog
Cirebon, Achmad Opan Safari mengatakan bahwa Syekh Tholhah diperkirakan lahir
sekitar tahun 1878, beberapa tahun setelah Pangeran Suryanegara wafat. Pangeran
Suryanegara sendiri merupakan salah satu tokoh kunci dalam pemberontakan rakyat
Cirebon terhadap Pemerintah Kolonial Belanda yang berpuncak pada peristiwa
heroik Perang Kedongdong tahun 1818.
Syekh Tholhah lahir pada masa di mana tarekat menjadi ajaran yang paling
ditakuti Pemerintah Kolonial. Setiap orang yang diketahui mengikuti ajaran tarekat
diidentifikasi sebagai pemberontak dan akhirnya ditangkap. Meskipun terus diawasi
pergerakannya oleh penjajah, tarekat malah berkembang menjadi ajaran yang banyak
dianut masyarakat di Cirebon. Sebagai seorang peneliti naskah (filolog), Opan
membeberkan bahwa sebagian besar naskah kuno Cirebon merupakan naskah
tasawuf atau tarekat. "Sekitar 80 persenan dari semua naskah di Cirebon berisi ajaran
tasawuf dan tarekat," bebernya.
 NASAB SYEIKH THOLHAH :

K. THOLHAH (Pangeran Kusumawijaya), bin

K. Tholabuddin (Pangeran Adhikarya), bin

K. Sa’iduddin (Pangeran Ratnakusuma), bin

K. Saifuddin (Pangeran Adhisurya), bin

K. Asasuddin (Pangeran Suryadilaga), bin

K. Nuruddin (Pangeran Ratnawi Suryadikusuma), bin

K. Sirojuddin (Pangeran Sucaya Suryadibrata), bin

K. Mawlana Wilayatullah (Pangeran Jayalelana Mangkurat), bin

Mawlana Syarif Hidayatullah/Sulthon Mahmud (Sunan Gunung Jati), bin

Amatuddin ( Raja ’Abdullah), bin

al-Imam Nurudzolam, bin

al-Imam Jamaluddin al-Huseyn, bin

al-Sayyid Ahmad Syah Jalal, bin

al-Amir ’Abdullah ’Adzomah Khan, bin

al-Imam ’Abdul Malik, bin

al-Sayyid Muhammad Shohib Mirbath, bin

al-Sayyid ’Ali Kholiq Qosim, bin

al-Sayyid ’Alwiy, bin

al-Sayyid Muhammad, bin

al-Sayyid ’Alwiy, bin

al-Imam ’Ubaydillah, bin

al-Imam Ahmad al-Muhajir, bin

al-Imam ’Isa al-Naqib, bin

al-Imam Muhammad al-Naqib, bin

al-Imam ’Ali al-’Aridhiy, bin

al-Imam Ja’far al-Shodiq, bin

al-Imam Muhammad al-Baqir, bin

al-Imam Zaynal ’Abidin, bin

al-Sayyid Huseyn, bin


Sayyidah Fathimah al-Zahro’, bin

Sayyidina Muhammad SAW

 Pertanyaan
1. Rina Antini Dewi (1810099)
Apakah selama mengajar TQN di Singapura dapat diterima baik oleh
masyarakat? Berapa lama?
2. Nesa Ardiana (1810014)
Bagaimana cara Syekh Tholhah mempertahankan Pesantrennya saat terjadi
peperangan? Karena kan Syekh Tholhah ditangkap pemerintah kolonial serta di
penjara?
3. Astrin Darajat (1810052)
Apakah ada kesulitan saat mengajarkan TQN di Singapura?
4. Dyah Setya R (1810061)
Siapa saja murid Syekh Tholhah Kalisapu Cirebon?
5. Ahmad Fahor (1810087)
Kemana saja Syekh Tholhah menyebarkan ajarannya?
Jawaban :
1. Dari sumber yang saya cari tidak ada penjelasan yang spesifik tentang cerita
Syeikh Tholhah dalam mengajar TQN di Singapura, tetapi mungkin dari diterima
atau tidaknya dilihat dari perkembangan TQN saat ini masih tetap berjalan, yang
saya ketahui dan saya melihat dari media sosial tentang TQN memang sudah
sangat berkembang sampai ke negeri jiran Malaysia, Singapura, dll. Dan, yang
saya ketahui juga pada saat amalan bulanan Manakib sering mendengar bahwa
slalu ada tamu dari Singapura ataupun Malaysia.
2. Dari sumber yang saya cari tidak ada penjelasan yang spesifik tentang cerita
Syeikh Tholhah bagaimana beliau menjaga pesantrennya tetapi dari penjelasan
diatas bahwa beliau dikenali sebagai salah seorang kyai yang sakti mandra guna
Syekh Tholhah lahir pada masa di mana tarekat menjadi ajaran yang paling
ditakuti Pemerintah Kolonial. Setiap orang yang diketahui mengikuti ajaran
tarekat diidentifikasi sebagai pemberontak dan akhirnya ditangkap. Meskipun
terus diawasi pergerakannya oleh penjajah, tarekat malah berkembang menjadi
ajaran yang banyak dianut masyarakat di Cirebon.
3. Dari sumber yang saya cari tidak ada penjelasan yang spesifik tentang cerita
Syeikh Tholhah kesuliatan dalam mengajar TQN di Singapura, tetapi mungkin
dari diterima atau tidaknya dilihat dari perkembangan TQN saat ini masih tetap
berjalan, yang saya ketahui dan saya melihat dari media sosial tentang TQN
memang sudah sangat berkembang sampai ke negeri jiran Malaysia, Singapura,
dll. Dan, yang saya ketahui juga pada saat amalan bulanan Manakib sering
mendengar bahwa slalu ada tamu dari Singapura ataupun Malaysia.
4. Beliau diketahui memiliki beberapa murid yang mempunyai nama besar seperti
Syekh Abdul Mu'in, pendiri Pesantren Ciasem, Subang, Pangeran
Sulendraningrat di Cirebon dan Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya. Salah satu murid dari Syeikh Tholhah yang terkenal dan
diangkatnya sebagai khalifah untuk wilayah Jawa Barat bagian tengah dan timur
adalah Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh, w. 1956
M.), ayah dari Syekh Shãhib al-Wafã Tãjul Arifin (Abah Anom), pemimpin
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
5. Syekh Tholhah mengajarkan TQN di wilayah Cirebon dan Jawa Barat sebelah
timur dan sekitarnya. Beliau diketahui memiliki beberapa murid yang
mempunyai nama besar seperti Syekh Abdul Mu'in, pendiri Pesantren Ciasem,
Subang, Pangeran Sulendraningrat di Cirebon dan Abah Sepuh, pendiri Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai