Anda di halaman 1dari 32

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

BENCANA BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO


KELURAHAN SEWU KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA

TUGAS MATA KULIAH


PENGELOLAAN MULTIBENCANA

Disusun Oleh :

FATIMAH WARDHANA 19/450083/PMU/10089


KARINA RAHMA NUGRAHENI 19/450088/PMU/10094

MAGISTER MANAJEMEN BENCANA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2


DAFTAR TABEL .................................................................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4


B. Manfaat .................................................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................................... 6
GAMBARAN UMUM ........................................................................................................... 6

A. Kondisi Geografis .................................................................................................... 6


B. Kependudukan ......................................................................................................... 7
C. Ketenagakerjaan ....................................................................................................... 8

BAB III ................................................................................................................................. 11


KONDISI KEBENCANAAN .............................................................................................. 11

A. Penyebab Terjadinya Banjir Secara Alami ............................................................ 11


B. Penyebab Banjir akibat Tindakan Manusia ........................................................... 12
C. Kerentanan Banjir di Kota Surakarta ..................................................................... 12

BAB IV ................................................................................................................................. 14
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURES (SOP) ..................................................... 14

A. PERSIAPAN (PRABENCANA) ........................................................................... 14


B. SAAT BENCANA ................................................................................................. 23
C. PASCA BENCANA .............................................................................................. 25

BAB V .................................................................................................................................. 31
PENUTUP ............................................................................................................................ 31

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 31
B. Saran ...................................................................................................................... 31

2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 32

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Penggunaan Tanah di Kelurahan Sewu (Ha) …………………………….7


Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur……………………………...7
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…………………………….8
Tabel 4. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Sewu……………………………….9
Tabel 5. Sebaran Zonasi Kerawanan Banjir di Kelurahan Sewu Surakarta……………13
Tabel 6. Tugas dan Tanggungjawan Tim Peringatan Dini …………………………….14
Tabel 7. Tugas dan Tanggungjawab dari Tim Evakuasi……………………………….16
Tabel 8. Level dan Status Sensor Curah Hujan dan Sensor Ketinggian Air…………...17
Tabel 9. Level dan Status Alat Pengukur Curah Hujan………………………………...18
Tabel 10. Karakteristik Fasilitas Publik di Kelurahan Sewu…………………………...19
Tabel 11. Beberapa Jenis Sinyal Penyampai Informasi………………………………..22
Tabel 12. Barang yang Harus Di bawa Pada Waktu Evakuasi………………………...24
Tabel 13. Skenario Berbagai Keadaan untuk Bencana Banjir di Kelurahan Sewu……26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres…………………… 10


Gambar 2. Peta Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres …………………………………..10
Gambar 3. Peta Kerentanan Banjir Kota Surakarta…………………………………….13
Gambar 4. Peta Persebaran Fasilitas Publik Kelurahan Sewu di Luar
Kawasan Banjir……………………………………………………………..18
Gambar 5. Peta Citra Satelit Kelurahan Sewu …………………………….…………...29
Gambar 6. Peta Jalur Evakuasi Bencana Banjir Kelurahan Sewu ………………........29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Pulau Jawa yang rentan terhadap
terjadinya banjir. Curah hujan yang tinggi pada tahun 2007 telah menyebabkan banjir
karena meluapnya Sungai Bengawan Solo di kawasan perkotaan Kota Surakarta dan
telah menggenangi dua belas kelurahan di sepanjang aliran sungai serta menyebabkan
ribuan rumah mengalami kerusakan (Pemerintah Kota Surakarta, 2012).
Menurut sejarahnya, pada tahun 1966 Kota Surakarta pernah mengalami banjir
besar dan menggenang hingga alun-alun Kotta Surakarta. Sejarah tersebut terjadi di
Kota Surakarta antara Bulan Maret 1966, Maret 1968, Maret 1973, Februari 1974,
Maret 1975, Januari 1985, Februari 1993, Desember 2007, Maret 2008, Februari 2009,
Tahun 2012 dan Januari 2013 (Zein, 2010). Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah
Sungai Kota Surakarta wilayah pinggiran sungai Bengawan Solo yang paling banyak
tergenang banjir selama tahun 2009 adalah Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres yaitu
1215 keluarga tergenang banjir.
Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan
sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah
disekitarnya (Yulaelawati dan Syihab, 2008).
Di dalam pengurangan risiko bencana mitigasi dan kesiapsiagaan sangat
diperlukan. Dalam hal ini terdapat pada jalur evakuasi bencana merupakan informasi
fundamental yang dibutuhkan di daerah rawan bencana. Skenario evakuasi perlu
didukung kesiapan pemerintah dan masyarakat di daerah rawan banjir sebagaimana
tercatat dalam UU no. 24 Tentang Penanggulangan Bencana.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban jiwa pada
saat terjadi banjir adalah dengan perencanaan jalur evakuasi dan prosedur penyelamatan
pada saat tanggap darurat atau bencana tersebut terjadi.Sehingga penyusunan tahapan
mitigasi dan kesiapsiagaan dapat tersusun dalam Standard Operasional Procedures
(SOP)
Dapat diketahui juga bahwa terdapat beberapa prinsip dalam menentukan jalur
evakuasi dalam kesiapsiagaan terjadinya banjir diantaranya 1) Jalur evakuasi dirancang
menjauhi aliran sungai, 2) Jalur evakuasi disarankan tidak melintasi sungai/jembatan, 3)

4
Di daerah berpendudukan padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok yang
dibatasi oleh aliran sungai, dimana pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan
blok lainnya untuk menghindari kemacetan, 4) Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan
rambu-rambu evakuasi untuk mengungsi menuju tempat aman.

B. Manfaat
Manfaat penyusunan Standard Operational Procedures (SOP) bencana banjir di
Kelurahan Sewu adalah:
1. Dapat digunakan sebagai panduan koordinasi antar lembaga terkait dengan
masyarakat Kelurahan Sewu Kota Surakarta untuk menghadapi bencana banjir
yang dapat datang setiap saat.
2. Dapat digunakan sebagai panduan lembaga pemerintahan terkait (BPBD, Basarnas,
NGO) ketika terjadi bencana banjir di Kelurahan Sewu Kota Surakarta.
3. Dapat digunakan sebagai panduan masyrakat ketika terjadi bencana banjir di
daerahnya.
4. Dapat digunakan sebagai panduan dilaksanakannya mitigasi dan melakukan
kesiapsiagaan dalam rengka pengurangan risiko bencana banjir di Kelurahan Sewu
Kota Surakarta.

C. Tujuan
Tujuan penyusunan Standard Operational Procedures (SOP) bencana banjir di
Kelurahan Sewu Kota Surakarta antara lain:
1. Untuk mengetahui kondisi masyarakat Kelurahan Sewu Kota Surakarta
2. Untuk mengetahui potensi masyarakat Kelurahan Sewu Kota Surakarta
3. Untuk menyusun struktur kelembagaan penyelenggara penanggulangan bencana di
Kelurahan Sewu Kota Surakarta
4. Untuk menyusun standard operational procedures (SOP) bencana banjir di
Kelurahan Sewu Kota Surakarta
5. Untuk menyusun peta jalur evakuasi bencana banjir di Kelurahan Sewu Kota
Surakarta

5
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu bagian dari kawasan Indonesia yang juga
berpotensi dilanda banjir karena dilihat dari posisinya berada di Zona depresi
(intermontain plain) yang diapit Vulkanik Lawu, Vulkanik Merapi, dan Pegunungan
Seribu. Air permukaan yang masuk kota Surakarta berasal dari tiga arah yaitu dari
lereng tenggara Gunung Merapi, lereng barat Gunung Lawu dan Wonogiri dengan
sembilan anak sungai yang masuk ke Bengawan Solo.
Kelurahan Sewu di Kecamatan Jebres sering disebut dengan Kampung Sewu Kota
Surakarta. Kawasan tersebut merupakan daerah yang terletak di bantaran sungai
Bengawan Solo. Dalam sejarah kebencanaan di kelurahan ini setiap musim penghujan
menjadi langganan bencana banjir.
Kampung Sewu terletak di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dengan ketinggian
±97mdpl. Kampung Sewu terletak dititik koordinat 7°33’41’’S, 110°50’15’’E. Dan
terletak di 7°Lu-8°Ls serta 110°BT-111°BB. Dengan iklim bersuhu udara maksimum
berdasarkan data Surakarta dalam rangka 2014 adalah 32,5°C sedangkan suhu minimum
21,9°C, Secara administratif desa ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai beikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Jagalan
Sebelah Timur : Sungai Bengawan Solo
Sebelah Selatan : Kelurahan Kalipepe
Sebelah Barat : Kelurahan Gadean
Luas wilayah Kampung Sewu adalah 48,5 Ha dan lain-lain antaranya sungai, jalan
dan jembatan sluas 8,5 Ha yang meliputi dukuh sebanyak 14, RT sebanyak 34 dan RW
sebanyak 9. Berada didataran rendah di ketinggian 105mdpl dan dipusat kota 95 mdpl.
Dan kelembapan udara Kota Surakarta cukup tinggi pada bulan November hingga Juni
dan cenderung kering pada bulan Juli hingga Oktober dengan rata-rata 75%-78,8%.
Curah hujan untuk Kota Surakarta juga bervariasi setiap tahunnya namun berkisar
antara 2300mm hinggs 3744mm pertahunnya, dan untuk hari hujan berkisar antara 125
hingga 162 hari hujan pertahunnya.

6
Menurut BPS (2019) dalam Kecamatan Jebres Dalam Rangka 2019 terdapat rincian
luas penggunaan tanah di Kelurahan Sewu diantaranya terlampir dalam tabel berikut :
Tabel 1. Luas Penggunaan Tanah di Kelurahan Sewu (Ha)

Penggunaan Tanah di Luas Penggunaan Tanah di


Kelurahan Sewu Kelurahan Sewu (Ha)

Permukiman 29,79

Jasa 2,45

Perusahaan 1,16

Industri 1,73

Tanah Kosong 0,00

Tegalan 0,00

Sawah -

Kuburan 0,20

Lapangan Olahraga 1,00

Taman Kota -

Lain-lain 12,17

Total 48,50
Sumber: BPS, 2019

B. Kependudukan
Menurut BPS (2019) dalam Kecamatan Jebres Dalam Rangka 2019 pada
banyaknya penduduk, luas wilayah dan tingkat kepadatan di kelurahan Sewu tahun
2018 jumlah penduduk sebanyak 7.156 jiwa dengan kepadatan 14,604 jiwa/ha.
Banyaknya penduduk menurut jenis kelamin untuk Kelurahan Sewu adalah 3.577
jiwa laki-laki dan 3,579 jiwa perempuan. Sedangkan banyaknya penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin di Kelurahan Sewu terlampir dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Jumlah
0-4 520
5-9 501
10-14 546
15-19 548

7
20-24 560
25-29 520
30-34 502
35-39 611
40-44 591
45-49 485
50-54 496
55-59 409
>=60 867
Jumlah 7.156
Sumber : BPS, 2019

C. Ketenagakerjaan
Banyaknya penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Sewu tercatat dalam
BPS (2019) dalam Kecamatan Jebres Dalam Rangka 2019 dengan data Kelurahan Sewu
Tahun 2018 terlampir dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Belum/Tidak Bekerja 1.164
Pelajar/Mahasiswa 1.491
Pensiunan 43
PNS/TNI/Polri 64
Mengurus Rumah 651
Tangga
Pertanian 1
Transportasi 13
Perdagangan 128
Wiraswasta 529
Lainnya 3.037

8
2.1 Sosial (Pendidikan dan Kesehatan)
Di Kelurahan Sewu terdapat distribusi persebaran fasilitas pendidikan baik swasta
ataupun negeri. Karena faktor ini merupakan salah satu bagian besar yang menunjukkan
kondisi sosial masyarakat dari suatu daerah. Jumlah sarana pendidikan di Kelurahan
Sewu terlampir dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Sewu
Fasilitas Pendidikan SD SLTP SLTA PT

Negeri 3 1 0 0

Swasta 1 1 0 0

Dalam bidang kesehatan Kelurahan Sewu hanya memiliki Fasilitas Kesehatan yaitu
1 unit Pustu dengan jumlah tenaga kesehatan hanya 1 pada Dokter Umum. Secara
umum hal tersebut masih kurang untuk ratio dengan jumlah penduduk Kelurahan Sewu
yang mencapai angka 7.156 jiwa.

9
Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres

Gambar 2. Peta Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres

10
BAB III
KONDISI KEBENCANAAN

A. Penyebab Terjadinya Banjir Secara Alami


Banjir yang terjadi di Surakarta diakibatkan karena curah hujan yang tinggi.
Sumber daya air permukaan berasal dari Sungai Bengawan Solo, kondisi sungai
bengawan solo cukup keruh mengandung banyak lumpur cukup tinggi sehingga apabila
curah hujan tinggi maka jumlah air yang turun ke sungai tidak dapat tertampung dan
mengakibatkan air meluap dan terjadilah bencana banjir.
Menurut Suharjo (2006), Morfoarragement daerah Surakarta merupakan daerah
depresi dan pada zaman meocin merupakan daerah hilir. Daerah Depresi daerah
Surakarta berada di antara Pegunungan Plateau (Wonogiri), Pegunungan Kendeng
(Kedung Ombo), Gunung Lawu dan Merapi.
Menurut Bemmelen (1970), morfologi daerah Surakarta berupa perbukitan,
pedataran dan lereng Gunung Kerucut Api. Daerah perbukitan terletak di selatan
Surakarta yang dibentuk oleh batuan sedimen miosen-pliosen. Pedataran tersebar di
sekitar Surakarta, Klaten, Sukoharjo dan Wonogiri dengan ketinggian 50-100m. Satuan
pedataran dibentuk oleh dataran aluvial sungai, berelief halus kemiringan 0-5%. Satuan
daerah Kaki Gunung Api tersebar di sekitar lereng Gunung Merapi dan lereng Gunung
Lawu dengan ketinggian 75-130 m. Daerah ini dibentuk oleh endapan Gunung Api
dengan medan agak miring, relief halus, sungai sejajar tebing sungai agak terjal. Dan
satuan perbukitan Karst terletak di bagian selatan Wonogiri dengan ketinggian 45-400m
dengan perbukitan terjal dan relief kasar. Satuan perbukitan gelombang landai terletak
di utara Surakarta dengan ketinggian 40-100m dengan medan miring dan bergelombang
landai.
Penyebab lain banjir di Surakarta adalah meningkatnya penggunaan lahan
permukiman yang mengurangi peresapan air. Pada tahun 2002, citra landsat
menunjukkan permukiman penduduk tidak banyak mengalami perkembangan tetap
memusat pada Kota dan perkembangan di bagian utara Surakarta. Semakin tambah
tahun daerah permukiman semakin memadati pusat dan pinggiran Kota Surakarta
bahkan daerah rawan bencana seperti pinggiran Sungai maupun daerah pegunungan
semakin dipadati permukiman.

11
B. Penyebab Banjir akibat Tindakan Manusia
Banjir akibat manusia terjadi karena beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:
1) Penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, peluasan kota, dan
perubahan tataguna lahan lainnya yang memperburuk masalah banjir karena
meningkatnya aliran banjir.
2) Munculnya kawasan kumuh di bantaran sungai, perumahan kumuh yang
terdapat di sepanjang sungai, dapat menghambat aliran.
3) Sampah, disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya yang
tidak dapat diterapkan karena pada umumnya mereka akan langsung
membuang sampah ke sungai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat
meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.
4) Bendung dan bangunan air, bangunan air seperti pilar jembatan dapat
meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik.
5) Kerusakan bangunan pengendali banjir, pemeliharaan yang kurang memadai
dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan
akhirnya tidak berfungsi dan dapat meningkatkan kuantitas banjir.
6) Tataruang wilayah yang buruk juga merupakan akibat dari banyaknya
kawasan kumuh di DAS sehingga aliran sungai akan sulit keluar menuju
sungai dan air akan tertahan sehingga menyebabkan banjir genangan.
7) Kegiatan penggalian dan penimbunan di area sungai.

C. Kerentanan Banjir di Kota Surakarta


Masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah rentan banjir, harus selalu siap
dan waspada jika bencana banjir terjadi sewaktu-waktu. Agar masyarakat menyadari
betapa mereka sangat dekat dengan bencana banjir. Berdasarkan Bappeda Surakarta
tahun 2015 terdapat empat klasifikasi daerah rawan banjir di Kota Surakarta.

12
Gambar 3. Peta Kerentanan Banjir Kota Surakarta

Tabel 5. Sebaran Zonasi Kerawanan Banjir di Kelurahan Sewu Surakarta

Kerawanan Banjir
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kelurahan Jebres Kelurahan Kelurahan Jebres Kelurahan Sewu
Pucangsawit
Kelurahan Kadipiro Kelurahan Jagalan Kelurahan Kelurahan
Pucangsawit Sangkrah
Kelurahan Nusukan Kelurahan Kelurahan Jagalab Kelurahan
Gandekan Semanggi
Kelurahan Kerten Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Sudiroprajan Joyosuran Pucangsawit
Kelurahan Gilingan Kelurahan Serengan Kelurahan Pasar Kelurahan
Kliwon Gandekan
Kelurahan Pajang Kelurahan Kelurahan
Danukusuman Joyotakan
Kelurahan Laweyan Kelurahan Kedung
Lumbu
Kelurahan Bumi Kelurahan
Banyuanyar
Kelurahan Sumber
Kelurahan Jebres

13
BAB IV
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURES (SOP)

A. PERSIAPAN (PRABENCANA)
a. Menentukan Stakeholder
Untuk menentukan stake holder yang akan dilibatkan dalam pembuatan SOP untuk
bencana banjir di Kelurahan Sewu dilakukan dengan:
1. Diskusi awal dengan Sekretaris Kecamatan dan Kepala Desa Kelurahan Sewu
untuk menentukan aparat yang berwenang serta lingkup masyarakat yang
terdampak ataupun masyarakat yang berasalh dari sumber sebagai calon
peserta. Aparat terdiri dari yang berwenang di tingkat kabupaten dan aparat
tingkat pemerintahan lokal baik hulu (sumber) maupun hilir (terdampak).
2. Mengusulkan nama-nama peserta (hulu dan hilir) tersebut kepada pejabat
berwenang (Asisten II Kabupaten Surakarta)
b. Pembentukan Stakeholder dalam Tim Peringatan Dini
Untuk memperlancar seluruh pelaksanaan kegiatan dalam sistem peringatan dini,
maka wajib dibentuk suatu tim yang disebut sebagai Tim peringatan dini. Tim ini
beranggotakan pihak pemerintah daerah, masyarakat lokal, anggota organisasi terkait,
relawan dan pihak lain yangmemiliki perhatian dan ingin berperan serta dalam kegiatan
penanggulangan bencana. Daftar fungsi dan tugas dari tim peringatan dini adalah
sebagai berikut:
Tabel 6. Tugas dan Tanggungjawan Tim Peringatan Dini
Tugas Tanggungjawab
Ketua 1. Mengkoordinasikan anggota tim lainnya untuk bekerja
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing
Survei 1. Melakukan survei tentang kondisi sosial masyarakat
2. Melakukan survei ketersediaan infrastruktur wilayah
3. Merekap hasil survei sekaligus mengarsipkan
Pemantau alat 1. Memasang alat pada area yang dianggap mewakili
2. Merekam data hasil pengukuran curah hujan
3. Merekam data hasil pengukuran ketinggian air sungai
4. Merekam data hasil pengukuran pergesaran tanah
5. Mengarsipkan data hasil pengukuran secara rutin
6. Mengkalibrasi alat secara rutin

14
7. Menjaga dan merawat alat agar senantiasa berfungsi
8. Mencari data tambahan dari instansi lainnya sebagai
pembanding dan untuk mengisi kekosongan data ketika
alat tidak berfungsi sebagai mestinya
Pengawas wilayah 1. Melakukan pengawasan dan merekam perubahan gejala-
rawan gejala alam yang terjadi di area-area spesifik yang rawan
bencana seperti di pinggiran sungai/tebing
2. Mengawasiaktivitas warga disekitar area
3. Melaporkan perkembangan kondisi alam kepada tim
analisa
Analisa 1. Menganalisa peta rawan banjir
2. Menganalisa hasil survei
3. Menentukan nilai standar bahaya untuk curah hujan, level
ketinggian air, dan keretakan tanah berdasarkan data-data
yang telah dikumpulkan
4. Melakukan analisa trend dari setiap data yang berhasil
dikumpulkan
5. Menyampaikan hasil analisa atau peringatan dan setiap
perubahan yang terjadi ke pihak berwenang
Informasi 1. Menyediakan fasilitas komunitas dan jaringan yang baik
agar setiap informasi dapat disampaikan kapanpun dan
dalam waktu yang singkat
2. Menyusun jalur komunikasi yang teratur agar setiap
informasi peringatan dapat tersampaikan ke seluruh
pelosok daerah tersebut dengan mudah dan dalam waktu
yang sesingkat mungkin
3. Menyampaikan informasi peringatan ke masyarakat sesuai
jalur komunikasi yang telah terbentuk
4. Melakukan pemantauan peralatan komunikasi secara
rutinn sekaligus memastikan bahwa alat dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing
Sosialisasi 1. Melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang sistem
peringatan dini
2. Menyiapkan media media sebagai perantara untuk
mengenalkan berbagai informasi tentang sisitem
peringatan dini
3. Mengenalkan berbagai tanda-tanda peringatan yang telah
disiapkan dan posko-posko pemberitaan informasi
peringatan
4. Memasang poster, baliho dan media lainnya di tempat
yang mudah dilihat masyarakat
5. Menyelenggarakan seminar pendidikan tentang bencana
banjir kepada masyarakat
Simulasi 1. Menyusun strategi simulasi
2. Melakukan simulasi tanggap darurat bencana secara rutin

15
3. Mengkoordinasikan anggota tim lainnya agar bekerja
sesuai dengan fungsinya dalam kegiatan simulasi
Evaluasi 1. Mengevaluasi kegiatan simulasi yang telah dilakukan
2. Menganalis hasil evaluasi
3. Memperbaiki sistem peringatan dini sesuai dengan hasil
evaluasi dan analisa yang dilakukan
4. Melaporkan hasil evaluasi dan analisa kepada seluruh tim
peringatan dini untuk memperbaiki sistem secara
keseluruhan.
Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012

c. Pembentukan Stakeholder dalam Tim Evakuasi


Pembentukan tim evakuasi sesuai dengan koordinasi dan fungsinya masing-
masing agar pelaksanaan evakuasi dapat berjalan dengan baik dan teratur untuk
meminimalisasi korban bencana. Peran dan tugas tim dapat dilihat pada Tabel berikut
ini:
Tabel 7. Tugas dan Tanggungjawab dari Tim Evakuasi
Tugas Tanggungjawab
Ketua tim 1. Memberikan arahan kepada setiap unit untuk mengambil
tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing
2. Memberikan laporan kepada kepala daerah tentang hasil
dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan tim
Logistik dan Peralatan 1. Memeriksa dan menyediakan peralatan yang diperlukan
untuk menghadapi bencana banjir
2. Menyiapkan tempat pengungsian, tenda darurat apabila
diperlukan
Perlindungan kelompok 1. Mendata kelompok masyarakat rentan yang berada dalam
rentan lingkup tugasnya
2. Memerlukan analisis kebutuhan kelompok rentan
berdasarkan data yang diperoleh
3. Memberikan perlindungan, sehubungan penyelamatan,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial bagi
masyarakat rentan
4. Membantumengarahkan masyarakat untuk mencapai
tempat evakuasi dan memastikan kelancaran jalur
evakuasi
SAR dan Keamanan 1. Mencari korban bencana
2. Memberikan pertolongan pertama kepada korban
3. Mendata korban bencana yang ditemukan baik yang hidup

16
maupun yang meninggal
4. Mengirimkan korban bencana yang selamat ke Puskesmas
atau Pos kesehatan terdekat
5. Melaksanakan penanganan medis
6. Mengubur korban yang meninggal dunia
7. Memberikan jaminan keamanan di desa dan tempat
pengungsian
Pemenuhan Kebutuhan 1. Melakukan pendataan pengungsi
2. Melakukan analisis kebutuhan dasar berdasarkan hasil
pengumpulan data
3. Memberikan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti air
bersih, pangan, sandang, tempat penampungan sementara,
sanitasi, peralatan memasak dan bahan bakar, serta
pelayanan kesehatan
Pemulihan fasilitas 1. Mendata kerusakan fasilitas yang berada dalam lingkup
kritis tugasnya
2. Memperbaiki fasilitas kritis terkait pemenuhan kebutuhan
dasar penduduk
Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012

d. Pembuatan Parameter Kriteria Pangamatan Alat-alat Peringatan Dini


Bencana Banjir
Untuk pengamatan dalam peringatan dini diperlukan beberapa peralatan
pengamatan yang terkait. Parameter indikasi peralatan peringatan dini bencana banjir
pada contoh kegiatan di Kelurahan Sewu ini terdiri dari:
1.) Alat penakar curah hujan
2.) Alat pengukur ketinggian air
3.) Sensor pengukur ketinggian air

Dan contoh parameter indikasi pengamatan disampaikan dalam beberapa status


diantaranya:

Tabel 8. Level dan Status Sensor Curah Hujan dan Sensor Ketinggian Air
Level Status Keterangan
1 Perhatian Memulai pengamatan/monitoring dengan seksama
2 Peringatan Memulai menyampaikan informasi
3 Waspada Mulai mengungsi
4 Kritis Pengungsian sudah harus selesai
5 Bahaya
Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012

17
Tabel 9. Level dan Status Alat Pengukur Curah Hujan
Hujan/jam Akumulasi Status Keterangan
Hujan
200 70 mm Peringatan Mulai menyampaikan
mm/jam informasi
50 mm/jam 100 mm Waspada Mulai mengungsi
Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012
e. Analisis Tempat Potensial Evakuasi
Evakuasi pada dasarnya adalah memindahkan penduduk dari daerah berbahaya
ke daerah yang aman. Untuk itu dalam penentuan tempat evakuasi harus dipilih lokasi
yang aman dari banjir. Lokasi yang aman dari banjir di Kota Surakarta adalah wilayah
yang diluar kawasan banjir. Data kawasan banjir Kota Surakarta diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
Tempat evakuasi yang dapat digunakan diantaranya adalah fasilitas publik
dengan syarat memenuhi kriteria dari segi aksesibilitas, ketersediaan MCK, kapasitas
daya tampungnya dan kedekatannya dengan sumber pengungsian.

Gambar 4. Peta Persebaran Fasilitas Publik Kelurahan Sewu di Luar Kawasan Banjir
Surakarta

18
Setelah mengidentifikasi gedung-gedung yang dapat dijadikan sebagai tempat
evakuasi. Maka berikut sajian data karakteristik fasilitas publik di Kelurahan Sewu.
Tabel 10. Karakteristik Fasilitas Publik di Kelurahan Sewu
Jumlah Luas Jumlah
No Nama Gedung Lokasi Aksesibilitas
MCK Gedung Lantai
1 Masjid Beton Kel.Sewu 2 225 m2 1 Mudah

2 Masjid Kel. Sewu 2 200m2 2 Mudah


Sawunggaling
3 Masjid Jami’ Kel. Sewu 5 500m2 1 Mudah

4 Pasar Tanggul Kel. Sewu - 2600m2 1 Mudah

5 Lapangan Kel. Sewu - 7700m2 1 Mudah

6 Masjid Sowijian Kel. Sewu 2 160 m2 2 Mudah

7 Kantor Aisyiyah Kel.Sewu 1 140m2 1 Mudah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat fasilitas publik di daerah Kelurahan Sewu
yang paling mendekati kriteria tempat evakuasi adalah Masjid Jami’ karena memiliki 5
MCK dengan luas gedung 500m2 dan memiliki satu laintai. Tempat evakuasi lainnya
adalah Masjid Sawunggaling di Kelurahan Sewu, memiliki 2 MCK dengan luas gedung
200m2 dan memiliki 2 lantai.
Tempat evakuasi tersebut dipilih karena dianggap telah memenuhi kriteria
tempat evakuasi dari segi aksesibilitas cukup mudah karena dekat dengan jalan, daya
tampung yang besar serta jumlah ketersediaan MCK dan kedekatan dengan sumber
pengungsi dan berada di kawasan luar kawasan banjir.

f. Pemetaan Jalur Evakuasi Banjir di Kelurahan Sewu


Jalur evakuasi adalah jalur khusus yang digunakan dalam proses evakuasi dari zona
bahaya menuju zona aman. Jalur evakuasi sangat penting untuk diketahui masyarakat
yag tinggal di kawasan rawan banjir dengan tujuan agar masyarakat memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk selamat dari bencana banjir.
Penentuan jalur evakuasi memang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang
berkompeten dan berwenang. Sebelum membuat rute jalur evakuasi, terlebih dahulu

19
dilakukan berbagai analisis. Analisis dibuat berdasarkan data-data spasial, seperti peta
kerawanan banjir, peta jaringan jalan, peta jaringan sungai dan data kemiringan lereng.
Dapat diketahui juga bahwa terdapat beberapa prinsip dalam menentukan jalur evakuasi
dalam kesiapsiagaan terjadinya banjir diantaranya 1) Jalur evakuasi dirancang menjauhi
aliran sungai, 2) Jalur evakuasi disarankan tidak melintasi sungai/jembatan, 3) Di
daerah berpendudukan padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok yang dibatasi
oleh aliran sungai, dimana pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok
lainnya untuk menghindari kemacetan, 4) Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan
rambu-rambu evakuasi untuk mengungsi menuju tempat aman.
Jalur evakuasi dibuat di tiap desa sepanjang Sungai Bengawan Solo yang
kemungkinan akan terkena dampak dari luapan sungai Bengawan Solo. Dilihat dari
potensi dan sejarah kejadiannya, dan kerawanannya.
g. Pengenalan Gejala Kedatangan Banjir
Tanda-tanda banjir yang dapat dikenali oleh masyarakat secara umum, antara lain
sebagai berikut:
1) Hujan dengan intensitas tinggi, sementara proses penyerapan atau infiltrasi
kurang baik. Salah satu penyebab proses infiltrasi yang kurang baik adalah
kurangnya ruang terbuka hijau.
2) Air sudah melebihi batas sempadan sungai sehingga meluap dan membanjiri
wilayah sekitarnya,
3) Aliran air permukaan yang terhambat karena saluran drainase yang tidak
berfungsi dengan baik

Selain mengenali tanda-tanda banjir secara umum, sebaiknya masyarakat juga


mengetahui tanda-tanda banjir yang lebih khusus, seperti tanda-tanda banjir bandang
dan tanda-tanda banjir lahar dingin. Tanda-tanda banjir bandang yang harus diwaspadai
masyarakat yang tinggal di bawah lereng gunung antara lain sebagai berikut:

1) Terdengar suara-suara yang tidak biasa yang berasal dari gerakan massa
longsoran. Misalnya, suara gemuruh akibat massa tanah dan batu yang longsor,
suara gemeretak yang berasal dari tumbangnya pepohonan, suara berdebum
yang berasal dari bongkah-bongkah batu besar jatuh dan saling bertumbukan.

20
2) Terlihat adanya aliran lumpur atau aliran lumpur agak tebal yang bercampur
batu. Peristiwa ini kemungkinan besar akan segera diikuti dengan terjadinya
longsor dan banjir bandang.

Tanda-tanda banjir bandang yang harus diwaspadai oleh masyarakat yang tinggal di
wilayah sekitar sungai, antara lain adalah:

1) Debit aliran sungai berkurang atau bertambah dengan cepat


2) Air sungai berubah menjadi keruh. Saat hujan biasanya air sungai bewarna
coklat cerah tetapi ketika akan terjadi banjir bandang aiir berubah warnanya
menjadi coklat gelap.
3) Terjadi hujan ders tetapi tidak ada air di sungai. Hal ini kemungkinan besar
terjadi karena adanya tanah longsor di bagian puncak. Longsoran ini
menyebabkan aliran sungai terbendung.
4) Kerusakan pada tanggul sungai. Yang biasanya di awali dengan kertakan pipa
atau penahan tanggul, timbulnya rembesan atau terjadi longsoran tanah sekitar
tanggul.

Selain beberapa banjir di atas, yang perlu diwaspadai dan masyarakat bisa
mengamati tanda-tandanya yaitu tanda-tanda banjir lahar dingin, antara lain sebagai
berikut:

1) Awan gelap di atas puncak gunung


2) Curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi setidaknya selama dua jam
3) Air sungai berubah menjadi coklat pekat
4) Terdengar suara gemuruh berasal dari benturan bongkah batu-batu besar
5) Debit air sungai bertambah dengan cepat
6) Batu besar terlihat mengambang bersama aliran air.

h. Penyebarluasan dan Komunikasi


Pada tahap ini dilakukan komunikasi informasi bahaya (tingkat peringatan) dan
peringatan dini hasil prakiraan dan pantauan. Tahapan penyebarluasan dan komunikasi
sebagai berikut:
1) Susun dan kembangkan suatu jaringan komunikasi yang memadai untuk
menyampaikan informasi bahaya bencana serta kondisi darurat menjelang

21
bencana terjadi. Perhatikan jangka waktu penyampaian dan penyebarluasan
informasi mengingat bencana bisa datang dalam waktu yang singkat, paling
lambat sekitar 1-2 jam setelah terdeteksi tim prakiraan. Oleh sebab itu
peringatan dini harap disampaikan secepat mungkin
2) Siapkan media-media untuk sarana informasi baik antar tim maupun masyarakat
seperti telepon genggam, telepon rumah, handy talkie, pengeras suara, radio, TV
dan lain-lain.
3) Siapkan perangkat penyampai sinyal peringatan bahaya
4) Sampaikan berbagai jenis informasi peringatan bahaya bencana kepada
masyarakat. Berupa : Waktu Pengumuman, Wilayah sasaran yang diprediksi
berbahaya, Tingkat peringatan bahaya, perkiraan waktu bencana, kondisi curah
hujan maupun level air saat diumumkan dan prediksinya untuk beberapa waktu
berikutnya, perkiraan arah sumber datangnya bencana, arah evakuasi.

Dalam penyampaian peringatan dini terdapat beberapa jenis sinyal penyampaian


informasi akan datangnya banjir, berikut terlampir dalam Tabel 11:

Tabel 11. Beberapa Jenis Sinyal Penyampai Informasi

Sumber Cakup
Kelebihan Kelemahan Jenis Daya
Suara an (m)

Suara - Tidak - Wilayah - Kentongan Manual 100 –


Tradisional membutuhkan cakupan - Drum 200
listrik sempit - Sirene meter
- Mudah - Ritme bunyi tangan
digunakan mungkin tidak
- Perawatannya dimengerti
mudah oleh semua
- Murah masyarakat
- Komunitas
berjalan
lambat
Speaker - Mengeluarkan - Membutuhkan - Speaker 25W, 300-400
suara listrik klakson 50W, meter
- Bisa kontrol - Mahal 100W

22
dari jarak jauh - Perawatan
- Komunikasi cukup sulit
cepat
Sirene Motor - Wilayah - Membutuhkan - Sirene 0,75W, 1000-
cakupan lebih listrik motor 2,5W, 2000
luas - Mahal 3,7W, meter
- Bisa dikontrol - Perawatan 5,5W,
dari jarak jauh cukup sulit 7,5W
- Komunikasi
cepat
Teriakan - Tanpa - Tingkat 30-50
orang menggunakan kekuatan meter
alat suara terbatas
- Dapat langsung tergantung
digunakan kapasitas
(kapanpun dan orang
dimanapun) - Jangkauan
terbatas

Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012

B. SAAT BENCANA
Pada saat bencana atau tanggap darurat di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres
Surakarta, berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses evakuasi
pada saat bencana terjadi
1) Tim evakuasi menjalankantugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai
dengan struktur tim yang telah dibuat sebelumnya
2) Menjelang evakuasi masyarakat harap mempersiapkan barang-barang bawaan
yang tidak terlalu berat atau besar agar tidak mengganggu proses evakuasi
3) Pada saat evakuasi diharapkan untuk selalu bertindak dengan tenang dan tidak
panik
4) Kunci pintu dan jendela rumah
5) Matikan sumber api dan sumber listrik untuk mencegah kebakaran
6) Bawa barang atau surat berharga

23
7) Kenakan pakaian yang mudah dipakai
8) Prioritaskan masyarakat yang rentan bencana seperti orang cacat, manula, anak-
anak, serta ibu hamil atau ibu menyusui
9) Ikuti instruksi dari petugas dan jangan bertindak di luar instruksi
Berikut ini merupakan daftar barang yang harus dipersiapkan masyarakat untuk
dibawa pada saat evakuasi. Alat alat ini adalah peralatan standar untuk kondisi darurat
yang wajib dibawa masyarakat dan tiap petugas/tim evakuasi:
Tabel 12. Barang yang Harus Di bawa Pada Waktu Evakuasi
DAFTAR BARANG
Untuk Masyarakat Untuk petugas/tim evakuasi
1. Pakaian : Pakaian dalam, kaos, jaket, 1. Peta wilayah, peta rawan bencana
celana, sarung dan lain-lain banjir, peta jalur evakuasi yang disertai
2. Harta benda atau dokumen penting: dengan kompas
uang, perhiasan, KTP, surat-surat 2. Tali, yang dapat digunakan sebagai alat
berharga bantu penyeberangan jika evakuasi
3. Alat penerangan : senter dengan batrei, harus menyebrangi sungai
lilin, korek api 3. Jas hujan dan sejenisnya yang dapat
4. Perlengkapan P3K digunakan jika evakuasi dilakukan
5. Makanan/minuman: roti, nasi, makanan pada kondisi hujan
ringan, mie instan, makanan kaleng, air 4. Senter atau alat penerangan lain yang
mineral dapat digunakan jika evakuasi
6. Perlengkapan kebersihan: odol, sikat dilakukan malam hari atau kondisi
gigi, sabun, shampo gelap
7. Peralatan komunikasi : telepon seluler, 5. tongkat
radio
8. Perlengkapan bayi (bila diperlukan):
susu, botol susu, popok
9. Perlengkapan untuk manula (bila
diperlukan) tongkat, kacamata, obat-
obatan
10. Perlengkapan tambahan: kantong
plastik, kain lap

24
Sumber: Kemeterian Pekerjaan Umum, 2012

C. PASCA BENCANA
Setelah bencana terjaddi, perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan berikut ini:
Tahapan evaluasi kegiatan peringatan dini dan evakuasi:
1) Lakukan evaluasi kegiatan evakuasi yang telah dilakukan meliputi hal:
- Apakah evakuasi berjalan sesuai dengan simulasi yang dilakukan sebelumnya
- Apakah tim evakuasi sudah menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya
masing-masing dan sudah cukup memenuhi kebutuhan serta melindungi
masyarakat dari bencana yang terjadi
- Apakah persediaan peralatan evakuasi yang disediakan sebelumnya sudah
mencukupi kebutuhan saat bencana terjadi
Perlu diperhatikan bahwa yang menjadi tolak ukur evaluasi adalah apakah
informasi dapat tersampaikan dengan cepat atau dengan kata lain adalah apakah
waktu pemberian informasi lebih awal dibanding waktu datangnya banjir.
2) Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi:
Lakukan perbaikan struktur tim, proses evakuasi, peralatan dan fasilitas
evakuasi, hingga sistem peringatan dini yang telah dilaksanakan, berdasarkan
hasil analisa pada tahap sebelumnya menuju upaya mitigasi dan penanggulangan
bencana yang baik.
a. Skenario Tanggap Darurat dan Kesiapsiagaan Banjir
Skenario Tanggap Darurat dan kesiapsiagaan dibuat untuk menjadikan gambaran
tahapan apabila masyarakat yang berada di lokasi sedang dilanda bencana banjir. Pada
masyarakat umum terdapat cara mengenal peringatan terjadinya bencana banjir, dengan
begitu masyarakat dapat mengenali tanda-tandanya untuk meminimalkan jatuhnya
korban jiwa. Sebab dengan mengenali tanda-tanda banjir yang muncul, masyarakat akan
lebih waspada dan dapat segera melakukan berbagai tindakan penting untuk
menghadapi banjir. Di misalkan seperti: Tindakan penyelamatan, mempersiapkan
makanan dan minuman dan mempersiapkan berbagai perlengkapan lain yang
dibutuhkan untuk penyelamatan diri atau melakukan evakuasi ketempat aman.

25
Maka Prosedur Evakuasi keadaan Tanggap darurat dan Kesiapsiagaan terlampir
dalam Skenario untuk masyarakat pada tabel berikut ini :
Tabel 13. Skenario Berbagai Keadaan untuk Bencana Banjir di Kelurahan Sewu
SEBELUM TERJADI BANJIR (MUSIM PENGHUJAN BELUM TIBA)
No Waktu Kegiatan Yang Melakukan
1 Membersihkan saluran air dari Masyarakat
sampah
2 Melakukan pengerukan sungai Dinas Lingkungan
3 Membangun saluran air yang Dinas PU
memadai
4 Tidak mendirikan bangunan di Masyarakat
sepanjang bantaran sungai atau di
daerah tangkapan hujan di hulu
sungai
(MUSIM PENGHUJAN BELUM TIBA)

5 Melakukan penghijauan, terutama di Masyarakat dan


SEBELUM TERJADI BANJIR

sekitar sungai, bendungan dan Stakeholder


daerah tangkapan hujan di hulu
sungai
6 Menambah RTH Dinas Lingkungan
7 Membangun Tanggul dan sumur Dinas PU
resapan
8 Membangun rumah dengan letak Masyarakat
yang lebih jauh dari pada jalan raya
9 Memperkuat Bangunan Masyarakat
10 Membentuk kelompok masyarakat Masyarakat, BNPB, BPBD
pengendali banjir
11 Bekerjasama dengan masyarakat di Masyarakat dan Aparat
luar daerah banjir untuk menjaga Daerah, Stakeholder
resapan air agar tidak terus
berkurang
12 Memastikan semua anggota Masyarakat
keluarga mengetahui tindakan
pertolongan pertama
13 Membuat perencanaan dengan Masyarakat

26
keluarga,sebagai persiapan jika
banjir datang
14 Pembentukan Stakeholder dalam BNPB, BPBD, BMKG,
penanganan bencana untuk Tim Dinkes, Dinsos, Dinas PU,
Peringatan Dini dan Evakuasi Kominfo, Basarnas, PMI,
TNI/Polri

SEBELUM TERJADI BANJIR (MUSIM PENGHUJAN SUDAH TIBA)


No Waktu Kegiatan Yang Melakukan
1 Terus memantau informasi terkait BMKG, Kominfo,
banjir dan kondisi cuaca dari Masyarakat
berbagai sumber seperti penjaga
pintu air, BMKG, pemerintah dan
media massa.
2 Apabila daerah tersebut menjadi Masyarakat
langganan banjir setiap tahunnya,
pastikan Anda dan keluarga Anda
mengetahui jalur evakuasi dan
tempat pengungsian.
3 Menyimpan dokumen penting di Masyarakat
tempat yang aman atau masukkan
pada wadah yang kedap air/tahan
air agar tidak rusak.
4 Mempersiapkan kebutuhan Masyarakat
logistik seperti makanan dan
minuman serta obat-obatan untuk
penyelamatan.
5 Mencatat nomor penting Masyarakat
6 Tidak terpancing isu dan hanya Masyarakat
mendengar informasi dari
pemerintah atau aparat berwenang
7 Memastikan seluruh anggota Masyarakat
keluarga mengetahui langkah
darurat jika banjir tiba ``
SAAT HAMPIR BANJIR (KETIKA DI DALAM RUMAH)
(Skenario : Pukul 07.00 curah hujan tinggi dari malam hari dan mendapat
pemberitahuan dari perangkat desa bahwa air di Sungai Bengawan Solo meluap
dengan luapan ketinggian 10 cm di wilayah sekitar)
1 07.05 Tim evakuasi bencana di BPBD, Aparat Daeah, Tim
Kelurahan Sewu membunyikan

27
kentongan dan berkeliling Evakuasi
2 07.10 Masyarakat mempersiapkan air Masyarakat
bersih, karena kemungkinan air
menjadi kotor dan sulit
mendapatkan air bersih
3 07.10 Anggota keluarga lain Masyarakat
memasukkan perkakas/perabot di
luar rumah dan meletakkan
dokumen ke tempat yang aman
4 07.13 Memadamkan listrik dan saluran Masyarakat, PLN
gas di rumah
5 07.15 Memberi informasi keluarga dan Masyarakat
bersiap mengungsi
6 07.15 Pastikan semua peralatan darurat Masyarakat
standard, termasuk tas siaga
bencana telah disiapkan dan
berada di tempat terjangkau
7 07.20 Masyarakat telah berkumpul di Masyarakat, Tim
titik awal atau titik kumpul untuk Peringatan Dini dan Tim
diarahkan ke tempat evakuasi Evakuasi
SAAT BANJIR TIBA (KETIKA BERADA DI DALAM RUMAH)
No Waktu Kegiatan
1 Teruslah pantau pengumuman Masyarakat, Tim
darn berita dari radio atau Peringatan Dini dan Tim
lainnya. Dan jangan mudah Evakuasi
terpancing isu. Dengarkan hanya
informasi dari pemerintah atau
aparat berwenang
2 Siap sedialah dengan semua Masyarakat
peralatan darurat standard,
termasuk tas siaga bencana.
Jangan Keluar dari rumah kecuali
telah di pastikan bahwa
perlengkapan sudah lengkap
3 Perhatikan jalur evakuasi dan Masyarakat
tempat pengungsian yang telah
dibuat oleh Keluarga
4 Apabila kondisi belum
memungkinkan, maka tunggulah
hingga kondusif dan tetap berada
di tempat yang lebih aman hingga
tim evakuasi datang

28
Gambar 5. Peta Citra Satelit Kelurahan Sewu

Gambar 6. Peta Jalur Evakuasi Banjir Kelurahan Sewu

29
Pada peta tersebut dapat dijelaskan titik awal sebagai titik kumpul apabila bencana
banjir tersebut datang berada di simpang tiga Jalan Belon dan dapat melewati Jalan
Gotong-royong menuju titik evakuasi di Masjid Jami’. Dipilih jalur evakuasi tersebut
karena memiliki lebar jalan 7 meter, dengan panjang jalan 564 meter jadi lebih pendek,
kondisi perkerasan yang baik, tidak melewati jembatan dan jalannya dua arah, sehingga
diasumsikan jalur yang dipilih memiliki waktu tempuh yang lebih cepat dan efektif.
Pada peta jalur evakuasi tedapat dua titik kumpul, yang kedua di tanggul sungai
Bengawan Solo tepatnya untuk dapat menuju titik evakuasi yaitu Masjid Sawunggaling.
Dari titik kumpul yang berada di tanggul Bengawan Solo lalu menuju Jalan Beton
kemudian melewat Jalan R.E Martadinata dan menuju Masjid Sawunggaling.
Dipilihnya tempat evakuasi ini karena jalannya memiliki lebar 3 meter hingga 6 meter
dengan panjang 304,6 meter jadi lebih pendek, permukaan jalan aspal, dan dua arah
serta tidak melewati jembatan. Sehingga jalur ini dianggap memiliki waktu tempuh
yang lebih cepat dan efektif.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelurahan Sewu merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Daerah ini berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo
dan menjadi daerah yang sering mengalami banjir luapan di musim penghujan.
Diperlukan serangkaian upaya untuk mengevakuasi penduduk seluruh kelurahan yang
berjumlah 7.156 jiwa. Terdapat dua titik kumpul evakuasi, yaitu Masjid Jami’ dan
Masjid Sawunggaling yang memiliki akses jalan yang lebih lebar dan berjarak aman
dari pusat banjir.

B. Saran
Untuk kedepannya, sangat diperlukan realisasi simulasi SOP yang telah disusun
agar mengetahui secara nyata bagaimana pelaksanaan SOP dan prediksi waktu skenario
(pagi, siang, sore dan malam hari) sehingga masyarakat mampu mengimplementasi SOP
dalam menghadapi bencana banjir.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, V. R.W. 1970. The Geology of Indonesia Vol. IA. General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelago. (2nd ed). The hague: Netherland.
BPS, 2019. Kecamatan Jebres Dalam Rangka 2019. Badan Pusat Statistik Kota
Surakarta
Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Pedoman Penyusunan Sistem Peringatan Dini
dan Evakuasi untuk Banjir Bandang. Pedoman Manajemen
Penanggulangan Bencana Banjir Bandang.
Pemerintah Kota Surakarta. 2012. Program Relokasi Paska Banjir tahun 2007 bagi
Warga Bantaran Sungai Bengawan Solo dan anak-anaknya di Kota
Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta. Surakarta.
Suharjo, dkk. 2006. Analisis Proses Geomorfologi Melalui GIS untuk Pengelolaan
Lahan Pertanian Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah.Laporan
Penelitian. Surakarta. Fakultas Geografi UMS.
Yulaelawati, E dan Usman Syihab. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Grasindo.
Zein, M. 2010. A Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability
Assessment in Flood Phrone Area, A Case Study in Keluraha Sewu
Surakarta City Indonesia. Tesis. Geo Information for Spatial Planning
and Risk Management Graduate School Universitas Gadjah Mada.
Yogyakartaa.

32

Anda mungkin juga menyukai