Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR ( LAJU REAKSI )

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat reaksi-reaksi kimia dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti petasanyang meledak, ada juga
reaksi yang berlangsung sangat lambat seperti pengkaratan besi.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat reaksi menjadi produk. Seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah pereaksinya akan semakin sedikit, sedangkan produk
semakin banyak. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju perubahan konsentrasi per satuan
waktu. Waktu yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, maupun tahun,
tergantung pada lamanya reaksi berlangsung.
Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu konsentrasi, suhu, luas
permukaan, tekanan dan katalis.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju reaksi kimia yang ada dalam
kehidupan dan bagaimana perlakuan untuk meningkatkan laju reaksi.

1.2. Tujuan percobaan


 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
 Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi
 Untuki menentukan persamaan laju reaksi kimia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam reaksi kimia terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang
lain. Misalnya ketika kita membakar kertas, reaksi berlangsung begitu cepat sedangkan reaksi
pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang sangat lama. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa reaksi kimia memiliki laju reaksi yang berbeda.
Dalam ilmu kimia laju reaksi kimia dipelajari dalam kinetika kimia. Kinetika kimia adalah
bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang laju reaksi kimia, bagaimana cara menghitung
laju suatu reaksi kimia dan berbagai hal yang mempengaruhinya.
Cepat lambatnya suatu reaksi kimia yang berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan konsentrasi dapat
diganti dengan satuan tekanan seperti atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal. Satuan waktu
yang digunakan dapat berupa detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun bergantung pada reaksi
tersebut berjalan cepat atau lambat.
Laju reaksi = Perubahan konsentrasi
Satuan waktu
Untuk mengukur laju reaksi, perlu dilakukan analisis secara langsung maupun tak langsung
tak langsung banyaknya, produk yang terbentuk atau banyaknya reaksi yang tersisa setelah
penggal waktu tertentu.
Contoh :
2 NO2 (g) N2 (g) + 2 O2 (g)
Laju reaksi kimia dapat dinyatakan sebagai laju penguraian konsentrasi molar NO2 atau Laju
pertambahan konsentrasi molar N2 dan O2.

Sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya, laju pembentukan O2 adalah setengah dari
laju pengurangan NO2, yaitu :

Ada beberapa cara menentukan laju reaksi, salah satunya itu ditentukan melalui percobaan,
yaitu dengan mengukur konsentrasi salah satu reaksi salah satu produk pada selang waktu yang
berlangsung lambat ini dapat ditentukan dengan cara mengeluarkan sampel dari campuran reaksi
lalu menganalisanya dengan contoh sebagai berikut :
CH3 COOHs + H2O CH2 COOH + C2H5OH
(Etil asesat) (Air) (Asam Asesat) (Etanol)
Reaksi tersebut sangat lambat berlangsungnya sehingga konsentrasi asam asetat yang
dihasilkan dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suau larutan asam basa.
Cara yang lebih umum adalah dengan menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan
secara kontinu suatu perubahan yang menyertai reaksi. Untuk reaksi gas yang disertai perubahan
mol, alat dirancang dapat mengukur perubahan bahan tekanan gas, contohnya sebagai berikut :
2NaO5 (g)  4NO2 (g) + O2
Reaksi tersebut disertai pertambahan jumlah mol gas yang menyebabkan pertambahan
tekanan yang dapat dibaca dengan mometer semakin banyak N2O5 yang terurai semakin besar
tekanannya, jika reaksi berlangsung pada volume dan suhu yang tetap maka pertambahan tekanan
dapat dikatakan dengan tambahan mol dengan demikian laju penguraian NaO5 dapat ditentukan.
Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung
pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh :
a. Konsentrasi Pereaksi
Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar maka laju reaksinya semakin besar, dan
sebaliknya jika konsentrasi pula, dan sebaliknya jika sentrasi suatu zat semakin kecil maka laju
reaksinya pun semakin kecil. Untuk beberapa reaksi, laju reaksinya pun semakin kecil. Untuk
beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal dengan
hukum laju reaksi atau reaksi dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi
kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap laju reaksi.
b. Luas Permukaan
Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat, luas permukaan (total) zat
padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil. Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil,
semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat
dibandingkan sebuah bongkah zat padat dengan massa yang sama. Bubuk padat memiliki
permukaan yang lebih besar dari pada sebuah bengkah zat padat.
c. Suhu atau Temperatur
Laju reaksi juga dapat di percepat atau diperlambat dengan mengubah suhunya. Ketika
suhunya dinaikkan maka laju reaksi akan meningkat pula. Sebagai perkiraan kasar, sebagai
perkiraan besar, sebagai reaksi berlangsung dengan suhu ruangan maka laju reaksi akan berlipat
ganda setiap kenaikan 100C
Perkiraan ini bukan keadaan yang mutlak dan tidak bisa diterapkan pada seluruh reaksi.
Bahkan bila pun mendekati benar, laju reaksi akan berlipat ganda setiap 90C atau 110C atau setiap
suhu tertentu. Angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipat gandakan laju reaksi akan
berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya suhu.
Beberapa reaksi pada hakikatnya sangat cepat, sebagai contoh reaksi perpanasan melibatkan
ion yang terlarut menjadi zat padat yang tidak larut, atau reaksi ion hidrogen dengan asam dan ion
hidroksi dari Alkali didalam larutan, sehingga memanaskan salah satu dari contoh ini tidak
memperoleh perbedaan laju reaksi yang baik di laboratorium maupun industri akan berlangsung
lebih cepat apabila di panaskan
d. Tekanan
Bayak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari reaksi seperti itu juga
dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil Volume akan memperbesar
konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatkan laju
reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat maupun zat cair
tidak memberikan perubahan apapun pada laju reaksi.
Dalam proses pembuatan amonia dengan proses Haber, laju reaksi antara Hidrogen dan
Nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi. alasan utama
menggunakan tekanan tinggi adalah untuk meningkatkan persentasi amonia di dalam
keseimbangan campuran, namun hal ini juga memberikan perubahan yang berarti pada laju reaksi
juga.
Industri yang melibatkan produksi berupa gas yang banyak dilangsungkan pada tekanan
tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400 atm.
e. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu sendiri tak mengalami
perubahan yang kekal (tidak diskon asumsi atau tidak dihabiskan). Katalis dibagi 2 yaitu :
- Katalis Positif.
Katalis positif berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi
pengaktifan, katalis positif disebut juga katalisator.
- Katalis Negatif
Katalis negatif berfungsi untuk memperkuat laju reaksi. Katalis negatif disebut juga inhibator.
Adapun Jenis-jenis katalis yaitu :
- Katalis homogen
Wujud katalis homogen ini sama dengan wujud pereaksi. Jenis katalis ini umumnya ikut beraksi
tetapi pada akhirnya akan kembali lagi ke bentuk semula.
- Katalis Heterogen
Wujud katalis homogen ini berbeda dari wujud pereaksi. Jenis katalis ini umumnya berupa logam-
logam dan bereaksi yang dipercepat adalah reaksi gas-gas katalis ini tidak ikut bereaksi, tetapi
melalui reaksi permukaan yaitu permukaan logam menyerap molekul-molekul udara hingga
apabila dua molekul gas yang dapat bereaksi terserap maka gas-gas itu akan mudah bereaksi
katalis ini kebanyakan digunakan dalam reaksi industri.
- Katalis biokimia
Katalis biokimia ini berfungsi untuk mempercepat reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk hidup.
Katalis ini berupa enzim-enzim.
Dalam laju reaksi terdapat pula teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan
antara partikel pereaksi. Akan tetapi tidaklah setiap tumbukan antara partikel menghasilkan reaksi,
melainkan hanya tumbukkan antar partikel yang memiliki energi yang cukup serta arah tumbukan
yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi dapat bergantung pada 3 hal, yaitu:
 Frekuensi Tumbukan
 Fraksi tumbukan yang melibatkan partikel dengan energi cukup
 Fraksi partikel dengan energi cukup yang tumbuhannya dengan arah yang tepat.
Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut dengan tumbukan efektif, energi minimum yang
harus dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga menghasilkan tumbukan efektif yang disebut juga
energi pengaktifan untuk memahami arti dari energi pengaktifan perlu diperhatikan pelan-pelan
benda yang ada di sekitar kita yang dapat terbakar.
Adapun persamaan laju reaksi dan orde reaksi yaitu sebagai berikut:
mA + nB pC = qD
Persamaan laju : V = K [A] x [B]x
Dengan ketetapan rumus :
- K : Ketetapan Jenis Reaksi
- X : Orde Reaksi terhadap pereaksi A
- Y : Orde reaksi terhadap pereaksi B
- m,n,p,q : Koefisien masing-masing zat yang terlihat dalam reaksi

Ketetapan jenis reaksi (K) adalah salah satu tetapan yang harganya bergantung pada jenis pereaksi
dan suhu., setiap reaksi mempunyai harga K tertentu pada suhu tertentu. Harga K berubah jika
suhu berubah, kenaikan suhu dan katalisator umumnya dan memperbesar harga K.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat
- Gelas Kimia 100 ml
- Gelas ukur
- Pipet
- Stopwatch
- Termometer
- Hot plate
- Kertas
- Pulpen
- Penjepit tabung

3.1.2. Bhan-bahan
- Larutan Na2S2O3 0,1 M
- Larutan Na2S2O3 0,2 M
- Larutan HCl 1 M
- Larutan HCl 2 M
- Aquadest

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
- Dimasukkan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dalam gelas kimia
- Disiapkan kertas putih yang diberi tanda X
- Dimasukkan 3 ml HCl 1 M dalam Na2S2O3 0,1 M
- Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda X menghilang
- Diulangi prosedur yang sama dengan menggunakan Na2S2O3 0,1 M – HCl 2 M
dan Na2S2O3 0,2 M – HCl 2 M

3.2.2. Pengaruh Suhu (40o) terhadap Laju Reaksi


- Disiapkan gelas kimia dan diisi dengan 2 ml larutan Na2S2O3 0,2M.
- Dipanaskan hingga suhunya 40o C (gunakan termometer), kemudian letakkan diatas kertas yang
telah diberi tanda silang
- Dimasukkan 3 ml larutan HCl 2 M kedalam gelas kimia tersebut dan catat waktu yang dibutuhkan
sejak penambahan larutan HCl hingga tanda silang tidak terlihat lagi dari atas
- Diulangi prosedur diatas menggunakan Na2S2O3 0,1 M – HCl 2 M danNa2S2O3 0,1 M – HCl 1 M

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil percobaan


4.1.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
No [Na2S2O3] 2 ml [HCl] 3 ml Waktu

1 0,1 M 1M 277 s

2 0,1 M 2M 151 s

3 0,2 M 2M 52 s

4.1.2 Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi


No [Na2S2O3] 2 ml [HCl] 3 ml Waktu
1 0,2 M 2M 43 s

2 0,2 M 1M 50 s

3 0,1 M 1M 95 s

4.2. Reaksi
Na2S2O3(aq) + 2HCl (aq) → 2 NaCl (aq) + S(s) + H2O(l) + S02
4.3. Perhitungan
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi
4.3.2 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
4.4. Pembahasan
Laju reaksi adalah capat lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau produk per satuan waktu. Dalam laju
reaksi terdapat orde, yaitu banyaknya faktor konsentrasi zat yang mempengaruhi laju reaksi.
Dalam laju reaksi kimia terdapat bilangan orde reaksi. Diantaranya 0, 1 dan 2. Reaksi orde nol
adalah reaksi yang laju reaksinya tidak dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan. Reaksi orde satu
adalah reaksi yang lajureaksinya hanya dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan pangkat satu
sehingga didapat grafik linear pada grafik perbandingan konsentrasi reaktan dengan laju reaksi.
Reaksi orde dua adalah reaksi yang laju reaksinya dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan kuadrat.
Sehingga didapatkan grafik berbentuk kurfa pada grfik pebandingan konsentrasi reaktan dengan
laju reaksi. Didalam laju reaksi terdapat konstanta laju reaksi. Yaitu tetapan dalam perhitungan
laju reaksi. Barapapun konsentrasi yang digunakan selalu digunakan tetapan ini. Konstanta laju
reaksi ini hanya dipengaruhi oleh jenis pereaksi dan suhu.
Praktikum kali ini dilakukan dua percobaan, yaitu pengaruh konsentrasi dan suhu pada
terhadap laju reaksi kimia . pada percobaan pertama dilakukan percobaan pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi kimia. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dicampur dengan 3 ml HCl 1 M
reaksi berlangsung hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas
dalam 277 s. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dicampur dengan 3 ml HCl 2 M reaksi
berlangsung hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas dalam
151 s. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dicampur dengan 3 ml HCl 2 M reaksi berlangsung
hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas dalam 52 s. Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin
laju pula reaksi berlangsung.
Percobaan kedua adalah pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Pada percobaan ini suhu
dinaikkan hingga 40oC. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dicampur dengan 3 ml HCl 2 M
reaksi berlangsung hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas
dalam 43 s. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,2 M dicampur dengan 3 ml HCl 1 M reaksi
berlangsung hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas dalam
50 s. Ketika digunakan 2 ml Na2S2O3 0,1 M dicampur dengan 3 ml HCl 1 M reaksi berlangsung
hingga warna larutan menjadi keruh dan tak terlihat lagi tanda silang dikertas dalam 95 s. Dari
percaobaan ini dan percobaan pertama terdapat perbedaan perlakuan. Yaitu pada percobaa pertama
digunakan suhu ruang sedangkan pada percobaan kedua digunakan suhu 40oC, Dan dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin laju pula suatu reaksi berlangsung.
Dalam percobaan laju reaksi ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
- Konsentrasi pereaksi
Pengruh konsentrasi terhadap adalah semakin besar konsentrasi maka semakin laju pula suatu
reaksi. Karna dengan bertambahnya konsentrasi maka jumlah partikel juga bertambah sehingga
kemungkinan terjadi tumbukan antar partikel semakin besar.
- Luas permukaan
Pengaruh luas permukaan adalah semakin halus atau kecil ukuran reaktan (padatan) yang
digunakan maka semakin laju reaksi kimaia terjadi . karena dengan semakin kecilnya ukuran
partikel maka akan menyebabkan kemungkinan terjadi tumbukan semakin besar.
- Suhu atau temperature
Pengaruh suhu adalah dengan bertambahnya suhu, maka semakin laju reaksi kimia. Karena dengan
bertambahnya suhu maka partikel zat reaktan akan semakin cepat bergerak atau dengan kata lain
kemingkinan terjadi tumbuakan antar partikel semakin besar.
- Tekanan
Pengaruh tekanan biasanya melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi. Dengan demikian dapat meningkatkan laju
reaksi.
- Katalis
- Pengaruh katalis adalah untik menurunkan energy aktivasi suatu reaksi kimia. Energi aktivasi
adalah sejumlah energi minimal yang harus dimiliki agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung.
Katalis adalah zat yang dicampurkan dalam reaktan namun pada akhir reaksi zat katalis tidak
berubah menjadi zat lain.
Dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan diantaranya yaitu pencampuran dan
pemanasan. Pencampuran dilakukan agar masing-masing reaktan dapat bercampur dan dapat
terjadi reaksi. Pemanasan dilakukan agar reaktan dapat dinaikkan suhunya sesuai yang diinginkan
dan mempercepat laju reaksi.
Dalam laju reaksi juga terdapat pula teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antara pertikel pereaksi. Reaksi kimia tidak dihasilkan oleh setiap tumbukan tersebut,
melainkan hanya tumbukan yang memiliki energi yang cukup dan arah yang tepat saja. Tumbukan
dipengaruhi oleh konsentrasi, luas permukan, suhu. Pada konsentrasi, apabila konsentrasi semakin
besar, maka semakin banyak jumlah partikel, sehingga kemungkinan terjadi tumbukan semakin
besar. Pada suhu, apabila suhu bertambah maka partikel reaktan bergerak cepat sehingga
tumbukan sering terjadi. Pada luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel padatan dalam reaksi
maka kemungkinan tumbukan antara partikel reaktan semakin besar. Tumbukan yang
menghasilkan reaksi disebut tumbukan evektif. Energi minimum yang harus dimiliki partikel
pereaksi sehingga dapat dihasilkan tumbukan yang evektif disebut energi aktivasi.
Pada percobaan ini waktu yang ditentukan hingga tanda X tertutup. Yang menyebabkan tanda
X tertutup adalah terbentuknya produk berupa senyawa sulfur yang mengendap berwarna putih
buram.
Dalam percobaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu ketidak tepatan dalam
pengukuran waktu denperbedaan persepsi dalam menentukan tanda silang sudah tak terlihat atau
belum.

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
- Suhu
- Luas permukaan
- Konsentrasi
- Tekanan
- Katalis
 Dari percobaan ini didapat pengaruh konsentrasi dan suhu. Pengaruh konsentrasi yaitu apabila
konsentrasi suatu reaktan semakin besar, maka laju reaksi juga meningkat. Dan pengaruh suhu
yaitu apabila suhu dinaikkan maka laju suatu reaksi juga meningkat.
 Dalam percobaan pengaruh konsentrasi dengan suhu ruang didapat persamaan :

Dalam percobaan pengaruh konsentrasi dengan suhu reaktan 40oC didapat persamaan :

5.2. Saran-saran
Sebaiknya dalam setiap percobaan laju reaksi menggunakan persepsi tingkat kekeruhan
larutan yang sama, meskipun tanda silang tidak benar-benar tak terlihat. Sehingga dapat
mengefisiensikan waktu dan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga
Sukamto. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : PT Bhineka Cipta
Wood, Charles. 1996. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Diposkan 25th October 2013 oleh Alex Kimia
1

Lihat komentar

1.

Funday Pande7 November 2014 05.56

makasi gan artikelnya, izin edot buat tugas sekolah,


berkungjung balik ya ke blog sederhana aq, makasi

Balas
Chemistry by Alex P.I.P

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

REGENERASI KAKI JALAN UDANG

PANAS | AZAS BLACK | LATEN | SENSIBLE

CONTOH SOAL PANAS | KALOR | LATEN | SENSIBLE

SIFAT KOLIGATIF | FRAKSI MOL

MOLALITAS DAN FRAKSI MOL

Dasar NERACA MASSA dan ENERGI | TEKNIK KIMIA

PROSES AIR DEMINERAL / AIR DEMIN

UJI TOTAL SUSPENDED SOLID / TSS SECARA SNI

KONSTANTA GAS

LAPORAN REFRAKTOMETER

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH MENGGUNAKAN


JARTEST

DASAR TEORI PENENTUAN VARIABEL DAN LOGIKA PROSES


BERPENGENDALI | PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES
Perancangan Alat Dalam Proses Pembuatan Etanol Dari Tetes | DESIGN
PERANCANGAN ALAT

ROTARY EVAPORATOR DAN PRINSIP KERJANYA

EVAPORATOR DAN MACAM-MACAMNYA (rotary evaporator)

KESETIMBANGAN UAP CAIR

RUMUS-RUMUS HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET KALSIUM PROPIONAT DALAM


MENGHAMBAT KONTAMINASI KAPANG SYNCEPHALASTRUM
RACEMOSUM PADA DODOL

TITRASI GRAVIMETRI

GRAVIMETRI

FERMENTASI ALKOHOL

MACAM-MACAM HASIL FERMENTASI

FERMENTASI TAPE SINGKONG

TUGAS BAHASA INGGRIS Food additive | PAK HERU

TUGAS BAHASA INGGRIS FOOD Preservation | PAK HERU

TUGAS BAHASA INGGRIS TENTANG INTERVIEW KERJA | PAK HERU

FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTI JAMUR DENGAN BAHAN AKTIF


EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L.Swartz.)

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

LAPORAN TEKANAN SUATU ZAT CAIR | THERMODINAMIKA

LAPORAN TENTANG PANAS SPESIFIK | THERMODINAMIKA


JUAL DETERGEN

CSTR

LAPORAN TEKNIK KIMIA KENAIKAN TITIK DIDIH

Laporan KESETIMBANGAN UAP CAIR | Politeknik Negeri Malang | Teknik


Kimia

REAKTOR ALIR TANGKI BERPENGADUK | TRK | Teknik Reaksi Kimia

PERCOBAAN ENZIM AMILASE DAN FAKTOR-FAKTORNYA

MACAM - MACAM PENGUJIAN ENZIM

UJI AKTIVASI ENZIM | UJI IOD DAN UJI BENEDICT

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS LARUTAN | KOROSI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS | KOROSI

LAPORAN PRAKTIKUM REDOKS DAN ELEKTROKIMIA | KOROSI

LAPORAN SEL VOLTA | KOROSI

LAPORAN SEMENTARA SEL VOLTA

PEMBAHASAN LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN IODOFORM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PEMBUATAN IODOFORM

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN ATAU AI PENENTUAN


KADAR BESI DENGAN UV-VIS

DASAR TEORI LAPORAN EKSTRAKSI CAIR-CAIR


LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIR

LAPORAN PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANGKA PENYABUNAN | KIMIA ORGANIK

REGENERASI KAKI JALAN UDANG


PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu
dengan yang lainnya. Masing-masimg dari mahkluk hidup tersebut akan tumbuh dan
berkembang dari bentuk atau sususnan yang sederhana menjadi susunan yang lebih
kompleks. Selain memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang mahkluk hidup juga
memiliki kemampuan untuk menumbuhkan dan memperbaiki bagian tubuh yang rusak,
lepas, terpisah, hilang ataupun mati dengan cara memperbaiki sel, jaringan atau bagian
tubuh yang rusak tadi sehingga menjadi individu baru yang lengkap atau kembali seperti
semula. Kemampuan tersebut disebut sebagai regenerasi.
Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau
lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana
tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Yang terkenal
tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela.
Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Pada Anelida kemampuan itu
menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan
reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. Karena masih
rendahnya pengetahuan para mahasiswa biologi tentang regenerasi, maka karya ilmiah ini
dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui proses dan lama waktu hewan
beregenerasi.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka disini ada beberapa masalah yang akan
menjadi objek pembahasan dalam karya ilmiah ini, antara lai :
1. Apakah perbedaan media air seperti air sumur dan air hujan dapat berpengaruh dalam
proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar?
2. Pada udang tingkat apakah yang paling cepat beregenerasi?
3. Apakah dalam waktu 10 hari udang air tawar dapat beregenerasi sempurna?

I.3 Hipotesis Penelitian


Air sumur sangat berpengaruh dalam proses regenerasi pada kaki jalan udang. Sedangkan
udang yang berada di air hujan, proses regenerasinya lambat, karena air hujan tersebut
mengandung asam yang bisa membuat udang air tawar tersebut mati.

I.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses regenerasi kaki jalan
pada udang air tawar.
2. Mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi.
3. Mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah agar:
1. Dapat mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses regenerasi kaki
jalan pada udang air tawar.
2. Dapat mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi .
3. Dapat mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.

II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Regenerasi
Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau
lepas. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar ada yang
sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang, dan ada yang berat yang
menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Menurut Balinsky (1981), suatu
organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau
jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau
experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan
dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi (Balinsky, 1981).

II.2 Daya Regenerasi


Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah
sekali dayanya. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya
regenerasinya belum terungkap secara jelas. Daya regenerasi paling besar pada
echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh
menjadi individu baru yang sempurna.
Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian
ujung anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata,
terendah daya regenerasinya. Pada Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata yaitu
Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak)
dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya
terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak. Hydra dapat dipotong-potong
sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi
individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus,
disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu
dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya
regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya
menjadi individu yang utuh. Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh
dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi
segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak
mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak bergenitalia. Hirudinea
(pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak.
Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih bisa
beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian kepala atau kaki juga
dapat beregenerasi.
Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi dayanya di dalam
phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja.
Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk
melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk
diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri sendiri.
Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut kalau dicincang oleh
nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah dan menganggap saingan mendapat
ikan lokan), tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada
Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat
anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat diganti dengan
yang baru.
Di kalangan sub-phylum Vertebrata yang tertinggi daya regenerasinya ialah Urodela.
Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota tubuh, insang, ekor,
rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau terpotong. Pada Anura
regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan hanya pada anggota dan ekor. Yang
dewasa tak bisa beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti
kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas.
Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier dengan daya
regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari Annelida; begitu juga Pisces
terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.Pada
Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh. Mammalia daya regenerasinya
terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan
penyembuhan luka. Luka di kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis
asli, karena banyak sekali kolagennya, disebut parut. Jaringan yang tinggi daya
regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati.
Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada
anggota. Setiap celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat.
Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh
jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat diangkat
sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo
juga mampu beregenerasi (Balinsky, 1981).

II.3 Proses Regenerasi


Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah
dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun
tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk
memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi
dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses
pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada
jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Sedangkan Regenerasi organ dapat
diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh
yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan
bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak
ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari
ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis,
jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk
regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai
jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah
berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif
menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan
pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah
produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur
tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang
bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah
scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah
tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan
akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga
berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan
antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini
scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau
sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah.
Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan
proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang
maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel
blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan
tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya
(Manylov, 1994).

II.4 Faktor Yang Merangsang Terjadinya Regenerasi


Kemampuan untuk melakukan regenerasi dari masing-masing hewan sangat tergantung
pada hewan itu sendiri, derajat diferensiasi dari sel-selnya atau stadium ontogenesis yang
dialami oleh hewan yang bersangkutan atau faktor-faktor lainnya. Kemampuan regenerasi
tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana hewan itu berada.
Laju kecepatan regenerasi secara alami dipengaruhi atau sangat tergantung pada suhu
lingkungan, seperti halnya yang terjadi pada kebanyakan proses biologi lainnya.
Peningkatan suhu sampai ke titik tertentu dapat meningkatkan proses regenerasi. Pada
Planaria torva misalnya, regenerasi masih dapat terjadi pada suhu 3ºC. Dari enam individu
yang dipelihara pada suhu ini, hanya satu yang mampu beregenerasi dengan membentuk
kepala baru yang abnormal, dan matanya baru terbentuk dengan lengkap setelah enam
bulan. Regenerasi tercepat terjadi pada suhu 29,7ºC. Pada suhu ini kepala akan terbentuk
dalam waktu 4,6 hari. Pada suhu 31,5ºC kepala baru terbentuk 8,5 hari kemudian. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu 31,5ºC terlalu tinggi untuk regenerasi. Suhu 32ºC
mengakibatkan kematian.
Makanan ternyata tidak terlalu mempengaruhi proses regenerasi. Meskipun seekor hewan
sedang berpuasa, ia tetap dapat melakukan regenerasi dengan menggunakan bahan-
bahan yang telah ada di dalam tubuhnya sendiri. Pada kasus yang berbeda-beda misalnya
tikus dapat melakukan regenerasi hati, salamander meregenerasi kaki-kakinya, hydra atau
planaria meregenerasi bagian-bagian tubuhnya yang hilang. Pemuasaan hewan-hewan
tersebut tidak menghentikan kegiatan regenerasi yang harus terjadi. Apabila seekor
Planaria tidak memperoleh makanan dalam kurun waktu yang lama, hewan itu dapat
melakukan metabolisme dari tubuhnya sendiri. Sebagai akibatnya sudah barang tentu
hewan itu akan mengalami pengecilan (kurus). Dalam kondisi ini Planaria masih tetap dapat
melakukan regenerasi, meskipun ukurannya menjadi jauh lebih kecil.
Sistem saraf tampaknya memiliki pengaruh spesifik terhadap proses regenerasi. Pada
amfibia, regenerasi pada tahap awal tidak akan dapat terjadi tanpa kehadiran saraf pada
bagian yang luka. Apabila saraf-saraf yang berada pada luka dari kaki kadal air ikut rusak
selama pemotongan, maka proses regenerasi akan terhenti, dan blastema mungkin tidak
tumbuh atau bahkan mengalami resorpsi. Tampaknya saraf memberi pengaruh pada saat
awal regenerasi, dan begitu proses regenerasi mencapai tahap diferensiasi, maka
pengaruh saraf tidak diperlukan lagi. Artinya regenerasi berjalan terus meskipun saraf yang
ada pada jaringan itu dihilangkan (Balinsky, 1981).

II.5 Regenerasi Kaki Jalan Udang Air Tawar (Crustacea)


Hewan ini pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun sungai.
Crustacea mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi keras karena
mengandung kapur. Crustacea sering juga disebut hewan bercangkang. Untuk mempelajari
macam-macam Crustacea.Crustacea mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya,
Crustacea mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang dan kepiting
terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga dapat digunakan
untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala mungkin bergabung dengan
dada membentuk kepala-dada atau sefalotoraks. Ukuran Crustacea sangat bervariasi, dari
ukuran plankton yang sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup
di dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat besar dapat
mencapai berat lebih dari 10 kg.Di alam, Crustacea mempunyai peran yang cukup penting.
Sebagian besar zooplankton di laut dan samudra adalah Crustacea. Hewan ini terdapat di
laut mulai dari pantai sampai laut yang dalam. Crustacea juga mempunyai nilai ekonomi
yang sangat penting, karena beberapa jenis tertentu merupakan bahan makanan yang baik
bagi manusia, yaitu mengandung banyak protein. Selain itu, juga banyak yang hidup
sebagai zooplankton yang menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis ikan.
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air
tawar. Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:
 Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks
(kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior
(ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung
belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
a. Dua pasang antena
b. Satu pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
c. Satu pasang maksilla
d. Satu pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan
menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang
setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau
menempel di dasar perairan.
 Sistem Organ
a. Sistem Pencernaan
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan.
Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan
esophagus, lambung, usus dan anus terletak bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar
pencernaan atau hati yang terletak di kepala dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan
selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat ekskresi disebut kelenjar hijau yang
terletak didalam kepala.
b. Sistem Saraf
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak
berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst
(alat keseimbangan), dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
c. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka.
Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak
mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen)
rendah.

Gambar 2.1 Struktur dalam Crustacea


d. Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh
permukaan tubuhnya.
e. Alat Reproduksi
Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa
Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan
kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki
kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.

Gambar 2.2 Struktur luar Crustacea


Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses pergantian kulit atau
molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa
tumbuh menjadi besar, secara periodik akan melepaskan jaringan penghubung antara
epidermis dan kutikula ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang),
menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya
terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein. Proses molting ini
menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara
berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi
pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus
molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya,
karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang
pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan
senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang
nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang
dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap
jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus
molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing
mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
 Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan
eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang
disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh.
Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari
(tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
 Intermolt
Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral
dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan
dengan kepiting dan lobster.
 Early Premolt
Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan
endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon
molting dalam hemolymph (darah).
 Late Premolt
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan
epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan
pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton
(cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari
hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya
berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada
jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika
udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh
hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior
branchium, dan disebut Y – organ (Anonim, 2005).

III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses praktikum ini yaitu :
1. Toples kecil
2. 4 ekor udang air tawar
3. Air hujan
4. Air sumur
5. Makanan udang
6. Penggaris

III.2 Prosedur Kerja


Langkah kerja yang harus dilakukan yaitu :
1. Disediakan 2 buah toples
2. Diisikan air sumur ke toples I dan air hujan ke toples II
3. Dipatahkan salah satu kaki jalan udang pada setiap udang yang akan digunakan
4. Dimasukkan 2 ekor udang ke toples I dan 2 ekor udang ke toples 2
5. Diamati proses regenerasinya setiap hari
6. Dicatat berapa panjang pertumbuhan kakinya setiap hari

IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Hasil Penelitian
Hari Panjang kaki sebelum dan sesudah pemotongan (cm) Pertambahan Panjang
(cm)
Pertama
19-12-2010

Dalam air hujan


Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Kedua
20-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Ketiga
21-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,15 cm
Udang B : 1,14 cm
Keempat
22-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,17 cm
Udang B : 1,16 cm
Kelima
23-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,2 cm
Udang B : 1,19 cm
Keenam
24-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,23 cm
Udang B : 1,21 cm
Ketujuh
25-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,25 cm
Udang B : 1,23 cm
Kedelapan
26-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,26 cm
Udang B : 1,25 cm
Kesembilan
27-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,28 cm
Udang B : 1,27 cm
Kesepuluh
28-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,3 cm
Udang B : 1,29 cm
IV.2 Pembahasan
Udang pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun sungai. Udang
mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi keras karena mengandung kapur.
Udang sering juga disebut hewan bercangkang.Udang mempunyai dua pasang antena.
Pada umumnya, Udang mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang
terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga dapat digunakan
untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala mungkin bergabung dengan
dada membentuk kepala-dada atau sefalotoraks. Ukuran Udang sangat bervariasi, dari
ukuran plankton yang sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup
di dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat besar dapat
mencapai berat lebih dari 10 kg.
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.
Dari praktikum yang saya lakukan ini, ternyata udang tidak dapat bertahan lama hidup di air
hujan dan udang juga tidak mau makan. Pada hari ketiga, udang tersebut mati. Sehingga
kaki udang tersebut tidak dapat beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan
mengandung asam, sehingga udang air tawar tidak bisa hidup di air hujan tersebut.
Berbeda dengan udang yang diletakkan di air sumur, udang dapat hidup sehat dan
makannya juga banyak. Tetapi faktor banyaknya makanan tidak mempengaruhi dalam
proses regenerasi kaki udang. Udang dapat beregenerasi meskipun tanpa diberi makanan.
Dari hari ke hari, kaki udang yang patah terus tumbuh atau beregenerasi. Namun, waktu 10
hari tidak cukup bagi udang untuk beregenerasi atau menumbuhkan kembali kakinya yang
patah. Karena proses regenerasi udang berlangsung sangat lama. Regenerasi udang dapat
berlangsung cepat jika udang di biarkan hidup di alam bebas, sehingga gerak udang tidak
terbatas dan mendapatkan suhu yang sesuai.
Selain beregenerasi, udang yang diletakkan pada air sumur juga melakukan ekdisis atau
pergantian kulit. Dalam waktu seminggu udang tersebut melakukan pergantian kulit
sebanyak 2 kali. Awalnya udang terbaring seperti udang mati, setelah itu kulit beserta
kakinya lepas dan muncul kulit dan kakinya yang baru. Setelah pergantian kulit selesai,
udang itu masih terdiam dan belum dapat bergerak lincah. Tetapi beberapa lama kemudian
udang itu kembali berjalan dengan lincah kesana kemari.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yaitu :
 Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti
semula.
 Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme.
 Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah
dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja.
 Udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada
bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.
 Udang tidak dapat bertahan lama hidup di air hujan dan udang juga tidak mau makan.
Pada hari ketiga, udang tersebut mati. Sehingga kaki udang tersebut tidak dapat
beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan mengandung asam, sehingga udang
air tawar tidak bisa hidup di air hujan tersebut. Berbeda dengan udang yang diletakkan di
air sumur, udang dapat hidup sehat dan makannya juga banyak.
 Udang tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum Arthrophoda, baik tingkat larva
maupun dewasa.
 Waktu 10 hari tidak cukup bagi udang untuk beregenerasi dengan sempurna.

V.2 SARAN
Agar regenerasi dapat berlangsung dengan sempurna dan udang dapat bertahan hidup
pada praktikum ini, maka disarankan untuk :
 Meletakkan udang air tawar di air tawar, seperti air sumur, air sungai, air kolam, dll.
 Menggunakan udang yang masih bayi atau masih kecil, karena pada saat hewan masih
bayi, daya regenerasinya masih tinggi. Meskipun udang dewasa juga mampu beregenerasi.
 Menambah jangka waktu peneletian, hingga udang dapat beregenerasi dengan
sempurna.
Diposkan 10th September oleh Alex Kimia
0

Tambahkan komentar
Memuat
ALEX PEPSEGA INDRA PUTRA. Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
Related Searches

?
Organic Chemistry
Chemistry Program
Interactive Periodic Table
Synthetic Organic Chemistry
Chemistry Tutorials
Chemistry Journals
Introduction To Organic Chemistry
Teaching Chemistry
Organic Compounds
innoApp
×Ads by CinPlus-2.4c
innoApp Ads
Trust Rating
Not Yet Rated
alexschemistry.blogspot.com

innoApp Ads

innoApp Ads

Anda mungkin juga menyukai