Anda di halaman 1dari 7

PEMAKAIAN BAHASA KEN (CANT) OLEH PARA PENGEMIS

DI SEKITAR KOTA TASIKMALAYA


THE APPLICATION OF KEN (CANT) lANGUAGES BYE THE BEGGARS AROUND
TASIKMALAYA CITY

Demina Siti Arofah


172121091
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya
Jalan Siliwangi Nomor 24 PO.BOX 164 Tasikmalaya 46115
Pos-el: deminaarfah@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pemakaian Bahasa Ken (Cant) Oleh Para Pengemis Di Sekitar Kota Tasikmalaya”.
Pembahasan dalam artikel ini mengenai variasi bahasa Ken di sekitar kota Tasikmalaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui variasi bahasa Ken dan maksud tuturannya oleh para pengemis di sekitar kota
Tasikmalaya. Pembahasan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara menguraikan data yang
bersangkutan. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi pustaka. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik observasi. Sumber data berasal dari tuturan para pengemis.
Hasil penelitian ini berupa kata-kata yang termasuk ke dalam variasi Bahasa Ken (Cant).
Kata kunci: Sosiolingusitik, variasi bahasa, ken, Tasikmalaya

ABSTRACT:

This study entitled "The Application Of Ken (Cant) Languages Bye The Beggars Around Tasikmalaya City".
The discussion in this article about Ken language variation around the town of Tasikmalaya. This study aims
to determine the variations in language and intent Ken tuturannya by beggars around the city of Tasikmalaya.
Discussion using qualitative descriptive method by breaking the data in question. The approach used in this
study is the approach literature. Data collected by means of observation. Source of data derived from the speech
of the beggars. The results of this study are words that belong to the language variations Ken (Cant).
Keywords: Sosiolinguistic, language variations, cant, Tasikmalaya
PENDAHULUAN varian dalam bahasa yang penggunaannya
disesuaikan dengan fungsi situasi dalam
Bahasa dan masyarakat tidak bisa
suatu masyarakat bahasa dan tetap menaati
dipisahkan, bahasa berperan penting dalam
kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.
setiap aspek kehidupan di dalam
masyarakat, setiap anggota masyarakat Sebuah bahasa mempunyai sistem dan
tentu memiliki bahasa sebagai identitas subsistem yang dipahami sama oleh sama
dirinya dan juga alat interaksi sosial. Tidak penutur bahasa tersebut. Namun, karena
ada masyarakat tanpa bahasa ataupun penutur bahasa tersebut, meski berada
bahasa tanpa masyarakat. Seiring dalam masyarakat tutur, tidak merupakan
pekembangan zaman, bahasa pun ikut kumpulan manusia homogen, wujud bahasa
berubah sesuai dengan perkembangan yang konkret, yang disebut parole, menjadi
kehidupan masyarakatnya. tidak seragam atau bervariasi. Terjadinya
keragaman atau kevariasian bahasa ini
Sosiolinguistik adalah studi atau
bukan hanya disebabkan oleh para
pembahasan dari bahasa sehubungan
penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga
dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
kegiatan interaksi sosial yang mereka
masyarakat, boleh juga dikatakan bahwa
lakukan sangat beragam (Chaer dan
sosiolinguistik mempelajari dan
Agustina, 2004: 61).
membahasa aspek-aspek kemasyarakatan
bahasa, khususnya yang mempelajari Sehubungan dengan uraian di atas, ken
aspek-aspek sosial dari pemakainya dan (cant) merupakan salah satu variasi bahasa
aturan pemakaiannya (Nababan, 1993:2). tertentu yang biasa digunakan dengan nada
Sosiolinguistik merupakan salah satu ilmu memelas atau biasa dipakai oleh para
yang mempelajari bahasa dengan kaitannya pengemis. Menurut Suherlan dan Odien
dengan masyarakat. Sosiolinguistik (2004:39), ken (chant) adalah wujud ragam
mempelajari segala peristiwa dan persoalan bahasa yang digunakan oleh kelompok
bahasa di dalam masyarakat, seperti sosial tertentu dengan lagu yang dibuat-
bagaimana posisi bahasa dalam buat supaya lebih menimbulkan kesan
masyarakat, variasi bahasa yang digunakan, “memelas” atau supaya “dikasihani”.
bilingualisme, multilingualisme dll.
Populasi pengemis, di kota Tasikmalaya
Anggota suatu masyarakat terdiri dari sendiri tidak sulit untuk di temukan,
berbagai latar sosial dan budaya yang meskipun dinas sosial daerah setempat
berbeda. Ada yang berpendidikan atau sudah berusaha menertibkan mereka, tetap
tidak berpendidikan, ada yang berstatus saja mereka masih membandel dan
sosial rendah atau tinggi, ada yang meneruskan pekerjaannya tersebut.
berprofesi sebagai guru, nelayan, kanggota Khususnya di daerah pusta perbelanjaan
DPR dll. Karena latar belakang dan sepanjang jalan KH. Zainal Mustofa dan
lingkungannya yang tidak sama, maka WKS (Warung Ketan Susu) yang
bahasa yang mereka gunakan menjadi merupakan tempat makan sekaligus
bervariasi dan beraga, di mana antara tongrongan para anak muda di kota Tasik
variasi atau ragam yang satu dengan yang yang banyak dijumpai para pengemis.
lain seingkali mempunyai perbedaan yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk
besar (Chaer, 2014:55).
mengetahui variasi bahasa ken apa saja
Variasi bahasa atau ragam bahasa yang sering digunakan oleh para pengemis.
merupakan bentuk-bentuk bagian atau Proses penelitian dilakukan dengan
mengidentifikasi kata-kata yang digunakan kata majemuk, dan kalimat (Malabar:
oleh para pengemis di sekitar Kota 2015:3)
Tasikmalaya. Alasan memilih Bahasa Ken
Berdasarkan dua pandangan tersebut,
(cant) sebagai pisau analisis dalam
sosiolinguistik meupakan ilmu yang
penelitian ini karna variasi bahasa tersebut
mengkaji pemakaian bahasa di dalam
menarik untuk diteliti dan untuk
masyarakat dan bukan pada struktur
mengetahui variasi Bahasa Ken yang
internal bahasa, seperti fungsi
dipakai oleh para pengemis di Kota
pemkaiannya, variasi bahasa yang ada,
Tasikmalaya.
sikap bahasa, perubahan dan
Hasil penelitian terkait yaitu penelitian dari perkembangan bahasa dll. Variasi bahasa
Arip Senjaya, Ilmi Solihat, dan Erwin Salpa dalam sosiolinguistik adalah ragam-ragam
Riansi dengan judul Kajian Sosiolinguistik bahasa yang dimiliki oleh suatu masyarakat
Pemakaian Variasi Bahasa Ken (Cant) Oleh tutur.
Para Pengemis Di Lingkungan Lampu
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada
Merah Kota Serang, Provinsi Banten.
dua pandangan. Pertama, variasi atau
Penelitian yang berjudul Register Bahasa
ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat
Ken Pada Pengemis Di Lingkungan Kota
adanya keragaman sosial penutur bahasa itu
Surakarta oleh Nurul Cahyadani.
dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi
variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Andaikata
LANDASA TEORETIS penutur bahasa itu adalah kelompok yang
homogen, baik etnis, status sosial maupun
Menurut Kridalaksana dalam Pateda lapangan pekerjaanya, maka variasi atau
(2015:3), sosiolinguistik yaitu cabang karagaman itu tidak akan ada; artinya,
linguistik yang berusaha untuk menjelaskan bahasa itu menjadi seragam. Kedua, variasi
ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan atau ragam bahasa itu sudah ada untuk
korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dengan ciri-ciri sosialnya. dalam kegiatam masyarakat yang beraneka
Sosiolinguistik adalah ilmu yang ragam. Kedua pandangan ini dapat saja
interdisipliner. Istilahnya sendiri diterima atau ditolak. Yang jelas, variasi
menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang atau ragam bahasa itu dapat
sosiologi dan linguistik. Dalam istilah diklasifikasikan berdasarkan adanya
linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosio keragaman sosial dan fungsi kegiatan di
adalah aspek utama dalam penelitian dan dalam masyarakat sosial (Malabar,
merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut. 2015:32).
Linguistik dalam hal ini juga berciri sosial Variasi bahasa terjadi akibat keragaman
sebab bahasa pun berciri sosial, yaitu yang ada di dalam masyarakat dan juga
bahasa dan strukturnya hanya dapat untuk memenuhi suatu fungsi tertentu
berkembang dalam suatu masyarakat untuk digunakan dalam berinteraksi sosial
tertentu. Aspek sosial dalam hal ini di dalam masyarakat. Variasi bahasa bisa
mempunyai ciri khusus, misalnya ciri sosial diilihat dari berbagai segi yaitu tempat,
yang spesifik dan bunyi bahasa dalam waktu, pemakai, pemakainnya, situasi dan
kaitannya dengan fonem, morfem, kata, statusnya.
Ken (Cant) adalah salah satu variasi dari sebagai berikut. 1) Semua kata yang
segi pemakai/penutur. Ken (cant) adalah terdapat dari semua bahasa. 2) Kata-kata
variasi bahasa yang biasa digunakan yang dikuasai oleh seseorang atau
dengan nada memelas atau digunakan oleh sekelompok orang dari lingkungan yang
pengemis. Ken (Inggris=can) adalah variasi sama. 3) Kata-kata atau istilah yang
bahasa tertentu yang bernada “memelas”, digunakan dalam satu bidang kegiatan atau
dibuat merengekrengek, penuh dengan ilmu pengetahuan. 4) Sejumlah kata dari
kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
para pengemis, seperti tercermin dalam beserta dengan sejumlah penjelasan
ungkapan the can of beggar (bahasa maknanya, layaknya sebagai sebuah
pengemis) (Malabar, 2015:38). kamus. 5) Semua morfem yang ada dalam
suatu bahasa
Kekhasan bahasa pengemis biasanya
cenderung berlebihan-lebihan dalam
penyebutannya, terkesan merengek-rengek,
METODE PENELITIAN
mengundang perhatian siapapun yang
melewatinya melewatinya (Rahardi, Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
2006:20). kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan metode
Bahasa yang dipakai oleh para pengemis
deskriptif. Sumber data penelitian ini
memang terkesan merengek-rengek dan
adalah tuturan para pengemis di sekitar kota
memelas sehingga mengundang perhatian.
Tasikmalaya. Pendekatan yang dipakai
Para pengemis biasa biasanya ada yang
dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi
beraksi di lampu merah, di tempat makan
pustaka. Teknik pengumpulan data
atau di pusat perbelanjaan. Terkadang
dilakukan dengan cara teknik observasi.
bahkan mereka cukup hanya dengan
Tahapan penelitiannya yaitu 1) metode
menepuk, berdiam di dekatnya sambil
pengumpulan data, yaitu tuturan
menyodorkan sebelah tangannya maka
penggunaan variasi bahasa Ken, 2) metode
secara otomatis orang yang dituju akan
analisis, dengan menganalisis tuturan yang
mengetahui maksud dari pengemis tersebut
digunakan, 3) metode penyajian hasil
meskipun tidak mengeluarkan sepatah kata
analisis. Menyajikan hasil analisis dengan
apapun.
menunjukan kata yang mengandung suatu
Kosa kata yang dipakai pengemis tentu variasi bahasa Ken tertentu.
memiliki ciri khas tertentu dan dengan
maksud tertentu pula. Menurut Soedjito
(1989: 10), kosakata merupakan (a) semua
kata yang terdapat dalam satu bahasa, (b)
kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang
pembicara atau penulis, (c) daftar data yang
disusun seperti kamus yang disertai
penjelasan secara singkat dan praktis. Kata HASIL DAN PEMBAHASAN
sendiri memiliki kelas katanya tersendiri Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh
yaitu kelas kata adjekktiva, verba, nomina, enam variasi Bahasa Ken yang dipakai
numeralia, adverbial dan kata tugas. oleh para pengemis dan juga identifikasi
Selanjtnya, Chaer (2004:6), lebih lengkap kosa kata yang mereka pakai
menyebutkan pengertian kosakata adalah .
N Nama Tempat Bahasa Ken Dalam konteks tuturan tersebut kata
o mengemi ‘sedekah’ dituturkan untuk menarik
s simpatik orang lain dan dituturkan dengan
1 Inden Dekat “Teh nada memelas, selain itu kata ‘sedekah’
g (36 tukang sedekahnya sendiri memiliki suatu makna yang lebih
tahun) jualan teh” memberi kesan kereligiusan.
piguran
di pusat Kata ‘minta’ merupakan kelas kata verba.
perbelanj Menurut Ramlan dalam Bagus (200:76),
aan jalan Kata kerja (veba) adalah kata yang
KH. menyatakan tindakan. Dalam Kamus Besar
Zainal Bahasa Indonesia memiliki arti ‘ berkata-
Mustofa kata supaya diberi atau mendapat sesuatu;
2 Sadia Depan “Minta mohon’. Dalam konteks tuturan tersebut
h (56 apotek uangnya teh”
kata ‘minta’ digunakan oleh pengemis
tahun) prima
tersebut untuk menyatakan permintaan agar
3 Nina Warung “Neng menta
(Sekit ketan duit” memperoleh belas kasih dari orang lain.
ar 70 susu Kata “menta” berasal dari bahasa sunda
tahun yang padanan kata dalam bahasa
an)
indonesianya yaitu ‘minta’. Uniknya, nek
4 Halim Pom “Assalamualai
nina menuturkannya dengan nada yang
ah bensin kum”
terkesan memaksa dan tetap memelas,
mangkub
umi selain itu nenek ini tak segan untuk
5 *Ana Di lampu “Teh lapar memeluk, mencubit dan mengganggu
k laki- merah belum makan” sasarannya yang memang tempt dimana
laki padayung beliau beraksi merupakan sebuah tempat
an makan yang sering dijadikan tongkrongan
6 *Bapa Tempat “Assalamualai oleh para anak muda. Maksud tuturannya
k laki- ngetem kum, sing memang bermaksud agar mendapatkan
laki di angkot 04 dilancarkeun sesuatu, hanya saja caranya terkesan lebih
angko rezekina, sing agresif.
t 04 sehat, sing
digampilkeun Kata “Assalamualaikum” ini memang
sakola sareng sebuah sapaan terhadap sesama muslim
usahana” atau yang sifatnya untuk mengawali
sesuatu dan disebut sebgai frasa fatis. Fatis
yaitu kategri kata yang hanya memiliki
Kata “Sedekah” merupakan kelas kata
fungsi sosial tertentu tetapi tidak memiliki
merupakan kelas kata nomina. Menurut
fungsi untuk menyampaikan informasi.
Robets dalam Bagus (2010:72). Kata benda
Menurut Kridalaksana (2008), kategori
(Nomina) adalah nama seseorang, tempat
fatis adalah kategori yang bertugas untuk
atau benda. Menurut Kamus Besar Bahasa
memulai, mempertahankan atau
Indonesia memiliki kata tersebut memiliki
mengukuhkan komunikasi antara pembicar
arti ‘ pemberian sesuatu kepada fakir
dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya
miskin atau yang berhak menerimanya, di
terdapat dalam konteks dialog wawancara
luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai
bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang
dengan kemampuan pemberi; derma;’.
diucapkan oleh pembicara dan kawan
bicara. Kata ‘Assalamualaikum’ ini
dituturkan dengan nada memelas dengan
SIMPULAN
maksud untuk menarik simpatik.
Berdasarkan hasil penelitian pada variasi
Tuturan ‘teh belum makan’ ini termasuk
Bahasa Ken yang ada di sekitar Kota
variasi bahasa ken juga karna diucapkan
Tasikmalaya, diketahui enam Bahasa Ken,
dengan nada memelas. Anak laki-laki yang
pada semua variasi Bahasa Ken yang
berada di lampu merah ini juga
ditemukan terdapat campur kode yaitu
mengenakan sebuah topeng dan juga
antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda,
berkata sambil memegangi perutnya.
khusunya pada kata sapaan atau panggilan
Konteks tuturanya, yaitu anak tersebut
neng/teh. Kosa kata yang ditemukan yaitu 1
ingin menarik belas kasihan orang lain,
nomina, 3 verba,, 1 frasa fatis dan 1
supaya orang lain bersimpati kepadanya
Pronomina. Tapi tidak semua pengemis
karena belum makan. Kata-kata tersebut
sekarang mengucapkan secara verbal dan
memang terdengan lebih menarik simpatik
terkadang mereka hanya diam sambil
dari pada kata ‘minta’.
menyodorkan tangannya.
Kata ‘neng’ dan ‘teh’ merupakan kata
sapaan kepada wanita yang masih muda
dan termasuk ke dalam kelas kata DAFTAR PUSTAKA
pronominal. Kata ‘neng’ dan ‘teh’ ta muda,
kemudian kelas kata pronomina “Neng” Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum.
adalah kata pronomina dalam bentuk bebas Jakarta: Rineka Cipta
yang menggantikan nomina. Kata benda Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004.
mencakup pronominal dan numeralia, kata Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
benda (Bagus, 2010:72). Pengemis
menggunakan kata ‘neng’ dan ‘teh’ untuk Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
mempengaruhi sasarannya karna telah Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
memanggil dengan sopan. Utama

Pada kalimat “Assalamualaikum, sing Malabar, Syalama. 2015. Sosiolinguistik.


dilancarkeun rezekina, sing sehat, sing Gorontalo: Ideas Publishing.
digampilkeun sakola sareng usahana” Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik Suatu
tersebut memang diucapkan dalam Bahsa Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Sunda yang dalam Bahasa Indonesia
memiliki arti “Assalamualaiku, semoga Pateda. Mansoer. 2015. Sosiolinguistik.
rezekinya lancer, semoga sehat, semoga Bandung: Angkasa
dimudahkan sekolahnya dan usaha yang Putrayasa, Ida Bagus. 2010 .Analisis
sedang dilakukan”. Tuturan tersebut Kalimat: Fungsi, Kategori, dan
memang terdengar seperti sedang Peran.Bandung: PT Refika Aditama.
mendoakan kebaikan terhapa orang lain,
tetapi jika dikaitkan dengan konteksnya
tuturan tersebut bermakna lain dan juga Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi Dimensi
untuk lebih menarik simpati orang lain agar Kebahasaan. Yogtakarta: Erlangga
memberinya sesuatu.
Soedjito. 1988. Kalimat Efektif. Bandung:
Remadja Karya
Suherlan dan Rosidin, Odien.2004. Ihwal
Ilmu Bahasa dan Cakupannya. Serang:
Untirta Press.

Anda mungkin juga menyukai