Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Administrasi adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama yang

dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang-orang secara bersama-sama dan simultan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara pendidikan dapat diartikan sebagai suatu

usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-

mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan

demikian, administrasi pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang

mempelajari penataan sumber daya yaitu sumber daya manusia, kurikulum atau

sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan

menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta dalam pencapaian

tujuan pendidikan yang disepakati. Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah

suatu media untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu efektif dan

efisien.

Menurut Hamali dan Budihastuti (2019:8), “Administrasi secara konsep,

sifat, prinsip, karakteristik, dan fungsi memiliki kesamaan dengan manajemen”.

Dengan demikian, kajian tentang administrasi juga merujuk terhadap kajian tentang

manajemen. Pendapat ini dikuatkan oleh Mahmud (2015:3-4), bahwa:

Pandangan tentang administrasi dan manajemen disikapi berbeda oleh tiga


kelompok. Pertama, kelompok yang memandang administrasi dan
manajemen memiliki kesamaan makna sehingga sering digunakan silih
berganti tergantung konteks. Kedua, kelompok yang memandang administrasi
memiliki pengertian lebih sempit dari manajemen. Ketiga, kelompok yang
memandang administrasi memiliki pengertian yang lebih luas dari
manajemen.

1
2

Secara ontologi, administrasi atau manajemen pendidikan memiliki fungsi

dan garapan sesuai bidang keilmuannya. Menurut Firmansyah dan Mahardhika

(2018:8) dari berbagai fungsi manajemen yang dikemukan para ahli, “Fungsi

manajemen pada umumnya meliputi planning, organizing, commanding, staffing,

actuating, assembling, coordinating, directing, innovating, representing, reporting,

dan budgeting”. Sementara bidang garapan administrasi pendidikan meliputi

kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, guru dan tenaga administrasi,

kehumasan, sumber belajar, dan layanan khusus.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, “Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”. Pada dasarnya kurikulum berfungsi

sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas,

kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau

pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam

membimbing anaknya belajar di rumah. Sedangkan bagi peserta didik, kurikulum

berfungsi sebagai suatu belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, fokus kajian makalah ini adalah pada fungsi

administrasi yang disampaikan oleh George R. Terry, berupa planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan

controlling (pengawasan). Adapun bidang garapan administrasi pada bidang

kurikulum. Oleh karena itu kajian makalah ini mengetengahkan judul makalah

administrasi kurikulum. Dalam makalah ini, diuraikan konsep perencanaan dan


3

pengembangan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan pengawasan kurikulum.

Dalam pembahasan dikaitkan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli

administrasi pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah

dalam makalah ini adalah bagaimana fungsi administrasi berupa planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan

controlling (pengawasan) dalam bidang kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

Secara umum, tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji administrasi

pendidikan bidang kurikulum. Secara khusus berfokus pada planning (perencanaan),

organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling

(pengawasan) bidang kurikulum.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Administrasi Kurikulum

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan.

Kurikulum sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar.

Namun, dalam memahami hakikat kurikulum sering kali terjadi perbedaan persepsi

dan pemahaman.

Untuk itu berikut ini dikemukakan beberapa pengertian kurikulum yang

dijabarkan oleh Lismina (2018:3) dari beberapa ahli:

1) Galen Saylor dan William M. Alexander mengatakan bahwa “the curriculum


is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether in the
classroom, on the playground, or out of school”.
2) Harold B. Albertyes (1965) mengartikan kurikulum adalah “all of the
activities that are provided for students by the school”.
3) Tiler mengartikan kurikulum adalah “all of learning of students which is
planned by and directed by the school to attain its education goal”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan beberapa kesimpulan mengenai

definisi kurikulum, yaitu:

a. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian

tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari

tahun ke tahun.

b. Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis untuk digunakan para guru

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

c. Kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-

ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa

sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4
5

d. Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman

belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam

pendidikan.

e. Kurikulum di pandang sebagai program pendidikan yang direncanakan

dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

Dari kelima kesimpulan yang dikemukakan di atas, kesimpulan yang terakhir

(poin e) menjadi pandangan atau wawasan dalam makalah ini, mengingat lebih

sederhana dan menggambarkan kurikulum dalam paradigma administrasi sesuai

dengan pokok kajian tulisan ini.

B. Perencanaan Kurikulum

Menurut Foster dan Sidharta (2019:10), “Perencanaan atau planning adalah

fungsi manajemen yang melibatkan penetapan tujuan, menetapkan strategi untuk

mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk mengintegrasikan dan

mengoordinasikan kegiatan”. Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari

perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap

rencana. Perencanaan penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi

manajemen yang lain.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Firmansyah dan Mahardhika (2019:35)

bahwa “Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi, dan

penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, dan

anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”. Dengan demikian, perencanaan

(planning) meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai

tujuan tersebut. Perencanaan telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen


6

dan meliputi segala sesuatu yang akan dikerjakan di sekolah. Di dalam perencanaan,

sekolah harus memperhatikan masa depan, mengatakan “ini adalah apa yang ingin

kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”.

Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu

harus SMART:

 Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya.

Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.

 Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat

keberhasilannya.

 Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.

 Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.

Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.

 Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan,

semesteran atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

Berdasarkan konsep perencanaan di atas, kurikulum yang disusun hendaknya

didasarkan atas faktor-faktor di bawah ini :

a) Tujuan Pendidikan

Dalam tujuan pendidikan terkandung nilai-nilai yang ingin dicapai. Hal

ini menunjukkan bahwasannya nilai-nilai tersebut harus tertanam di dalam jiwa

peserta didik, yang kemudian harus diwujudkan dalam tingkah laku. Sarana

untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah kurikulum. Menurut undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Tujuan

pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
7

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Oleh karena itu, kurikulum harus benar-

benar direncanakan sesuai dengan nilai yang tersebut. Jadi, perencanaan

kurikulum harus bersumber dari tujuan pendidikan, sehingga dengan kata lain

tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam

perencanaan kurikulum.

b) Masyarakat

Masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

dalam penyusunan kurikulum. Hal tersebut disebabkan karena peserta didik

berada di tengah-tengah masyarakat, dan lembaga pendidikan didirikan oleh

masyarakat dengan harapan agar sekolah dan peserta didik dapat menyumbangkan

baktinya untuk memajukan masyarakat, dan agar peserta didik kelak dapat hidup

di dalam masyarakat tersebut sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Jadi, sebelum menyusun kurikulum, sekolah harus lebih dahulu

menyelidiki akan berbagai hal, yaitu:

 Norma, adat kebiasaan, pengetahuan, kepercayaan, sikap, cara bertingkah

laku, yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

 Lapangan-lapangan kehidupan (areas of living) yang ada dan yang akan

ada di dalam masyarakat tersebut serta pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan oleh setiap lapangan penghidupan.

Dengan demikian, dalam perencanaan penyusunan kurikulum,

masyarakat beserta kearifan dan muatan lokalnya menjadi masukan bagi

kurikulum yang akan disusun.


8

c) Peserta Didik

Dalam hal peserta didik ini tidak bisa disamakan antara satu dengan yang

lainnya. Karena setiap anak merupakan pribadi tersendiri, maka dalam

perencanaan penyusunan kurikulum harus memperhatikan keadaan peserta didik.

Dengan demikian, sebelum menyususn suatu kurikulum sekolah, harus lebih

dahulu diselidiki minat, kebutuhan, bakat, tingkat kecerdasan, cita-cita, latar

belakang sosial dari peserta didik.

Perencanaan penyusunan kurikulum, biasanya tidak terpisah dari

pengembangan kurikulum. Dalam keadaan ini, kurikulum yang disusun merupakan

hasil pengembangan dari kurikulum sebelumnya.

C. Pengorganisasian Kurikulum

Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan membagi pekerjaan di antara

anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang

diperlukan. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan

ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk

mengerjakan beberapa tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Firmansyah dan

Mahardhika (2019:11), bahwa:

Pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas


manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas,
fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan
terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Fungsi pengorganisasian dalam manajemen adalah proses mengatur tugas,

wewenang dan tanggung jawab setiap individu dalam manajemen. Menjadi satu

kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Fungsi pengorganisasian


9

bukan hanya mengatur orang. Tapi semua sumber daya yang dimiliki. Termasuk

uang, mesin, waktu, dan semua komponen yang terdapat dalam organisasi.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke bagian

atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa

sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan

orang untuk pekerjaan merupakan aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian

adalah suatu aktifitas utama yang terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang

terpisah dari organizing. Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian.

Dalam organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang

kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki

tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (job description).

Semakin tinggi suatu jabatan biasanya semakin tinggi tugas, tanggung jawab

dan wewenangnya. Biasanya juga semakin besar penghasilannya. Dengan pembagian

tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama

dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen, yaitu membagi-bagi tugas

sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni dalam

konteks manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari kata organisasi itu

sendiri adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari/terhadap

pihak luar, yang diatur berdasarkan aturan tetntu, yang dipimpin/diperintah oleh

seseorang pimpinan atau seorang pimpinan atau seorang staf administratif, yang

dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan.

Dalam pengorganisasian kurikulum, urutan dan integrasi kegiatan belajar

diatur sedemikian rupa sehingga hasil belajar yang dituju dapat tercapai. Penentuan
10

mata pelajaran dan isi (berupa silabus dan kompetensi yang akan dicapai) yang

diajarkan disesuaikan dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Selanjutnya, pengaturan jadwal waktu dalam proses belajar mengajar, meliputi

kalender akademik sekolah, jumlah alokasi waktu. Untuk terlaksananya kurikulum,

perlu diatur penyebaran staf tenaga pengajar dalam pembagian tugas.

D. Pelaksanaan (actuating) Kurikulum

Actuating adalah kegiatan menggerakkan anggota-anggota kelompok untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing. Perencanaan dan

pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan

(actuating) kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Kristiawan

(2017:28), mengutip dari Terry, mengartikan actuating atau “Penggerakkan

merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa,

hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan bersama”.

Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua

sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan

program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang

telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan

penyesuian.

Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran

organisasi dan sasaran anggota-anggota organisasi tersebut oleh karena para anggota

itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.


11

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah

bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika:

1) merasa yakin akan mampu mengerjakan,

2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,

3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih

penting,atau mendesak,

4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan

5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis

Pada dasarnya menggerakan orang lain bukanlah hal yang mudah. Untuk

dapat menggerakanya dituntut bahwa manajemen hendaklah mampu atau seni untuk

menggerakan orang lain. Kemempuan atau seni menggerakan orang lain itu disebut

kepemimpinan atau leadership. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh

pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:

1) Prinsip mengarah pada tujuan

2) Prinsip keharmonisan dengan tujuan

3) Prinsip kesatuan komando

Dari uraian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk

menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan

dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal

sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Setiap komponen sekolah harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan

peran, keahlian dan kompetensi masing-masing untuk mencapai visi, misi dan

program kerja sekolah yang telah ditetapkan. Manajemen pelaksanaan kurikulum di

sekolah dan di madrasah merupakan bagian dari program peningkatan mutu


12

pendidikan melalui penerapan pola pengelolaan pelaksanaan kurikulum secara

nasional. Manajemen pelaksanaan kurikulum di sekolah atau pun madrasah mengatur

kegiatan operasional dan hubungan kerja personil dalam upaya melayani siswa

mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan.

E. Pengawasan (controlling) Kurikulum

Menurut Purba (2009:29) “Controlling adalah upaya supervisor untuk

memastikan apakah seluruh anggota tim telah berada pada “rel” dan kinerja yang

diharapkan guna mencapai tujuan”. Controlling yang baik tidak semata-mata

mengawasi dan menegur para bawahan. Yang jauh lebih penting adalah memberikan

dukungan atau bantuan agar seluruh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.

Sementara Silitonga dan Sitepu (2018:85) mendefinisikan “Controlling sebagai fungsi

manajemen yang memonitor kinerja aktual, membandingkannya dengan standar, dan

mengambil tindakan jika diperlukan”.

Dengan demikian, Controlling adalah kegiatan untuk menyesuaikan antara

pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan. Agar pekerjaan berjalan

sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan pengawasan

(controlling). Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-

kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah

bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan

hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian

sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

Proses pengawasan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:


13

1) Menetapkan standar pelaksanaan pekerjaan

Standar ialah kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan.

Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif. Standar

pelaksanaan (standard performance) ialah suatu pernyataan mengenai kondisi-

kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan. Secara

umum standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktivitas menyangkut kriteria:

ongkos, waktu, kuantitas, dan kualitas.

2) Pengukuran Hasil/Pelaksanaan Pekerjaan

Tahap kedua dari proses pengawasan adalah pengukuran

hasil/pelaksanaan pekerjaan. Metode dan teknik koreksinya dapat

dilihat/dijelaskan melalui klasifikasi fungsi-fungsi manajemen: (1) perencanaan:

garis umpan balik proses manajemen dapat berwujud meninjau kembali rencana,

mengubah tujuan, atau mengubah standar, (2) pengorganisasian: memeriksa

apakah struktur organisasi yang ada itu cukup sesuai dengan standar, apakah

tugas dan kewajiban telah dimengerti dengan baik, dan apakah diperlukan

penataan kembali orang-orang, (3) pentaan staf: memperbaiki sistem seleksi,

memperbaiki sistem latihan, dan menata kembali tugas-tugas, (4) pengarahan:

mengembangkan kepemimpinan yang lebih baik, meningkatkan motivasi,

menjelaskan pekerjaan yang sukses, penyadaran akan tujuan yang secara

keseluruhan apakah kerja sama antara pimpinan dan anak buah berada dalam

standar.

3) Menentukan Kesenjangan Antara Pelaksanaan dengan Standar dan Rencana

Hasil dari proses pengawasan pada tahap kedua yang kemudian dianalisa

dan disusun menjadi sebuah deskripsi tentang kesesuaian atau tidaknya antara
14

apa yang dilaksanakan dengan standar yang ada dan juga rencana yang sudah

disusun, maka dapat diketahui tingkat kesenjangan yang terjadi. Dari proses

inilah untuk selanjutnya dilakukan tindak lanjut, yaitu apakah pekerjaan yang

dilaksanakan perlu untuk dikoreksi atau tidak.

Berdasarkan uraian tersebut, pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum

merupakan usaha untuk menyesuaikan rencana kurikulum dengan pelaksanaan agar

tujuan dari penerapan kurikulum dapat tercapai. Dalam hal ini, pengawasan

kurikulum dilakukan oleh tim yang dibentuk sebagai supervisor di bawah

kepemimpinan kepala sekolah.


15

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai administrasi kurikulum seperti

uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:

1) Perencanaan (planning) kurikulum adalah pemilihan atau penetapan tujuan

kurikulum, dan penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur,

metode, sistem, dan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

kurikulum.

2) Pengorganisasian (organizing) kurikulum adalah kegiatan membagi

pekerjaan di antara anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam

hubungan-hubungan yang diperlukan utnuk pelaksanaan kurikulum.

3) Pelaksanaan (actuating) kurikulum adalah usaha menggerakkan anggota-

anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan

berusaha untuk mencapai tujuan pelaksanaan kurikulum.

4) Pengawasan (controlling) kurikulum adalah kegiatan untuk menyesuaikan

antara pelaksanaan kurikulum dan rencana-rencana yang telah ditentukan.

Agar kurikulum berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan dalam

perencanaan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal berikut:

1) Kelompok lain dapat membuat tugas mata kuliah pengantar administrasi

pendidikan pada fungsi administrasi lainnya serta bidang garapan lain.

15
16

2) Laporan makalah ini dapat dijadikan sumber literatur dalah mengkaji masalah

administrasi pendidikan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta

Firmansyah, M Anang dan Mahardhika, Budi W. 2018. Pengantar Manajemen.

Yogyakarta: Deepublish.

Foster, Bob dan Sidharta, Iwan. 2019. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta:

Diandra Kreatif

Hamali, Arif Yusuf dan Budihastuti, Eka Sari. 2019. Pemahaman Praktis

Administrasi, Organisasi, dan Manajemen. Jakarta:Prenadamedia Group

Kristiawan, Muhammad., dkk. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:

Deepublish.

Lismina. 2018. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi.

Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia

Mahmud, Hilal. 2015. Administrasi Pendidikan (menuju sekolah efektif).

Makassar: Aksaratimur.

Purba, Herdianto. 2009. Great Supervisor, Panduan Praktis Menjadi Supervisor

yang Efektif. Jakarta: Gramedia

Silitonga, Roland YH dan Sitepu, Teguh EN. 2018. Manajemen Inovasi Teknologi.

Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai