Anda di halaman 1dari 8

Mengetahui Sejarah Trigonometri ( Rumus Sinus, Cosinus, dan Tangen)

A. Pengertian Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon yang artinya tiga sudut
dan metro artinya mengukur. oleh sebab itu trigonometri adalah sebuah cabang dari ilmu
matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan dan fungsi trigonometri seperti
sinus, cosinus, dan tangen. Sedangkan itu definisi trigonometri sendiri berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan dalam
segitiga.
Trigonometri merupakan suatu metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan perbandingan-perbandingan pada bangun geometri,
khususnya dalam bangun yang berbentuk segitiga. Pada prinsipnya trigonometri
merupakan salah satu ilmu yang berhubungan dengan besar sudut, dimana bermanfaat
untuk menghitung ketinggian suatu tempat tanpa mengukur secara langsung sehingga
lebih praktis dan efisien.
Dapat disimpulkan bahwa trigonometri adalah salah satu cabang dari ilmu
matematika yang mengkaji masalah sudut, terutama sudut segitiga yang masih ada
hubungannya dengan geometri.
B. Sejarah Trigonometri
Awal trigonometri dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno dan Babilonia dan
peradaban Lembah Indus, lebih dari 3000 tahun yang lalu. Matematikawan India adalah
perintis penghitungan variabel aljabar yang digunakan untuk menghitung astronomi dan
juga trigonometri. Lagadha adalah matematikawan yang dikenal sampai sekarang yang
menggunakan geometri dan trigonometri untuk penghitungan astronomi dalam bukunya
Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar hasil kerjanya hancur oleh penjajah India.
Matematikawan Yunani Hipparchus sekitar 180 – 125 SM dikenal sebagai
“Bapak Trigonometri” menyusun tabel trigonometri untuk menyelesaikan segi tiga
Membuat tabel : panjang talibusur lingkaran untuk setiap sudut pusat lingkaran dengan
jari-jari 60.

Contoh :
Sudut AOB = 30° dengan O titik pusat lingkaran berjari-jari OA = OB = 60. Berapa
panjang talibusur AB?

Menurut tabel Hipparchus, talibusur (30°) = 31,06.

Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan


penghitungan trigonometri lebih lanjut. Teorema ptolemy ini akhirnya menuju rumus
trigonometri

 sin (A – B) = sin A . cos B – cos A . sin B dan sin (A + B) = sin A . cos B +


cos A . sin B.
 cos ( A + B) = cos A . cos B – sin A . sin B dan cos ( A - B) = cos A . cos B +
sin A . sin B
 Ptolemy menemukan rumus lain hasil dari rumus tali busur dari setengah tali
busur diperoleh rumus trigonometri modern sekarang yaitu:
 Sin A = (1 – cos A)
2 2
 Dengan menuggunakan bahasa tali busur Ptolemy maka rumus sinus dan
cosinus sekarang dinyatakan dengan:

sin x = tali busur dan cos x = tali busur (1800 – 2x)


120 120

Matematikawan Silesia Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang


berpengaruh tentang trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam
bahasa Inggris dan Perancis.

Istilah Sinus, Cosinus dan Tangen meski bagian dari trigonometri, namun
ketiganya jauh lebih tua ketimbang istilah Trigonometri itu sendiri dalam sejarah
penemuannya. Istilah Trigonometri pertama kali digunakan tahun 1595. Sedang istilah
Sinus, Cosinus, dan Tangen sudah muncul pada tahun 600-an. Tapi, tulisan ini bukan
untuk membahas sejarah istilah trigonometri.
Secara etimologi, arti kata sinus jauh dari isi konsepnya. “Sinus” adalah kata latin
yang artinya justru “buah dada”. Konsep perbandingan sisi depan thdp hipotenusa dlm
segi tiga, dalam bahasa sansekerta populer disebut “jiva” kemudian dalam peradaban
islam berkembang jadi “Jiba”. Karena perkembangan ucapan dalam arab menjadi “Jaib”
yang secara harfiah artinya ”buah dada”. Nah, buah dada dalam istilah latinnya adalah
“sinus” dan berkembang jadi “sine” di Inggris. Jadi jangan heran kalau dalam kamus
bahasa latin sinus = “buah dada”
Baru berkembang cosinus; “complementary sinus”. Sedang tangen berkembang
beberapa dekade kemudian, berasal dari kata latin “tangere” artinya menyentuh. Yang
berangkat dari konsep segmen garis AB yang menyentuh lingkaran di A. Tangen adalah
perb AB dan AO dalam sudut BOA.

Pada tahun 499, Aryabhata, seorang ahli matematik India mencipta jadual-jadual
separuh perentas yang kini dikenali sebagai jadual sinus, bersama-sama dengan jadual
kosinus. Beliau menggunakan zya untuk sinus, kotizya untuk kosinus, dan otkram zya
untuk sinus songsang, dan juga memperkenalkan versinus.

Pada tahun 628, lagi seorang ahli matematik India, Brahmagupta, menggunakan
formula interpolasi untuk menghitung nilai sinus sehingga peringkat kedua untuk formula
interpolasi Newton-Stirling.

Ahli matematik Parsi, Omar Khayyam (1048-1131), menggabungkan trigonometri


dan teori penghampiran untuk memberkan kaedah-kaedah untuk menyelesaikan
persamaan algebra melalui min geometri. Khayyam menyelesaikan persamaan kuasa tiga,
x3 + 200x = 20×2 + 2000, dan mendapat punca positif untuk kuasa tiga ini melalui
persilangan hiperbola segi empat tepat dan bulatan. Penyelesaian angka hampiran
kemudian didapat melalui interpolasi dalam jadual-jadual trigonometri.

Kaedah-kaedah perinci untuk membina jadual sinus untuk mana-mana satu sudut
diberikan oleh ahli matematik India, Bhaskara pada tahun 1150, bersama-sama dengan
sesetengah formula sinus dan kosinus. Bhaskara juga memperkembangkan trigonometri
sfera.

Nasir al-Din Tusi, ahli matematik Parsi, bersama-sama dengan Bhaskara, mungkin
merupakan orang-orang pertama untuk mengolahkan trigonometri sebagai satu disiplin
matematik yang berlainan. Dalam karyanya, Karangan mengenai sisi empat merupakan
orang pertama untuk menyenaraikan enam kes yang berbeza untuk segi tiga bersudut
tegak dalam trigonometri sfera.
Pada abad ke-14, al-Kashi, seorang ahli matematik Parsi, dan Ulugh Beg (cucu
lelaki Timur), seorang ahli matematik Timurid, menghasilkan jadual-jadual fungsi
trigonometri sebagai sebahagian kajian astronomi mereka.
Bartholemaeus Pitiscus, ahli matematik Silesia menerbitkan karya trigonometri yang
terpengaruh pada tahun 1595 dan memperkenalkan perkataan “trigonometri” kepada
bahasa Inggeris dan bahasa Perancis.
Pada pertemuan kali ini, trigonometri yang akan dibahas adalah trogonometri yang
berhubungan dengan rumus-rumus jumlah/selisih dan hasil kali baik untuk sinus, cosinus,
maupun tangen.

. Para matematikawan muslim lalu membuat tabel trigonometri untuk kebutuhan


tersebut. Berikut beberapa matematikawa muslim :
a. Al Buzjani
Al buzjani tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu matematika dan
astronomis. Beliau lahir di kota kecil bernama buzjam, Nishapur pada tahun
940 M. Kontribusinya yang sangat besar dalam ilmu matematika ialah saat
beliau membuat kontruksi bangunan trigonometri. Dia adalah orang pertama
yang menunjukan adanya teori relative segitiga parabola. Tak hanya itu beliau
juga mengembangkan metode baru tentang kontruksi segi empat serta
perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan decimal.
sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin (a/2) cos (a/2)
b. Abu Nasr Mansur
Abu Nasr Mansur di lahrkan di kawasan gilan Persia pada tahun 960 M. karya
yang Abu nasr Mansur yaitu menemukan hukum sinus sebagai berikut
a/ Sin A = b/ Sin B = c/ Sin C
a. Rumus kosinus jumlah dan selisih dua sudut
cos(A + B) = cos A cos B – sin A sin B
cos(A – B) = cos A cos B + sin A sin B
b. Rumus Sinus jumlah dan selisih dua sudut
sin(A + B) = sin A cos B + cos A sin B
sin(A – B) = sin A cos B – cos A sin B
c. Rumus tagen jumlah dan selisih dua sudut
Tan (A + B) = tan A + tan B
1 – tan A tan B
Tan ( A-B) = tan A – tan B
1 + tan A tan B
Rumus – rumus trigonometri tersebut merupakan hasil dari kombinasi dan
relasi anatara rumus trigonometri yang satu dengan trigonometri lainnya.
Dalam beberapa buku refrensi yang lain ditemukan metode yang berbeda
dalam mendapatkan rumus-rumus tersebut. Namun hal ini sah-sah saja, karena
masing-masing ahli matematika punya asumsi-asumsi yang berbeda dalam
menafsirkan rumus itu.

C. Konsep Dasar Rumus Sin Cos Tan


Konsep dasar dalam menggunakan rumus sin, cos, dan tan pada segitiga siku-siku,
sebagai berikut :

1. Sinus suatu sudut diidentifikasikan sebagai perbandingan panjang sisi di depan sudut
dengan sisi miring, dapat ditulis Sin C = sisi di depan sudut
.
sisi miring segitiga.

2. Cosinus suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di samping sudut
dengan sisi miring, ditulis Cos C = sisi di samping sudut

sisi miring segitiga.

3. Tangen suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi di depan sudut
dengan sisi di samping sudut, ditulis Tan C = sisi di depan sudut

sisi di samping sudut


4. cosecan suatu sudut didefinisikan sebagai panjang sisi samping dengan sisi di depan
sudut, ditulis cosecant = Sisi samping segitiga atau cosec = 1

sisi di depan sudut Sin

5. Secan suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan panjang sisi miring dengan sisi
di samping sudut, ditulis sec = Sisi miring segitiga atau sec = 1

sisi di samping sudut Cos

6. Cotangen suatu sudut didefinisikan sebagai perbandingan sisi di samping sudut


dengan sisi di depan sudut, ditulis cotan = cotan = 1
Sisi di miring segitiga

sisi di depan sudut Tan

Contoh Soal

Diberikan sebuah segitiga siku-siku seperti gambar disamping ini !


Tentukan :
a. Berapa besaran sin?
b. Berapa besaran cos?
c. Berapa besaran tan?

Pembahasan :

a.

b.

c.
Contoh Soal :

1. Perhatikan segitiga siku-siku di atas.


Diketahui tan M = 16
30
Tentukan sin M dan cos M! M

2. Diberikan segitiga siku-siku ABC, siku-siku di B. jika panjang sisi AB = 3 satuan, BC =


4 satuan, tentukan sinA, Cos C, dan Tan A

Kunci Jawaban.

1. Tan M = 16 artinya
30
tan M = Panjang sisi di depan sudut M = KL = 16
Panjang sisi di samping sudut M LM 30
Jadi, panjang sisi KL = 16 dan LM =30.
Dengan teorema phytagoras, diperoleh KM = 34,

Sin M = Panjang sisi di depan sudut M = KL = 16


Panjang sisi miring LM 34

Cos M = Panjang sisi di samping sudut M = KL = 30


Panjang sisi miring KM 34

2. Melalui teorema phytagoras diperoleh panjang sisi AC = 5 satuan.


Sin A = Panjang sisi di depan sudut A = 4
Panjang sisi miring 5

Cos C = Panjang sisi di samping sudut C = 3


Panjang sisi miring 5

Tan A = Panjang sisi di depan sudut A = 4


Panjang sisi di samping sudut A 3

DAPUS
Bornok Sinaga, 2013, Matematika SMA/MA/SMK/MK kelas X semester 2 .jakarta. Pusat
kurikulum dan pembukuan, balitbang, kemenbud.

Sartono Wirodikromo, 2006. Matematika untuk SMA kelas X, Jakarta : Penerbit Erlangga

Tim Matematika SMA, 2004. Matematika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta : PT. galaxy puspa
mega.

Anda mungkin juga menyukai