Anda di halaman 1dari 3

Syair pendidikan termasuk type syair non naratif, yang terhadap kebanyakan syair

bertema mengenai agama Islam dan nasihat-nasihat lainnya. Berikut ini adalah
semisal syair pendidikan beserta arti yang sanggup dipetik dari syair tersebut.

Sekarang dunia sangatlah maju.


janganlah hingga kita tertipu,
kualitas rendah dibanding lalu,
tak dulu bergerak dititik itu.

Pendidikan udah dibuat pilar,


agar jadi bangsa nan besar,
tapi masalahnya tak kelar-kelar,
bak benang kusut berpusar-pusar.

Dahulu kita bangsa yang hebat,


guru dikirim ke negeri hang jebat,
kini faktanya udah terjulat,
anak negeriku kesana meloncat.

Belumlah kembali kualitas orangnya,


dipakai diluar cuma tenaganya,
menjadi buruh kebun sawitnya,
atas pembantu rumahtangganya.

TKI jadi buruh bangunan,


otak tak wajib yang perlu tangan,
bekerja berat mikirnya ringan,
itulah harga hasil pendidikan.

Hai�hai, anggaran pendidikan,


katanya kini udah ditingkatkan,
segala sarana udah dibangunkan,
segala program udah diluncurkan,

Bermacam pula itu namanya,


sekolah gratis amat disukanya,
bagaikan obral tentu mutunya,
tetapi suka orang padanya.

Belumlah kembali yang kebarat-baratan,


Bahasa inggeris yang diutamakan,
laboratoriumnya dianaktirikan,
latihan kerasnya kini ditinggalkan.

Guru saat ini kenakan dasi,


duitnya banyak dari sertifikasi,
bahkan ada bermercedes classi,
penuh pula kantong berisi.

Cara mengajar kini udah keren,


dibantu dengan alat moderen,
sambil dudukpun ia mampu eksen,
mengajar murid dengan telaten.

Muridpun udah jadi maju,


bermacam model kenakan baju,
kalaupun marah tak boleh ninju,
karena mampu dipenjara si guru.
Cara di barat kini ditiru,
dipakai banyak model yang baru,
membuat pusing pak dan bu guru,
hasilnya pun tetap juga itu-itu.

Sabaaaar!itu seluruh proyek besar,


supaya bangsa jadi tambah pintar,
dievaluasi konsisten tak kelar-kelar,
belumlah tuntas udah dibubar.

Dibuat kembali proyek yang lain,


dana yang besar mengucur yakin,
padahal cuma negara miskin,
tapi memangnya mereka pikirin?

Ujian nasional juga dibuat,


target nilai pun wajib sepakat,
maka guru pun bikin mufakat,
supaya �suksesnya� mampu terlihat.

Murid-muridpun banyak yang tenang,


karena tim sukses udah dirancang,
saat ujian serentak diserang,
kertas kecil pun akan melayang.

Selain itu pensilnya tipis,


bisa dihapus untuk dilapis,
atau dibantu barang sebaris,
sungguh membuat kita miris.

Kalaulah cara begitu hina,


Tuhan pun udah tak diindahkannya,
wajarlah ijazah ga ada berguna,
tak berkat pula yang diajarkannya.

Betapa sayang terkecuali terlibat,


karena guru bukan penjahat,
bukanlah pula ia pejabat,
tetapi mengajar yang wajib hebat.

Rusaknya jiwa jangan dibuat,


terhadap ethical diri diikat,
berilah teladan dari yang dekat,
setelah mati tidak melarat.

Astaghfirullah, seluruh kini udah bertukar,


anak pun banyak tak pintar,
miskin teladan kini menyebar,
semoga bangsa segera sadar.

Di rumah guru miskin teladan,


anak belajar tak diiringkan,
ibu ayahnya sibuk tontonan,
di televisi yang melenakan.

Tradisi membaca jauh berkurang,


apalah kembali guru mengarang,
di kantor sibuk nyeritain orang,
sungguh yang baik jadi jarang.
Jadilah kita pendidikan yang bangga,
karena sukses membentuk jiwa,
yang jujur bekerja dengan perkasa,
membuat yang sukar jadi bisa.

Tak ada yang hebat mudah didapat,


haruslah belajar keras dan kuat,
makanan dijaga sehingga sehat,
ikhlas mengajar jadi syarat.

Anda mungkin juga menyukai