PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2 Mengetahui dan memahami perbedaan ciri-ciri sistem politik Negara di dunia
3 Mengetahui dan memahami Negara dan ciri-ciri kedewasaan dalam membuat kebijakan
publik
4 Mengetahui dan memahami model pulitik kebijakan publik modern
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori McLennan
Kebijakan publik berbeda dari negara ke negara. Dimana perbedaan tersebut diawali dari
social be liefs on goodness. Pemahaman ini diperkuat oleh Barbara N. McLennan (1980),
Lennan menyoroti dari sistem politik yang dianut oleh negara-negara yang dianalisisnya.
Dimana setiap sistem politik merumuskan dan memberlakukan kebijakan publik dengan cara
mencerminkan budaya umumnya serta kekuatan institusional dari berbagai kelompok dan
individu yang berorientasi politik di dalam negara.
Proses kebijakan publik mencerminkan karakter politik dari masing-masing negara.
Seperti yang dikatakan McLannen proses ini mencerminkan keputusan pemerintah tentang
bagaimana memaksimalkan efisiensi administrasi dan untuk meningkatkan legitimasi rezim
yang mapan.
Dari penelitiannya, McLennan mengelompokkan tiga jenis negara dengan sistem politik
berbeda, yaitu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Competitive States Fragmented States Non-Competitive States
Proses kebijakan yang Proses perumusan Kebijakan publik
terbuka di dalam kebijakan di dalam didikte oleh elit yang
institusi-institusi institusi formal tidak memonopoli
(lembaga) dimana selalu mencerminkan kekuasaan
kebijakan publik proses yang
dibuat sesungguhnya
Budaya politik Kekuasaan Monopoli kekuasaan
dewasa (banyak terdistribusi secara secara absolut
kelompok dan tradisional
individu yang secara
sah ikut
berpartisipasi)
Kekuasaan Negara transisi Negara otokratik
terdistribusi tidak
secara tradisional
Diselenggarakan Tidak terdapat Memonopoli proses
dalam suatu proses pelembagaan proses politik dalam
politik yang sangat politik yang cukup merumuskan
melembaga sehingga memadai dalam kebijakan publik,
persaingan antara memproses kebijakan namun pada tingkat
kelompok kekuasaan publik tertentu mereka
dikelola dalam proses melibatkan ahli di
politik yang bidang-bidang
melembaga tersebut kebijakan itu dibuat –
technical expert
Inggris, India, Prancis Chili, Indonesia, Zaire Uni Soviet (USSR)
dan China (RRC)
Page | 2
Pemahaman McLennan ini dapat dikembangkan pada perkembangan negara-negara
saat itu yang sangat dipengaruhi oleh pemilahan dunia menjadi dunia pertama (negara maju),
dunia ketiga (negara berkembang), dan negara sosialis komunis.
Perbandingan kebijakan public juga dapat dipetakan pada aras politik-ekonomi yang
bersifat domestik, dengan variable pemilah kualitas demokrasi dan kemajuan di Negara
tersebut, dengan matriks sebagai berikut:
Maka dari itu, berdasarkan pemahaman McLennan dapat diketahui bahwa :
1. Negara Kompetitif (Competitive State)
- Adanya proses kebijakan terbuka di dalam institusi-institusi dimana kebijakan
public dibuat
- Adanya budaya politik dewasa
- Adanya kekuasaan yang terdistribusi secara tidak tradisional
2. Negara Fragmentasi (Fragmented State)
- Proses perumusan kebijakan di dalam institusi formal tidak selalu mencerminkan
proses yang sesungguhnya
- Adanya kekuasaan yang tidak terdistribusi secara tradisional
- Merupakan golongan negara transisi
3. Negara non-kompetitif (Non-Kompetitif State)
- Kebijakan public merupakan hasil dikte oleh elit yang memonopoli kekuasaan
- Monopoli kekuasaan dilakukan secara absolut
- Termasuk golongan negara otokratik
Selain itu, perbandingan kebijakan public juga dapat dipetakan berdasarkan aras
politik-ekonomi yang bersifat domestic, dengan variable pemilah kualitas demokrasi dan
kemajuan di negara tersebut melalui matriks sebagai berikut;
Maju
KUADRAN 3 KUADRAN 1
Otoritarian Demokratik
KUADRAN 4 KUADRAN 2
Terbelakang
Page | 3
Pada matriks tersebut, kuadran pertama merupakan golongan negara demokratis-maju, yang
dapat dilihat pada negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara. Sementara itu, pada
kuadran kedua merupakan golongan negara demokratis-terbelakang. Golongan negara pada
kuadran kedua dapat dilihat pada India, dan Filipina. Selanjutnya pada kuadran ketiga
merupakan golongan negara maju-otoritarian. Contoh dari negara kuadran ketiga ini dapat
dilihat pada Saudi Arabia, dan Brunei Darussalam. Yang terakhir kuadran keempat
merupakan golongan negara otoritarian-terbelakang, sebagai contohnya dapat dilihat pada
sebagian besar negara Afrika. Secara lebih lanjut terdapat matriks yang lebih kompleks
dimana ia menghadirkan posisi antara pada pemetaannya.
Maju Kuadran 2b
Kuadran 3b Kuadran 1b
Kuadran
otoritarian demokratik
Transisi
Kuadran 4b Kuadran 2b
Terbelakang
Pada kuadran tersebut, Indonesia pada masa Orde Baru, Singapura, dan malaysia terletak
pada kuadran 3a. Dan saat ini Malayasia dan singapura tetap pada posisi kuadran 3a, namun
Indonesia berpindah pada kuadran transisi. Meskipun demikian, pemikiran Lennan masih
relevan, karena negara Kompetitif dicirikan sebagai negara demokratis-maju. Hal tersebut
didasari pemikiran bahwa demokrasi yang dewasa akan berjalan seiring dengan
meningkatnya kesejahteraan, dimana hal tersebut menjadikan dirinya sebagai ruang
persaingan kepentingan politik yang bermuara pada kebijakan public yang well-cooked dan
bukan well-done. Sementara negara demokratis yang belum maju masih belum mempunyai
kelembagaan politik yang kuat untuk menjadikan proses kebijakannya menjadi unggul.
Secara lebih lanju, negara kompetitif dapat dimasukkan kedalam kuadran 1b.
Mengikuti Heidenheimer, studi perbandingan kebijakan berkenaan dengan how, why,
and to what effect different governments pursue particular course of action and inaction.
Studi tentang bagaimana pemerintahan suatu negara menyikapi atau tidak menyikapi suatu
isu, dan bagaimana penyikapan tersebut diwujudkan melalui kebijakan publik, dimana
perbedaan kebijakan publik menghasilkan impact yang berlainan. “how” berkenaan dengan
bagaimana pemerintah menetapkan untuk memberikan fokus pada isu kebijakan tertentu yang
Page | 4
dianggap prioritas dalam suatu negara. “why” berkenaan dengan mengapa pemerintah
memprioritaskannya. “what effect” berkenaan dengan impact dari suatu isu yang sama, yang
ditanggapi dengan kebijakan yang berbeda, yang memberikan hasil yaang sama ataupun
berbeda.
Heidenheimer memahami kebijakan publik sebagai an overall configuration of
movement and activity. Dengan memahami decision and indecision sebagai sama sama dapat
dianggap sebagai kebijakan, tantangan bagi studi perbandingan kebijakan memerlukan
pertimbangan individual, sehingga studi kebijakan lebih dari sekedar penelitian yang
mengandalkan kecakapan untuk menilai secara objektif suatu kondisi sosial.
Terdapat dua jenis kebijakan dalam politik modern menurut Paul A. Sabatier (2000), yakni
kebijakan model agenda, dan kebijakan model mandat (ideologi). Berikut model dari kedua
jenis kebijakan tersebut :
Model Agenda Model Ideologi
Pragmatis, sesuai dengan isu publik terkini Sesuai dengan ideologi partai
Masyarakat sekuler, demokrasi maju, seperti Masyarakat agamis, atau tradisional atau
Amerika Serikat, Jerman, Belgia, Inggris transisional, demokrasi dalam transisi atau
simbolik, seperti Indonesia pada masa awal
kemerdekaan
Tidak ada beda antara “Buruh-Konservatif” Partai islam membawa ideologi syariah,
dan “Republik-Demokrat” partai nasionalis membawa sentimen nasion,
partai komunis membawa komunisme
Lebih kepada “how” daripada “what” Lebih pada “what” daripada “how”
Perbandingan kebijakan ini terus mengalami perkembangan yang mana dalam fokus
pembandingannya mengacu pada kekinian. Richard W. Fischer dan W. Michael Cox (2006)
melakukan pembandingan kebijakan publik dari negara yang sudah menjadi bagian
globalisasi, dan negara yang kurang mengglobal. Penelitian pembanding kebijakan ini
didorong oleh adanya fakta bahwa setiap negara telah menjadi bagian dari globalisasi, dan
mereka berhadapan dengan desakan kebijakan yang lokal disatu sisi, sekaligus tekanan global
disisi lain.
Dengan adanya fakta tersebut menjelaskan bahwa kebijakan publik bukan saja tidak
hadir dalam ruang hampa secara domestik, tetapi juga secara global. Negara global cenderung
fokus pada kebijakan pertumbuhan ekonomi yang cepat, inflasi yang rendah, dan liberalisasi
perekonomian. Sedangkan negara yang kurang mengglobal rentan terhadap kebijakan yang
mengganggu pasar dan menyebabkan stagnasi, inflasi, dan berkurangnya daya saing.
Fakta globalisasi ini memberikan kunci bahwa kebijakan publik suatu negara sangat
terikat dengan negara lain. Oleh karena itu, fakta globalisasi ini membuat suatu penelitian
yang dinamakan komparasi kebijakan publik menjadi penting adanya.
Page | 5
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan publik berbeda dari negara ke negara. Dimana perbedaan tersebut diawali dari
social be liefs on goodness. Selain itu, perbandingan kebijakan public juga dapat dipetakan
berdasarkan aras politik-ekonomi yang bersifat domestic, dengan variable pemilah kualitas
demokrasi dan kemajuan di negara tersebut Heidenheimer memahami kebijakan publik
sebagai an overall configuration of movement and activity. Dengan memahami decision and
indecision sebagai sama sama dapat dianggap sebagai kebijakan, tantangan bagi studi
perbandingan kebijakan memerlukan pertimbangan individual, sehingga studi kebijakan lebih
dari sekedar penelitian yang mengandalkan kecakapan untuk menilai secara objektif suatu
kondisi sosial. Dengan adanya fakta tersebut menjelaskan bahwa kebijakan publik bukan saja
tidak hadir dalam ruang hampa secara domestik, tetapi juga secara global. Negara global
cenderung fokus pada kebijakan pertumbuhan ekonomi yang cepat, inflasi yang rendah, dan
liberalisasi perekonomian. Sedangkan negara yang kurang mengglobal rentan terhadap
kebijakan yang mengganggu pasar dan menyebabkan stagnasi, inflasi, dan berkurangnya
daya saing. Fakta globalisasi ini memberikan kunci bahwa kebijakan publik suatu negara
sangat terikat dengan negara lain. Oleh karena itu, fakta globalisasi ini membuat suatu
penelitian yang dinamakan komparasi kebijakan publik menjadi penting adanya.
Page | 6
DAFTAR PUSTAKA
Page | 7