PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari
kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula
mengendalikan atau meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga
terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas
utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi
pelayanan yang efektif dan efisien dan aman bagi pasien di perlukan komitmen dan
tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil pemberi layanan di rumah sakit
sesuai kompetensi dan kewenangannya.
Ruang Stroke Center adalah suatu bagian dari pelayanan di rumah sakit.
Ruang Stroke Center merupakan instalasi rawat inap di bawah Wakil Direktur
Pelayanan, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera dan perawatan dilingkup penyakit stroke. Ruang Stroke Center sendiri
melayani kasus-kasus penyakit stroke diantaranya pasien dengan kasus stroke
perdarahan, stroke sumbatan, dan TIA. Seiring meningkatnya kunjungan rawat inap
di ruang Stroke Center dibutuhkan sarana, prasarana serta SDM yang mempunyai
keahlian di bidang stroke.
Kerjasama tim para pemberi layanan atau asuhan pasien merupakan
persyaratan untuk mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan komunikasi yang
baik. Maka dari itu sangat penting di susun suatu pedoman pelayanan di unit kerja
pada tiap – tiap unit / instalasi atau ruang rawat pasien untuk memudahkan dalam
pengelolaan pelayanan khususnya di unit ruang Stroke Center.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan di ruang Stroke Center RSUD
“Ngudi Waluyo” Wlingi.
Tujuan Khusus :
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center sesuai
standar
1
2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center
sesuai standar
3. Dilaksanakannya pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center sesuai
standar
4. Dilaksanakannya asuhan keperawatan di Ruang Stroke Center Adanya
pembinaan pelayanan keperawatan anak sesuai standar
5. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan di Ruang Stroke Center
sesuai standar
D. BATASAN OPERASIONAL
Dalam memberikan pelayanan di ruang Stroke Center menyangkut semua
kasus stroke perdarahan dan stroke sumbatan yang tidak memerlukan ruang isolasi.
E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan ruang Stroke Center Rumah Sakit Umum
Daerah “Ngudi Waluyo” Wlingi sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2009 tentang Keperawatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan
6. Standar Pelayanan Minimal RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi Kabupaten Blitar
Tahun 2013
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
8. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 145/Menkes/SK/XII/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
12. Permenkes RI Nomor 02.02/148/Menkes/SK/2010 tentang Izin dan
penyelenggaraan Praktik Perawat.
13. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009
Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengendalian , pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 63 ayat 3 : Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmuKedokteran dan Ilmu Keperawatan
2
Pasal 24 : bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar
Prosedur Operasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan di ruang Stroke Center perlu menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan tehnologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif dan efisien. Atas dasar tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada. Untuk
pendistribusian tenaga keperawatan kepala ruangan menghitung kebutuhan tenaga
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, dimana petugas penanggung jawab
dibagi menjadi 2 tim yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua tim. Dibawah
ini adalah format pendistribusian tenaga yang dilakukan oleh kepala ruang.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien menggunakan model
praktik keperawatan tim modifikasi. Dengan menggunakan metode tim modifikasi,
yang dibagi menjadi 2 yaitu : tim 1 ruang intensif dan tim 2 ruang perawatan, hal ini
3
akan memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sehingga
semua keluhan atau kebutuhan pasien akan terakomodir karena ada perawat
penanggung jawab yang jelas. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Ruang dibantu
Katim 1 dan Katim 2 yang membagi tugas pada anggota tim. Ada kegiatan pre
conference setiap pagi sebelum tindakan ke pasien dan post conference untuk
membahas capaian kegiatan dan rencana berikutnya yang akan di operkan pada shif
berikutnya.
KARU
KATIM I KATIM II
Anggota :
Anggota :
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
4
MANAJEMEN KEPERAWATAN R. STROKE CENTER
= = …………. JAM
3. PEMBAGIAN TIM
KEPALA RUANG :
KA TIM 1 KA TIM 2
5
PERAWAT PELAKSANA 1 PERAWAT PELAKSANA 1
2 2
3 3
4 4
5 5
4
TIM II
10
11
12
6
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan di ruang
Stroke Center sehingga semua kegiatan pelayanan dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu :
Dinas Pagi mulai jam 07.00 sampai dengan 14.00
Dinas Sore mulai jam 14.00 sampai dengan 20.00
Dinas Malam mulai jam 20.00 sampai dengan 07.00
Jadwal dibuat sebulan sekali. Untuk pengajuan cuti harus diajukan selambat –
lambatnya seminggu sebelum daftar dinas dibuat. Untuk tukar dinas harus
sepengetahuan kepala ruang atau wakil.
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
8
B . Standar Fasilitas / Peralatan Perawatan ruang Stroke Center
Standart Kondisi
No. Nama Barang JML
RS kelas B Baik Rusak Ket
1 Bed side monitor + 4 4 -
2 Defibrillator/AED + 1 1 -
ECG/ EKG/ Elektrocardiograph 12
3 + 1 1 -
channels
4 Emergency trolley + 1 1 -
5 Laryngoskop set + 1 1 -
6 Film viewer + 1 1 -
7 Infusion pump + 7 7 -
8 Lampu pemeriksaan + - - -
9 Matras dicubitus + 2 2 -
10 Minor surgery set + - - -
11 Nebulyser + 1 1 -
12 Pen light/ medical flash light + - - -
13 Pulse oxymetri/ oksigen saturasi + 4 4 -
14 Stetoscope + 5 2 3
15 Suction pump portable + 1 1 -
16 Syring pump + 4 4 -
17 Bed patient elektrik + 16 16 -
18 Bed pasien manual + - - -
19 Spiromanometer aneroid + - - -
20 Spyromanometer digital + 4 4 -
21 Thermometer digital + 2 2 -
22 Timbangan pasien + - - -
23 Oksigen konsentrat - 1 1 -
24 Flow meter oksigen - 11 11 -
25 Regulator - 3 3 -
26 Gunting verban - 3 3 -
27 Standar infuse + 16 16 -
28 Instrumen table 11 11 -
29 Bengkok 10 10 -
30 Bag valve mask + 1 1 -
31 Oksigen transport + 2 2 -
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V
LOGISTIK
11
26 Kasur dicubitus 2 2
27 Televisi 1 1
28 AC 1 1
29 Brankart 3 3
30 APAR set 1 1
KONDISI
NO URAIAN STAD UKURAN JML KET
BAIK RUSAK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
12
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
13
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa) keselamatan pasien.
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas)
dan melakukan self assesment dengan instrumen akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
14
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien, yang meliputi nama, register dan tanggal lahir.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur : Write back, Read back, dan Repeat back (reconfirm). Serta hand
over dengan metode SBAR.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi,
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
4. Kepastian Tepat - Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum
tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah dengan cara memberikan
tanda di lokasi yang akan dibedah, pada semua pasien yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan
pembedahan secara tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur
adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan. Tepat pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan
sesuai dengan pasien yang tepat yang terjadwal operasi (perawat harus
selalu melakukan identifikasi pasien sebelum pasien dimasukkan kamar
operasi).
5. Pengurangan Infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi - infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Pengurangan Resiko Pasien Jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien
yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak
disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau
dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi
adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
15
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti tersebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan
di luar rumah sakit.
Dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanuasiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Ruang Stroke Center (Bedah) dan
perlindungan terhadap rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang – Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor – faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor –faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok yaitu :
a. Kondisi lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
Alat – alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
Tidak tersedia alat-alat pengaman
Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.
16
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan dengan baik (tidak merokok, minuman
dingin) dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu, harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
17
untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu Unit ruang Stroke Center RSUD “Ngudi
Waluyo” Wlingi mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai Pedoman
Indikator Mutu pasien Rawat Inap RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi yaitu :
1 Pemberi pelayanan rawat inap
Ruang Lingkup : Pemberi pelayanan rawat inap
Dimensi Mutu : Kompetensi tehnis
Tujuan : Tersedianya pelayanan rawat inap oleh tenaga
yang kompeten.
Definisi Operasional : Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan
tenaga perawat yang kompeten (minimal D3)
Frekuensi pengumpulan Data : 6 Bulan
Periode Analisa : 6 Bulan
Numerator : Jumlah tenaga dokter dan perawat yang
memberi pelayanan di ruang rawat inap yang
sesuai dengan ketentuan
Denominator : jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang
bertugas di rawat inap.
Standart : 100%
2 Discharged on antithrombotic
theraphy
Ruang Lingkup : Discharged on antithrombotic theraphy
Dimensi Mutu : Efektifitas
Tujuan :
Definisi Operasional : Pasien stroke iskemik yang mendapatkan anti
trombus selama dirawat inap
Frekuensi pengumpulan Data : harian
Periode Analisa : 6 bulanan
Numerator : Pasien stroke iskemik yang mendapatkan anti
trombus selama dirawat
Denominator : Seluruh pasien stroke iskemik yang sedang
dirawat inap
Sumber data : CPPT dan buku kinerja harian
Standart : 100%
Penanggung jawab : Kepala Ruang Stroke Center
18
3 Angka Kejadian Pulang Atas
Permintaan Sendiri
Ruang Lingkup : Angka kejadian pulang atas permintaan sendiri
Dimensi Mutu : Kesinambungan
Tujuan : Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
melalui penurunan angka pasien pulang atas
permintaan sendiri
Definisi Operasional : Pasien pulang atas permintaan sendiri adalah
pasien rawat inap yang menurut pernyataan
dokter masih memerlukan rawat inap dan belum
diperbolehkan pulang, tetapi atas permintaan
sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang
atau menghentikan rawat inap di rumah sakit
Frekuensi pengumpulan Data ; Bulanan
Periode Analisa : 6 bulan
Numerator : Jumlah pasien APS dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah pasien rawat inap dalam 1 bulan
Sumber Data : Medical record
Standar : <5%
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center
19
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center
20
Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat inap di ruang stroke
center
Sumber Data : Buku kinerja harian
Standar : 0%
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center
b. Perawat minimal D3
BAB IX
PENUTUP
Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan ruang Stroke Center ini, maka setiap
petugas Rumah Sakit yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan
pelayanan ruang Stroke Center dengan sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis
keselamatan dan kepuasan pasien
22
23