Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari
kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula
mengendalikan atau meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga
terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas
utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi
pelayanan yang efektif dan efisien dan aman bagi pasien di perlukan komitmen dan
tanggung jawab yang tinggi dari seluruh personil pemberi layanan di rumah sakit
sesuai kompetensi dan kewenangannya.
Ruang Stroke Center adalah suatu bagian dari pelayanan di rumah sakit.
Ruang Stroke Center merupakan instalasi rawat inap di bawah Wakil Direktur
Pelayanan, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera dan perawatan dilingkup penyakit stroke. Ruang Stroke Center sendiri
melayani kasus-kasus penyakit stroke diantaranya pasien dengan kasus stroke
perdarahan, stroke sumbatan, dan TIA. Seiring meningkatnya kunjungan rawat inap
di ruang Stroke Center dibutuhkan sarana, prasarana serta SDM yang mempunyai
keahlian di bidang stroke.
Kerjasama tim para pemberi layanan atau asuhan pasien merupakan
persyaratan untuk mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan komunikasi yang
baik. Maka dari itu sangat penting di susun suatu pedoman pelayanan di unit kerja
pada tiap – tiap unit / instalasi atau ruang rawat pasien untuk memudahkan dalam
pengelolaan pelayanan khususnya di unit ruang Stroke Center.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan di ruang Stroke Center RSUD
“Ngudi Waluyo” Wlingi.

Tujuan Khusus :
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center sesuai
standar
1
2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center
sesuai standar
3. Dilaksanakannya pelayanan keperawatan di ruang Stroke Center sesuai
standar
4. Dilaksanakannya asuhan keperawatan di Ruang Stroke Center Adanya
pembinaan pelayanan keperawatan anak sesuai standar
5. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan di Ruang Stroke Center
sesuai standar

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang Stroke Center melayani kegawatan dan rawat inap kasus stroke
perdarahan dan stroke sumbatan yang tidak memerlukan ruang isolasi.

D. BATASAN OPERASIONAL
Dalam memberikan pelayanan di ruang Stroke Center menyangkut semua
kasus stroke perdarahan dan stroke sumbatan yang tidak memerlukan ruang isolasi.

E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan ruang Stroke Center Rumah Sakit Umum
Daerah “Ngudi Waluyo” Wlingi sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2009 tentang Keperawatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan
6. Standar Pelayanan Minimal RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi Kabupaten Blitar
Tahun 2013
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
8. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 145/Menkes/SK/XII/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
12. Permenkes RI Nomor 02.02/148/Menkes/SK/2010 tentang Izin dan
penyelenggaraan Praktik Perawat.
13. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009
Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengendalian , pengobatan dan atau perawatan.
Pasal 63 ayat 3 : Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmuKedokteran dan Ilmu Keperawatan
2
Pasal 24 : bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar
Prosedur Operasional.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Kualifikasi Tenaga Medis ruang Stroke Center RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi
 Dokter Spesialis Syaraf sebagai DPJP
2. Kualifikasi Tenaga Perawat ruang Stroke Center RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi
 Minimal lulusan DIII Keperawatan.
 Memiliki : sertifikat PPGD / BLS / BCLS
 Memiliki pelatihan manajemen stroke dasar

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan di ruang Stroke Center perlu menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan tehnologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif dan efisien. Atas dasar tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada. Untuk
pendistribusian tenaga keperawatan kepala ruangan menghitung kebutuhan tenaga
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, dimana petugas penanggung jawab
dibagi menjadi 2 tim yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua tim. Dibawah
ini adalah format pendistribusian tenaga yang dilakukan oleh kepala ruang.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien menggunakan model
praktik keperawatan tim modifikasi. Dengan menggunakan metode tim modifikasi,
yang dibagi menjadi 2 yaitu : tim 1 ruang intensif dan tim 2 ruang perawatan, hal ini

3
akan memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sehingga
semua keluhan atau kebutuhan pasien akan terakomodir karena ada perawat
penanggung jawab yang jelas. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Ruang dibantu
Katim 1 dan Katim 2 yang membagi tugas pada anggota tim. Ada kegiatan pre
conference setiap pagi sebelum tindakan ke pasien dan post conference untuk
membahas capaian kegiatan dan rencana berikutnya yang akan di operkan pada shif
berikutnya.

KARU

KATIM I KATIM II

Anggota :
Anggota :
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.

4
MANAJEMEN KEPERAWATAN R. STROKE CENTER

HARI : ……………………………… TANGGAL : …………………………………..

1. DISTRIBUSI JUMLAH JAM DAN KEBUTUHAN TENAGA PER HARI

JUMLAH PASIEN : ………………

TOTAL CARE : ……………… X 7 = …………………..

PARSIAL CARE : ……………… X 4 = …………………..

MINIMAL CARE : ……………... X 2 = …………………..

KEP. TIDAK LANGSUNG : ……………... X 35 : 60 = ………………….

KIE : …………….. X 15 : 60 = ………………….

= = …………. JAM

2. KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT

JUMLAH KEBUTUHAN PERAWAT = = ORANG

DINAS PAGI 0,47 X …….. =…………… =………………. ORANG

DINAS SORE 0,35 X …….. = ……………..=………………. ORANG

DINAS MALAM 0,17 X……… = ……………..=………………. ORANG

3. PEMBAGIAN TIM

KEPALA RUANG :

KA TIM 1 KA TIM 2

5
PERAWAT PELAKSANA 1 PERAWAT PELAKSANA 1

2 2

3 3

4 4

5 5

4. Distribusi berdasarkan tingkat ketergantungan klien di ruang :

NAMA PASIEN /DX MED NO RM


TIM/PP NO DX KEP PESAN PENTING
TIM I

4
TIM II

10

11

12

6
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan di ruang
Stroke Center sehingga semua kegiatan pelayanan dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu :
 Dinas Pagi mulai jam 07.00 sampai dengan 14.00
 Dinas Sore mulai jam 14.00 sampai dengan 20.00
 Dinas Malam mulai jam 20.00 sampai dengan 07.00
Jadwal dibuat sebulan sekali. Untuk pengajuan cuti harus diajukan selambat –
lambatnya seminggu sebelum daftar dinas dibuat. Untuk tukar dinas harus
sepengetahuan kepala ruang atau wakil.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN

8
B . Standar Fasilitas / Peralatan Perawatan ruang Stroke Center
Standart Kondisi
No. Nama Barang JML
RS kelas B Baik Rusak Ket
1 Bed side monitor + 4 4 -
2 Defibrillator/AED + 1 1 -
ECG/ EKG/ Elektrocardiograph 12
3 + 1 1 -
channels
4 Emergency trolley + 1 1 -
5 Laryngoskop set + 1 1 -
6 Film viewer + 1 1 -
7 Infusion pump + 7 7 -
8 Lampu pemeriksaan + - - -
9 Matras dicubitus + 2 2 -
10 Minor surgery set + - - -
11 Nebulyser + 1 1 -
12 Pen light/ medical flash light + - - -
13 Pulse oxymetri/ oksigen saturasi + 4 4 -
14 Stetoscope + 5 2 3
15 Suction pump portable + 1 1 -
16 Syring pump + 4 4 -
17 Bed patient elektrik + 16 16 -
18 Bed pasien manual + - - -
19 Spiromanometer aneroid + - - -
20 Spyromanometer digital + 4 4 -
21 Thermometer digital + 2 2 -
22 Timbangan pasien + - - -
23 Oksigen konsentrat - 1 1 -
24 Flow meter oksigen - 11 11 -
25 Regulator - 3 3 -
26 Gunting verban - 3 3 -
27 Standar infuse + 16 16 -
28 Instrumen table 11 11 -
29 Bengkok 10 10 -
30 Bag valve mask + 1 1 -
31 Oksigen transport + 2 2 -
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan stroke center meliputi :


1. Penerimaan pasien baru
Pasien baru yang masuk ruang Stroke Center bisa melalui IGD maupun rawat jalan,
namun semuanya mendaftar dulu melalui loket TPPRI.
2. Orientasi pasien baru
Semua pasien yang masuk ke ruang Stroke Center akan mendapatkan program
orientasi pasien baru, meliputi : denah ruang rawat inap, hak dan kewajiban pasien,
dokter penanggung jawab, perawat pengelola, tarif rawat inap, dan juga tata tertib
ruang rawat inap.
9
3. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan akan diberikan perawat kepada pasien meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Asuhan keperawatan
meliputi : bio, psiko, sosio, spiritual secara komprehensif dan berkesinambungan
secara paripurna.
4. Asuhan Gizi
Asuhan gizi akan diberikan oleh seorang ahli gizi kepada pasien yang meliputi :
pengkajian, diagnosa gizi, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
5. Asuhan Farmasi
Asuhan farmasi diberikan oleh seorang farmasi klinis kepada pasien yang meliputi :
pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi efek samping obat.
6. Perencanaan pulang
Perencanaan pulang diberikan untuk menjamin pasien yang pulang dari rawat inap
nantinya akan mendapatkan pengetahuan untuk melanjutkan perawatan di rumah
dan juga jadwal untuk kontrol berikutnya.

BAB V
LOGISTIK

A. DATA INVENTARIS ALAT MEDIS RUANG STROKE CENTER


Kondisi
No. Nama Barang Standart JML
Baik Rusak Ket
1 Bed side monitor + 4 4 -
2 Defibrillator/AED + 1 1 -
ECG/ EKG/ Elektrocardiograph 12
3 + 1 1 -
channels
4 Emergency trolley + 1 1 -
5 Laryngoskop set + 1 1 -
6 Film viewer + 1 1 - Dr sur
7 Infusion pump + 7 7 -
8 Lampu pemeriksaan + - - -
9 Matras dicubitus + 2 2 -
10
10 Minor surgery set + - - -
11 nebulyser + 1 1 -
12 Pen light/ medical flash light + - - -
13 Pulse oxymetri/ oksigen saturasi + 4 4 -
14 stetoscope + 5 2 3
15 Suction pump portable + 1 1 -
16 Syring pump + 4 4 -
17 Bed patient elektrik + 16 16 -
18 Bed pasien manual + - - -
19 Spiromanometer aneroid + - - -
20 Spyromanometer digital + 4 4 -
21 Thermometer digital + 2 2 -
22 Timbangan pasien + - - -
23 Oksigen konsentrat - 1 1 -
24 Flow meter oksigen - 11 11 -
25 Regulator - 3 3 -
26 Gunting verban - 3 3 -
27 Standar infuse + 16 16 -
28 Instrumen table 11 11 -
29 Bengkok 10 10 -
30 Bag valve mask + 1 1 -
31 Oksigen transport + 2 2 -

B. DATA INVENTARIS ALAT RUMAH TANGGA RUANG STROKE CENTER


Kondisi
No. Nama Barang Standart JML
Baik Rusak Ket
1 Kursi Roda 2-3/R 4 4
2 Lemari kaca 1/ R 2 2
3 Meja cabinet Pasien 1:1 16 16
4 Over Bed take 1:1 11 11
5 Standar Infus 1:1 16 16
6 Lampu senter 2/R 2 2
7 Baki 1:1 16 16
8 Tempat Tidur Pasien 1:1 16 16
9 Troli EMERGENCY 1/R 1 1
10 Tempat sampah medis 1:1 8 8
11 Tempat sampah non medis 1:1 8 8
12 Piring 1:2 24 24
13 Sendok 1:2 36 36
14 Gelas 1:2 24 24
15 Tempat lauk 1:2 24 24
16 Tempat Sayur 1:2 24 24
17 Ceret 1:2 1 1
18 Gelas sonde 11 11
19 Sandal slop 16 16
20 Rak sepatu 4 4
21 Rak piring 1 1
22 Rak handuk 4 4
23 Meja emergensi 1 1
24 Lemari kayu linen 1 1
25 Meja petugas 4 4

11
26 Kasur dicubitus 2 2
27 Televisi 1 1
28 AC 1 1
29 Brankart 3 3
30 APAR set 1 1

C. DATA INVENTARIS LINEN RUANG STROKE CENTER

KONDISI
NO URAIAN STAD UKURAN JML KET
BAIK RUSAK

1 Bantal 1:1 55X35cm 20 20


2 Guling 1:1 - 8 8
3 Handuk besar 1:3 - 10 9 1
5 Kasur 1:1 - 16 16
7 Perlak kecil 1:3 100X110cm 16 16
8 Perlak besar 1:3 200X110cm 9 9
9 Sarung bantal kain 1:5 - 16 16
10 Serbet makan 1:1/4 Standar 12 12
11 Sprei hijau 1:3 140X125cm 16 16
12 Stik laken 1:3 - 16 16
14 Taplak meja 1:1 - 1 1
15 Korden sekat 1:2 - 28 28
16 Selimut lorek warna 1:3 - 16 16
17 Sarung bantal dakron 1:3 - 16 16

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

12
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan resiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal
potensial bermasalah.
4. Mengembang sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP – RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.

13
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa) keselamatan pasien.
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas)
dan melakukan self assesment dengan instrumen akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.

 Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pelayanan ruang STROKE CENTER di


Rumah Sakit “Ngudi Waluyo” Wlingi.
1. Ketepatan Identifikasi Pasien

14
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien, yang meliputi nama, register dan tanggal lahir.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur : Write back, Read back, dan Repeat back (reconfirm). Serta hand
over dengan metode SBAR.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi,
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
4. Kepastian Tepat - Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat – Pasien Operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum
tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah dengan cara memberikan
tanda di lokasi yang akan dibedah, pada semua pasien yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan
pembedahan secara tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur
adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan. Tepat pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan
sesuai dengan pasien yang tepat yang terjadwal operasi (perawat harus
selalu melakukan identifikasi pasien sebelum pasien dimasukkan kamar
operasi).
5. Pengurangan Infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi - infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Pengurangan Resiko Pasien Jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien
yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak
disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau
dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi
adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

15
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti tersebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan
di luar rumah sakit.
Dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanuasiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Ruang Stroke Center (Bedah) dan
perlindungan terhadap rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang – Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor – faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor –faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok yaitu :
a. Kondisi lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
 Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
 Alat – alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
 Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
 Tidak tersedia alat-alat pengaman
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.

16
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan dengan baik (tidak merokok, minuman
dingin) dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu, harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
17
untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu Unit ruang Stroke Center RSUD “Ngudi
Waluyo” Wlingi mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai Pedoman
Indikator Mutu pasien Rawat Inap RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi yaitu :
1 Pemberi pelayanan rawat inap
Ruang Lingkup : Pemberi pelayanan rawat inap
Dimensi Mutu : Kompetensi tehnis
Tujuan : Tersedianya pelayanan rawat inap oleh tenaga
yang kompeten.
Definisi Operasional : Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan
tenaga perawat yang kompeten (minimal D3)
Frekuensi pengumpulan Data : 6 Bulan
Periode Analisa : 6 Bulan
Numerator : Jumlah tenaga dokter dan perawat yang
memberi pelayanan di ruang rawat inap yang
sesuai dengan ketentuan
Denominator : jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang
bertugas di rawat inap.
Standart : 100%

2 Discharged on antithrombotic
theraphy
Ruang Lingkup : Discharged on antithrombotic theraphy
Dimensi Mutu : Efektifitas
Tujuan :
Definisi Operasional : Pasien stroke iskemik yang mendapatkan anti
trombus selama dirawat inap
Frekuensi pengumpulan Data : harian
Periode Analisa : 6 bulanan
Numerator : Pasien stroke iskemik yang mendapatkan anti
trombus selama dirawat
Denominator : Seluruh pasien stroke iskemik yang sedang
dirawat inap
Sumber data : CPPT dan buku kinerja harian
Standart : 100%
Penanggung jawab : Kepala Ruang Stroke Center

18
3 Angka Kejadian Pulang Atas
Permintaan Sendiri
Ruang Lingkup : Angka kejadian pulang atas permintaan sendiri
Dimensi Mutu : Kesinambungan
Tujuan : Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
melalui penurunan angka pasien pulang atas
permintaan sendiri
Definisi Operasional : Pasien pulang atas permintaan sendiri adalah
pasien rawat inap yang menurut pernyataan
dokter masih memerlukan rawat inap dan belum
diperbolehkan pulang, tetapi atas permintaan
sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang
atau menghentikan rawat inap di rumah sakit
Frekuensi pengumpulan Data ; Bulanan
Periode Analisa : 6 bulan
Numerator : Jumlah pasien APS dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah pasien rawat inap dalam 1 bulan
Sumber Data : Medical record
Standar : <5%
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center

4. Angka Kematian >48 jam


Ruang Lingkup : Angka Kematian >48 jam
Dimensi Mutu : Efektivitas
Tujuan : Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
melalui penurunan angka kematian >48 jam
Definisi Operasional : Angka kematian >48 jam adalah kematian pasien
yang terjadi setelah 48 jam pasien dilakukan
rawat inap
Frekuensi pengumpulan Data : Bulanan
Periode Analisa : 6 bulan
Numerator : Jumlah pasien dalam 1 bulan yang meninggal
dalam periode >48 jam
Denominator : Jumlah pasien yang dirawat dalam 1 bulan
Sumber Data : Medical report
Standar : <1,5%

19
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center

5. Verbal Order ditandatangani


dokter keesokan harinya pada
hari kerja
Ruang Lingkup : Verbal Order ditanda tangani dokter keesokan
harinya pada hari kerja
Dimensi Mutu : Ketepatan waktu
Tujuan : Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
melalui ketepatan waktu penandatanganan
verbal order oleh dokter
Definisi Operasional : Verbal order ditandatangani dokter keesokan
harinya pada hari kerja
Frekuensi pengumpulan Data : Harian
Periode Analisa : 6 bulan
Numerator ; Jumlah verbal order yang ditanda tangani dokter
pada keesokan harinya saat jam kerja
Denominator : Jumlah semua verbal order dalam hari itu
Sumber Data : CPPT
Standar : 100%
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center

6. Jumlah pasien tanpa gelang


identitas
Ruang Lingkup : Jumlah pasien tanpa gelang identitas
Dimensi Mutu : Manfaat keselamatan
Tujuan : Peningkatan keselamatan pasien melalui
pelaksanaan kepatuhan memakai gelang
identitas
Definisi Operasional : Terpasangnya gelang identitas pada pasien yang
digunakan sebagai sarana konfirmasi identitas
pasien saat akan dilakukan tindakan, pemberian
obar/produk darah
Frekuensi pengumpulan Data : Harian
Periode Analisa : 6 bulan
Numerator : Pasien yang terpasang gelang identitas

20
Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat inap di ruang stroke
center
Sumber Data : Buku kinerja harian
Standar : 0%
Penanggung jawab : Kepala ruang stroke center

FORM LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RAWAT INAP

NO INDIKATOR STANDAR N D Hasil

1 Pemberi Pelayanan di rawat inap a. Dokter Spesialis

b. Perawat minimal D3

2 DPJP Rawat Inap 100%


a. Bedah Umum
b. IPD/Jantung
3 Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap
Paru/Neuro
c. Mata
d. Orthopedia
c. THT
4 Jam Visite Dokter Spesialis 08.00 s/d 14.00 WIB
setiap hari kerja
5 Kejadian Infeksi pasca Operasi < 1,5 %
6 Kejadian Infeksi Nosokomial (flebitis < 1,5%
Non IN)
7 Tidak adanya Kejadian Pasien Jatuh 100%
yang berakibat kecacatan
8 Kematian Pasien> 48 jam < 0,24%
9 Kejadian Pulang Paksa < 5%
21
10 Kepuasan pelanggan >90%
11 Rawat inap TB
a. penegakan diagnosis TB
melalui pemeriksaan >60 %
mikroskopis TB
b. terlaksananya kegiatan
pencatatan dan pelaporan TB >60 %
di RS
12. Ketersediaan pelayanan rawat NAPZA, Ganguuan
inap di RS yang memberikan Psikotik, gangguan
pelayanan jiwa Neurotik dan Ggn mental
Organik
13. Tidak adanya kejadian kematian
pasien gangguan jiwa karena 100%
bunuh diri
14. Kejadian re admision pasien
gangguan jiwa dalam waktu <1 100%
bulan
15. Lama perawatan pasien gangguan
jiwa <6 bulan

BAB IX
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan ruang Stroke Center ini, maka setiap
petugas Rumah Sakit yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan
pelayanan ruang Stroke Center dengan sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis
keselamatan dan kepuasan pasien
22
23

Anda mungkin juga menyukai