Anda di halaman 1dari 11

Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung….

2075

PENGGUNAAN INSTRUMEN LEMBAR WAWANCARA PENDUKUNG TES


DIAGNOSTIK PENDETEKSI MISKONSEPSI UNTUK ANALISIS
PEMAHAMAN KONSEP BUFFER-HIDROLISIS

Umi Lailatul Hidayah*, Kasmadi Imam Supardi, dan Woro Sumarni


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp. (024)8508035
E-mail: umilailatulhidayah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di kelas XI MIA di MAN Purworejo. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeteksi miskonsepsi dan menganalisis pemahaman konsep siswa pada materi buffer
dan hidrolisis. Pengambilan data dilakukan menggunakan instrumen tes diagnostic dan lembar
wawancara diagnostik pendeteksi miskonsepsi yang telah dinyatakan valid oleh validator. Soal
tes diagnostik yang digunakan adalah jenis soal two tier dengan reasoning terbuka. Setelah
dilakukan tes diagnostik yang didukung wawancara ditemukan miskonsepsi pada materi larutan
penyangga dan hidrolisis. Hasil analisis pemahaman konsep yang didapat yaitu: pada materi
larutan penyangga siswa yang paham konsep 21,66 %, kurang paham konsep 12,50 %, tidak
paham konsep34,17 %, miskonsepsi 31,67 %. Sedangkan pada materi hidrolisis siswa yang
paham konsep 22,96%, kurang paham 7,22%, tidak paham 32,59% dan miskonsepsi 37,22%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan lembar wawancara pendukung tes
diagnostik dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi dan menganalisis pemahaman
konsep siswa pada materi larutan penyangga dan hidrolisis.

Kata kunci: analisis pemahaman konsep, lembar wawancara, tes diagnostik

ABSTRACT

This research was conducted in class XI MIA MAN Purworejo. The aims of this study are
to detect misconceptions and analyze students' conceptual understanding of buffer and
hydrolysis materials. The data were collected using a diagnostic test instrument and a
misconception diagnostic interview sheet that was declared valid by the validator. The
diagnostic test used is a two tier type with open reasoning. After the diagnostic tests supported
by the interview found misconceptions on the material of buffer and hydrolysis solutions. The
result of the analysis of the concept concepts are: on the material of the buffer solution of
students who understand the concept of 21.66%, less understanding of the concept of 12.50%,
not understanding the concept of 34.17%, misconception 31.67%. Whereas in the material
hidrolysis students who understand the concept of 22.96%, less understand 7.22%, do not
understand 32.59% and misconception 37.22%. The conclusion of this research is that the
application of interview sheets supporting diagnostic tests can be used to detect misconceptions
and to analyze students' concept understanding on buffer and hydrolysis solution materials.

Keywords: understanding concept analysis, interview sheets, diagnostic tests

PENDAHULUAN sekolah masih banyak guru yang belum


Kegiatan penilaian bukan merupakan memiliki pemahaman yang memadai tentang
hal yang baru dalam dunia pendidikan, sistem penilaian yang sesuai dengan
kegiatan penilaian biasa dilakukan guru pada penerapan kurikulum yang berlaku pada saat
setiap pembelajaran. Namun pada ini.
kenyataannya dalam praktik pembelajaran di
2076 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2075 – 2085

Mata pelajaran kimia adalah salah Konsep adalah suatu abstraksi yang
satu pelajaran yang menenkankan pada menggambarkan ciri-ciri umum suatu objek
penguasaan konsep dan perhitungan. atau peristiwa yang dapat mempermudah
Johnstone (dalam Orgill dan Sutherland komunikasi antar manusia sehingga
2008) menyatakan, untuk memahami ilmu memungkinkan manusia untuk berpikir
kimia diperlukan kemampuan untuk (Effendy dalam Meylindra, et al,. 2013).
menggambarkan tiga representasi yaitu Pemahaman konsep adalah kemampuan
makroskopik, submikroskopik, dan menentukan gagasan/ pemikiran yang sesuai
simbolik.Kenyataannya banyak siswa yang dalam menjelaskan suatu permasalahan
tidak memahami dan tidak dapat atau lebih kepada pemahaman hubungan
menggunakan ketiga representasi antara gambaran mikroskopik, pengamatan
(makroskopis, submikroskopis, dan simbolik) makroskopik, simbol dan notasi kimia.
dalam menjelaskan suatu fenomena Salah satu karakteristik konsep
(Talanquer, 2010). Hal tersebut yang dalam ilmu kimia adalah konsep itu
menyebabkan rendahnya pemahaman berjenjang dimulai dari konsep yang
konsep siswa. sederhana menuju konsep yang lebih tinggi
Berdasarkan hasil observasi tingkatannya. Sebagai contoh konsep asam
lapangan di MAN Purworejo dan, untuk basa merupakan konsep dasar untuk
mengukur pemahaman konsep siswa, guru memahami konsep yang lebih tinggi yaitu
menggunakan instrumen penilaian berupa konsep hidrolisis garam dan larutan
soal pilihan ganda dan soal uraian. Nilai yang penyangga. Sebagian besar ilmu kimia
didapat dari hasil ulangan harian digunakan bersifat abstrak yang tidak nampak harus
untuk mengukur pemahaman konsep siswa. diilustrasikan dan tidak dapat dialami
Nilai hasil ulangan yang didapat siswa kelas langsung, sehingga digunakan gambaran
XI MIA 3 di MAN Purworejo dari 32 siswa, mikroskopik untuk mempermudah
ada 16 siswa yang nilai ulangannya dibawah pemahaman terhadap konsep yang abstrak.
70 pada materi Kesetimbangan. Hal tersebut Miskonsepsi merupakan hasil dari
menunjukkan pemahaman konsep yang kesalahan seseorang dalam menafsirkan,
masih rendah. menghubungkan atau menjelaskan dari
Rendahnya pemahaman konsep suatu kejadian yang hanya didasarkan pada
siswa dapat disebabkan oleh beberapa hal pemikiran orang itu sendiri (Kurniawan, dan
misalnya siswa mengalami kesulitan dalam Suhandi, 2015). Miskonsepsi merupakan
memahami berbagai konsep kimia pemahaman yang keliru terhadap suatu
dikarenakan konsep kimia sangat kompleks konsep atau salah menginterpretasikan
dan abstrak serta siswa sering mengalami beberapa variabel yang saling berkaitan,
kesulitan selama proses pemahaman sehingga terbentuklah konsep baru yang
konsep, sehingga menyebabkan timbulnya tidak sesuai dengan pemahaman konsep
pemahaman diluar konsep yang diajarkan para ahli. Yunitasari, et al., (2013)
atau miskonsepsi (Nabilah, et al., 2014) mengatakan bahwa siswa seringkali
Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung…. 2077
menafsirkan sendiri konsep yang dirasa sulit Tes diagnostik digunakan untuk
sesuai dengan prakonsep yang sudah mengidentifikasi apa pengetahuan dan
dimiliki siswa. Sehingga adakalanya kemampuan yang sudah dikuasai dan
penafsiran siswa tidak sesuai dengan konsep kemungkinan alasan untuk tidak
yang disepakati oleh para ahli yang menguasainya. Tes diagnostik bisa dilakukan
menimbulkan miskonsepsi. dalam bentuk pre-test atau angket.Informasi
Konsep larutan penyangga tentang kemampuan dan kebutuhan siswa
mencakup pengertian larutan penyangga, juga bisa dikumpulkan oleh observasi guru
sifat larutan penyangga, pembentukan dan analisis dari catatan prestasinya.
larutan penyangga, komponen larutan Diantara 6 instrumen diagnostik
penyangga, dan fungsi larutan penyangga lainnya, wawancara berperan penting dalam
dalam tubuh makhluk hidup. Penelitian mendeteksi miskonsepsi pada siswa karena
Mentari, et al., (2014) yang berjudul “Analisis dengan wawancara dapat mengungkap
Miskonsepsi Siswa SMA Pada Pembelajaran pemahaman siswa secara mendalam (Gurel,
Kimia untuk Materi Larutan Penyangga” et al., 2015). Wawancara yang digunakan
menghasilkan data persentase rata-rata untuk mendeteksi miskonsepsi disebut
siswa yang mengalami miskonsepsi pada wawancara diagnostik. (Suparno, 2005 ).
konsep larutan penyangga sebesar 52,45%. Tujuan wawancara menurut Frankel
Miskonsepsi siswa pada konsep penyangga dan Wallen (2000) yaitu untuk menemukan
asam dan penyangga basa masing-masing sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang,
sebesar 24,51% dan 18,62%. Sedangkan apa yang mereka pikirkan, dan bagaimana
pada konsep penentuan pH larutan seseorang. Wells dan Swackhamer (1992)
penyangga terjadi miskonsepsi sebesar menyatakan bahwa jika kemampuan peneliti
27,11%.Dari keempat konsep tersebut, memadai dalam melakukan wawancara,
konsep yang mengalami miskonsepsi paling maka wawancara merupakan instrumen
besar pada konsep larutan penyangga yangpaling efektif untuk mengetahui
sebesar 52,45%. miskonsepsi pada siswa.
Ada beberapa instrumen pendeteksi Wawancara dapat berbentuk
miskonsepsi yang sering digunakan para wawancara bebas dan terstruktur. Guru atau
peneliti dan guru untuk mengetahui siswa peneliti bebas bertanya kepada siswa dan
mengalami miskonsepsi atau tidak (Suparno, siswa dapat dengan bebas menjawab dalam
2005) sebagai berikut : 1) Peta konsep wawancara bebas. Urutan atau apa yang
(Concept Maps); 2) Tes Diagnostik multiple akan ditanyakan dalam wawancara itu tidak
choice dengan reasoning terbuka; 3) Tes dipersiapkan terlebih dahulu. Berbeda
Diagnostik tertulis (esai); 4) Wawancara dengan wawancara bebas, dalam
diagnostik; 5) Diskusi pemecahan masalah wawancara terstruktur pertanyaan sudah
dalam kelas; 6) Praktikum dengan tanya disiapkan dan urutannya pun secara garis
jawab. besar sudah disusun, sehingga
2078 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2075 – 2085

mempermudah pada wawancara Larutan Penyangga dan Hidrolisis


berlangsung (Suparno, 2005) menggunakan tes diagnostik pedeteksi
Lembar wawancara yang efektif miskonsepsi; (2) Menguji keefektifan
memiliki beberapa indikator, diantaranya : penggunaan lembar wawancara pendukung
1. Keefektifan kalimat pertanyaan tes diagnostik pendeteksi miskonsepsi untuk
2. Sistematika pertanyaan. menganalisis pemahaman konsep siswa
3. Bahasa yang digunakan kelas XI SMA pada kompetensi larutan
4. Pertanyaan bersifat objektif penyangga dan hidrolisis.
5. Kesesuaian pertanyaan dengan materi.
Lembar wawancara pendukung tes METODE PENELITIAN
diagnostik pendeteksi miskonsepsi Metode pengumpulan data pada
digunakan setelah siswa mengerjakan soal penelitian ini adalah dengan metode tes dan
two tier test. Guru menggunakan lembar wawancara. Metode tes menggunakan
wawancara sebagai panduan melakukan instrumen tes diagnostik multiple choice
wawancara dalam rangka mendeteksi dengan reasoning terbuka yang digunakan
miskonsepsi siswa dan menganalisis untuk mengambil data pemahaman konsep
pemahaman konsep siswa. Masing-masing siswa. Wawancara menggunakan lembar
pertanyaan pada lembar wawancara wawancara digunakan untuk mendukung
mempunyai skor berbeda-beda jika siswa analisis pemahaman konsep dan mendeteksi
mampu menjawab dengan tepat, sesuai miskonsepsi siswa. Wawancara ini berfungsi
dengan panduan skoring (terlampir). Skor untuk melengkapi dan memperkuat data
total akhir hasil wawancara dapat hasildari tes tertulis, serta mengungkapkan
menunjukkan apakah siswa mengalami hal-hal yang tidak terungkap dalam tes
miskonsepsi atau tidak. Skor akhir juga dapat tertulis.
menunjukkan sejauh mana pemahaman
konsep yang dicapai siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wawancara memiliki beberapa Uji coba dilakukan pada 30 siswa
keunggulan yaitu peneliti atau guru kelas XI MIA 2 MAN Purworejo. Instrumen
mendapatkan informasi secara detail, sifat yang digunakan adalah soal tes diagnostik
dari wawancara juga fleksibel (sesuai dan lembar wawancara pendukung tes
dengan kondisi responden), hasil yang diagnostik yang sudah dinyatakan valid oleh
didapatkan lebih teliti dan akurat. Kelemahan validator dan reliabel. Analisis pemahaman
wawancara adalah waktu yang dibutuhkan konsep siswa didasarkan interpretasi
lebih lama.Analisis data juga lebih sulit. jawaban siswa. Interpretasi jawaban siswa
(Adadan dan Savasci, 2012; Rollnick dan disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis
Mahooana, 1999; Sadler, 1998). pemahaman konsep siswa disajikan pada
Tujuan penelitian ini adalah (1) Gambar 1 dan Gambar 2.
Mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi
Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung…. 2079
Tabel 1. Interpretasi jawaban siswa
Kombinasi Jawaban
Hasil Analisis
Jawaban Alasan Wawancara Skor Wawancara
Benar Benar Yakin 7,5 < ≤ 10 Paham konsep
Benar Salah Yakin 2,5 < ≤ 5 Miskonsepsi
Salah Benar Yakin 7,5 < ≤ 10 Paham konsep
Salah Salah Yakin 0 < ≤ 2,5 Tidak paham
Benar Benar Tidak yakin 7,5 < ≤ 10 Kurang paham
Benar Salah Tidak yakin 2,5 < ≤ 5 Miskonsepsi
Salah Benar Tidak yakin 5 < ≤ 7,5 Kurang paham
Salah Salah Tidak yakin 0 < ≤ 2,5 Tidak paham

Analisis Pemahaman Konsep Materi Larutan Penyangga

Paham Kurang Paham Miskonsepsi Tidak Paham

25

18
15
12 13
11 11
9 8 8 9 9
7
3 3 3 4 3 3
2 2 1 1
0

Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3 Nomor 4 Nomor 5 Nomor 6

Gambar 1. Grafik analisis pemahaman konsep siswa materi larutan penyangga

Analisis Pemahaman Konsep Materi Hidrolisis

Paham Kurang Paham Miskonsepsi Tidak Paham


18
14 15 14 14 15
13 12
11 11
9 8 8
7 6 7 7 6 7 6
4 3 4 4 4 3 3 3
1 2 1
0

Nomor 8 Nomor 9 Nomor 10 Nomor 11 Nomor 12 Nomor 13 Nomor 14 Nomor 15

Gambar 2. Grafik analisis pemahaman konsep siswa materi hidrolisis


2080 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2075 – 2085

Indikator 1 menjelaskan komponen larutan penyangga terjadi jika pada akhir


larutan penyangga. Indikator 1 diwakili soal reaksi menyisakan basa kuat. Melalui
nomor 1. Miskonsepsi yang terjadi pada soal wawancara diketahui siswa mengalami
1 sebesar 50%. Pola miskonsepsi yang miskonsepsi dalam penentuan langkah-
terjadi pada siswa antara lain siswa langkah yang diambil dalam pembuatan
menganggap bahwa larutan penyangga larutan penyangga terutama dalam
terdiri dari campuran asam lemah dan asam penentuan volume dan konsentrasi yang
konjugasinya. Pola miskonsepsi yang lain digunakan. Siswa memilih opsi E yaitu
siswa menganggap bahwa larutan reaksi antara 100 mL larutan HNO2 0,1 M
penyangga terdiri dari basa lemah dan basa dengan 200 mL larutan NaOH 0,05M. Siswa
konjugasinya. Siswa juga belum mampu tidak memperhatikan perbandingan volume
membedakan antara asam / asam konjugasi dan konsentrasi larutan yang digunakan.
dan basa / basa konjugasi. Siswa hanya menganggap bahwa reaksi
Pewawancara : “Komponen umum apa antara asam lemah dengan basa kuat atau
yang menyusun larutan penyangga?” basa lemah dengan basa kuatakan
Afif : “…….mmm asam lemah menghasilkan larutan penyangga.
dan asam konjugasinya” Indikator 3 menentukan pH larutan
Pewawancara : “Ada yang lain?” penyangga asam. Indikator 3 diwakili soal
Afif : “….(bingung) nomor 3. Soal nomor 3 mengungkap cara
Pewawancara : “Lalu Dari campuran menentukan pH larutan penyangga asam.
H2CO3dan NaHCO3 manakah yang Persentase miskonsepsi pada soal nomor 3
termasuk asam konjugasi dan manayang sebesar 6,67%. Lebih dari 80% siswa sudah
asam konjugasi?” paham cara menghitung pH larutan
Afif : “H2CO3(asam lemah), penyangga asam yang berasal dari asam
NaHCO3 (asam konjugasi) lemah dan garamnya. Miskonsepsi yang
Indikator 2 menganalisis larutan terjadi pada siswa yaitu tidak dapat
penyangga dan bukan larutan penyangga. membedakan asam lemah dan garamnya.
Indikator 2 diwakili soal nomor 2. Sehingga perhitungan pH yang didapat tidak
Miskonsepsi yang terjadi pada nomor 2 sesuai yang diharapkan.
mencapai 26,26%. Indikator 4 Menentukan pH larutan
Soal nomor 2 mengungkap tentang penyangga basa.Indikator 4 diwakili soal
pembuatan larutan penyangga dengan nomor 4. Soal ini mengharuskan siswa
mereaksikan asam dengan basa. mampu menentukan pH larutan penyangga
Persentase miskonsepsi pada soal nomor 3 basa. Soal nomor 4 berisi 4 pernyataan.
sebesar 26,67%. Pola jawaban yang Siswa diharuskan memilih pernyataan
ditemukan adalah siswa memilih reaksi 100 manakah yang sesuai dengan soal.
mL larutan CH3COOH 0,1M dengan 200 mL Pernyataan 1-3 menunjukkan sifat larutan
larutan NaOH 0,1M sebagai larutan penyangga ketika ditambah sedikit asam,
penyangga. Siswa menganggap bahwa sedikit basa dan pengenceran. Pernyataan
Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung…. 2081
4 menunjukkan bahwa pH larutan sebesar persentase siswa yang tidak paham
8. Miskonsepsi yang terjadi pada indikator 4 mencapai 60%. Siswa tidak mengetahui
sebesar 40%. Siswa hanya melihat harus mengerjakan soal ini dengan rumus
pernyataan 1, 2, dan 3 yang menunjukkan yang mana. Mereka tidak paham kalau
larutan penyangga. Siswa tidak menghitung pengenceran tidakmerubah jumlah H+ dalam
pH dari larutan penyangga tersebut, padahal larutan, sehingga nilai pH akan tetap.
pernyataan 4 tentang pH larutan penyangga Indikator 6 diwakili soal nomor 6.
adalah pernyataan yang benar. Miskonsepsi Persentase siswa yang mengalami
-
yang lain terjadi pada perhitungan [OH ]. miskonsepsi pada soal nomor ini sebesar
NH4OH dan NH4Cl merupakan padangan 36.67%. Soal nomor 6 mengungkap
-
asam basa konjugasi. Konsentrasi OH pemahaman konsep siswa tentang fungsi
dapat dicari dengan rumus : larutan penyangga dalam tubuh makhluk
- [ ] hidup. Miskonsepsi yang ditemukan pada
[OH ] = Kb
[ ]
soal ini siswa menjawab bahwa darah
Namun dalam menentukan mmol NH4OH
bersifat netral karena larutan penyangga
siswa terlebih dahulu mengionisasi NH4OH
karbonat dalam darah dapat menetralkan
menjadi ion NH4+ dan OH-. Sehingga jumlah
pH ketika ditambah sedikit asam maupun
mmol NH4OH yang didapat tidak sesuai.
basa. Miskonsepsi lain yang terjadi siswa
Indikator 5 menganalisis pengaruh
menganggap bahwa darah dapat
penambahan sedikit asam, sedikit basa, dan
mempertahankan pH karena darah tidak
pengenceran pada larutan penyangga.Soal
bereaksi dengan zat kimia dalam tubuh.
yang mewakili indikator ini adalah soal
Indikator 7 Menentukan ciri-ciri
nomor 5. Miskonsepsi yang terjadi pada
beberapa jenis garam yang dapat
soal nomor 5sebesar 23,33%. Soal nomor 5
terhidrolisis dalam air melalui percobaan.
mengungkap konsep siswa dalam
Indikator inidiwakili soal nomor 7 dan 8 dan
menghitung pH larutan penyangga setelah
9. Soal nomor 7 mengungkap pemahaman
diencerkan dengan air. Larutan penyangga
konsep siswa untuk menentukan garam
yang terdiri dari 200 mL NH3(aq) 0,6 M dan
yang tidak dapat terhidrolisis. Soal nomor 7
300 mL larutan NH4Cl 0,3 M setelah
menyajikan 4 macam garam yaitu K2CO3,
diencerkan dengan 500 mL air. Apakah pH
NH4NO3, Na3PO4 dan NaCl, siswa
larutan berubah atau tetap? Persentase
diharuskan memilih garam yang tidak dapat
siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar
terhidrolisis. Miskonsepsi yang terjadi pada
26,67%.
nomor ini sebesar 33,33%. Pola
Miskonsepsi yang terjadi karena
miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu
siswa salah memahami rumus untuk
salah menentukan komponen garam berasal
menentukan OH- larutan sebelum
dari komponen kuat atau komponen yang
pengenceran dan setelah pengenceran.
lemah. Miskonsepsi lain yang terjadi siswa
Pada soal nomor 5 siswa mengalami
siswa menganggap garam NaCl garam yang
kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari
2082 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2075 – 2085

terhidrolisis sempurna karena berasal dari nomor 10 mengungkap pemahaman kosep


asam kuat dan basa kuat. siswa tentang menentukan sifat garam
Soal nomor 8 mengungkap terhidrolisis berdasarkan persamaan reaksi.
pemahaman konsep siswa tentang ion yang Soal nomor 10 menyajikan persamaan
dapat terhidrolisis. Siswa harus menentukan reaksi hirolisis garam NH4Cl. Reaksi
ion yang dapat dihidrolisis. Ion yang dapat hidrolisis garam NH4Cl menghasilkan ion H+
dihidrolisis adalah ion yang berasal dari yang artinya garam tersebut bersifat asam.
komponen asam / basa lemah. Miskonsepsi Miskonsepsi yang terjadi pada soal ini cukup
yang terjadi pada soal ini sebesar 30%. tinggi, yaitu 60%. Miskonsepsi yang
Miskonsepsi yang terjadi siswa menganggap ditemukan siswa menganggap bahwa
+
Na berasal dari basa lemah sehingga dapat garam NH4Cl berasal dari asam kuat dan
dihidrolisis. Miskonsepsi lain yang terjadi basa lemah, sehingga komponen yang kuat
+
siswa menganggap bahwa ion Na adalah akan mendominasi sifat larutan. Walaupun
ion yang paling mudah terhidrolisis karena jawaban siswa benar yaitu bersifat asam,
berasal dari basa kuat. namun konsep hidrolisis yang mereka
Soal nomor 9 mengungkap pahami keliru.
pemahaman konsep tentang menentukan Soal nomor 11 mengungkap
sifat larutan garam dari hasil percobaan. pemahaman konsep siswa tentang sifat –
Pada soal ini disajikan tabel berisi 4 macam sifat garam yang terhidrolisis. Pada soal
garam dan hasil percobaan ketika larutan nomor 11 ada beberapa pernyataan tentang
diteteskan pada kertas lakmus.Siswa sifat dari garam kalium benzoat. Siswa
diharuskan memilih garam yang bersifat harus mampu menentukan pernyataan yang
basa. Miskonsepsi pada soal ini sebesar tidak sesuai dengan garam kalium benzoat.
43,33%. Miskonsepsi yang terjadi siswa Kelima pernyataan yang tidak tepat adalah
menganggap alasan garam tersebut bersifat pernyataan A. Kalium benzoat berasal dari
basa karena dapat membirukan lakmus komponen asam lemah dan basa kuat.
merah. Padahal yang diharapkan siswa Sehingga komponen yang berasal dari
mampu menyebutkan komponen pembentuk asam lemah akan terhidrolisis membentuk
- -
garam sehingga dapat mempunyai sifat ion OH . Jumlah OH dalam larutan > jumlah
basa. Misalnya garam CH3COONa jika H+ sehingga larutan bersifat basa. Sifat basa
diteteskan pada lakmus merah akan adalah membirukan lakmus merah, bukan
berubah menjadi biru. Garam CH3COONa memerahkan lakmus biru.
berasal dari asam lemah CH3COOH dan Miskonsepsi yang terjadi pada soal
-
basa kuat NaOH.Komponen CH3COO nomor 11 sebesar 36,67%. Miskonsepsi
-
terhidrolisis membentuk ion OH yang yang ditemukan siswa menganggap bahwa
menyebabkan garam bersifat basa. tidak terdapat kesetimbangan ion benzoat
Indikator 8 menentukan sifat garam dan asam benzoat dalam larutannya.
yang terhidrolisis dari persamaan reaksi Miskonsepsi lain ditemukan bahwa siswa
ionisasi diwakili soal nomor 10 dan 11. Soal menganggap bahwa hasil hidrolisis tidak
Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung…. 2083
+ +
menghasilkan ion K . Ion K tetap dihasilkan miskonsepsi yang ditemukan siswa
+ +
diakhir reaksi, karena ion K dari kalium menggunakan rumus [H ] untuk menentukan
benzoat tidak bereaksi dengan air. Sebagian pH padahal garam natrium benzoat bersifat
siswa menganggap larutan kalium benzoat basa.
bersifat asam yang mempunyai pH < 7. Soal nomor 14 mengungkap
Indikator 9 menghitung pH larutan pemahaman konsep siswa tentang
garam yang terhidrolisis. Indikator inidiwakili penentuan pH larutan garam terhidrolisis.
soal nomor 17, 18, 19 , 20. Soal nomor 12 Siswa diharuskan menentukan pH larutan
mengungkap pemahaman konsep siswa garam yang berasal dari 4,1 gram natrium
tentang menentukan pH larutan garam yang asetat yang dilarutkan dalam 500 mL air (Ka
mengalami hidrolisis total. Larutan garam = 10-5; Mr = 82). Miskonsepsi yang terjadi
CH3COONH4 yang terbuat dari campuran pada soal nomor 19 sebesar 23,33%.
asam lemah dan basa lemah. Etiket botol Miskonsepsi yang ditemukan siswa belum
larutan CH3COONH4 menunjukkan bahwa mampu membedakan sifat garam
molaritas larutan tersebut adalah 0.001M.Ka terhidrolisis, sehingga rumus yang
-5 -5
CH3COOH=1.8x10 dan Kb NH3=1.8x10 . digunakan untuk menghitung pH menjadi
Rumus yang digunakan untuk menentukan salah. Garam natrium asetat bersifat basa,
sehingga sebelum menentukan pH larutan
[H+] adalah =
harus ditentukan pOH larutan garam.
Karena Ka = Kb, maka [H+] = √ = 10 -7 Soal nomor 15 mengungkap
+
pH = - log [H ] pemahaman konsep siswa tentang
-7
= - log 10 penentuan massa garam yang dilarutkan
=7 dalam pelarut hingga didapatkan nilai pH
Miskonsepsi yang terjadi pada soal nomor yang dibawah 7. Garam NH4Cl dilarutkan
12 sebesar 23.33%. Miskonsepsi yang dalam air sehingga diperoleh larutan
ditemukan siswa keliru menggunakan rumus sebanyak 250 ml dengan pH = 5. Siswa
+
dalam menentukan [H ]. diminta menghitung massa garam yang
Soal nomor 13 mengungkap dilarutkan (Mr NH4Cl = 53,3 Kb = 10-5) .
pemahaman konsep siswa tentang Siswa yang mengalami miskonsepsi pada
penentuan massa garam yang dilarutkan soal nomor 20 sebesar 36,67%.
dalam pelarut hingga didapatkan nilai pH Miskonsepsi yang ditemukan, siswa belum
yang diatas 7. Pada soal nomor 13 larutan bisa membedakan rumus menentukan pH
garam natrium benzoat dengan volume 250 garam terhidrolisis dengan pH larutan
-5
mL dengan Ka asam benzoat 10 dan pH 9. penyangga.
Siswa diharuskan menghitung massa garam Dari 15 soal yang diujikan, siswa
natrium benzoat yang harus dilarutkan (Mr mengalami miskonsepsi terbesar pada
C2H5COONa = 144). nomor soal 1 untuk materi larutan
Miskonsepsi yang terjadi pada soal penyangga dan nomor soal 10 untuk materi
nomor 13 sebesar 26,67%. Pola hidrolisis. Persentase miskonsepsi siswa
2084 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 1, 2018, halaman 2075 – 2085

pada soal tersebut masing-masing 50% dan miskonsepsi pada materi Larutan
60%. Pola miskonsepsi yang terjadi pada Penyangga dan Hidrolisis. Hasil analisis
soal nomor 1 siswa menganggap bahwa pemahaman konsep adalah sebagai berikut:
komponen larutan penyangga berasal dari paham konsep 21,66%, kurang paham
asam lemah dengan asam konjugasinya. konsep 12,50%, tidak paham konsep
Miskonsepsi lain, siswa menganggap 34,17%, dan miskonsepsi 31,67% pada
komponen larutan penyangga berasan dari materi larutan penyangga, dan siswa yang
basa lemah dengan basa konjugasinya. paham konsep 22,96%, kurang paham
Pola miskonsepsi yang terjadi pada soal 7,22%, tidak paham 32,59% dan
nomor 10 yaitu siswa menganggap bahwa miskonsepsi 37,22% pada materi Hidrolisis.
larutan garam yang berasal dari reaksi
antara asam kuat dengan basa lemah akan UCAPAN TERIMAKASIH
menghasilkan larutan garam bersifat asam, Ucapan terima kasih penulis
karena larutan asam kuat lebih dominan. sampaikan kepada Ibu Dra. Ipung Kadarwati
Meskipun jawaban siswa benar, namun selaku guru mata pelajaran Kimia di MAN
konsep yang mereka pahami keliru. Purworejo.
Lembar wawancara pendukung tes
diagnostik merupkan hasil pengembangan DAFTAR PUSTAKA
instrumen penilaian untuk analisis
Adadan, E. dan Savasci, F., 2012, An
miskonsepsi siswa sesuai penelitian analysis of 16-17-year-old students’
understanding of solution chemistry
(Mentari, et al., 2014). Analisis pemahaman
concepts using a two-tier diagnostic
konsep pada penelitian (Mentari, et al., instrument, International Journal of
Science Education, Vol 34, No 4,
2014) dilakukan menggunakan tes
Hal 513-544.
diagnostik pendeteksi miskonsepsi didukung
Frankel, J. R. dan Wallen, N. E., 2000, How
dengan wawancara bebas. Sedangkan pada
to design and evaluate research in
penelitian ini wawancara dilakukan education (4th ed.), US: McGraw-Hill
Comp. Hestenes
terstruktur dengan instrumen lembar
wawancara pendukung tes diagnostik. Hasil Gurel, D.K., Eryilmaz, A. dan McDermott,
penelitisn menunjukkan lembar wawancara L.C., 2015, A Review and
Comparison of Diagnostic
pendukung tes diagnostik pendeteksi Instruments to Identify Students’
miskonsepsi dapat digunakan untuk Misconceptions in Science, Eurasia
Journal of Mathematics, Science &
mendeteksi miskonsepsi dan menganalisis Technology Education, Vol 11, No 5,
pemahaman konsep siswa kelas XI materi Hal 989-1008.

larutan penyangga dan hidrolisis. Kurniawan, Y dan Suhandi, A., 2015, The
Three Tier-Test for Identificat ion
The Quantity of Students’
SIMPULAN Misconception on Newton’s First
Hasil penelitian menggunakan Laws, Full Paper Proceeding GTAR
(Global Trends in Academic
instrumen tes diagnostik yang didukung Research), Vol 2, Hal 313-319.
wawancara ditemukan siswa mengalami
Umi Lailatul Hidayah, dkk., Penggunaan Instrumen Lembar Wawancara Pendukung…. 2085
Mentari, L., Suardana L.I. dan Subagiya, Yunitasari, W., E. Susilowati dan N. D.
N.I., 2014, Analisis Miskonsepsi Nurhayati, 2013, Pembelajaran
Siswa SMA pada Pembelajaran Direct Instruction Disertai Hierarki
Kimia untuk Materi Larutan Konsep Untuk Mereduksi
Penyangga, e-Journal Kimia Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Visvitalis, Vol 2, No 1, Hal 76-87 Larutan Penyangga Kelas XI IPA
Semester Genap SMA Negeri 2
Meylindra, I., Ibnu, S. dan Sulistina, O., Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013,
2013, Identifikasi Pemahaman Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 2, No
Konsep Larutan Asam Basa Melalui 3, Hal 182-190
Gambaran Mikroskopik pada Siswa
Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Malang,
Artikel, Universitas Negeri Malang.

Nabilah, A., Yayuk dan Laksmiwati, D.,


2014, Analisis Tingkat Pemahaman
Konsep Siswa Kelas XI IPA SMAN 3
Mataram Menggunakan One Tier
dan Two Tier Test Materi Kelarutan
Dan Hasil Kali Kelarutan, Jurnal
Pijar MIPA, Vol 8, No 2, Hal 64 - 69.

Rollnick, M. dan Mahooana , P.P., 1999, A


quick and effective way of
diagnosing studentdifficulties: two
tier from simple multiple-choice
questions, South African Journal of
Chemistry, Vol 52, No 4, Hal 161-
164.

Sadler, P. M. 1998, Psychometric models of


student conceptions in science:
reconciling qualitative studies and
distractor-driven assessment
instruments, Journal of Research in
Science Teaching, Vol 35, No 3, Hal
265-296.

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung:
Alfabeta.

Suparno, P. 2005, Miskonsepsi dan


Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana.

Talanquer, V. 2011, Macro, Submicro, and


Simbolic: The Many Faces of The
Chemistry: Triplet”. International
Journal of Science Education, Vol
33, No 2, Hal 179

Wells, M., dan Swackhamer, G. 1992, Force


Concept Inventory, The Physics
Teacher, Vol 30, Hal 141-158.

Anda mungkin juga menyukai