Anda di halaman 1dari 48

LABORATORIUM SISTEM STOMATOGNATIK I

ASISTEN : 1.AL AZIZUL HAKIM, S.KG


2. INCE TIEN AYU NILAM KUSUMA M, S.KG
KETUA : MUHAMMAD SHAAD ISRA (J11114004)
ANGGOTA : 1. MAGFIRAH (J11114001)
2. TRIA DIFASARI M (J11114002)
3.WINDA DEWI MULYA S (J11114003)
4. NIRMAWATI MUSA (J11114005)
5. RISNANDA THAMRIN (J11114006)
6. KURNIAWATI SUGITO (J11114007)
7. TOPAN HERIAL MULYAWAN (J11114301)
8. ANITA AMALIYAH HAMDANI (J11114302)
9. LEVINA PRISCILLA (J11114303)
10. SITTI ANNISA (J11114304)
11. IJLAL WAFA'A (J11114305)
12. ST ASTIHAR MADJID (J11114501)
13. DHIYAAN ANNISAH (J11114502)
14. PUTRI TAHTA GEMILANG (J11114503)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
TUGAS PENDAHULUAN 1

1. Sebutkan Batas-batas pencetakan Rahang Atas dan Rahang Bawah

a. Rahang Atas b. Rahang Bawah

1. Frenulum labialis 1.Frenulum Labialis


2. Vestibulum labialis 2. Frenulum Buccalis
3. Frenulum Bukalis 3. Vestibulum Labialis
4. Papilla Insisivus 4. Gigi geligi
5. Gigi geligi 5. Vestibulum Buccalis
6. Rugae Palatina 6. Retro Myohyoid
7. Palatum 7. Frenulum Lingualis
8. Fovea palatine 8. Retromolar Pad
9. HamularNotch
10. Tuberositas Maxillaris
11. Vestibulum Bukalis

2. Bagaiamana penentuan Garis Median pada Model dan pada pasien


a. Menentukan Garis Median pada pasien
Midline diartikan sebagai suatu garis yang vertical yang membagi wajah
menjadi dua bagian yang sama besar dan digunakan untuk melihat
kesimetrisan wajah.
Menentukan garis midlaine pada wajah pasien dapat menggunakan 3 titik
anatomis pada wajah pasien.Yakni :
 Titik Glabella yang terdapat di tengah dan sejajaran alis kiri dan
kanan
 Subnasalle , titik yang terdapat dibawah nasal atau hidung
 Gnation, titik terendah dari dagu
 Kemudian titik-titik tersebut di tandai lalu dihubungkan sampai
menjadi satu garis yang vertical lurus dan membagi dua bagian yang
sama besar.
b. Menentukan garis midline Model
o Rahang atas ; Menghubungkan titik pertemuan Rugae Palatina kanan
dan kiri dengan titik tengah pada Fovea Palatinae pada daerah posterior
palatine. Dapat juga dihubugnkan dari pandangan anterior berdasarkan
letak frenulum labialis
o Rahang bawah ; membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan
lingualis. Titik ini melewati titik kontak insisivus sentralis rahang
bawah
TUGAS PENDAHULUAN 2

1. Sebutkan syarat-syarat pada setiap Klamer


a. Klamer Finger Spring
 Klamer Finger Spring harys menggunakan klamer yang berdiameter
0.5mm
 Bagian helix atau koilnya harus diletakkan berlawanan arah dari
pergerakan gigi dan koilnya harus diletakkan sejajar dengan garis
gigi
b. Klamer Bumfeer Veer Terbuka/Tertutup
 Klamer tidak boleh mengiritasi mukosa mulut
 Klamer yang digunakan berdiamater 0.5mm
 Lup yang dibentuk harus sama panjang, sejajar dan selebar
ukuran mesiodistal gigi
 Plat akrilik harus menutupi bagian retensif klamer
c. Klamer Cantilever ganda
 Klamer berdiamete 0.5-0.6mm
 Dikondisikan pada gigi insisivus yang memerlukan gigi rotasi
 Koilnya harrus bebas dari plat basis akrilik
d. Klamer Buccal Canine Rectractor
 Menggunakan klamer berdiameter 0.7mm
 Bagian tag klamer ini harus menyilang pada titik kontak mesial
dari gigi P2
 Bagian koil harus ditempatkan setinggi mungkin agar tidak
mencederai jaringan lunak dan posisi koil harus ditempatkan
antara posisi C.
e. Klamer Labial Bow
 Klamer yang diagunakan berdiameter 0.7mm dan diadaptasikan
pada jaringan pada bagian palatal hingga interdental antara gigi
C dan P1
 Klamer tidak dapat diadaptasikan pada hanya 1 gigi yang
abnormal
f. Klamer Adam
 Digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna atau sebagian
 Menggunakan klamer yang berdiameter 0.7mm untuk gigi
posterior
 Retensi terletak pada ujung arrow head dan diujung ini harus
berkontak dengan kedua titik mesiodistal aproximal dibawah
kontur terbesar daripada gigi yang diberi klamer
 Aman digunakan
g. Klamer Arrow Head
 Klamer yang digunakan harus berdiameter 0.7mm
 Klamer ini dibentuk dengan menggunakan tang arrow head
forming, tischer’s plier, dan, Optical Plier
 Lengan anterior klamer dimulai dariplat akrilik hingga area
interdental gigi P dan M, lengan posterior memanjang hingga
gigi yang paling terakhir dan telah erupsi sempurna.
h. Klamer Half Jackson
 Klamer yang digunakan berdiamter 0.7-0.8mm
 Digunakan hanya pada gigi yang sudah erupsi sempurna,karena
pada gigi yang partial eruption undercut servikalnya tidak
keliahatan dan kurang meretensi klamer. Karena klamer C harus
mengelilingi undercut servikal bukal gigi
 Bagian palatal/lingual klamer C harus tertahan dengan plat basis
akrilik
i. Klamer Duyzing
 Klamer dengan diameter 0.7mm
 Terdiri atas dua klamer yang menyatu pada plat akrilik, klamer
bagian pertama melewati titik kontak distal
 Klamer tidak dapat melukai gingiva
j. Klamer Southend
 Klamer jenis ini dibuat sepanjang margin gingival dari gigi
insisivus sentralis rahang atas
 Pada bagian ujung distal klamer ini berfungsi sebagai retensi
pada bagian palatal gigi.

2. a. Apa perbedaan pencetakan orthodonsi dan prostodonsi


o Dalam bidang prostodonsi terdapat 2 tahap pencetakan yakni
pencetakan anatomis dan fisiologis
a. Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxingwax
pada tuberositas dan vestibulum bukal untuk membantu
adaptasi tepi sendok cetak, dan sebagai pembatas bagi bahan
alginate agar tidak mengalir jauh dari jaringan yang hanya
dicetak
b. Terdapat proses Border Molding
o Dalam bidang orthodonsi pencetakannya langsung menggunakan
sendok cetak dengan penempatan campuran alginate dan air yang
homongen dengan menutupi batas-batas pencetakan rahang

b. Apa perbedaan tang orthodonsi dan tang prostodonsi


 Untuk orthodonsi; tang yang digunakan untuk menyesuaikan
klamer/spring pada pergerakan removable orthodontic untuk
menghaluskan dan membentuk kontur arch wire
 Untuk prostodonsi ; tang yang digunakan untuk memotong
berbagai bahan seperti untuk mahkota sementara dan juga untuk
membentuk dan menyesuaikan dengan SSC

c. Apa perbedaan klamer C orthodonsi dan prostodonsi


Pada prostodonsi lengan klamer C berada pada kontur terbesar
gigi, sedangkan pada orthodonsi klamer C menjadi retentive klamernya
berada dibawah kontur terbesar gigi.

3. Jelaskan kelainan letak gigi!


Jawab:
• Rotasi adalah gigi berputar melalui sumbu vertikal
- Sentris = Gigi berputar melalui sumbu vertikal (di tengah)
- Eksentris = Gigi berputar di luar sumbu vertikal (di samping)
• Versi adalah gigi berputar melalui sumbu horizontal
• Gresi adalah gigi berpindah secara menyeluruh ( mahkota + akarnya ) ke
dalam atau ke luar lengkung gigi. Gressi khusus Kaninus :
- di luar lengkung = ektostem
- di dalam lengkung = endostema
 Pervers adalah letak gigi yg horizontal terhadap rahang ( dilihat dengan
rontgen fotolokal )
 Supraposisi adalah gigi yang tumbuh melebihi / lebih tinggi dari pada
bidangoklusal
 Infraposisi adalah gigi yang tumbuh di bawah/ lebih rendah dari pada
bidangoklusal.

4. Jelaskan klasifikasi Angel!


Jawab:
a) Klas I
Klas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan adanya
hubungan normal antar-lengkung rahang. Cusp mesio-buccal dari molar
permanen pertama maksila beroklusi pada groove buccal dari molar
permanen pertama mandibula. tonjol kaninus rahang atas beroklusi atau
berada pada emblassure premolar pertama dan kaninus rahang bawah.
Angel Klas 1 memiliki beberapa tipe, yaitu:
- tipe 1 : gigi mengalani crowded
- tipe 2: protrusi anterior
- tipe 3: crossbite anterior
- tipe 4: crossbite posterior
- tipe 5: posterior miring ke mesial.
b) Klas II
Klas II maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan
molar dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila
beroklusi pada groove buccal molar permanen pertama mandibula.
Klas II, divisi 1.
Klas II divisi 1 dikarakteristikkan dengan proklinasi insisiv maksila dengan
hasil meningkatnya overjet. Overbite yang dalam dapat terjadi pada region
anterior. Tampilan karakteristik dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot
yang abnormal.
Klas II, divisi 2. Seperti pada maloklusi divisi 1, divisi 2 juga menunjukkan
hubungan molar Klas II. Tampilan klasik dari maloklusi ini adalah adanya insisiv
sentral maksila yang berinklinasi ke lingual sehingga insisiv lateral yang lebih ke
labial daripada insisiv sentral. Pasien menunjukkan overbite yang dalam pada
anterior.
Kelas II, subdivisi, saat relasi kelas II molar, terjadi pada satu sisi lengkung
dental (unilateral).
c) Klas III
Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio-
buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada interdental antara
molar pertama dan molar kedua mandibula.
- tipe 1: anterior edge to edge
- tipe 2: anterior normal & berjejal
- tipe 3: crossbite

5. Jelaskan tentang kurva Spee, Monson, dan Wilson!


Jawab:
a. Kurva spee merupakan salah satu karakteristik penting dalam lengkung
mandibula (Lie dkk., 2006). Kurva spee adalah garis yang melengkung ke
arah anteroposterior yang menyentuh ujung tonjol bukal gigi posterior dan
tepi insisal gigi insisivus (Trevisi, 2007). Kurva spee dalam
perkembangannya telah menjadi suatu tujuan utama dalam perawatan
ortodontik dan perhitungan kurva spee penting untuk rencana perawatan
ortodontik (Adaskevicius dan Svalkauskiene, 2011).
b.Curva Monson adalah kurva bidang oklusal dilihat secara tiga dimensi
meliputi premolar kanan kiri, cusp molar serta kondili kanan dan kiri
c. Curve Wilson adalah kurva yang dilihat dari lateral ( kanan – kiri) yang
menghubungkan non fungsional cusp yang lebih pendek dari fungsional
cusp

6. Sebutkan Indikasi dan Kontraindikasi klamer Adam!


 klamer adams
indikasi: untuk gigi molar maupun premolar dan sebagai retensi
kontraindikasi: untuk molar yang baru erupsi dan terdapat tambalan yang
cukup luas.
 labial bow
indikasi:
•untuk meretraksi gigi depan ke arah lingual atau palatal
• mempertahankan lengkung gigi ke arah labial
• mempertinggi retensi atau stabilitas alat
kontraindikasi: untuk kondisi gigi intrusi dan koreksi rotasi

7. Sebutkan macam-macam labial Bow!

Labial Bow dengan U loop :

 Short labial bow


 Split labial bow
 Long labial bow
 Reverse labial bow
 Fitted labial bow
Labial Bow tanpa U loop:

 Robert’s rectractor
 Mills rectractor
 High labial bow

8. Kapan klamer adam aktif?

Jawab:

Klamer adam dapat menjadi aktif apabila:

 Jika klamer menekan undercut gigi


 Ketika pengaturan klamer di bengkokkan retensinya ke arah dalam, hal itu
berguna ketika penempatan awal appliance
 Pengencangan klamer pada titik kemunculan dari base plate

9. Bagaimana cara aktivasi:

a. Labial Bow
b. b. Finger Spring
c. c. Bumfeer veer terbuka

d. Bumfeer veer tertutup

e. Cantilever Ganda

Jawab:

 Labial bow : aktivasi dengan cara menekan /memperlebar lup dan bow
nya 1-2mm dengan tang 3 jari
 Finger spring : diaktivasi dengan membuka koil/ memindahkan area yang
aktif mengarah ke gigi yang akan di gerakan. Maksimal dilakukan 3 mm.
 Bumfeer veer terbuka : menggunakan tang gepeng untuk memperbesar lup
 Bumfeer veer tertutup : menggunakan tang gepeng untuk memperbesar lup
 Cantilever spring : kawat diangkat menggunakan tang kemudaian ditarik
keatas dan kedepan dengan menegangkan spring dengan begini appliance
dapat teraktifasi sendiri.

10. Gambarkan bidang sagital, transversal, dan vertikal pada ortodonsi!

Jawab:

11. Sebut dan jelaskan kelainan bidang :


Jawab:
a. Sagital
- Distraksi ; kedudukan rahang yang menjauhi sagital
- Konstraksi : kedudukan rahang yang lebih mendekat bidang sagital
b. Transversal
- Retraksi ; kedudukan rahang yang mendekati idang transversal
- Protraksi ; kedudukan rahang yang menjauhi bidang transversal
c. Horizontal ;
- Atraksi ; kedudukan rahang yang mendekati bidang horizontal
- Abstraksi ; kedudukan rahang yang menjauhi bidang horizontal.

12. Klasifikasi maloklusi dan etiologinya!


Jawab:
a. Klasifikasi angel
- Angle klas 1 (neutroklusi)
Merupakan oklui yang normal, dimana to jol mesiobukal molar
pertama RA berkontak dengan groove bukal M1 RB dam tonjol C RA
beroklusi, berada pada embrssure P1 dan C RB. Angle klas 1 memiliki
beberapa tipe ;
 Tipe I : Crowded
 Tipe II : anerior RA labioversi (protrusi)
 Tipe III : crossbite anterior
 Tipe IV : crossbite posterior
 Tipe V : mesial drifting / pergeseraan gigi posterior ke arah mesial

- Angle klas II (distoklusi)


Dimana hubungan oklusi RA dan RB terletak tak lebih mesiobukal,
cusp M1 RB, berada lebih distal dari cus[ mesiobukal M1 RA. Terbagi
atas 2 divisi:
 Divisi I ; anteriorRA protrusi dan M1RA terletak lebih anterior dari
normalnya
 Divisi II ; insisivus RA palatoversi dan M1 RA lebih anterior dari
normalnya.

- Angle klas III


Pasien dengan kasus ini mempunyai profil prognati yang khas ( RB
maju kedepan) cusp mesiobukal M RA tetap beroklusi pada groove
bukal RB (kelainan berasal darai skeletal) atau berada lebih distal dari
groove bukal M RB ( kelainan dari skeletal) atau berada lebih distal
dari groove M RB ( kelaibab berasal dari lengkung gigi )
 Tipe I : edge to edge
 Tipe II : gigi I RB crowded dan inklinasi agak lingual
 Tipe III :lrngkung RA kurang berkembang, gigi I crowded
sedangkan perkembangan gigi dan lengkung RB normal.

b. Klasifikasi skeletal
- Klas I skeletal : RA dan RB berada pada relasi normal ( orthognati)
- Klas ii skeletal : RB terlihat lebih kurang dari RA ( retrognati)
- Klas III skeletal : RB terlihat lebih maju dari RA ( prognati).

13. seorang ibu membawa anaknya umur 15 tahu ke RSGM dngan gigi depan
bercelah. Pmeriksaan klinis tambpak gigi diastem pada 11 dan 12, 12 dan 13, 13
dan 14 , 22 dan 24. Gambar desain alat alatnya.
14. Cara pembuatan klamer :

a. Finger spring
- Luruskan potongan kawat
- Pastikan kawat pada tang
- Bengkokkan kawat pada ujung tang
- Putar lawat pada ujung tang untuk membentuk helix
- Posisikan pada model
- Tandai dengan pensil pada posisi dengan retentif
- Bengkokkan kawat sesuai dengan margin gingiva
b. Bumfer veer terbuka
- Luruskan klamer
- Bengkokkan klamer menggunakan tang bulat untuk membuat loop
pertama
- Lakukan kembali untuk membuat loop kedua yang sejajar dengan loop
pertama
c. Bumfer veer tertutup
- Luruskan klamer
- Buat loop loop salah satu gigi insisivus yang akan dibuatkan
komponen bumfer veer posisikan pada model untuk menentukan
panjang bridge yang dibuatbengkokkan klamer dengan tang bulat
untuk membuat dan 2 loop pada gigi insisivus
d. Cantilever ganda
- Luruskan kawat
- Tandai bagian mesiodistal pada model
- Lalu tandai pada klamer
- Buat koil pada bagian distal
e. Buccal canine retractor
- Luruskan potongan klamer dengan tang bulat sesuai dengan gigi C
- Sesuaikan dengan permukaan labial C pada ½ bagian, dari slop distal ,
beri tanda
- Kemudian bengkokkan dengan tang gepeng mengarap ke apika;
- Cocokkan pada model
- Koil ditempatkan ssetinggi mungkin tanpa mengganggu jaringan lunak
- Tang harus berseberang dengan titik kontak meisal dari P2
- Koil kemudian ditempatkan pada distal gigi C
f. Labial bow
- Luruskan kawat
- Gunakan tang bulat untuk membentuk ½ lingkaran pada agian distal P
- Gunakan pula tang 3 jari untuk membantu membat retensinya
- Gunakan spidol untuk menandai loop yang dignakm pada bagian
anterior dari gigi P1 bagian distal
g. Klamer Adam
Tentukan kedua titik undercut pada mesiodistal aproksimal dan lakukan
radier jika perlu
Luruskan klamer
Buat bengkokkan pertama dengan sudut 90 derajat
Buat tanda untuktentukan panjang bridge
Cocokkan kembali panjang bridge pada model
Bengkokkan arrowhead dengan ujung tang dan bengkokkan dengan ibu
jari
Setelah kaki arrow head pertama selesai, maka kedua harus sejjar
Buat arrow head dengan cara yang sama
Periksa sudut dan kesejajaran arrowdead
Pembengkokan kedua jari arrowhead setinggi bridge
Mengatur posisi kaki klamer adam
Sampai meyentuk kontak point interdental gigi yang melintasi garis oklusi
Bridge membentuk sudut 45 derajat terhadap as panjang gigi
Sesuaikan kawat melewati oklusi gigi
Bengkokkan klmer ke arah palata untuk retensi
Tag klamer dan palatum berselah kurang lebih 1 mm
Tag distal dibuat kearah mesial mengikuti kontur plat akrilik
h. Klamer Arrowhead
- Potonglah klamer yang letaknya kurang lbih 1 mm dari gingiva
- Gunakan tang bulat untuk membuat bulatan pada klamer arrowhead
- Buat bengkokkan kedua dengn sudutnyang sama
- Bentuk arrow hwad sesuai dengan tinggi mahkota gigi
- Bengkokkan arrowhead dengan ujung tang dan bengkokkan dengan
ibu jari
- Arrowhead dibentuk sesuai dengan kontur gigi
i. Klamer C
- Potonglah klamer ukuran diameter 0,8-0,9mm
- Perhatikan pada bagian lengan bulat klamer terletak dibawah kontur
terbesar gigi ( kurang lebih 2 mm dari gingiva)
- Gunakan tang 3jari untuk memuat retensi pada klamer C
- Ujung klamer tidak boleh tajam’berkontak dengan baik dengan
permukaan gigi

j. Klamer duyzing
- Potonglah k;;amer dengan diameter 0,7-0,9mm
- Gunakan tanggepeng untuk meluruskan bagian klamer’gunkan pada
tang 3 jari utuk membut lengan klamer
- Lengan atas klamer menempel pada permukaan bukaldari lingkaran
terbesar gigi
- Kemudian dibengkokkan memutar di pertengahan permukaan bukal
k. Klamer southend
- Potonglah klamer dengan menggunakan cutting plier
- Gunakan tang bulat untuk membuat atau membentuk bulat pada
anterior gigi
- Meliputi 2 gigi yang berdampingan
- Mengikuti tepi gigi dan ebuat “U loop” kecil dibuat pada undercut
interdental
- Buatlah retensinya dengan menggunakan tang 3 jari.
15. Indikasi dan Kontra indikasi dari klamer :
a. Finger spring
Indikasi : untuk gigi yang mengalami mesioversi , distoversi digunakan
oada gigi yang masih dalam lengkung atau tempatnya
Kontrindikasi : gigi dengan mahkota sisa akar, gigi rtasim gigi dengan
fluorosisi parah
b. Bumfer veer terbuka
Indikasi : gigi yang mengalami rotasi ekstentri, gigi anterior
Kontraindikasi : gigi posterior, mesioversi, endostem
c. Bumfer veer tertutup
Indikasi: menggerakkan gigi ke arah labial
Kontraindikasi : gigi yang mengalami defek parah ( amelogenesis
imperfekta, dll)
d. Cantilever ganda
Indikasi : untuk gigi insisivus yang memerlukan koreksi rotasi
Kontraindikasi : gigi insisivus yang mengalami defek parh
e. Buccal canine retractor
Indikasi: saat leatk gigi C ( bukal) sehingga harus diletakkan di palatal
atau distal
Kontaindikasi : bukan gigi C
f. Labial bow
Indikasi: untukk meretraksi gigi depan ke arah kingual palatal
Mempertahankan lengkung gigi ke arah labial, mempertinggi retensi atau
stabilitas alat
Kontra indikasi : gigi posterior yang bermigrasi
g. Klamer adam
Indikasi : retensi untuk plat, terutama pada gigi posterior
Kontraindikasi : digunakan pada bagian retensi bukl palatal ataulingual
h. Klamer C
Indikasi : gigi c,p,m permnen
Kontra indikasi : gigi desidui dan gigi permanen yang belum erupsi
sempurna
i. Klamer duyzing
Indikasi : gigi M erupsi permanen
Kontraindikasi : gigi yang belum erupsi sempurna
j. Klamer southend
Indikasi : gig anterior
Kontraindikasi : gigi sisa akar, gangren pulpa dan defek yang parah.
TUGAS PENDAHULUAN 3

1. Jelaskan biomekanika pergerakan gigi!


Jawab:
Perawatan ortodonti didasarkan pada prinsip apabila gigi diberikan
tekanan yang terus-menerus maka akan terjadi pergerakan gigi. Tekanan
tersebut menyebabkan perubahan pada jaringan tulang disekitar gigi.
Perubahan tersebut meliputi penambahan pada satu sisi dan pengurangan
di sisi yang lain. Proses ini menyebabkan adanya pergerakan dan
penambahan dimensi tulang.
Respon biologis dari gigi dan jaringan pendukungnya tergantung
pada besar dan lamanya tekanan yang diberikan pada gigi tersebut. Besar
tekanan yang diberikan pada gigi baik yang ringan dan yang kuat akan
mempengaruhi perubahan di ligamen periodontal. Dengan tekanan yang
ringan, cairan ligamen periodontal akan keluar dan cadangan vaskularisasi
akan terperas. Ini menimbulkan respon biokimia yang kompleks.
Osteoklas akan bekerja dalam waktu 2 hari dan diikuti dengan frontal
resorption. Frontal resorption (resorpsi langsung) dapat terjadi apabila
tekanan yang diberikan tidak melebihi tekanan pembuluh kapiler.
Apabila tekanan besar diberikan pada gigi, pembuluh darah akan
tertutup sehingga menyebabkan tidak adanya vaskularisasi. Hal tersebut
akan menyebabkan terbentuknya jaringan nekrosis yang disebut juga
dengan daerah hyalinized. Resorpsi mulai terjadi dari belakang daerah
nekrosis tersebut sehingga disebut undermining resorption atau resorpsi
tidak langsung.

2. Jelaskan kelainan gigi dalam bidang horizontal, transversal, dan sagital!


Jawab:
Kelainan gigi dalam bidang yaitu kelainan-kelainan gigi yang
sejajardengan bidang tersebut.
a. Kelainan gigi dalam bidang sagital
- Untuk gigi anterior:
 Labioversi (> labial)
 Palatoversi (> distal)
- Untuk gigi posterior:
 Mesioversi (> mesial)
 Distoversi (> distal)
b. Kelainan gigi dalam bidang transversal
- Untuk gigi anterior:
 Mesioversi
 Distoversi
- Untuk gigi posterior:
 Bukoversi
 Palatoversi
c. Kelainan gigi dalam bidang horizontal
- Diastema
- Crowded

3. Jelaskan kelainan gigi terhadap bidang horizontal, transversal, dan sagital!


Jawab:
Kelainan gigi terhadap bidang yaitu kelainan gigi yang tegak lurus
terhadap bidang tersebut.
a. Kelainan gigi dalam bidang sagital
- Konstraksi (mendekati bidang sagital = lebar lengkung menyempit)
- Distraksi (menjauhi bidang sagital = lebar lengkung melebar)
b. Kelainan gigi dalam bidang transversal
- Protraksi (menjauhi bidang transversal)
- Retraksi (mendekati bidang transversal)
c. Kelainan gigi dalam bidang horizontal
- Abstraksi (menjauhi bidang horizontal)
- Atraksi (mendekati bidang horizontal)
-
4. Jelaskan kelainan kelompok gigi !
1. Terhadap Bidang Sagital
 Kontraksi : Keadaan rahang lebih mendekati bidang sagital
 Distaksi : Keadaan rahang yang menjauhi bidang sagital
2. Terhadap Bidang Transversal
 Protraksi : Keadaan kelompok gigi menjauhi bidang transversal
 Retraksi : Keadaan kelompok gigi mendekati bidang transversal
3. Terhadap Bidang Horizontal
 Atraksi : Kelainan kelompok gigi mendekati bidang horizontal
 Abstraksi : Kelainan kelompok gigi menjauhi bidang horizontal

5. Jelaskan klasifikasi maloklusi selain angle !


1) Klasifikasi Bennete
 Klas I
Lokasi Abnormal dari satu atau lebih gigi oleh faktor lokal
 Klas II
Formasi abnormal bagian atau keseluruhan salah satu
lengkung disebabkan karena defek perkembangan tulang
 Klas III
Relasi abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah
serta antara salah satu lengkung dengan kontur wajah
disebabkan karena defek perkembangan tulang
2) Klasifikasi Simon
 Frankfurt Horizontal Plane
 Orbital Plane
 Mid Sagital Plane
3) Klasifikasi Skeletal
 Skeletal Klas I
Maloklusi dengan gigi, tulang wajah dan rahang memiliki
hubungan harmoni dengan satu sama lain. Profilnya orthognati.
 Divisi 1 : Maloklusi lokal Insisivus, Caninus dan
Premolar
 Divisi 2 : Protrusi Insisivus rahang atas
 Divisi 3 : Linguoversi Insisivus rahang atas
 Divisi 4 : Bimaxillary protrusi
 Skeletal Klas II
Maloklusi ini meliputi perkembangan abnormal distal
rahang bawah dengan relasi rahang atas
 Divisi 1
Lengkung gigi rahang atas lebih sempit
dengan crowding pada caninus, crossbite mungkin
terjadi dan tinggi vertikal wajah berkurang, gigi
anterior rahang atas protrusi dan profil retrognati.

 Divisi 2
Insisivus rahang atas berinklinasi lingual,
Insisivus lateral mungkin normal atau labioversi
4) Klasifikasi Ackerman-Proffit System
 Alignment
Intra lengkung alignment dan simetri ketika dilihat secara
oklusal. Lengkung gigi diklasifikasikan atas ideal / crowded /
space
 Profil
Profil bisa konfex / lurus / concaf
 Relasi Transversal
Meliputi skeletal transversal dan relasi dental. Bukal dan
palatal crossbite, yang kemudian dapat diklasifikasikan sebagai
bilteral / unilateral
 Klass
Meliputi relasi sagital gigi yang di taksir menggunakan
klasifikasi Angle klas I / klas II / klas III
 Overbite
Maloklusi pada bidang vertikal. Meliputi open bite anterior
/ open bite posterior/ deep bite anterior / collapsed bite posterior

6. Jelaskan Kelemahan Klasifikasi Angel !


 Hanya membahas anteroposterior dan tidak membahas transversal dan
sgital
 Hanya mempertimbangkan Molar 1 permanen sebagai acuan
 Tidak dapat digunakan bila Molar 1 permanen hilang / dicabut
 Tidak dapat digunakan pada gigi desidui
 Tidak membedakan skeletal dan dental
 Malposisi gigi individual tidak dipertimbangkan
 Tidak menekankan etiologi maloklusi

7. Jelaskan tentang 6 Kunci oklusi !


 Relasi Molar
Relasi molar yang seharusnya adalah permukaan distal dari distal
marginal ridge Molar pertama rahang atas berkontak dan beroklusi
dengan permukaan mesial marginal ridge Molar 2 rahang bawah. Cusp
mesiobukal dari Molar 1 rahang atas jatuh pada groove antara mesial dan
middle cusp dari molar 1 rahang bawah
 Angulasi Mahkota
Semua mahkota gigi terangulasi ke arah mesial
 Inklinasi Mahkota
- Inklinasi mengarah pada kemiringan mahkota gigi dalam arah
labiolingual / bukolingual
- Gigi Insisivus memiliki inlinasi ke arah labial
- Gigi Caninus dan posterior rahang bawah memiliki inklinasi ke arah
lingual
- Gigi Caninus dan posterior rahang atas memiliki inklinasi ke arah
bukal, mulai dari Caninus dampai Premolar inklinasi akan lebih besar
pada gigi molar rahang atas
 Rotasi
Tidak terdapat rotasi
 Diastema
Tidak terdapat celah / diastema antar gigi
 Bidang Oklusal
Bidang oklusal berbentuk datar / sedikit melengkung
TUGAS PENDAHULUAN 4

1. Jelaskan dan gambarkan apa yang dimaksud dengan:


a. Rotasi
b. Versi
c. Gresi
d. Supraposisi
e. Infraposisi
f. Eksostem
g. Endostem
h. Pervers

Jawab:

a. Rotasi adalah suatu kondisi yang menunjukkan perputaran gigi melalui


sumbu as gigi tersebut. Rotasi gigi terbagi atas dua tipe, yaitu:
 Mesioliogual/palatal atau distolabial
Aspek mesial dari gigi miring ke lingual atau palatal, dengan kata lain
aspek distal dari mahkota terletak lebih ke labial dibandingkan aspek
mesial.

Gambar mesiopalatal atau distolabial

 Mesiolabial atau distoligual/palatal


Aspek distal gigi miring ke lingual atau palatal, dengan kata lain
aspek mesial dari mahkota terletak lebih labial dibandingkan
dengan aspek distal
Gambar mesiolabial atau distolingual/palatal

b. Versi adalah perputaran gigi melalui sumbu horizontal

Gambar gigi I1 kiri RA palatoversi Gambar gigi M1 inguoversi

c. Gresi adalah perpindahan gigi secara menyeluruh baik keluar maupun


kedalam lengkung rahang

Gambar gigi caninus RA eksostem Gambar gigi P2 RA endostem


d. Supraposisi adalah perumbuhan gigi yang melewati bidang oklusal

Gambar gigi Insisivus sentralis yang supraposisi

e. Infraposisi adalah pertumbuhan gigi di bawah bidang oklusal

Gambar gigi P1 RB yang infraposisi

f. Eksosotem adalah posisi dimana gigi berada di luar lengkung rahang

Gambar gigi caninus RA yang eksostem


g. Endostem adalah posisi dimana gigi berada di dalam rahang

Gambar gigi P2 RA yang endostem

h. Pervers adalah letak gigi horizontal terhadap rahang atau disebut dengan
gigi impaksi (hal ini dapat dilihat melalui foto rontgen)

Gambar gigi M3 yang impaksi


TUGAS PENDAHULUAN 5

1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan:

a. Kurva Spee
b. Kurva Wilson
c. Kurva Monson

Jawab:

a. Kurva Spee

Kurva spee merupakan kurvatura anatomi antero-posterior yang


ditetapkan berdasarkan hubungan oklusi gigi geligi, melengkung dari ujung cusp
gigi kaninus rahang bawah kemudian ujung cusp bukal gigi premolar dan gigi
molar terus melalui perbatasan anterior ramus mandibula dan berakhir pada aspek
anterior dari condilus mandibula

b. Kurva Wilson

Kurva wilson adalah kurvatura imajiner medio-lateral yang


menhubungkan ujung cusp bukal gigi posterior dari satu region ke lingual gigi
region lainnya (kiri-kanan)

c. Kurva Monson

Kurva monson adalah perpanjangan dari kurva spee dan kurva wilson ke
seluruh cusp dan edge insisal gigi.

2.Indikasi dan kontra indikasi labial bow dan klamer adam ?

Indikasi dan kontraindikasi Labial Bow.

Indikasi:

 Retraksi gigi anterior


 Gigi anterior dengan overjet besar
 Peninggi retensi dan stabilisasi alat
 Pemantiran pir-pir (auxillary spring)

Kontraindikasi:

 Gigi dengan atrisi parah


 Gigi dengan defek parah
 Gigi posterior yang berimigrasi
3.Jenis-Jenis Labial bow

Busur labial tipe pendek (Short Labial Arch):


 Pundak busur labial tipe ini setelah keluar dari plat lewat di daerah
interdental antara gigi C dan P1 atau c dan m1 decidui, kemudian
membentuk U lup arah vertikal setinggi pertengahan antara vornic –
cervical gigi, dilanjutkan dengan belokan 90° melengkung horisontal
mengikuti permukaan labial gigi-gigi anterior dari satu sisi ke sisi
sebelahnya kemudian dengan cara yang sama membentuk belokan 90°
arah vertikal membentuk U lup dan pundak pada sisi sebelahnya.
 Berguna untuk meretraksi ke dua atau ke empat gigi insisivus yang
inklinasinya terlalu ke labial/protrusif.
 Diameter kawat yang dipakai bervariasi tergantung kegunaannya : 0,7 mm
untuk tujuan aktif (retraksi) dan 0,8 mm - 0,9 mm untuk tujuan retentif
(retainer) untuk mempertahankan hasil perawatan.

Busur labial tipe medium (Medium Labial Arch)


 Bentuknya sama dengan busur labial tipe pendek terdiri dari basis, pundak,
lup U dan lengkung labial tetapi letak pundak di daerah interdental gigi P1
dan P2 atau antara gigi m1 dan m2 desidui.
 Lengkung labial menempel pada permukaan labial gigi anterior dari gigi
kaninus kanan sampai kaninus kiri sehingga dapat dipakai untuk
meretraksi ke enam gigi anterior.
 Diameter kawat yang biasa dipakai adalah 0,7mm/0,8 mm untuk
pemakaian aktif dan 0,9 mm untuk pemakaian retentif (sebagai retainer).

Busur labial tipe panjang ( Long Labial Arch)


 Untuk busur labial tipe panjang ini letak pundak lebih ke distal lagi yaitu
anatara gigi P2 dan M1 dengan demikian lengkung labialnya bisa
menempel pada permukaan labial dari gigi P1 kanan sampai P1 kiri.
 Kegunaannya yaitu pada kasus-kasus tertentu seperti :
a) Meretraksi gigi dari kaninus kanan sampai kaninus kiri
ke arah palatinal
b) Meretraksi gigi dari premolar kanan sampai premolar
kiri ke arah palatinal

Busur Labial Split (Split Labial Bow)

Merupakan modifikasi konvensional dari busur labial tipe pendek dimana


di tengahnya terdapat celah. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas
dari bususr labial tipe pendek yang kaku. Busurnya terbuat dari kawat stainless
steel dengan diameter 0,7 mm dan memiliki dua lengan bukal yang terpisah,
masing-masing diakhiri dengan U lup di distal kaninus.
4.Kapan klamer adam aktif ?

Jika klamer menekan under cut gigi, ketika pengaturan klamer


dibengkokkan retensinya ke arah dalam hal itu berguna ketika penempatan awal
apliance. Pengencangan klamer pada titik kemunculan dari base plate.

5.Bagaimana cara aktivasi klamer ?

a. Finger spring : Finger spring diaktivasi dengan membuka coil atau


menggerakkan lengan aktifnya ke gigi yang digerakkan. Aktivasi optimal untuk
kawat 0,5 adalah 3 mm, sedangkan untuk kawat 0,6 aktivasinya 1,5 mm.

b. Labial bow : Aktivasi labial bow ini diperlukan sekitar 4 mm, tetapi daerah
pengaktivan sangat penting. Labial bow diaktivasi dengan bending pada vertical
limb di bawah coil. Menekan loop pada bow sehingga terjadi retensi ke palatal

c. Bumfer veer terbuka : memperbesar kedua loop. Karena jika hanya satu
membuat gigi rotasi

d. Bumfer veer tertutup : memperbesar loop

e. Cantilever ganda : dengan cara melonggarkan koil mulai dari yang terjauh dari
gigi. Hingga yang terdekat

6.Sebutkan dan jelaskan macam macam letak salah gigi ?

 Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. Intrusi


gigi menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam
pergerakan ini, terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan
pendukung, tanpa adanya daerah arikan.
 Ekstrusi adalah keadaan dimana gigi lebih tinggi dari oklusi
 Transversi adalah keadaan dimana gigi berpindah dari kedudukan normal
 Transposisi adalah keadaan dimana gigi berpindah posisi erupsinya
didaerah gigi lainnya
 Aksiversi adalah keadaan dimana gigi berpindah tapi ujung sumbunya
tetap pada akar
 Rasiversi adalah keadaan dimana gigi berputar terhadap sumbunya. Tetapi
kedua ujung sumbu tidak berubah
7.a.Apa yang dimaksud bite plane

b.Sebutkan dan jelaskan macam-macam bite plane menurutnya fungsinya

c.Indikasi dan kontrak indikasi

d.Gambar desain

e.Sebutkan dan jelaskan aktifasi masing masing

f. Perbedaan mandibular inclined bite plane dan jumping bite plane

a. Alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan peinggi gigitan (Biteplane),


berupa penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah
oklusal gigi-gigi posterior

b. Menurut fungsinya

· Peninggi gigitan datar rahang atas (maxillary flat bite plane)

· Peninggi gigitan dataran miring rahang atas (maxillary inclined bite plane)

· Peninggi gigitan miring rahang bawah (Mandibular inclined bite plane)

· Peninggi gigitan Sved (Sved Bite Plane)

· Peninggi gigitan berongga (Hollow Bite)

c.Indikasi pemakaian

· Overbite berlebihan (deep overbite atau excessive overbite).

· TMJ yang terasa sakit akibat gangguan dimensi vertikal.

· Gigitan terbalik (cross bite) diregio anterior

· Menghilangkan kebiasaan jelek (bad habit) seperti kerot (night grinding


/bruxism).

Kontra indikasi

· Overbite kecil/gigitan dangkal (shalow bite).

· Gigitan tepi lawan tepi (edge to edge bite)


· Gigitan terbuka (open bite)

d. Gambar bite plane

e. Mekanisme kerja dari bite plane

· Memberi kesempatan rahang bawah tumbuh ke anterior

· Memberi kemungkinan perkembangan lengkung mandibula pada regio


interkaninus

· Memberi kesempatan gigi-gigi regio posterior untuk berelongasi

· Intrusi gigi-gigi anterior bawah saat menguyah

· Membebaskan gigi-gigi anterior yang terkunci karena cross bite

f.Peninggi gigitan untuk maksilla dimana bite block miring 45' untuk memajukan
gigi rahang atas yang retrusi sehingga maju kedepan ,

sedangkan jumping bite plane peninggi gigitan yang bite blocknya terletak di
posterior. Sehingga membuat gigi anterior terbuka atau memungkinkan gigi
anterior dimajukan dan berupa bite block rahang atas dan rahang bawah

8. Aktivator
a. Apa itu aktivator?
Aktivator (Fungsional appliance) adalah aplikasi ortodontik yang tidak
mempunyai komponen aktif tetapi memperoleh gaya dari alat orto
mastikasi dan fasial.
b. Jelaskan macam – macam aktivator!
- Monoblock, berfungsi untuk mengoreksi mandibula retrognatik, dibuat
dari satu blok
- Frankel Function Regulator, alat latihan ortopedik untuk membantu
dalam maturasi, latihan dan reprogram sistem neuromuskular orofasial.
- Bionator, bagian bawah sempit dan komponen atas hanya terdiri dari
ekstensi lateral dengan crosspalatal stabilizing bar. Palatum dibebaskan
untuk kontak proprioseptit dengan lidah dan kawat buccinator
menjauhkan otot yang memiliki potensi deformasi.
- Twin – Block, terdiri atas bagian atas dan bawah dengan bite block
sederhana yang terlibat pada occlusal inclened planes.

c. Sebutkan dan jelaskan tahap – tahap pembuatan aktivator!


- Pencetakan rahang untuk membuat dua jenis model rahang atas dan
rahang bawah untuk model studi dan model kerja
- Wax diletakkan pada oklusi model rahang atas, lalu ditekan secara
perlahan. Setelah itu, cocokkan waxdengan mulut pasien, masukkan
wax dalam mulut pasien sesuai oklusi RA, lalu pasien diinstruksikan
untuk menggigit pada posisi sagital normal. Lalu wax dicocokkn lagi
pada model.
- Artikulasi model dengan disesuaikan pada construction bite
- Preparasi kawat misalnya labial bow aktif/pasif dengan diameter 0,8-
0,9 mm.
- Pembuatan bagin akrilik dengan 3 bagian : bagian RA, bagian RB,
dan bagian interoklusal.
- Trimming bagian aktivator, saat insersi ataupun setelah seminggu.

d. sebutkan dan jelaskan cara aktivasi aktivator!


aktivator diaktifkan dengan cara aktivitas reflex myotaktik dan kontraksi
isometrik. Aktivator mendorong mandibula ke depan dan menyebabkan
reaksi otot dan jaringan lunak ditransmisikn ke tulang dan gigi.

e. Sebutkan dan jelaskan indikasi dan kontraindikasi dari aktivator!


- Indikasi : maloklusi Angle kelas II divisi 1 dengan gejala seperti
maloklusi angle kelas II divisi 1, masih dalam masa tumbuh kembang,
pola dan arah pertumbuhan fasial baik, pasien termotivasi dengan
baik.
- Kontraindikasi : Faktor skeletal, kurang pertumbuhan, pola
pertumbuhan tidak baik, tinggi muka bawah berlebihan, faktor
dentoskeletal (ketidakseimbangan sagital, ketidakseimbangan
transversal), faktor dental insisivus RA yang retrusi, insisivus RB
yang protrusi, crowding hebat, spacing parah, rotasi parah, bila
diperlukan ekstrusi/intrusi aktif.

9. Ekspansi
a. Apa itu plat ekspansi?
Plat Ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan
pada kasus gigi berjejal ringan. Kekurangan ruang guna mengatur gigi –
gigi tersebut diperoleh dengan menambah perimeter lengkung gigi
menggunakan plat ekspansi. Pada pasien dewasa, hanya terjadi gerakan
ortodontik, yaitu dengan tipping, merubah inklinasi gigi.
b. Jelaskan macam – macam sekrup ekspansi!
 Ekspansi arah palatal
 Ekspansi secara paralel, simetris, berfungsi melebarkan lengkung
gigi ke arah palatal secara paralel. Jadi disini gerakan yang secara
resiprokal. Selain itu berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi.
Alat ini digunakan untuk meretrusi gigi insisivus yang protrusif.
 Ekspansi secara paralel, Asimetris, Peningkatan anchorage
dilakukan dengan menambah plat akrilik yang menutup permukaan
lingual gigi antagonis pada sisi yang normal.
 Ekspansi secara non paralel, simetris, digunakan untuk ekspansi
lengkung bagian anterior (C – C) dan sedikit di daerah P1,
sedangkan gigi posterior lainnya dipertahankan kedudukannya.
Alat ini dimodifikasi antara sekrup ekspansi dan tie – bar yaitu
terletak pada bagian terdistal plat di garis tengah. Sering juga
dilengkapi dengan box – in safety pin sering untuk proklinasi gigi
retrusi/palatoversi.
 Ekspansi arahb lateral, non paralel, Asimetris, terdiri dari sekrup,
retensi, tie – bar, spur, dan pengaktifan
 Ekspansi arah Antero – Posterior
 Pergerakan ke distal gigi segumen bukal, Sekrup yang digunakan
adalah hard metal dengan guide – pin paralel dengan bidang
oklusal dan arah pergerakan gigi yang akan digeser. Alat ini sering
ditambahn dengan anterior inclined bite plane guna menambah
penjangkaran dan membebaskan tonjol – tonjol gigi yang akan
digerakkan terhadap gigi antagonisnya. Spur dipasang pada I lateral
untuk mencegah pergeseran ke distal. Retensi dengan Adams clasp
yang dipasang pada gigi 14, 16, 24, dan 26.
 Pergerakan ke labial (Aproklinasi gigi anterior), agar plat akrilik
tidak terlalu tebal, sekrup dipasang sedekat mungkin dengan gigi
anterior yang akan digerakkan dan dengan palatum. Sumbu
panjang sekrup terletak di garis tengah dan paralel dengan bidang
oklusal. Retensi Adams clasp pada gigi 14, 16, 24, dan 26, spur
dipasang disebelah distal gigi 12 dan 22 dan sebelah mesial 13 dan
23.

c. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi plat ekspansi!


Indikasi :
 Efektif digunakan pada perawatan gigi bercampur, karena
pertumbuhan tulang masih aktif, sehingga dapat dilakukan pelebaran
lengkung gigi juga terjadi pelebaran tulang basal.
 Ekspansi pada pasien dewasa
 Indeks Howes menunjukkan  Inter tonjol P1 36% - 43%
 Inter Fossa Kanina 37% - 44%
 Terdapat disharmoni rahang, yaitu dalam keadaan oklusi
menunjukkan adanya penyempitan salah satu rahang dibandingkan
dengan lengkung gigi antagonisnya.

Kontraindikasi :

 Single tooth crossbite


 Pasien tidak kooperatif
 Skeletal asimetris maksila dan mandibula dan orang dewasa dengan
antero – posterior skeletal di crepancie yang parah
 Jaringan periodontal yang tidak adekuat
 Pertumbuhan vertikal dengan mandibula yang curam

d. Jelaskan cara aktivasi dari plat ekspansi!


 Ekspansi arah Lateral
 Paralel, Seimetris
Sekrup diaktifkan ¼ putaran 90◦ dua kali seminggu atau dua kali
¼ putaran 180◦ sekali seminggu. Agar plat bisa bergerak ke arah
lateral pada waktu sekrup diaktifkan, plat akrilik
diselerasi/dibelah bagian tengah.
 Paralel Asimetri
Sekrup diputar dua kali ¼ putaran 180◦ sekali seminggu
 Non Paralel, Simetris
Pada waktu diaktifkan, plat akan melebar dan safety – pin spring
akan bergerak ke depan sehingga akan mendorong gigi I yang
retrusi/retioklinasi
 Non Paralel, Asimetri
Sekrup diputar dua kali ¼ putaran
 Ekspansi Antero-Posterior
 Pergerakan ke distal gigi  sekrup diputar ¼ putaran
 Pergerakan ke labian  sekrup diputar ¼ atau ¼ putaran sekali
seminggu
10. Jelaskan prinsip pergerakan gigi!
Pergerakan gigi dapat dijelaskan dalam berbagai cara; akan tetapi variasi
pergerakannya dapat dikategorikan menjadi 4 tipe dasar : tipping,
translasi, pergerakan akar, dan rotasi. Setiap tipe pergerakan merupakan
hasil dari aplikasi waktu dan gaya yang berbeda.
a. Tipping
Tipping merupakan pergerakan gigi dengan pergerakan gigi terbesar
pada mahkota gigi kemudian pada akar. Pusat rotasi dari gerakan
adalah apikal sampai pusat tahanan. Tipping diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu terkontrol dan tidak terkontrol. Tipping terjadi ketika
mahkota gigi bergerak lebih dari akarnya dalam arah tertentu.
Bentuk gerakan ini umum selama perawatan ortodontik sebagai
gerakan yang diciptakan oleh gaya yang diterapkan akan cenderung
menyebabkan tipping. Penting untuk diingat bahwa ketika gigi
bergerak, mahkota dan akar bergerak dalam arah berlawanan.
b. Translasi / Bodily
Translasi dari gigi adalah saat mahkota dan apeks akar berpindah
dengan jarak yang sama dan arah horizontal yang sama. Gerakan
bodily terjadi ketika mahkota dan akar gigi bergerak jarak yang sama
dalam arah yang sama. Jenis perpindahan gigi hanya dapat
diproduksi dengan peralatan tetap di mana pasangan dapat dibuat
antara archwire dan dinding slot braket untuk mengontrol tip yang
mengikuti aplikasi gaya ortodontik pada mahkota gigi.
c. Pergerakan Akar / Torque
pergerakan akar yaitu perubahan inklinasi aksial gigi saat mahkota
tetap dalam keadaan statis. Pusat rotasi pada tepi insisal gigi.
Pergerakan gigi pada perawatan orto sering disebut dengan
"torque". Torque merupakan aplikasi gaya yang cenderung
mengakibatkan rotasi.
d. Rotasi
Ketika gaya mesial atau distal diaplikasikan pada permukaan labial
gigi, gerakan dari gaya itu akan menyebabkan rotasi. Hal ini biasa
ditemui selama perawatan alat cekat. Ini adalah praktik yang baik
untuk mengikat gigi tdengan baik pada archwire untuk mencegah
rotasi yang tidak diinginkan, ketika ada gaya yang diberikan.

11. Berapa besar tekanan untuk menggerakan gigi permanen I, C, P dan M?


(Satuan dalam gram)
Incisivus sentralis RA: 1,40 RB: 1,05
Incisivus lateralis RA: 1,10 RB: 1,25
Caninus RA: 2,05 RB: 1,25
Premolar 1 RA: 1,50 RB:1,30
Premolar 2 RA: 1,40 RB: 1,35
Molar 1 RA: 3,35 RB:3,50
Molar 2 RA: 2,70 RB: 2,80
Molar 3 RA: 1,95 RB: 1,90

12. Jelaskan prinsip kerja bite plane

- Memberi kesempatan pada rahang bawah untuk tumbuh dan berkembang


ke arah anterior.

- Memberi kemungkianan perkembangan lengkung mandibula pada regio


interkaninus

- memberi kesempatan gigi di regi posterir untuk berelongasi,besar


elongasi dapat dicapai dibatasi oleh besar kecilnya fee way space.

- Gigi anterir bawah akan tertekan pada saat mengunyah sehingga terjadi
intrusi.

- Pada peningi gigitan diregio posterior dapat membebaskan gigi anterior


yang berkunci karna crossbite untuk dikoreksi dengan pir pembantu.

13. Jelaskan prinsip kerja ekspansi


- Usia Muda , pertumbuhan aktifsehinnga terjadi pelebaran lengkung
rahang (basal arch)

- Usia dewasa , melebarkan lengkung gigi saja (coronal arch)

- Kekuatan yang dihasilkan sekrup intermitten (berselang-seling)

-Perputaran sekru/aktivasi harus dibatasi untuk mencegah kerusakan


jaringan periodontal dan gigi tidak terjepit dengan hilang alveolar.

14. Bagaimana prinsip kerja aktivator dan nama lainnya

 Nama lain : - myofunctional appliance


- Andresson Appliance
- Nowegian Appliance
- Monoblock
 Prinsip : aktivator ini merupakan kekuatan fungsioanl yang
berasal dari otot-otor sekitar mulut. Impuls otot-otot tersebut melalui
aktivator diteruskan ke gigi dan jarinagn pendukung gigi sehingga dapat
menimbulkan pelbaran yang signifikan untuk mndapatkan ruangan.Untuk
gigi anterior RA supaya dapat digerakkan kepalatal dan juga menggerakan
mandibula ke posos gigitan kerja,sehingga overet dan overbie terkoreksi.

15. Jelaskan perbedaan masa pubertas lai-laki dan perepuan dalam pertumbuhan
dan perkembangan gigi geligi.

Pubertas adalah perubahan dan perkembangan baik fisik mauun patologis


dari tubuh masa anak-anak ke masa remaja. Masa pubertas ini berbeda antar satu
anak dengan yang lain. Biasanya masa pubertas ini . Biasannya masa puber ini
berbeda antara 8-13 tahun pada erempuan dan 10-15 tahun pada laki-
laki.Umumnya internal yang diangap normal adala 8-9 tahun sampai usia 15-16
tahun . Hormon FSH,CH dan Hormon pertumbuhan yaitu estrogen dan
progesteron menyebaban perangsangan terhadap semua organ reproduksi dan juga
menstimulasi awal terjadinya proses haid.

16. Bagaimnana implinasi klinis kurva Spee, Monson dan Wilson?

 Kurva spee merupakan kurva yang berfungsi untuk melihat hubungan


oklusal gigi yang ideal. Nalai normalnya adalah 0- 1,5 mm. jika kurva ini
berada dibawah nilai normal maka dapat disimpulkan bahwa gigi posterior
mengalami intrusi. Jika kurva berada diatas nilai normal maka gigi
posterior sebagai acuan dari penarikan garis mengalami ekstrusi.
Sedangkan pada gigi yang mengalami diatema atau terdapat space
disebabkan karena umumnya kurva mengalami reverve.
 Kurva Wilson, jika garis yang ditarik tidak sesuai dengan keadaan normal
maka hal ini akan berakibat pada daya tahan terhadap mastikasi dan juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang. Semakin panjang garis yang ditarik
maka mediolateral rahang juga akan semakin besar.
 Kurva monson adalah perpanjangan dari kedua kurva yaitu kurva speed an
kurva monsoon.

17. Tuliskan inklinasi dan angulasi tiap gigi dan apa perbadaan inklinasi dan
angulasi?

GIGI RAHANG ATAS RAHANG


BAWAH
ANGULASI Insisivus 1 5±0,5 1±0,5
Insisivus 2 7±0,5 1±0,3
Caninus 7±0,6 3±0,6
Premolar 1 1±0,5 2±0,5
Premolar 2 1±0,5 2±0,5
Molar 1 5,44±0,5 2±0,5
Molar 2 5±0,5 2±0,5
INKLINASI Insisivus 1 16,68±0,6 -6,65±0,6
Insisivus 2 8,2±0,73 -6,48±0,5
Caninus -7,62±0,6 -6,79±0,5
Premolar 1 -7,47±0,5 -12,51±0,6
Premolar 2 -7,22±0,8 -16,77±0,7
Molar 1 -14,78±0,7 -20,59±0,5
Molar 2 -14,67±0,7 -10,5±0,5
 ANGULASI adalah jarak mesial-distal gigi axial pada aspek insisal atau
oklusal gigi berada lebih mesial dari axial pada servikal gigi
 INKLINASI adalah jarak labio-lingual atau bucco-lingual gigi dimana
insisal merupakan labial gigi anterior lebih lebih labial daripada gingiva
pada aspek gingiva.

18. Jelaskan:

a. Malposisi pada satu gigi

b. Variasi vertical sekelompok gigi


c. Variasi transversal pada sekelompok gigi

a) Malposisi pada satu gigi:


 Mesioversi : Lebih ke mesial dari posisi normal
 Distoversi : Lebih ke distal dari posisi normal
 Linguoversi : Lebih ke lingual dari posisi normal
 Bucoversi : Lebih ke bukal dari posisi normal
 Labioversi : Lebih ke labial dari posisi normal
 Infraposisi : Lebih rendah dari garis oklusi
 Supraposisi : Lebih tinggi dari garis oklusi
 Axiversi : Inklinasi axial yang salah
 Torsiversi : Rotasi panjang pada sumbu panjang
 Transverse : Perubahan urutan posisi gigi

b) Variasi vertical sekelompok gigi


 Deep bite : tumpang gigit berlebihan arah vertical dari gigi-
gigi anterior.
 Open bite : tidak beraraturannya gigi maxilla dan mandibula
tertutup
c) Variasi transversal pada sekelompok gigi
 Rotasi sentrik : gigi berputar melalui sumbu vertical dengan titik
tengah gigi misalnya: rotasi labial sentrik
 Rotasi eksentrik : gigi berputar melalui sumbu vertical dengan titik
sentral aproksimal gigi misalnya: rotasi mesiolabial eksentrik

19. Jelaskan penjangkaran intra oral dan ekstra oral dan jelaskan tujuannya

1. Intra Oral Archorage

a. Intra maxillary Arch

penjangkaran pada gigi dalam satu bidang rahang menggerakkan


gigi dalam rahang yang sesuai

- Simple anchorage
Gigi (kekuatan pendukung besar) sebagai penjangkar,
menggerakkan gigi lain (kekuatan pendukung kecil)
Ex : molar menggeser insicivus

- Compound anchorage
Beberpa gigi sebagai penjangkar menggerakkan gigi lain

- Stahonery anchorage
Bila gigi penjangkar tidak dapat mengoreksi tekanan
berlawanan gigi yang digerakkan gigi penjangkar ( bodily )

- Rechiprocal Anchorage
Kekuatan gigi penjangkar sama gigi yang digerakakan

b. Intermaxillary Arch

sejumlah gigi dalam rahang serta menggerakkan gigi dari rahang


lain

2. Ekstra Oral Archorage

Servikal osipital, kranal, fasial

a. Headgear
Ex : nexk strap ( kekuatan ringan )
Hend cup ( kekuatan besar )
b. Fase bow
c. JHooy

20. Jelaskan etiologi crossbite skeletal dan dental

1. Crossbite Dental

 Anomali jumlah gigi : supernumerary teeth


 Anomali ukuran gigi
 Anomali bentuk gigi
 Premature loss dari gigi decidui atau gigi permanen
 Gigi decidui yang persistensi
 Urutan erupsi gigi
 Abnormalitas anatomi gigi
2. Crossbite skeletal

 Herediter (genetic/keturunan)
 Kongenital (palatal cleft)
 Malfungsi TMJ
 Ukuran maxilla yang kecil dari mandibula dapat disebabkan
faktor genetik dan lingkungan
 Mouth breathing ( bernapas melalui mulut ) karena adanya
obstruksi saluran pernapasan

21. Jelaskan macam – macam diastema dan etiologinya

1. diastema yang bukan disebabkan oleh perawatan ortodontik

- Distema pada periode gigi sulung. Hal ini normal terjadi di


sebelah distal gigi I2 RA dengan C RB.
- Diastema pada periode gigi bercampur, yaitu antara usia 7-12
tahun dan hilang setelah erupsi gigi C
- Diastema karena pengaruh factor genetika, umumnya terjadi
pada gigi I1 dan I2 RA
- Distema sentral dapat terjadi pada etnis tertentu
- Diastema karena frenulum labialis, rotasi gigi, mesiodens (
gigi berbelah ), kondisi patologis tertentu dan kebiasaan buruk

2. Distema yang disebabkan oleh perawatan ortodontik

- Distema antara gigi C dan P2 dapat terjadi pada perawatan


ortodontik dengan pencabutan gigi P1
- Distema antara gigi I2 dan C dapat terjadi karena
ketidaksesuaian besar gigi yang dicabut pada saatu rahang atau
antarrahang
6

1. Jelaskan alat dan bahan finishing dan polishing


a. Alat
- Motor polish
Untuk menggerakkan alat-alat finishing dan polishing
- Dysposible syringe injeksi
Sebgai alat untuk meneteskan bahan liquid pada model
- Frezer
Untuk membuang basis akrilik yang terlalu panjang dan
kelenihan-kelebihan akrilik pada tepi basis
- Stone merah besar
Untuk membersihkan atau membuang tonjolan plat akrilik
didaerah basis
- Stone merah kecil
Untuk membersihkan atau membuang tonjolan plat karilik
didaerah interdental gigi yang tidak dapat di jangkau stone
merah besar
- Penjepit amplas dan amplas
Untuk menghaluskan permukaan akrilik atau base plate
- Filtcone
Untuk mengkilapkan permukaan akrilik (dengan pumice)
- Brush
Untuk menghaluskan permukaan akrilik atau base plate setelah
pengggunaan filtcone
- Botol plastik kecil / botol cuka
Sebagai wadah atau tempat bahan powder agar mudah di
tuangkan ke model

b. Bahan
- Pumice
Untuk mengkilapkan permukaan akrilik (bahan abrasi)
- Air
Di campur bersama pumice

2. Jelaskan rrposedur finishing dan polishing


- Bagian-bagian yang tajam dan kasar dibuang dengan freezer
atau stone merah besar
- Buang sayap-sayap yang berkepanjangan dengan freezer ataau
stone merah kecil
- Bagian base plate yang melekat dengan mukosa dihaluskan
dengan amplas
- Polish dengan motor polish ditambah dengan bahan abrasi (
pumice+air ). Gunakan filtcone tapi jangan di tekan.

3. Jelaskan tahap-tahap insersi

1. Pasien duduk dengan tegak


2. Insersikan alat ke mulut pasien, perhatikan posisi klamer aktif dan pasif
3. Perlihatkan pada pasien melalui kaca dan berikan penjelasan
4. Minta pasien untuk berkunjung secara bertahap
5. Minta pasien untuk pasang dn lepas alat ortodontik sendiri agar pasien
mengetahui cara pemakaiannya
6. Pastikan pasien memasang alat dengan benar

4. Sebutkan syarat-syarat plat yang siap di insersikan

1. Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak memenuhi mulut namun
tetap kuat.
2. Ketebalan plat rata-rata 2mm
3. Jangan terlalu banyak memasang pir agar nyaman digunakan pasien.
4. Stabilitas alat baik saat dipakai mengunyah, menelan, dan berbicara.
5. Plat dasar harus beradaptasi dengan mukosa mulut, tidak melukai jaringan
lunak
6. Plat dasar tidak boleh mengganggu pergerakan lidah

5. Jelaskan pengertian, Indikasi dan kontra indikasi plat ekspansi

Plat ekspansi adalah alat ortodontik lepasan yang berguna untuk melebarkan
lengkung basal dan atau lengkung gigi untuk mengatasi kasus crowded ringan
maupun kekurangan ruangan.

Indikasi:

 Efektif pada periode gigi bercampur


 Terdapat penyempitan disalah satu rahang
 Ekspansi pada pasien dewasa:
o Indikasi Howes: Inter P1 36%-43%
o Interfossa kanina: 37%-44%
KontraIndikasi:

 Single tooth crossbite


 Pasien kurang kooperatif
 Kelainan skeletal yang parah
 Jaringan periodontal yang tidak adekuat
 Pertumbuhan vertikal mandibula yang curam

6. Jelaskan prosedur orthoplast

1. Metode flasking:
Menggunakan bahan Heat Curing Acrylic (HCA) yaitu bahan akrilik
yang proses polimerisasinya memerlukan pemanasan sehingga pada
waktu prossessing diperlukan penggodogan. Model malam di inbed
didalam kuvet, dicor dengan air mendidih, adonan akrilik dimasukkan
dipress kemudian di godok.

2. Metode Quick Curing:

Menggunakan bahan Cold Curing Acrylic (CCA) atau juga disebut Self
Curing Acrylic (SCA) bahan akrilik ini diproses polimerisasinya tidak
memerlukan pemanasannya. Panas untuk polimerisasinya timbul
akibat reaksi eksotermis dari bahan tersebut waktu dicampur.

Pembuatan plat dapat dilakukan dengan:

 Powder/ polimer ditaburkan tipis diatas model kemudian


diteteskan liquid/monomer, dilakukan berulang ulang lapis
demi lapis sampai mencapai ketebalan yang di inginkan.
 Powder dan liquid dicampur didalam pot setelah mencapai
konsistensi yang diinginkan kemudian adonan ditempatkan
dan dibentuk diatas model.
 Dengan memakai kuas yang dibasahi dengan liquid
kemudian dioleskan pada powder lalu dioleskan pada
model, dilakukan berulang-ulang lapis demi lapis sampai
mencapai ketebalan yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai