Makalah Irigasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan
dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 5 juni 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………....
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………….
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….........
A. Deskripsi lokasi penelitian……………………………………………………..............
B. Pengoptimalkan waduk Gajah Mungkur sebagai daya tarik wisata …………………..
C. Peran Waduk Gajah Mungkur terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian……………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..


A. Kesimpulan……………………………………………………………………..............

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris di mana sektor pertanian memegang peranan


penting dalam tatanan pembangunan nasional. Sebagian besar penduduk di Indonesia
memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010
(sp2010.bps.go.id diakses tanggal 15 Oktober 2012), penduduk Indonesia dengan umur
lebih dari 15 tahun keatas yang bekerja di sektor pertanian adalah sebesar 38.054.759 jiwa
dari total penduduk sebesar 104.928.049 jiwa, atau sekitar 38%. Hal ini membuktikan
bahwa mata pencaharian penduduk Indonesia masih sangat tergantung di sektor pertanian.
Namun demikian, pekerjaan sebagai petani sering dipandang sebelah mata karena
penghasilan dari hasil pertanian lebih kecil dari pekerjaan disektor lain. Menurut Rusman
Heriawan (http://www.republika.co.id diakses tanggal 15 Oktober 2012), terdapat dua hal
yang menjadi permasalahan pertanian di Pulau Jawa, yakni ukuran lahan pertanian Pulau
Jawa yang kecil (sempit) dan banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Jika dibandingkan antara luas lahan pertanian di Pulau Jawa dan jumlah petani di Pulau
Jawa, maka setiap petani rata-rata hanya memiliki luas lahan pertanian sebesar 0,3 – 0,4
hektar. Perbandingan antara jumlah petani dan luas lahan pertanian di Pulau Jawa yang
tidak sesuai menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian juga menjadi masalah tersendiri di Indonesia. Kondisi sosial
ekonomi petani yang kurang baik memicu petani menjual lahan pertaniannya karena
mereka merasa tidak mendapat keuntungan ekonomis dari lahan tersebut. Pelepasan
kepemilikan lahan oleh petani cenderung diikuti dengan adanya alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian. Kondisi para petani di Pulau jawa yang hanya memiliki lahan
dengan ukuran sempit memiliki pemikiran untuk melakukan perluasan atau pembukaan
lahan pertanian baru dengan memanfaatkan lahan tertentu. Dalam hal ini, petani sering
memanfaatkan lahan di dataran banjir di pinggir sungai maupun lahan pasang surut rawa,
danau, atau waduk.

Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu waduk yang
memiliki lahan pasang surut digunakan petani lokal (setempat) untuk kegiatan bercocok
tanam. Lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur meliputi 7 (tujuh) kecamatan yang ada
di Kabupaten Wonogiri, yaitu: Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno,
Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro. Menurut Su Ritohardoyo dalam Daryanto (2007:8),
luas lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri adalah antara 1.300
hingga 6.400 hektar dengan variasi waktu terbuka antara 1 hingga 7 bulan. Di Waduk
Gajah Mungkur akan muncul daratan yang luas di musim kemarau, biasa disebut lahan
pasang surut waduk. Lahan semacam ini akan menjadi lahan kosong selama musim
kemarau seiring surutnya air di dalam waduk dan akibatnya lahan tersebut dimanfaatkan
petani setempat untuk bercocok tanam. Petani diperkenankan untuk bercocok tanam di
lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur, namun tidak diperbolehkan untuk bercocok
tanam dizona sabuk hijau, karena dapat mempercepat laju erosi dan akan mengganggu daya
tahan waduk. Untuk mengurangi permasalahan banyaknya petani yang memanfaatkan
lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur, maka pihak Perum Jasa Tirta mengenakan
pungutan sebesar Rp 50.000,00 untuk lahan pasang surut waduk seluas 1.000 m2 setiap
satu tahun. Pungutan tersebut tidak dimaksudkan untuk mengkomersialkan lahan pasang
surut waduk, tetapi dikembalikan untuk perawatan waduk (Perum Jasa Tirta I dalam
radiogglink.com / petani - Waduk - Gajah - Mungkur - keluhkan - pungutan - uang / diakses
tanggal 16 Juli 2012).

Kecamatan Wuryantoro merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Wonogiri


yang memiliki wilayah lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur. Menurut Perum Jasa
Tirta I, luas lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Kecamatan Wuryantoro yang
diusahakan oleh petani mencapai 249,75 ha, lahan tersebut diusahakan oleh 1.837 petani.
Lahan pasang surut tersebut terbagi dalam enam desa, yaitu Desa Gumiwang Lor,
Wuryantoro, Mlopoharjo, Genukharjo, Sumberejo, dan Mojopuro. Petani memanfaatkan
lahan pasang surut waduk ini untuk menambah lahan garapan mereka, meskipun ada yang
memiliki lahan untuk sawah di luar waduk.Kepemilikan lahan untuk sawah di Kecamatan
Wuryantoro Kabupaten Wonogiri rata-rata 0,38 ha untuk setiap petani. Lahan pasang surut
waduk adalah lahan yang terbentuk dari hasil sedimentasi waduk dan selama musim
penghujan akan selalu terendam air. Hal ini tentunya akan mengakibatkan adanya
perbedaan mengenai kualitas dan karakteristik lahan pasang surut dengan lahan irigasi
atau lahan kering yang sudah biasa dikenal oleh petani. Tanaman padi merupakan tanaman
yang dominan diusahakan di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Kecamatan
Wuryantoro, namun demikian ada juga tanaman lain yang diusahakan oleh petani setempat
meskipun hanya sebagian kecil, misalnya jagung, kacang tanah, dan ketela pohon. Tingkat
kesesuaian lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Kecamatan Wuryantoro untuk
tanaman padi belum diketahui sehingga produktivitasnya pun belum dapat diketahui.
Kualitas atau karakteristik lahan yang membatasi pertumbuhan atau produktivitas tanaman
padi yang diusahakan di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Kecamatan
Wuryantoro juga belum diketahui, sehingga petani belum mengetahui upaya perbaikan
lahan yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan judul “Produktivitas dan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Padi Lahan Pasang Surut di Waduk Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten
Wonogiri”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa besar produktivitas lahan untuk tanaman padi lahan pasang surut di Waduk
Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur
Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk tanaman padi ?
3. Faktor apa saja yang menjadi pembatas kesesuaian lahan pasang surut di Waduk
Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk tanaman padi?
4. Upaya perbaikan apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi factor pembatas
kesesuaian lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro
Kabupaten Wonogiri untuk tanaman padi?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui.

1. Produktivitas lahan untuk tanaman padi lahan pasang surut di Waduk Gajah
Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri.
2. Tingkat kesesuaian lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur Kecamatan
Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk tanaman padi.
3. Faktor pembatas kesesuaian lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur
Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk tanaman padi.
4. Upaya perbaikan untuk mengatasi faktor pembatas kesesuaian lahan pasang surut
di Waduk Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri untuk
tanaman padi.

D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menjadi pertimbangan dalam merencanakan dan mengembangkan Waduk


Gajah Mungkur dimasa dating oleh pemerintahan, PDAM, dan masyarakat sekitar
waduk gajah mungkur
2. Dapat memberikan gambaran kepada pengelola waduk gajah mungkur kondisi
ketersediaan air yang sudah ada secara actual
3. Dapat memberikan masukan kepada pengambil keputusan tentang peningkatan
pengelolaan operasi waduk gajah mungkur.
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 6 km di selatan Kota
kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan
membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Dinamakan
Gajah Mungkur, karena lokasinya yang tak jauh dari Pegunungan Gajah Mungkur
disebelah barat waduk. Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) waduk ini mencapai 1.350 Km
dengan pintu masuk melalui beberapa sungai besar yaitu Bengawan Solo, Sungai Kaduang,
Sungai Tirtomoyo, Sungai Parangjoho, Sungai Temon, dan Sungai Posong. Luas genangan
maksimum Waduk Gajah Mungkur adalah 8.800 Hektar mencangkup 7 kecamatan yaitu
Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko,
Kecamatan Wuryantoro. Sedangkan bangunan bendungan berada di Desa Pokohkidul,
Kecamatan Wonogiri.

Pembangunan Waduk Gajah Mungkur direncanakan sejak tahun 1964 dengan


fungsi utama sebagai pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo. Kemudian rencana
induk pembangunanya dirumuskan pada tahun 1972-1974 dengan bantuan Overseas
Technical Cooperation of Jepang. Lalu mulai dibangun pada akhir tahun 1976-1981 dan
mulai beroperasi pada tahun 1982. Pengerjaan pembangunan Waduk Gajah Mungkur
dilakukan secara swakelola oleh 2.500 pekerja bersama dengan 35 konsultan Nippon Koei
Co Ltd Jepang. Untuk membangun waduk ini harus menenggelamkan 51 desa di 6
kecamatan. Sehingga pemerintah memindahkan 67.515 Jiwa penduduk yang tergusur
perairan waduk dengan transmigrasi bedol desa di Tahun 1976 ke Provinsi Sumatera Barat,
Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Waduk ini direncanakan bisa berumur sampai 100
tahun. Namun, sedimentasi yang terjadi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak
akan lama. Perum Jasa Tirta Bengawan Solo kewalahan untuk melakukan perawatan
terhadap Waduk Gajah Mungkur yang menjadi tugasnya. Kerusakan daerah aliran sungai
(DAS) yang parah menyebabkan sedimentasi waduk sangat tinggi.

B. Pengoptimalkan waduk gajah mungkur sebagai daya Tarik wisata

1. Progam pengembangan pemasaran pariwisata.

Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Pariwisata Wonogiri dapat diketahui bahwa


upaya-upaya untuk mengembangkan kegiatan promosi dan pemasaran pariwisata yang
telah dilakukan DISBUDPARPORA adalah pembuatan Brosur, selebaran, kalender
yang bergambar obyekobyek wisata serta baner yang di pasang di pinggir jalan saat
memasuki wilayah Wonogiri, pembuatan peta wisata, penerbitan buku-buku panduan
wisata Kabupaten Wonogiri, pemilihan Duta Wisata Wonogiri, mengadakan promosi
wisata ke daerah lain dengan mengirim duta wisata ke daerah lain. (Arsip Dinas
Pariwisata Wonogiri Tahun 2013)
2. Progam pengembangan Dastinasi Pariwisata

Di dalam progam pengembangan dastinasi pariwisata, ada beberapa kegiatan yang


akan dilakukan yaitu pertama, mengembangan obyek dan daya tarik wisata yang
meliputi mengadakan acara atau event yang setiap tahun rutin digelar di obyek wisata
waduk gajah mungkur. Dengan adanya event-event ini, akan memberikan hiburan
berupa panggung hiburan, tari-tarian khas wonogiri, ludruk, reog serta ada acara
sedekah bumi dan upacara jamasan pusaka milik mangkunegara, sehingga dengan itu
akan menambah jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata karena ingin
melihat hiburan tersebut. kedua, memelihara fasilitas yang ada. Kondisi fasilitas yang
ada di obyek wisata waduk gajah mugkur cukup memprihatinkan. Banyak fasilitas
yang rusak dan tidak layak digunakan oleh pengunjung, sehingga pihak pengelola
berencanaka akan meremajakan fasilitas yang rusak untuk memberikan pelayanan dan
memberikan kenyamanan pengunjung saat berada di obyek wisata. Ketiga,
pembangunan fasilitas baru. Untuk meningkatkan daya tarik obyek wisata waduk gajah
mungkur, akan dibangun beberapa fasilitas baru diantaranya pembangunan lahan parkir
baru, pembangunan gazebo, conttage, gedung pertemuan, kolam renag, restoran dan
permainan anak.

Selain itu pengelola juga akan membangun kios pedagang untuk menertibkan para
pedagang yang ada di dalam obyek wisata. Pengelola juga akan mengurus surat ijin
lembaga konservasi untuk mngembalikan lagi beberapa satwa yang di sita seperti gajah
yang menjadi icon wisata ini. Dengan disitanya beberapa satwa, terjadi penurunan
pengunjung sehingga untuk mengembalikan lagi animo masyarakat untuk berkunjung
pihak pengelola akan mengemnbalikan lagi satwa-satwa tersebut ke kebun binatang
yang dimiliki obyek wisata waduk gajah mungkur Di dalam melaksanakan progam
tersebut, pihak DISBUDPARPORA bekerjasama dengan UPT untuk mewujudkan
progam-progam tersebut. pihak pengelola juga mengikutsertakan masyarakat sekitar
obyek wisata untuk membantu mewujudkannya seperti menghimbau masyarakat untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat wisata dan mendukung seluruh progam
yang telah direncanakan. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan
progam ini, yaitu ada beberapa pedagang yang tidak mau direlokasi temberjualannya
dan kendala lain yaitu belum optimalnya investor swasta. Peran serta asing yang
diberikan selama ini dalam rangka pengembangan Wisata Waduk Gajah Mungkur
masih kurang.

Dengan adanya obyek wisata ini beberapa remaja yang dahulunya tidak
mempunyai pekerjaan bisa bekerja menjadi calo perahu dan menjadi tukang parkir
yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mampu mengurangi tingkat
pengangguran. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung mempengaruhi pula
pada pendapatan yang diperoleh masyarakat Desa Sendang yang mempunyai usaha di
Obyek Wisata itu. Obyek wisata waduk gajah mungkur mampu meberikan lapangan
pekerjaan baru atau sampingan bagi masyarakat Desa Sendang yang pada akhirnya juga
menambah pendapatan masyarakat sehingga mayarakat mampu memenuhi kebutuhan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. keberadaan obyek wisata waduk
gajah mungkur ini mampu memberikan peningkatan kesejahteraan ekonomi bagi
masyarakat desa sendang, karena adanya obyek wisata tersebut masyarakat mampu
membuka lapangan pekerjaan baru ataupun pekerjaan sampingan sehingga pendapatan
masyarakat juga meningkat. Pendapatan yang diperoleh digunakan masyarakat untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, dan papan,
mampu membeli barang-barang sekunder maupun barang tersier dan menyekolahkan
anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Masyarakat juga mempunyai peluang
yang besar untuk mebuka usaha ataupun mengembangkan usaha agar lebih maju lagi.

C. Peran Waduk Gajah Mungkur terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian.

1. Mengatasi kekeringan Musim kemarau yang kini melanda beberapa daerah di


tanah air, mengakibatkan sulitnya pengadaan air. Untuk itu, pertama harus
diantisipasi dengan mengendalikan sumber atau kapasitas supply. Seperti
kemarau panjang yang melanda tahun 2011 mengakibatkan kerugian besar dalam
sektor pertanian. Khususnya bagi petani padi yang membutuhkan kapasitas air
yang cukup. Peran waduk sangat vital untuk pertanian, terutama pada saat musim
tanam ke dua dan seterusnya. Tersedianya air untuk irigasi merupakan faktor
penentu dalam produksi beras sehingga kebutuhan pangan yang diharapkan
dapat terpenuhi. Saat ini lebih dari 20 persen irigasi rusak sehingga bisa
mengganggu peningkatan produksi pangan.
2. Meningkatkan produksi padi Perubahan rencana pola tanam 5 (lima) kali padi
dalam 2 (dua) tahun menjadi padi-padi-palawija pertahun, maka terdapat
kelebihan cadangan air di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.
3. Merubah pola tanam Tanaman padi pada umumnya membutuhkan air untuk
proses pertumbuhannya dari sejak persemaian sampai proses pembentukan pati
butir padi, tetapi kebutuhan air tersebut mempunyai fase-fase tertentu yang
dibutuhkan oleh tanaman padi. Kebutuhan air antara jenis padi berbeda, padi
sawah lebih banyak membutuhkan air dari pada padi gogo atau padi lahan kering
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Lahan pasang surut di waduk gajah mungkur kecamatan wuryantoro kabupaten


wonogiri rata-rata mampu menghasilkan 520,61 kg gabah kering per 1000m2 dalam
satu kali masa tanam. Responden rata-rata memiliki pendapatan bersih sebesar Rp.
1.210.042,65 per 1000 m2 dalam satu kali tanam
2. Berdasarkan pengukuran langsung di lapangan, uji laboratorium, dan data sekunder
lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur Kecamatan Wuryantoro Kabupaten
Wonogiri memiliki variasi kelas kesesuaian lahan. Pada Sampel A atau daerah
penelitian yang tidak sering terendam oleh air waduk, memiliki kelas kesesuaian S1
atau sangat sesuai (highly suitable) untuk tanaman padi. Pada Sampel B atau daerah
penelitian yang sering terendam oleh air waduk, memiliki kelas kesesuaian S2 atau
cukup sesuai N (moderately suitable) untuk tanaman padi
3. Faktor pembatas kesesuaian lahan hanya terdapat pada Sampel B, yaitu drainase,
sedangkan pada Sampel A tidak memiliki faktor pembatas kesesuaian lahan lahan.
Semua karakteristik lahan pada Sampel A sangat mendukung untuk tumbuhnya
tanaman padi

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Gajah_Mungkur
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72184
MAKALAH
WADUK GAJAH MUNGKUR

DISUSUN OLEH :
KHOIRUL HUDA M
MUHAMMAD ADRIAN
RENO MAULANA
FANISYA ANDRIAN

TAHUN AJARAN 2018 / 2019

Anda mungkin juga menyukai