Anda di halaman 1dari 27

HUKUM PAJAK

BAB VIII & IX

Kelompok 1:
Christy P. Lumenta (17061104053)
Deisy V. Lahimade (17061104068)
La Viola A.S Mongdong (17061104103)
Sabrina S. Winowoda (17061104092)
Winnie Fratiwy Malonta (17061104096)

Pertanyaan dan Jawaban Diskusi

 Pertanyaan:

1. Floren Napitupulu (kelompok 12)


Berapa lama jangka waktu untuk pembukuan?

2. Rendy Pinangkaan (kelompok 10)


Asas-asas apa yang bisa ditaati oleh wajib pajak?

3. Benedictus Hendra (kelompok 11)


Sanksi apa yang berkaitan dengan pembukuan dan ditetapkan di mana?

4. Elvin Maharaja (kelompok 8)


Sebutkan syarat-syarat dari pembukuan?
 Jawaban:

1. Untuk diketahui bahwa pembukuan dan pencatatan sangatlah berkaitan.


Untuk itu jangka waktu dalam pembukuan dan pencatatan adalah 10
tahun. Dengan pembagian 5 tahun pertama untuk pembukuan dan 5 tahun
terakhir untuk pencatatan.

2. Seperti yang diketahui bahwa asas adalah prinsip dasar yang menjadi
acuan berpikir seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan yang
penting dalam hidupnya. Jadi, yang dimaksud adalah prinsip taat asas, di
mana dalam melakukan metode pembukuan, menggunakan prinsip yang
sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

3. a. Sanksi atas pembukuan tidak dilakukan dengan benar, yaitu sanksi


kenaikan sebesar 50% dari jumlah PPh yang kurang atau tidak dibayar.
Sesuai pasal 13 ayat 1 UU KUP.

b. Sanksi atas tidak menyimpan buku, yaitu dipidana dengan pidana


penjara paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali, paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar. Sesuai pasal 39 ayat 1 huruf h UU KUP.

c. Sanksi atas sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan atau


pencatatan yaitu dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 3 kali paling banyak 4 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Sesuai pasal 39
ayat 1 huruf h UU KUP.

d. Sanksi atas sengaja memperlihatkan buku palsu, yaitu dipidana dengan


pidana penjara paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda
paling sedikit 2 kali paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. Sesuai pasal 39 ayat 1 huruf h UU KUP.
4. Syarat-syarat dari pembukuan antara lain:
a. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan itikad baik
b. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan-catatan mengenai
harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan, dan biaya serta
penjualan atau pembelian sehingga dapat diketahui besarnya pajak
terutang.
c. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia
d. Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan diselenggarakan
sesuai dengan kelaziman pembukuan.
TANYA-JAWAB

KELOMPOK 2

1. Christian E. Akay (Kelompok 12)

Pertanyaan : Jika barang mewah seperti Lamborghini akan diubah bentuk dan fungsi dari mobil
tersebut, apakah Pajak Penjualan Barang Mewah berubah atau tidak? Jika berubah mengapa? Jika tidak
mengapa?

Jawaban : Pajak Penjualan Barang Mewah hanya berlaku sekali saja, yaitu pada saat pertama kali
membeli barang tersebut. Sama halnya dengan membeli mobil mewah Lamborghini, dikenakannya
pajak penjualan barang mewah hanya pada saat pertama kali membeli mobil Lamborghini tersebut. Dan
ketika mobil tersebut akan diubah bentuknya, maka nantinya dikenakan pajak lain.

2. Desy N. Liando (Kelompok 4)

Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan Nilai Lain, dan apa saja yang termasuk didalamnya.

Jawaban : Nilai Lain adalah Nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Dan yang
termasuk dalam Nilai Lain tsb adalah:

a. Untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi Laba Kotor.
b. Untuk Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi Laba Kotor.
c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata.
d. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
e. Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.
f. Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga
pasar wajar.
g. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang adalah harga pokok penjuaan atau harga
perolehan.
h. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui Pedagang perantara adalah harga yang disepakati
antara pedagang perantara dengan pembeli.
i. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang.
j. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang
seharusnya ditagih.
k. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan
atau jumlah yang seharusnya ditagih.

3. Izzah R. Istiqamah (Kelompok 12)

Pertanyaan : Jelaskan Menghitung PPN harus dibayar Pengusaha dengan Mekanisme PKPM.

Jawaban : Apabila dalam suatu Masa, besarnya Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan,
maka sesuai Pasal 9 ayat (3) UU PPN selisihnya Merupakan PPN yang harus dibayar.

Pajak Masukan sesuai Pasal 1 angka 24UU PPN adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau Penerimaan Jasa Kena
Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.

Pajak Keluaran sesuai Pasal 1 angka 25 UU PPN adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa
Kena Pajak, atau Ekspor Barang Kena Pajak.
KELOMPOK 3:

 JAINES PASANG 17061104079


 SHELLA SUMUAL 17061104056
 JULIANA SINAGA 17061104081
 MARIA VANESSA VERREN 17061104086

Pertanyaan dan jawaban dari setiap kelompok

 Deisy Lahimade (kelompok 1)


1. Sarana administrasi lain yang setara dengan SSP
 Abdul aziz (kelompok 9)
2. Berapakah tarif permohonan pajak
 Chritian Akay (kelompok 12)
3. Maksud ketidakbenaran SPT
 Muhammad reza (kelompok
4. Sanksi yang diberikan kalau lewat di 15 hari

JAWAB

1. SSCP (surat setoran pabean,cukai, dan pajak dalam rangka impor)

SSCP (surat setoran cukai atas barang kena cukai dan ppn hasil tembakau
buatan dalam negri)

STP (surat tagihan pajak)

SKP (surat ketetapan pajak)

2. Tarif PPh 21 dijelaskan pada pasal 17 ayat (1) huruf a peraturan direktur jendral
pajak nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada wajib pajak
(WP) yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP):
o WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan RP 50 juta adalah 5%
o WP dengan penghasilan tahunan di atas RP 50 juta – RP 250 juta
adalah 15%
o WP dengan penghasilan tahunan di atas RP 250 juta – 500 juta adalah
25%
o WP dengan penghasilan tahunan diatas rp 500 juta adalah 30%
o Untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21
sebesar 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.

3. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atas Surat


Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak (STP), atau surat keputusan lainnya
yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak yang didalamnya terdapat kesalahan
maupun kekeliruan. Ruang lingkup pembetulan meliputi kesalahan tulis, kesalahan
hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak dapat melakukan permohonan
pembetulan dengan memenuhi persyaratan dan menyampaikannya sesuai
ketentuan perpajakan. Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan
Pembetulan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat
permohonan pembetulan diterima.

4. sanksi terlambat atau kurang bayar suatu masa

Dikenakan saksi adeministrasi berupa bunga 2% per bulan yang di


hitung dari jatuh tempo pembayaran sampai tanggal pembayaran (1bulan)

Sanksi terlambat atau kurang bayar spt tahunan

Dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% yang dihitung mulai


dari berakhirnya batas waktu penyampaian spt sampai tanggal pembayaran
(1bulan)
Sanksi terlambat atau kurang bayar tagihan pajak

Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% perbulan untuk


seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pelunasan atau tanggal diterbitkannya spt (1bulan)
1. Penanya : Floren Napitupulu (Kelompok 12)
Pertanyaan : Mengapa NPWP dihapus?
Jawaban :
Menurut Pasal 2 ayat (6) UU KUP, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh
Direktur Jenderal Pajak apabila:
 diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib Pajak dan/atau
ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
 Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
 Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
 dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok Wajib
Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
2. Penanya : Marannu Paledung (Kelompok 9)
Pertanyaan : Mengapa wajib pajak berhak untuk menolak diperiksa pada saat pemeriksaan
pajak?
Jawaban : Alasan Wajin Pajak berhak untuk menolak diperiksa apabila pihak pemeriksa
tidak menunjukkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan.
3. Penanya : Rendy Pinangkaan (Kelompok 10)
Pertanyaan : Bagaimana system skroing dalam pemeriksaan kriteria seleksi dilaksanakan
berdasarkan kriteria seleksi lainnya?
Jawaban :
Kriteria seleksi lainnya dilaksanakan apabila SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi atau Badan terpilih untuk diperiksa berdasarkan sistem skoring secara
komputerisasi. Yang di maksud dengan skor adalah penjumlahan bobot seluruh variabel
SPT dan Rasio Laporan Keuangan Wajib Pajak atau variabel lainnya yang mengindikasikan
kemungkinan adanya potensi pajak yang belum atau tidak dilaporkan atau menunjukkan
rendahnya tingkat ke-patuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Semakin tinggi skor Anda, maka perusahaan semakin menjadi prioritas utama untuk
diperiksa.
4. Penanya : Deisy Lahimade (Kelompok 1)
Pertanyaan : Jelaskan syarat/prosedur mengisi SPT dengan benar!
Jawaban :
Prosedur Pengisian SPT :
1. Jika WP membuat sendiri formulir SPT harus membuat segi empat hitam dikeempat
sudut dokumen
2. Ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8,5 x 13 inch)
3. Kertas yang dipakai tidak boleh kusut atau dilipat
4. Mengisi kolom identitas. Adapun hal-hal yang dicantumkan :
 Mengisi NPWP
 Mengisi Nama
 Mengisi Jenis usaha
 Mengisi No. Telp
 Mengisi Status Perpajakan
5. Dalam mengisi kolom yang berisi nilai harus mengisi dengan rupiah.
Kelompok 5

Pertanyaan – Jawaban

1. Penanya : Floren Napitupulu, Kelompok 12


 Pertanyaan : Sanksi apakah yang didapat petugas pajak apabila terjadi salah tulis?
 Jawaban :
Kesalahan penulisan pegawai pajak dikategorikan pada kelalaian kerja, jika pegawai pajak

melakukan kelalaian dalam pekerjaannya mereka akan mendapat hukuman berupa

penurunan jabatan. Bahkan jika kesalahan yang mereka lakukan disengaja, ada sanksi

pidana yang bisa kenakan.

2. Penanya : Sweetly Siwu, Kelompok 2


 Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pajak Nihil.
 Jawaban :
Pajak Nihil yaitu pajak yang tidak jelas. Pajak disebut nihil saat jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

3. Penanya : Christian Akay, Kelompok 12


 Pertanyaan : Sebutkan hak-hak Wajib Pajak
 Jawaban :
Hak-hak Wajib Pajak :

1) Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan SP2;
2) Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan
tim Pemeriksa Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan;
3) Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4) Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
5) Menerima SPHP;
6) Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
7) Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil Pemeriksaan yang belum
disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan; dan
8) Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

4. Penanya : Juliana Sinaga, Kelompok 3


 Pertanyaan : Jelaskan proses pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
 Jawaban :

Tata cara pengembalian


Dalam Hal Lebih Bayar Pajak
Prosedurnya :
1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau berdomisili.
2) Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak (restitusi), menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB) dalam hal:
 Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang;
 Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang teruutang.
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
3) SKPLB diterbitkan oleh Dirjen Pajak paling lama 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap.
4) Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Dirjen Pajak
tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan, dan
SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat satu bulan setelah jangka waktu
berahir.
5. Penanya : Joel Bogar, Kelompok 8
 Pertanyaan :
Apakah jika terjadi salah hitung dan si wajib pajak merasa dirugikan, apakah mendapat
kompensasi?
 Jawaban :
Jika terjadi salah hitung Wajib Pajak berhak mengirim surat permohonan, dan dirjen
pajak harus menerbitkan SKPLB paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima
secara lengkap. Apabila SKPLB terlambat diterbitkan dalam jangka waktu 1 bulan
setelah jangka waktu berakhir maka WP diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan.
1. Nama : Angela Lumeno
Kelompok : 2
Sampai berapa kali WP dapat melakukan pembetulan?

Jawab :
Menurut pasal 8 UU NO. 28 tahun 2007, wajib pajak memiliki
hak untuk membetulkan sendiri dapat membetulkan surat
pemberitahuan.
Surat pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua)
tahun sebelum daluwarsa penetapan.

2. Nama : Rostianti Blongkod


Kelompok : 10
Jelaskan prosedur penelitian formal dan material

Jawab :
Penelitian formal adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian formulir
permohonan surat keterangan fiskal dan lampiran-
lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
pengisiannya.
-Penelitian material adalah kegiatan penelitian tentang
kebenaran peredaran bruto, kebenaran penghitungan
penghasilan kena pajak untuk pph, kebenaran penghitungan
DPP, pajak keluaran dan pengkreditan untuk PPN,
berdasarkan data yang ada dalam SPT berserta lampirannya
dan data lainnya.

3. Nama : Jaines Pasang


Kelompok : 3
Contoh penagihan pajak aktif dan pasif

Jawab :
Pajak pasif : Hal perpajakan penagihan utang pajak kepada
wajib pajak, peran fiskus/pemerintah hanya mengingatkan
dengan memberi STP atau SKP
Pajak aktif : Fiskus menindaklanjuti dengan tahapan
penagihan pajak selanjutnya.

4. Nama : La Viola Mongdong


Kelompok : 1
Apa yang dimaksud alasan likuiditas dan mengapa alasan
tersebut menjadi dasar dalam pemberian surat keputusan
pengurangan sanksi administrasi?

Jawab :
Alasan likuiditas merupakan kemampuan seseorang atau
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang
segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
alasan digunakan karena ketika hutang jangka pendeknya
dapat dibayar tepat pada waktunya atau perusahaannya itu
likuid maka sanksi yang akan diterima tidak akan berat
dengan perusahaan yang tidak tepat pembayaran hutangnya

5. Nama : Elvin Maharaja


Kelompok : 8
Apa yang membuat ketetapan pajak dibatalkan?

Jawab :
SKP dapat dibatalkan apabila SKP itu tidak benar ataupun SKP
tersebut telah diperiksa dan diverifikasi tanpa penyampaian
surat pemberitahuan hasil verifikasi dan/atau pembahasan
akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil
verifikasi dengan wajib pajak
Anggota Kelompok 7:

1. Yohana Regin Seyni Puapadang (17061104060)


2. Enriko Haris Pratama (17061104073)
3. I Ketut Arya Putra Aditya (17061104077)
4. Kinar Glorya Pangala (17061104083)

Pertanyaan:

1. I Dewa Ayushinta (Kelompok 2)


 Apa kriteria tertentu Wajib Pajak yang tidak dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak?
2. Jaines Pasang (Kelompok 3)
 Apa bentuk kerjasama DJP dengan Kepolisian Negara RI?
3. Floren Helentina Napitupulu (Kelompok 12)
 Jika Wajib Pajak menolak untuk diselidiki, apakah ada sanksi untuk itu, jika ada
apa saja sanksi yang diberikan?
4. La Viola A.S Mongdong (Kelompok 1)
 Bagaimana Wajib Pajak mengetahui apakah keberatannya ditolak atau diterima?
Jawaban:
1. Kinar Glorya Pangala (Kelompok 7)
 Kriteria teretentu Wajib Pajak yang dimaksudkan adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lemabga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengeculian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
2. Enriko Haris Pratama (Kelompok 7)
 Berdasarkan pasal 8 kesepakatan bersama Direktorat Jendral Pajak dan
Kepolisian Negara RI No. KEP-24/PJ/2004 dan No.Pol:B/146/1/2004, dalam hal
DJP menemukan data, informasi, laporan, atau pengaduan masyarakat tentang
adanya dugaan tindak pidana di luar bidang perpajakan, maka DJP
meneruskannya ke Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara RI.
Kemudian diproses oleh DJP dengan melakukan pemeriksaan bukti permulaan
lalu dimulainya penyidikan pajak.
3. Yohana Regin Seyni Puapadang (Kelompok 7)
 Wajib Pajak yang menolak untuk diselidiki akan dikenakan sanksi seperti yang
telah diatur dalam UU KUP Pasal 39 ayat (1) huruf e yaitu pidana, dengan pidana
penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit
2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dang paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang atau yang tidak atau yang kurang bayar.
4. I Ketut Arya Putra Aditya (Kelompok 7)
 Wajib Pajak akan menerima Surat Keputusan Keberatan melalui 3 cara, yaitu:
1. Secara langsung dengan bukti tanda terima;
2. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; dan
3. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat.
Hukum Pajak
Kelompok 8
BAB XXII & XXIII

Elvin Maharaja 17061104071


Regina G. Jeremianne 17061104089
Joel Bogar 17061104102
Raditya Rayadi 17061104104

PERTANYAAN DISKUSI

1. Mengapa jika Hakim Ketua, Hakim Anggota atau Panitera yang terikat hubungan
keluarga dalam suatu persidangan wajib untuk mengundurkan diri? (Christian Akay –
Kelompok 12)
Jawaban:

Karena bisa saja hakim akan mengurangi hukuman terhadap tersangka tersebut apabila mereka
memiliki hubungan keluarga. Maka dari itu hakim dilarang mengadili kasus keluarganya atau
yang memiliki keterkaitan keluarga dengannya. Larangan ini terdapat di dalam Keputusan
Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik
Indonesia Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009 dan Nomor: 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (“Kode Etik dan PPH”).

Hal tersebut kemudian diperinci dalam Angka 3 butir 3.1 (3) dan (4) serta Angka 5 butir 5.2.1
Kode Etik dan PPH sebagai berikut:

1. Hakim dilarang mengadili perkara di mana anggota keluarga hakim yang bersangkutan bertindak
mewakili suatu pihak yang berperkara atau sebagai pihak yang memiliki kepentingan dengan
perkara tersebut.
2. Hakim dalam menjalankan tugas-tugas yudisialnya wajib terbebas dari pengaruh keluarga dan
pihak ketiga lainnya
3. Hakim dilarang mengadili suatu perkara apabila memiliki hubungan keluarga dengan Ketua
Majelis, Hakim Anggota lainnya, Penuntut, Advokat dan Panitera yang menangani perkara
tersebut.
4. Hakim dilarang mengadili suatu perkara apabila Hakim itu memiliki hubungan pertemanan yang
akrab dengan pihak yang berperkara, Penuntut, Advokat yang menangani perkara tersebut.
Apabila dalam menangani suatu perkara, Hakim memiliki konflik kepentingan, maka Hakim
tersebut wajib mengundurkan diri dari memeriksa dan mengadili perkara yang bersangkutan.
Keputusan untuk mengundurkan diri tersebut harus dibuat seawal mungkin untuk mengurangi
dampak negatif yang mungkin timbul terhadap lembaga peradilan atau persangkaan bahwa
peradilan tidak dijalankan secara jujur dan tidak berpihak.

Jadi, hakim tersebut diduga melanggar Kode Etik dan PPH jika diketahui mengadili perkara
keluarga atau anak dari hakim yang bersangkutan. Hakim yang terbukti melanggar ketentuan
Kode Etik dan PPH sebagaimana kami uraikan di atas, bisa dikenakan sanksi pemberhentian
sementara atau pemberhentian.
2. Pemeriksaan pada acara biasa dilakukan oleh majelis 3 orang hakim. Apa tugas dari
majelis tersebut? (Rendy Pinangkaan – Kelompok 10)
Jawaban:

Tugas Hakim Ketua Majelis:

a) Menerima, memeriksa dan mengadili perkara yang diterimanya.


b) Ketua majelis memimpin sidang dan membagi tugas pada anggotanya.
c) Minutasi perkara merupakan tanggung jawab Ketua Majelis dan Panitera Pengadilan.

Tugas Hakim Anggota I meneliti berita acara persidangan.

Tugas Hakim Anggota II meneliti masalah penahanan.

3. Pengurangan atau pembatalan pajak dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atas pokok &
sanksinya. Jelaskan apa pokok dan sanksi tersebut! (Deisy V. Lahimade – Kelompok 1)
Jawaban:

Jadi, pokok yang dimaksud adalah jumlah bersih atau pajak yang harus dibayar wajib pajak pada
suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak yang sudah ditetapkan.

Dan sanksi wajib pajak dapat berupa bunga, denda, maupun kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Jelaskan bagaimana mekanisme pemberhentian hakim! (Christy P. Lumenta – Kelompok


1)
Jawaban:

I. Sebelum hakim diberhentikan dengan tidak hormat, hakim yang bersangkutan diberhentikan
sementara dari jabatannya dengan keputusan presiden atas permintaan ketua Mahkamah
Konstitusi.
Pemberhentian sementara tersebut tidak berlaku untuk alasan dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara.

Pemberhentian sementara dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada


hakim yang bersangkutan membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi.

II. Dalam hal hakim dijatuhi pidana penjara, hakim bersangkutan diberhentikan dengan tidak
hormat. Pemberhentian tidak dengan hormat ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas
permintaan Ketua Mahkamah Konstitusi. Permintaan pemberhentian tidak dengan hormat
tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak putusan
pengadilan yang memperolah kekuatan hukum tetap.
HUKUM PAJAK
KELOMPOK 9
BAB XXIV MENGAJUKAN BANDING PAJAK
BAB XXV  MENGAJUKAN GUGATAN PAJAK

1. (Jaines Pasang – Kelompok 3 )


Apa sanksi yang dikenakan jika, pada tahap persiapan banding pajak, lewat dari 14 hari?

Jawaban : Tidak sanksi yang dikenakan kepada Wajib Pajak. Salinan Surat Bantahan dikirimkan
kepada terbanding atau tergugat, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterima
Surat Bantahan. Apabila terbanding, atau pemohon banding tidak memenuhi ketentuan tersebut di
atas, Pengadilan Pajak tetap melanjutkan pemeriksaan Banding.

2. (Desy F. Lahimade – Kelompok 1 )


Apa perbedaan pemeriksaan dengan acara biasa dan pemeriksaan dengan acara cepat?

Jawaban: Perbedaan antara pemeriksaan dengan acara biasa dan pemeriksaan dengan acara cepat
adalah terletak pada prosedur pemeriksaannya. Pada pemeriksaan dengan acara biasa mengikuti
proses pemeriksaan seperti biasa. Yaitu pembukaan sidang, pemeriksaan kelengkapan dokumen,
memanggil terbanding atau tergugat, penjelasan sengketa, pertanyaan kepada terbanding atau
tergugat, pertanyaan kepada saksi, dan penyelesaian sidang.
Sedangkan pemeriksaan dengan acara cepat, dilaksanakan jika ada hal pada tahap persiapan yang
tidak memenuhi syarat. Misalkan jika tidak memenuhi persyaratan Surat Gugatan dalam Bahasa
Indonesia kepada Pengadilan Pajak. Maka ada dilaksanakan pemeriksaan dengan acara cepat.

Dalam pemeriksaan sengketa TUN dengan acara biasa, tahapan penanganan sengketa
adalah:
1. Prosedur dismisal
Pemeriksaan administratif untuk menetapkan apakah suatu gugatan dapat
diterima atau tidak dapat diterima.
2. Pemeriksaan persiapan
Pada tahap ini dimaksudkan untuk melengkapai gugatan yang kurang jelas.
3. Pemeriksaan di sidang pengadilan
Sementara, pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan apabila terdapat kepentingan
penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan
permohonannya.

3. (Constantinopel Yuan Robot – Kelompok 11)


Apa penyebab wajib pajak melakukan banding kepada pengadilan?

Jawaban: Wajib pajak mengajukan banding bisa disebabkan karena beberapa hal, seperti:
d) Putusan pengadilan pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat
e) Terdapat bukti tertulis baru penting dan bersifat menetukan
f) Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut
g) Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya
h) Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

4. (Sweetly Siwu – Kelompok 2)


Dalam penagihan pajak karena gugatan pajak, permohonan penundaan dapat dikabulkan hanya
apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat
dirugikan jika pelaksanaan penagihan Pajak yang digugat itu dilaksanakan.
Seperti apa contoh keadaan mendesak tersebut?

Jawaban: Contoh keadaan yang mendesak adalah pada saat penggugat dalam keadaan sakit.
PERTANYAAN

Sweetly Siwu (kelompok 2) 17061104093

1. Bagaimana jika penanggung pajak mempunyai keluarga yang sedang sakit dan dirawat
diluar negeri, dan orang tersebut memerlukan penanggung pajak untuk bersama dengan
dia disana, sementara si penanggung pajak ini sudah dikenakan/ terkena pencegahan
untuk keluar dari wilayah RI. Jadi itu harus bagaimana?

Jawaban :

Maria Muchtar

Jadi dalam kasus ini pihak keluarga akan mengajukan surat banding/ surat permohonan pada
pengadilan. Kemudian, dari pihak pengadilan yang akan menentukan apakah akan diizinkan
atau tidak.

Winnie Malonta (kelompok 1)

2. Jelaskan kriteria Penanggung Pajak yang disandera, dan berapa lama?

Jawaban :

Rostianti Blongkod

Kriteria penanggung Pajak yang akan disandera adalah

 Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000,00


 Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak
 Telah lewat jangka waktu 14 hari sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak
 Telah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

Penanggung pajak yang disandera dilepas, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang telah dibayar lunas
 Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah Penyanderaan telah
dipenuhi
 Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
 Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri Keuangan atau Gubernur
Taufiqurrahman Azis

3. Apa saja yang termasuk identitas penanggung pajak

Jawaban :

Jurgen Ludong

Identitas Wajib Pajak meliputi:

1. Nama Wajib Pajak


2. Nomor Pokok Wajib Pajak
3. Alamat Wajib Pajak
4. Alamat kegiatan usaha
5. Merek usaha, dan/ atau
6. Kegiatan usaha Wajib Pajak

Jaines Pasang

4. Jika dalam tahap rehabilitasi dang ganti rugi si penanggung pajak tidak berhasil
membayar tuntutan sesuai jangka waktu yang ditentukan apa sanksi yang didapat?

Jawaban :

Rendy Pinangkaan

Jadi jika Penanggung Pajak tidak membayar uang ganti rugi sesuai jangka waktu yang
ditentukan maka dia akan tetap dalam kondisi disandera dan akan dikenakan denda.
HUKUM PAJAK
BAB VIII & IX

Kelompok 1:
Christy P. Lumenta (17061104053)
Deisy V. Lahimade (17061104068)
La Viola A.S Mongdong (17061104103)
Sabrina S. Winowoda (17061104092)
Winnie Fratiwy Malonta (17061104096)

Pertanyaan dan Jawaban Diskusi

 Pertanyaan:

5. Floren Napitupulu (kelompok 12)


Berapa lama jangka waktu untuk pembukuan?

6. Rendy Pinangkaan (kelompok 10)


Asas-asas apa yang bisa ditaati oleh wajib pajak?

7. Benedictus Hendra (kelompok 11)


Sanksi apa yang berkaitan dengan pembukuan dan ditetapkan di mana?

8. Elvin Maharaja (kelompok 8)


Sebutkan syarat-syarat dari pembukuan?
 Jawaban:

5. Untuk diketahui bahwa pembukuan dan pencatatan sangatlah berkaitan.


Untuk itu jangka waktu dalam pembukuan dan pencatatan adalah 10
tahun. Dengan pembagian 5 tahun pertama untuk pembukuan dan 5 tahun
terakhir untuk pencatatan.

6. Seperti yang diketahui bahwa asas adalah prinsip dasar yang menjadi
acuan berpikir seseorang dalam mengambil keputusan-keputusan yang
penting dalam hidupnya. Jadi, yang dimaksud adalah prinsip taat asas, di
mana dalam melakukan metode pembukuan, menggunakan prinsip yang
sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

7. a. Sanksi atas pembukuan tidak dilakukan dengan benar, yaitu sanksi


kenaikan sebesar 50% dari jumlah PPh yang kurang atau tidak dibayar.
Sesuai pasal 13 ayat 1 UU KUP.

b. Sanksi atas tidak menyimpan buku, yaitu dipidana dengan pidana


penjara paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali, paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar. Sesuai pasal 39 ayat 1 huruf h UU KUP.

c. Sanksi atas sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan atau


pencatatan yaitu dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 3 kali paling banyak 4 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Sesuai pasal 39
ayat 1 huruf h UU KUP.

d. Sanksi atas sengaja memperlihatkan buku palsu, yaitu dipidana dengan


pidana penjara paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda
paling sedikit 2 kali paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. Sesuai pasal 39 ayat 1 huruf h UU KUP.
8. Syarat-syarat dari pembukuan antara lain:
e. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan itikad baik
f. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan-catatan mengenai
harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan, dan biaya serta
penjualan atau pembelian sehingga dapat diketahui besarnya pajak
terutang.
g. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia
h. Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan diselenggarakan
sesuai dengan kelaziman pembukuan.

Anda mungkin juga menyukai