Anda di halaman 1dari 15

SUPERCRITICAL FLUID EXTRACTION

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


METODE PEMISAHAN SENYAWA BAHAN ALAM

DISUSUN OLEH

SHEPPRIOLA VONIA 20718309

SUMAIL SIDIK ODE ISHAK 20719001

LANI MEILANI 20719017

PASCASARJANA SEKOLAH FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ekstraksi adalah proses pengambilan suatu komponen kimia dari sampel, baik berupa
sampel padatan, cairan, maupun bentuk semisolid. Ekstraksi juga dapat didefinisikan sebagai
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
atau metode ekstraksi yang tepat (Alfira, 2014).

Metode ekstraksi yang digunakan saat ini selalu mengalami perkembangan


berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Berbagai variasi metode ekstraksi
yang ada misalnya ekstraksi menggunakan pelarut organic, seperti pada maserasi, refluks,
sokhlet, decocta, infusa, destilasi dan sebagainya.
Menurut Sondari dan Puspitasari (2017:75), kualitas ekstrak sangat dipengaruhi oleh
metodologi ekstraksi yang digunakan dan jenis pelarutnya. Penggunaan pelarut organik
dalam jumlah yang relatif besar ini seringkali menimbulkan permasalahan diantaranya: biaya
ekstraksi yang menjadi besar, waktu ekstraksi yang lama, serta potensi kontaminasi pelarut
toksik pada ekstrak yang didapatkan. Residu pelarut organik beracun akan menimbulkan
masalah karena menyebabkan kualitas hasil ekstrak berkurang dan dapat menyebabkan
masalah kesehatan yang serius ketika hasil ekstrak masuk ke dalam tubuh manusia.
Untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi, metode ekstraksi modern mulai
dimunculkan sebagai alternatif solusi dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul
pada metode konvensional. Salah satu metode yang saat ini mulai banyak dikembangkan
adalah metode ekstraksi menggunakan cairan superkritis, yang lebih dikenal dengan istilah
Supercritical Fluid Extraction(SFE).
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah
a) Mengetahui definisi dan sifat cairan superkritis
b) Mengetahui definisi, prinsip kerja dan penggunaan ekstraksi cairan superkritis
(Supercritical Fluid Extraction, SFE)
c) Menentukan faktor-faktor yang memperngaruhi hasil ekstraksi pada SFE
d) Menganalisa keuntungan dan kelemahan penggunaan SFE untuk ekstraksi.
BAB 2

SUPERCRITICAL FLUID EXTRACTION

2.1 Definisi ekstraksi Fluida Super Kritis atau SFE

Fluida superkritis adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik kritis
termodinamika. Zat ini memiliki kemampuan unik, yaitu dapat berdifusi melalui benda padat
seperti gas, dan melarutkan benda seperti cairan. Sifat seperti ini membuatnya cocok sebagai
pengganti pelarut organik dalam proses ekstraksi yang disebut Ekstraksi fluid superkritis.
Karbon dioksida dan air adalah fluida yang paling umum digunakan.

2.2 Sifat – Sifat Fluida Superkritis

Fluida superkritis mempunyai sifat di antara gas dan uap, beberapa fluida superkritis yang
bisa digunakan ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2.1 : Sifat dan berbagai pelarut fluida kritis (Reid et al, 1987)

Berat Molekul Suhu Kritis Tekanan Kritis Kepadatan Kritis


Pelarut
g/mol K MPa(atm) g/cm3
Karbon dioksida (CO2) 44,01 304,1 7,38 (72,8) 0,469
Air (H2O) 18,02 647,3 22,12 (218,3) 0,348
Metana (CH4) 16,04 190,4 4,60 (45,4) 0,162
Etana (C2H6) 30,07 305,3 4,87 (48,1) 0,203
Propana (C3H8) 44,07 369,8 4,25 (41,9) 0,217
Etilena (C2H4) 28,05 282,4 5,04 (49,7) 0,215
Propilena (C3H6) 42,08 364,9 4,60 (45,4) 0,232
Methanol (CH3OH) 32,04 512,6 8,09 (79,8) 0,272
Ethanol (C2H5OH) 46,07 513,9 6,14 (60,6) 0,276
Aseton (C3H6O) 58,08 508,1 4,70 (46,4) 0,278
Tabel 2.2.2 : Masa jenis, difusivitas, dan viskositas dari beberapa jenis cairan, gas
dan fluida superkritis

Masa jenis (kg/m3) Viskositas ( Pa-s) Difusivitas (mm2/s)


Gas 1 10 1-10
Fluida Superkritis 100 – 1000 50 – 100 0,01 – 0,1
Cairan 1000 500 – 1000 0,001

Walaupun banyak fluida yang bisa digunakan dalam ekstraksi fluida superkritis
(SFE), tapi yang paling banyak digunakan adalah CO2. Hal ini disebabkan karena CO2
bersifat selektif, ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Lebih lanjut
Sondari dan Puspitasari (2017:75) mengemukakan bahwa ekstraksi fluida superkritis (SFE),
terutama karbon dioksida superkritis (SCCO2) adalah alternatif ekstraksi yang potensial
untuk mengambil bahan bioaktif dari tanaman herbal bila dibandingkan dengan ekstraksi cair
menggunakan pelarut (ekstraksi konvensional). Ekstraksi fluida superkritis (SFE) merupakan
teknologi yang menarik buat industri makanan, Kosmetik dan industri farmasi, sebagai
alternatif untuk proses konvensional seperti ekstraksi pelarut dan destilasi uap, untuk
mendapatkan minyak esensial dan oleoresin yang bebas dari residu, di samping itu, dapat
dilakukan pada suhu rendah, yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas produk
thermosensitive.

Ekstraksi fluida superkritis mempunyai kelebihan yaitu lebih efisien karena waktu
ekstraksi lebih pendek, tidak beracun, dan alternatif ramah lingkungan, kemurnian dan
kelarutan yang lebih tinggi, dan biaya ekstraksi pelarut lebih rendah karena sistem dalam
ekstraksi fluida superkritis, pelarutnya dapat di daur ulang (recycle) dan mengurangi masalah
yang terkait dengan degradasi termal senyawa secara signifikan. Sedangkan kerugian utama
dari ekstraksi CO2 fluida superkritis adalah bahwa ekstraksi komponen polar sangat dibatasi
oleh kekuatan pelarut CO2.

Pelarut ini, selain memiliki titik kritis dalam kondisi yang relatif ringan , harga murah,
tersedia dalam jumlah yang banyak, tidak beracun, tidak mudah terbakar, mudah dihilangkan
dari bahan yang diekstraksi dan ramah lingkungan. Dalam kondisi tertentu, ketika CO2
superkritis digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi senyawa termolabil, terutama senyawa
antioksidan, aktivitas antioksidan dari senyawa ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan
pelarut organik. Hal ini karena dalam proses konvensional yang menggunakan pelarut
organik, oksidasi senyawa terjadi selama pemurnian pelarut.

Gambar 2.1 : Diagram Perubahan Fase pada Karbon dioksida


(sumber : Kulazynsky, dkk. 2016)

Secara umum kelebihan dan kekurangan SFE:

A. Kelebihan
Kelebihan menggunakan SFE
1. Sangat baik untuk ekstraksi senyawa non polar
2. Hemat pelarut
3. Hemat sampel
4. Hemat waktu
5. Daya melarutkan dapat diubah-ubah dengan manipulasi tekanan, dan atau suhu.
6. Pelarut dapat digunakan kembali
7. Tidak ada residu pelarut organik, non toksik, inert
8. Dioperasikan dengan suhu rendah  cocok untuk senyawa termolabil/volatil
9. Memungkinkan dirangkai langsung dengan sistem kromatografinya
B. Kekurangan
Kekurangan menggunakan SFE
1. SFE tidak cocok untuk sampel berbentuk cair karena sulit dalam penanganan dua
fase dibawah tekanan yang digunakan.
2. Memerlukan validasi metode, meliputi : tekanan, suhu, laju alir (setiap ekstrak
memiliki kondisi optimum yang berbeda-beda)
3. Sifat CO2 non polar akan sulit untuk mengekstraksi senyawa polar,
membutuhkan bantuan modifier.
4. Harga alat mahal

2.2 Prinsip Dasar Ekstraksi Fluida Superkritis

Prinsip dasar ekstraksi sampel atau materi organik menggunakan ekstraksi fluida superkritis
adalah didasarkan pada kemampuan fluida dalam melarutkan zat padat dengan bantuan suhu dan
tekanan. (Kulazynsky, dkk. 2016). Suhu dan tekanan diatur ke tingkat tertentu sehingga menjadi
superkritis, dengan kata lain fluida akan memiliki sifat gas sekaligus cairan dalam keadaan
superkritis.

Pada keadaan superkritis viskositas fluida lebih rendah dari pada keadaan cair, sehingga
fluida memiliki kemampuan untuk penetrasi ke dalam sampel dan mengekstraksi sampel dengan
lebih baik. Selain viskositas lebih rendah, pada keadaan superkritis difusivitas fluida meningkat
meskipun tidak sebesar difusivitas gas tapi lebih besar dari difusivitas cairan, sehingga menghasilkan
laju transfer massa yang lebih besar, dengan demikian hasil akhir ekstraksi akan lebih baik.

CO2 dalam ekstraksi fluida superkritis berperan sebagai pelarut dan dapat melarutkan
(mengekstraksi) sampel, pertimbangan digunakan sebagi pelarut, karena CO2 dapat dipisahkan dari
bahan yang dilarutkan setelah selesai ekstraksi.
2.3 Prosedur Penggunaan Alat
Prosedur penggunaan alat pada alat SFE khususnya SFE R-401 series

 Timbang sejumlah sampel dan masukan ke saringan dalam tabung sampel, tutup dan
kunci dengan rapat.
 Bersihkan tabung penampung, kemudian tutup dan kunci dengan rapat
 Cek semua kabel atau koneksi listrik
 Nyalakan chiler / pendingin dan tunggu suhu sampai turun ke 0oC
 Atur temperatur dan tekanan sesuai yang diinginkan / sesuai literatur untuk senyawa /
sampel yang akan diekstraksi pada “Reactor control system”
 Buka kran tabung CO2, dan kran V407 untuk mengatur CO2 yang masuk dan tekanan
dapat dilihat pada indicator tekanan (P-401)
 Buka kran V401 untuk mengatur tekanan pada chiller tekanan dapat dilihat pada
indicator tekanan (PG-402)
 Nyalakan pompa untuk membantu menaikan tekanan CO2 ke reactor kemudian buka
kran 404
 Putar Kran BPR-401 untuk menstabilkan tekanan dalam reactor.
 Jika suhu dan tekanan sudah sesuai, waktu ekstraksi mulai dihitung dengan waktu
yang diinginkan.
 Setelah ekstraksi selesai tutup kran CO2, matikan pompa dan pendingin.
 Putar kran BPR-401 perlahan untuk membuang sisa tekanan.
 Setalah indicator tekanan menunjukkan angka nol, tabung penampung bisa dibuka.
 Hasil ekstraksi bisa diambil dengan membuka kran dibawah tabung penampung.
BAB 3

APLIKASI SFE DI BIDANG FARMASI (CONTOH JURNAL)

1. Pengaruh lama ekstraksi dan penambahan co-solvent pada produksi minyak Chia

2. Ekstraksi minyak sereh wangi menggunakan SFE dan uji aktivitas antioxidan dan
antimikroba
3. Ekstraksi Senyawa Bioaktif (da Silva et al., 2016)

a. Tujuan Penelitian

Pengembangan dan penerapan “alternative green technology” untuk menggantikan


metode ekstraksi konvensional dengan peningkatan efisiensi ekstraksi dan dampak
lingkungan yang rendah untuk ekstraski senyawa bioaktif alami.

b. Desain Penelitian

The optimization process of experimental design which is used to discover the


optimal conditions or settings for the SFE, usually starts with a screening design to select the
important factors and evolves to an optimization design where Taguchi, central composite
and Box-Behnken are the most applied forms [24]. Bagheri et al. [66] applied a central
composite experimental design with response surface methodology with three variables
(temperature, pressure and time) and two levels, performing a total of 20 extraction in order
to optimize the antioxidant activity, where pressure and extraction time were the most and the
least significant studied variables respectively. Reátegui et al. [60] on the other hand applied a
Box-Behnken experimental design with three variables (temperature, pressure and ultrasound
power) and three levels, performing a total of 15 extractions in order to attain optimal global
extraction yield, anthocyanins concentration, total phenolic content and antioxidant activity.
c. Hasil
4. Ekstraksi ”Vegetable Materials” (Kulazynski et al., 2016)

a. Tujuan Penelitian

Menyajikan dasar dan kondisi terbaik untuk ekstraksi bahan organik dengan pelarut
superkritis dengan perhatian khusus pada penggunaan CO2 sebagai agen ekstraksi. Serta
keuntungan dan kerugian dari proses.

b. Result
c. Kesimpulan

5. Astaxanthin dari Penaus monodon (Udang Wundu) (Radzali et al., 2016)

a. Tujuan Penelitian

Menentukan kondisi optimal untuk mengekstraksi astaxanthin dari udang wundu


b. Desain Penelitian

c. Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Grzegorz Da browski, Iwona Konopka, Sylwester Czaplicki. (2018). Supercritical CO2


Extraction in Chia Oils Production: Impact of Process Duration and Co-Solvent
Addition. Food Sci Biotechnol. https://doi.org/10.1007/s10068-018-0316-2

Hong Wu, Jilie Li , Yuan Jia, Zhihong Xiao, Peiwang Li, Yixian Xie, Aihua Zhang, et al.
(2019). Essential Oil Extracted from Cymbopogon citronella Leaves by Supercritical
Carbon Dioxide: Antioxidant and Antimicrobial Activities. Journal of Analytical
Methods in Chemistry. https://doi.org/10.1155/2019/8192439

Kulazynski, M., Stolarski, M., Faltynowicz, H., Narowska, B., Swiatek, L., & Lukaszewicz,
M. (2016). Supercritical Fluid Extraction of Vegetable Materials. Chemistry and
Chemical Technology. https://doi.org/10.23939/chcht10.04si.637

Radzali, S. A., Masturah, M., Baharin, B. S., Rashidi, O., & Rahman, R. A. (2016).
Optimisation of Supercritical Fluid Extraction of Astaxanthin from Penaeus
monodon Waste Using Ethanol-modified Carbon Dioxide. Journal of Engineering
Science and Technology.

Silva, R. P. F. F., Rocha-Santos, T. A. P., & Duarte, A. C. (2016). Supercritical Fluid


Extraction of Bioactive Compounds. TrAC - Trends in Analytical Chemistry.
https://doi.org/10.1016/j.trac.2015.11.013

Anda mungkin juga menyukai