Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN CARA KERJA TOTAL FENOL

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada
beberapa zat yang memilikicincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil.
Fenol memiliki kelarutan terbatasdalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki
sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya
(Alawiyah, 2013).

Pada Uji Kuantitatif Kandungan Total Fenol kami menggunakan metode


spektrofotometri dengan alat Spektrofotometer Biochrom Libra S12. Adapun
hal yang kami lakukan terlebih dahulu yakni dengan pembuatan kurva
standar asam galat. Kandungan fenolik total pada masing-masing ekstrak
dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE).
Asam galat GAE merupakan acuan umum untuk mengukur sejumlah
senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan (Mulia, Endang, & Hasan,
2017). Asam galat digunakan sebagai kurva baku karena asam galat
merupakan turunan dari asam hidrobenzoat yang tergolong asam fenol
sederhana. Kandungan fenol asam organik ini juga bersifat murni dan stabil
(Lee, et al., 2003). Konsentrasi asam galat yang kami gunakan yakni
0,1,2,4,5,8, dan 10 ppm serta absorbansi masing – masing konsentrasi asam
galat pada panjang gelombang 725 nm.

Setelah itu kami melakukan pengukuran absorbansi sampel, adapun sampel


yang kami gunakan yaitu sampel ekstraksi Cabai Jawa. Pertama – tama kami
menibang sampel ekstrak bahan alam 0,01 gr, lalu menambahkan 2 mL
etanol 96%, 5 mL akuades, dan menambahkan 0,5 mL reagen Folin –
Clocateau. Pengujian total fenol ini menggunakan pelarut Follin-Ciocalteau
dan sebagai pembanding digunakan asam galat (Rohman dan Riyanto 2005).
Total senyawa fenolik pada sampel diketahui berdasarkan kemampuan
senyawa fenolik dalam mereduksi asam fosfomolibdat-fosfotungstat dalam
reagen Folin-Ciocalteau yang dapat menghasilkan senyawa kompleks
molibdenumtungsten berwarna biru. Pada saat direaksikan antara reagen
Folin- Ciocalteu dengan senyawa fenolik akan terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi biru. Warna biru teramati berbanding lurus dengan
konsentrasi senyawa fenolik yang terbentuk. Semakin pekat warna biru yang
dihasilkan maka semakin banyak senyawa fenolik yang terdapat pada
sampel (Mulia, Endang, & Hasan, 2017). Prinsip kerja metode Follin-
Ciocalteuini adalah reaksi antara senyawa fenol dengan reagen Follin-
Ciocalteu. Reaksi ini melibatkan oksidasi gugus fenolik (ROH) dengan
campuran asam fosfotungstat dan asam molibdat dalam reagen, menjadi
bentuk quinoid (R=O) (Alawiyah, 2013).

Adapun prinsip dasar kolorimetri Folin Ciocalteu adalah reaksi oksidasi yang
cepat dengan menggunakan alkali seperti natrium karbonat, dimana absorbansi yang
terbentuk akibat fosfotungstat biru sebanding dengan jumlah senyawa fenolik yang
terdapat dalam sampel (Cicco dan Latanzio, 2011 ; Cindric et al., 2011). Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi Reagen Folin-Ciocalteu


dengan Senyawa Fenol (Sumber:
Hardiana et al, 2012)

Tanaman cabe jawa diketahui mengandung senyawa fenolik seperti senyawa


piplartine/piperlongumine, sitosterol, 3,4,5-Trimehoxydihydrocinnamic acid dan
lignin (Parmar, et al., 1997; Prasad, et al., 2012). Senyawa-senyawa inilah yang
diduga bertanggung jawab dalam pembentukan kompleks warna fosfongtungstat biru
dan penetapan kandungan fenolik total yang didapat.

Selanjutnya setelah ditambahkan reagen Folin – Clocalteau diinkubasi selama


5 menit agar terbentuknya reaksi, lalu ditambahkan 1 mL larutan Na2CO3 5% lalu
dihomogenkan dan diinkubasi kembali selama 1 jam ditempat gelap agar memperoleh
filtrat yang tidak keruh dan dapat dihitung dengan spektrofotometri, diinkubasi
ditempat yang gelap agar cahaya tidak mempengaruhi reaksi yang terjadi. Setelah
diinkubasi selama 1 jam diukur panjang absorbansi sampel pada panjang gelombang
725 nm.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T. (2013). Laporan Praktikum Kimia Terpadu Laboratorium Biokimia.


Diakses dari
https://www.academia.edu/5204368/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_T
ERPADU_LABORATORIUM_BIOKIMIA . pada 02 November 2019.

Cicco, N., dan Lattanzio, V., 2011, The Influence of Initial Carbonate Concentration
on the Folin-Ciocalteu Micro-Method for the Determination of Phenolics with
Low Concentration in the Presence of Methanol: A Comparative Study of Real-
Time Monitored Reactions, Am. J. Anal. Chem., 840-845.
Hardiana, R., Rudiyansyah, dan Zaharah, T.A., 2012, Aktivitas Antioksidan Senyawa
Golongan Fenol dari Beberapa Jenis Tumbuhan Famili Malvaceae, JKK, 1(1):
8-13.
Lee, K.W., Kim, Y.J., Lee, H.J., dan Lee, C.Y., 2003, Cocoa Has More Phenolic
Phytochemicals and A Higher Antioxidant Capacity Than Teas and Red Wine,
J. Agric. Food Chem., 51: 7292-7295.

Mulia, K., Endang, A., & Hasan, Z. (2017). Total Phenolic, Anticancer and
Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Piper crocatum Vahl from Pamekasan
and Karang Asem. Current Biochemistry, 3(2), 80–90.
https://doi.org/10.29244/80-90

Parmar, V.S., Jain, S.C., Bisht, K.S., Jain, R., Taneja, P., Jha, A., Tyagi, O.D., Prasad,
A.K., Wengel, J., Olsen, C.E., dan Boll, P.M., 1997, Phytochemistry of The
Genus Piper, Phytochemistry, 46(4): 597-673.

Anda mungkin juga menyukai