Penetapan Kadar Alkohol
Penetapan Kadar Alkohol
ASSEGAFF
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI NPM/Semester : 1431010056 / 3
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Romb./Grup :I/D
Praktikum : KIMIA ORGANIK NPM/Teman Praktek : 1431010067 /
Percobaan : PENETAPAN KADAR ALKOHOL NI PUTU RADA K.
Tanggal : 17 NOVEMBER 2015
Pembimbing : Ir. LUCKY INDRATI UTAMI , MT
DRAFT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Alkohol merupakan senyawa yang kita sering sebut dengan etanol, yang
memiliki istilah umum untuk senyawa organic yang memiliki gugus hidroksil (-
OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hydrogen
dam atau atom karbon lain. Dalam kehidupan sehari-hari ,sering kali kita
mendengar kata alkohol dan karbohidrat, namun dalm minuman bersoda kadar
alkohol yang tinggi dan rendah. alkohol adalah alkanol berasal dari alkana dengan
satu atom H alkana digantikan oleh gugus fungsi –OH,berdasarkan jenis atom
karbon yang mengikat gugus –OH ,alkohol dibedakan atas alkohol primer,alkohol
sekunder,dan alkohol primer.
Langkah-langkah percobaan dalam dari praktikum ini adalah ambil 10 cc
zat yang akan diukur kadar alkoholnya. Masukkan di labu destilasi dan didestilasi,
atur suhu destilasi (tidak boleh lebih dari suhu alcohol). Lalu destilasi dihentikan
bila filtrate yang diperoleh telah mencapai 25 cc, atur destilasi dihentikan bila ada
kenaikan suhu. Tentukan berat jenisnya dengan menggunakan tabel, cari kadar
alkoholnya.
Manfaat dari percobaan ini adalah mengetahui metode-metode yang
digunakan untuk penetapan kadar alkohol dan juga memahami cara
mengidentifikasi alkohol.Alcohol biasanya digunakan secara bebas yaitu yang
dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alcohol digunakan secara bebas
sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan
atau minuman, maka alcohol tersebut didenaturasi. Denaturasi alcohol disebut
juga methylated alcohol karena itulah maka alcohol tersebut dikenal dengan nama
spirtus.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui cara penggunaan alat destilasi.
2. Mengetahui cara menentukan kadar alkohol.
3. Menentukan berat jenis dengan menggunakan piknometer.
I.3 Manfaat
1. Praktikan mengetahui seberapa besar kadar alcohol dari suatu bahan.
2. Praktikan dapat memahami cara mengidentifikasi alkohol.
3. Praktikan dapat mengetahui cara kerja dari rangkaian alat destilasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Alkohol sekunder (2°) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (–OH) terikat
pada atom karbon sekunder. Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang
mengikat dua atom karbon lain.
c. Alkohol tersier (3°) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (–OH) terikat pada
atom karbon tersier. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang mengikat tiga
atom karbon lain.
(Anonim, 2013)
II.1.2 Reaksi-reaksi dan Pembuatan Alkohol
Pemahaman terhadap reaksi-reaksi alcohol ditentukan dengan meninjau
distribusi electron pada gugus fungsi hidroksi dan bagaimana distribusi ini
mempengaruhi reaktivitasnya. Reaksi alcohol dapat dilihat dari dua ikatan yang
terputus, yaitu C-OH, dimana –OH akan terlepas, dan ikatan O-H yang akan
melepas –H. reaksi pada alcohol merupakan reaksi substitusi yang menggantikan
gugus –OH atau –H atau reaksi eliminasi dengan membentuk ikatan rangkap.
(Riswiyanto, 2008)
A. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Reaksi antara suatu alkil halide dan ion hidroksida adalah suatu reaksi substitusi
nukleofilik.
𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟
𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝐶𝐻2 𝐵𝑟 + 𝑂𝐻 − → 𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝐶𝐻2 𝑂𝐻 + 𝐵𝑟 −
1-Bromopropana 1-Propanol
Suatu alkil halide primer suatu alcohol primer
(Fessenden,1986)
B. Oksimerkurasi-demerkurasi
Alkena bereaksi dengan merkuri asetat dengan adanya air menjadi senyawa
hidroksi merkuri yang jika direduksi akan menghasilkan alcohol.
Oksimerkurasi Demerkurasi
𝑁𝑎𝐵𝐻4
𝐶 = 𝐶 + 𝐻2 𝑂 + 𝐻𝑔(𝑂𝐴𝑐)2 → −𝐶 − 𝐶− → −𝐶−𝐶−
OH HgOAc OH H
Alkena merkuri Asetat alcohol
(Riswiyanto,2008)
C. Sintesis Grignard
Alkohol yang diperoleh dari sintesis Grignard tergantung dari jenis senyawa yang
dipakai. Jika yang digunakan formaldehida, maka hasilnya adalah alcohol primer,
jikadigunakan asetaldehida, maka hasilnya adalah alkohol sekunder, dan jika yang
digunakan adalah keton maka yang muncul adalah keton.
𝐻2 𝑂
𝐶=𝑂 + 𝑅 − 𝑀𝑔 − 𝑋 → −𝐶 − 𝑂− 𝑀𝑔𝑋 → −𝐶 − 𝑂𝐻 + 𝑀+2 + 𝑋 −
Aldehida atau
Keton
(Riswiyanto, 2008)
II.1.3 Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan
perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan
pada Hukum Raoultdan Hukum Dalton.
Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan
macam macam destilasi, yaitu :
1. Destilasi sederhana
2. Destilasi bertingkat ( fraksional )
3. Destilasi azeotrop
4. Destilasi vakum
5. Refluks / destruksi
6. Destilasi kering
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang
terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu
penampung destilat. Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap
zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya
thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai
tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke
alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang
berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan
celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air
keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar
pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak
dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih
sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung
reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas,
ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika
suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama
dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada
saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih.
Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan
mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah
pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama
dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile
atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul
dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi
senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik
didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan
mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
(Livenia, 2013)
II.2 Sifat dan Fungsi Bahan
a. Aquades
1. Rumus Molekul : H2O
2. Berat Molekul : 18.0158 g/mol
3. Densitas : 0.998 g/cm3
4. Bahaya : menyebabkan banjir, tidak memiliki bahaya
tertentu pada pH netral
5. Penanganan : jangan sampai tumpah
6. Fungsi : sebagai pelarut
(Anonim, 2012)
b. Ethanol
1. Rumus Molekul : C2H6O
2. Berat Molekul : 46,06844 g/mol
3. Densitas : 789 kg/m³
4. Bahaya : Menyebabkan gangguan mata berat. Dapat
menyebabkan sensitisasi menyakitkan untuk cahaya. Dapat
menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea
5. Penanganan : Segera siram mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak
mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Lembut mengangkat kelopak mata dan menyiram
dengan air terus menerus
6. Fungsi : sebagai analat yang dihitung kadarnya
(Anonim, 2001)
c. Whiskey
1. Kandungan : 1.9% Nikotin, 9.15% Perasa, 48% Glikol,
40% Gliserol, 0.95% Ethanol
2. Titik beku : -65 oC
3. Titik didih : 171oC
4. Densitas : 1,125 g/cm³
5. Bahaya : Beracun jika terjadi kontak langsung terhadap
kulit dengan kulit. Berbahaya jika tertelan
6. Penanganan : Kenakan sarung tangan pelindung / pakaian / mata
perlindungan perlindungan / pelindung wajah.
Segera cuci dengan air sabun dan bilas sampai bersih.
7. Fungsi : sebagai analat yang diidentifikasi
(Anonim, 2008)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM