Anda di halaman 1dari 1

Nama: Silvia novia (12 MIPA 6)

Borobudur

“jadi, candi Borobudur ini hanya terlihat sebagian, kek?” Risa menatap kakek bingung. Yang
ditanya malah tersenyum, menatap lurus, memandang kejauahan. Teringat akan kejadian-
keajdian di masa lalu yang berputar dalam benaknya. “Mereka bilang candi ini dikubur karena
pada saat candi ini ditemukan, keadaanya sudah sangat rapuh”. Kakek terdiam sejenak sebelum
melanjutkan, “Tapi ada juga yang bilang kalau di bagian yang tertimbun itu terdapat adegan
Karmawibhangga”. Risa terlihat semakin bingung. Wajahnya menunjukkan rasa keingintahuan
itu dengan jelas. Kakek tersenyum, lucu melihat reaksi gadis kecil itu.

Kakek mengajak Risa untuk pergi ke puncak Borobudur. Pemandangan di atas sana semakin
spektakuler. Bias merah keuningan matahari berbaur dengan sisa langit yang masih biru.
Sekawanan burung-burung terbang ke arah selatan. Bagai melihat surga dunia, seperti lukisan
karya pelukis terkenal. Risa dibuat takjub karenannya. “Dalam setiap sejarah selalu ada bagian
tersendiri yang menjadi misteri tak terpecahkan. Misteri itulah yang membuat para pujangga
berkarya. Dalam hidup ini, terdapat banyak hal yang tidak harus kita ketahui, tetapi harus kita
percayai”. Kakek berkata dengan suara mantap kepada Risa tetapi tetap lembut.

Risa termenung memikirkan perkataan kakek, sejenak kemudian teralih dengan kicauan
burung di sekitar candi dan keindahan alam yang langka. “Lihat, burung-burung sedang
terbang, pulang kembali ke rumahnya. Sebaiknya kita juga pulang ke rumah”. “iya, kek.
Ngomong-ngomong, aku belum bertanya nama kakek. Nama kakek siappp…aa?”. Belum selesai
Risa menyelesaikan kalimatnya, kakek berjubah putih tadi sudah tak terlihat batang hidungnya.
Risa mengedarkan matanya ke sekeliling candi dan tidak menemukan sosoknya.

Tiba-tiba pundak Risa ditepuk dari belakang. “Dari mana saja kamu, Risa? Kami semua sudah
mencarimu dari tadi. Cepat, teman-teman lain sudah menunggu di bus. Bu Nia pasti akan
marah”. Ternyata itu Ayu teman sebangku Risa di Bus. Mereka sedang melakukan perjalanan
study tour dan akan kembali ke sekolah sore ini juga, berangkat dari candi Borobudur. Tapi, Risa
seperti melupakan sesuatu. Ia tidak bisa mengingat apa itu dan apa yang barusan ia lakukan.
Ayu menarik tangan Risa, tetapi Risa hanya diam saja. “Tapi.. tadi..”. “Tapi apa? Ayo cepat,
Risa.. Bus lain sudah berangkat dari tadi. Kamu tidak mau dihukum bu Nia kan?” Ayu menarik
tangan risa. Risa hanya bisa pasrah dan berharap tidak ada barang yang tertinggal.

Akhirnya bus karyawisata terakhir dari SMP Cendekia yang ditumpangi Risa dan Ayu
berangkat juga. Meninggalkan pelataran Candi Borobudur yang pengunjungnya tengah bersiap
pulang pula. Langit pun semakin gelap, sepertinya hujan akan turun di sana. Tapi, diantara hiruk
pikuk pengunjung situs. Ada juga yang tidak terlihat sibuk. Ia hanya tersenyum memandang
lurus ke kejauahan. Seorang kakek tua berjubah putih.

Anda mungkin juga menyukai