Anda di halaman 1dari 7

1) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.


Tujuan / Hasil Pasien :Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
a) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b) Mempertahankan posisi fungsional
c) Meningkatkan / fungsi yang sakit
d) Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasionalisasi :


Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

1. Pertahankan tirah baring dalam 1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat


posisi yang di programkan berkurang

2. Tinggikan ekstremitas yang


2. Dapat meringankan masalah gangguan
sakit, instruksikan klien / bantu
mobilitas fisik yang dialami klien
dalam latihan rentang gerak
pada ekstremitas yang sakit
dan tak sakit

3. Beri penyanggah pada


ekstremitas yang sakit pada
3. Dapat meringankan masalah gangguan
saat bergerak
mobilitas yang dialami klien

2. Jelaskan pandangan dan


keterbatasan dalam aktivitas
4. Agar klien tidak banyak melakukan
3. Berikan dorongan pada klien gerakan yang dapat membahayakan
untuk melakukan AKS dalam
lingkup keterbatasan dan beri 5. Mengurangi terjadinya penyimpangan –

bantuan sesuai kebutuhan penyimpangan yang dapat terjadi

4. Ubah posisi secara periodik

6. Mengurangi gangguan mobilitas fisik


Kolabortasi :

1. Fisioterapi / aoakulasi terapi

1. Mengurangi gangguan mobilitas fisik

2) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang


Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri:

1. Pertahankan system kateter steril; 1. Mencegah pemasukan bakteri dari


berikan perawatan kateter regular infeksi/ sepsis lanjut.
dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotic disekitar sisi kateter.

2. Ambulasi dengan kantung drainase 2. Menghindari refleks balik urine,


dependen. yang dapat memasukkan bakteri
kedalam kandung kemih.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam 3. Pasien yang mengalami sistoskopi/


ringan, menggigil, nadi dan TUR prostate beresiko untuk syok
pernapasan cepat, gelisah, peka, bedah/ septic sehubungan dengan
disorientasi. manipulasi/ instrumentasi

4. Observasi drainase dari luka, sekitar 4. Adanya drain, insisi suprapubik


kateter suprapubik. meningkatkan resiko untuk infeksi, yang
diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi 5. Balutan basah menyebabkan kulit


supra/ retropublik dan perineal), iritasi dan memberikan media untuk
pembersihan dan pengeringan kulit pertumbuhan bakteri, peningkatan
sepanjang waktu resiko infeksi luka.

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi 6. Memberikan perlindungan untuk


kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.
Kolaborasi:

1. Berikan antibiotic sesuai indikasi 1. Mungkin diberikan secara


profilaktik sehubungan dengan
peningkatan resiko infeksi pada
prostatektom

3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses supurasi di tulang,


luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
Tujuan: dalam 7x24 jam integritas jaringan membaik secara optimal.
Intervensi rasional

Mandiri: 1. Menjadi data dasar untuk memberi


1. Kaji kerusakan jaringan lunak informasi tentang intervensi perawatan
luka, alat dan jenis larutan apa yang
akan digunakan.

2.
2. Lakukan perawatan luka:
a. Perawatan luka dengan tehnik
a. Lakukan perawatan luka steril dapat mengurang
dengan tehnik steril kontaminasi kuman langsung ke
area luka.
b. Tehnik membuang jaringan dan
kuman di area luka sehingga
b. Kaji keadaan luka dengan keluar dari area luka
tehnik membuka balutan dan
mengurangi stimulus nyeri.
Bila perban melekat kuat,
perban diguyur dengan NaCl
c. NaCl merupakan larutan
fisiologis yang lebih mudah di
c. Tutup luka dengan kasa steril
absirbsi oleh jaringa daripada
atau kompres dengan NaCl
larutan anti septic. NaCl yang di
yang dicampur dengan
csmpur dengsn stibiotik dspst
antibiotic.
mempercepat penyembuhan luka
akibat infeksi osteomelitis.

d. Jaringan nekrotik dapat


menghambat penyembuhan luka
d. Lakukan nekrotomi pada
jaringa yang sudah mati
e. Member rasa nyaman pada klien
dan dapat membantu peningkatan

e. Rawat luka setiap hari atau pertumbuhan jaringan luka.

setiap kali bila pembalut basah


atau kotor
f. Pengendalian infeksi
nosokominal dengan menghindari
f. Hindarai pemakaian perawatan
kontaminasi langsung dari
luka yang sudah kontak perawatan luka yang tidak steril.
dengan klien osteomelitis,
jangan digunakan lagi untuk
melakukan perawtan luka pada
klien lain g. Pada klien osteomelitis dengan
kerusakan tulang, stabilitas

g. Gunakan perban elastic dan formasi tulang sangat labil. Gips

gips pada luka yang disertai dan perban elastic dapat

kerusakan tulang atau membantu memfiksasi dan

pembekkan sendi. mengimobilisasi sehingga dapat


mengurangi nyeri.

h. Pemasangan perban elastic yang


terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan
juga menambah nyeri padaa
h. Evaluasi perban elastic klien.
terhadap resolusi edema

i. Adanya batasan waktu selama


7x24 jam dalam melakukan
perawatan luka klien ostemelitis
menjadi tolak ukurr keberhasilan
intervensi yang diberikan .
apabila masih belum mencapai
i. Evaluasi kerusakan jaringan dan
kreteria hasil, sebaiknya kaji
perkembangan pertumbuhan
ulang faktor-faktor yang
jaringan dan lakukan perubahan
menghambat pertumbuhan
intervensi bila pada waktu yang
jaringan luka.
ditetapkan tidak ada
perkembangan jaringan yang
optimal.
1. Bedah perbaikan terutama pada
klien fraktur terbuka luas
sehingga menjadi pintu masuk
kuman yang ideal. Bedah
perbaikan biasanya dilakukan
setelah masalah infeksi
Kolaborasi
osteomelitis teratasi.
1. Kolaborasi dengan tim bedah
untuk bedah perbaikan pada
2. Manajemen untuk mentukan anti
kerusakan jaringan agar tingkat
mikroba yang sesuai dengan
kesembuhan dapat dipercepat.
kuman yang sensitive atau
resisten terhadap beberapa jenis
antibiotic.

3. Antimikroba yang sesuai dengan


hasil kultur ( reaksi sensitive)
2. Pemeriksaan kultur jaringan (pus) dapat membunuh atau mematikan
yang keluar dari luka. kuman yang menginvasi jaringan
tulang.

3. Pemberian antibiotic/antimikroba

4. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :
a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
c. Tidak terjadi perluasan infeksi
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit membaik
1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
e. Mematuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera

Anda mungkin juga menyukai