Anda di halaman 1dari 12

BAB 6

TEORI TEORI PSIKOLOGI DALAM KONSELING

A. TEORI PSIKOANALISIS

Psikologi Freudian atau lebih dikenal dengan psikoanalisis diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-
1939). Freud merupakan tokoh paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologi alamiah. Istilah psikologi
mempunyai tiga arti penting yaitu: (a) teori tentang kepribadian dan psikopatologi; (b) metode terapi untuk
gangguan kepribadian; dan (c) teknik menginvestigasi pemikiran dan perasaan individu yang tidak disadari
(Ziegler & Hjelle, 1994)

1. Pandangan tentang Manusia

Freud memandang manusia secara deterministic. Hal ini mengartikan manusia sanat ditentukan oleh
tekanan-tekanan irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis, dorongan naluri serta kejadian
psikoseksual pada enam tahun pertama dalam kehidupan. (Corey, 1986).

Dalam teori Freud,insting merupakan hal penting. Insting dibagi menjadi dua yaitu insting hidup dan
insting mati. Insting hidup merupakan kemampuan manusia untuk mempertahankan hidupnya yang
mengakibatkan mereka terus tumbuh, berkembang, dan lebih kreatif. Insting mati merupakan dorongan-
dorongan agresif yang negative yang dapat mencelakakan orang lain atau diri sendiri.

Teori Freud menunjukkan suatu system kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego, superego.

-Id dimotivasi oleh dua insting yaitu insting seksual dan isnting agresif. Biasa disebut insting distruktif (di
bawah alam sadar manusia) (Cottone, 1992)

-Ego (aspek psikologi) ego selalu berhubungan dengan dunia nyata. Dalam diri manusia, ego mempunyai sifat
untuk memerintah, mengendalikan, dan mengatur kehidupan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa peran ego
adalah sebagai mediator yang melakukan kontrol erhadap sifat Id yang buta dan amoral. Ego bersifat logis dan
realistis karena berhubungan dengan dunia nyata (Cottone, 1992)

- Superego (aspek moralitas). Superego memiliki kode moral dan pertimbangan huku. Hal ini mengarahkan
superego untuk berbicara tetang nilai-nilai seperti baik dan buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas. Hal
ini mengartikan bahwa superego berbicara tentang budaya daripada berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan
biologis semata (Cottone, 1992)

Ada tiga tahap penting dalam teori Freud yaitu tahapan oral, tahapan anal, tahapan phallic, jika manusia
memasuki tahapan remaja, maka tahapan yang penting berikutnya adalah tahapan genital.

1. Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap
adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral
melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada
pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan
dan kenyamanan melalui stimulasi oral.

2. Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan
buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.3. Pada tahap
phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria
dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu
kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk
menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut
Freud disebut pengebirian kecemasan.

4. Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti
pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial
dan komunikasi dan kepercayaan diri.

Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil.

5. Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan
jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang
lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang,
hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang
kehidupan.

Tabel Posisi Hakikat Manusia :


S M Sl M Sl M S
Freedom Determinism
Rationallly Irrationality
Holism Elementalism
Constitutionalism Environmentalism
Changeability Unchangeability
Subjectivity Objectivity
Proactivity Reactivity
Homeostasis Heterostasis
knowability Unknownability

PENJELASAN
a. Freedom – Determinism
Freud adalah seorang ahli psikonanalisis yang sangat fanatik yang menyatakan bahwa kejadian
dalam diri manusia seperti tindakan, pikiran, perasaan dan aspirasi sangat ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan insting terutama seks dan agresi. Hal ini mengarahkan kita untuk memahami
bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah mekanistik. Hukum perkembangan ini berlaku
untuk semua manusia
b. Rationality – irrationality
Keyakinan freud bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh insting yang bersifat agresif ini
pada akhirnya mengarahkan dia untuk menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk yang irrasional. Freud berkeyakinan bahwa manusia selalu dikuasai oleh kekuatan Id,
dimana sifat Id adalah buta dan hanya mementingkan kesenangan sesaat. Untuk mengejar
kesenangan yang bersifat sesaait ini. Maka Id selalu mengabaikan Rasionalitas.
c. Holism – Elementalism
Freud berkeyakinan bahwa untuk mengenal manusia, maka manusia ini harus dipelajari secara
utuh. Pemahaman secara utuh ini mengarahkan kita untuk melihat struktur kepribadian manusia
yaitu id, ego, superego dengan tidak saling memisahkannya.
d. Constitualism- environmentalism
Freud pada dasarnya adalah menyatakan bahwa kepribadian manusia di bentuk dari dalam diri
manusia itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Freud bahwa seluruh kekuatan yang dimiliki Id
berasal dari herediter atau bawaan sejak lahir dan merupakan struktur kepribadian yang dimiliki
oleh masing-masing manusia. Akan menjadi apa manusia itu kelak adalah hasil dari sifat-sifat
genetik atau sifat bawaan yang dimiliki oleh masing-masing manusia.
e. Changeability – unchangeability
Freud berkeyakinan bahwa kepribadian manusi tidak dapat diubah. Hal ini dibuktikan dengan
teorinya bahwa kepribadian yang dimiliki oleh manusia pada saat ini merupakan hasil dari
pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama usia antara 0 hingga 6 tahun. Pengalaman
yang didapat oleh masing-masing manusia pada usia tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
kepribadian manusia pada masa-masa yang akan datang.
f. Subjectivity – Objectivity
Freud meyakini bahwa masing-masing manusia akan hidup dalam dunianya sendiri (private
world). Manusia akan hidup dengan perasaannya, emosinya, persepsinya dan bagaimana mereka
mengartikan hidup, akan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman masa lalunya. “Dunia”
ini akan sangat membantunya freud untuk dapat mengenal masing-masing manusia dan
merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Walaupun dalam teorinya, dia
menyatakan bahwa ada permasalahan-permasalahan yang bersifat objektif (pola asuh orang
tua), tetapi keyakinan Freud terhadap Subjektivitas masing-masing individu sangat besar.
g. Proactivity – Reactivity
Teori freud menyatakan, bahwa perilaku manusia yang ditampakkan merupakan sebuah
dorongan yang dimunculkan dalam diri manusia yang paling dalam (id). Dengan demikian,
manusia adalah makhluk yang proaktif. Hanya saja, proaktif yang dimiliki oleh Freud berbeda
dengan apa yang dijelaskan oleh para ahli humanistik. Menurut Freud setiap manusia memiliki
dorongan atau motivasi, di mana motivasi ini muncul karena adanya kekuatan Id dan insting.
Perilaku yang muncul adalah hasil dari adanya kekuatan-kekuatan tersebut, sehingga dalam
tabel, posisi manusia adalah proaktif berada pada kolom moderate.
h. Homeostasis – heterostasis
Freud percaya bahwa semua tingkah laku manusia telah diatur oleh kecendrungan untuk
mengurangi eksistasi yang diciptakan oleh tegangan jasmani yang tidak mengenenakkan. Id
secara terus menerus berusaha untuk mengekspresikan kebutuhannya dan manusia akan
bertindak untuk mengurangi tegangan tersebut. Dalam usahanya melepaskan ketegangan
tersebut, maka individu akan dikemudikan atau diatur oleh kebebasan Id, sehinggan akan
memunculkan kondisi homeostasis.
i. Knowability – Unknowability
Menurut pandangan Freud, manusia dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan ilmiah. Hal ini dikarenakan manusia akan vertindak sesuai dengan kodratnya.
Sesuai dengan pernyataan freud bahwa psikoanalisis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
yang mempelejari kejiwaan. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka dalam menjalankan usaha
untuk memahami manusia harus dilakukan dengan cara-cara yang ilmiah.

2. Manusia Sehat atau Tidak Sehat

a. Manusia Sehat
Freud menyatakan bahwa pribadi orang sehat adalah mereka yang dapat mengadakan
integrasi antara Id dan Ego. Dalam hal ini fungsi ego dapat berjalan sebagaimana mestinya dan
tidak dikuasai oleh Id.
b. Manusia tidak Sehat
Orang yang tidak sehat adalah mereka yang mempunyai mekanisme pertahanan diri.
Perlu diketahui bahwa mekanisme pertahanan diri yang dimiliki oleh manusia merupakan
sesuatu yang tidak disadari dan merupakan rasa bersalah atau penghukuman diri. Adapun jenis
pertahanan diri antara lain:
Forma Reaksi, merupakan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Jika
perasaan yang ada dapat menimbulkan suatu ancaman, maka individu akan menampakkan
perilaku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan yang dapat menimbulkan ancaman
tersebut.
Identifikasi, individu bertindak atau menanggapi suatu sirkumtasi yang diperkirakan atau
dianggap seakan-akan sama dengan yang pernah dialaminya, atau seseorang menyamakan
dirinya dengan orang lain, kelompok lain, atau nilai-nilai tertentu. Identifikasi ini sering muncul
pada oramg-orang yang memiliki kelemahan dalam konsep diri atau mereka yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu atau disebabkan oleh kesulitan mereka dalam
menerima diri sendiri.sebagai contoh, seseorang tidak bisa menerima dirinya, bahwa dia tidak
dapat bermain bola dengan baik, maka dia akan mengatakan bahwa dia anggota dari salah satu
klub bola terkenal. Pernyataan tersebut adalah upaya untuk menyatakan statusnya.
Introjeksi, seorang individu menempatkan keinginan-keinginannya terhadap objek atau
individu, seakan-akan benda atau individu tersebut adalah miliknya tanpa memperhatikan
apakah benda atau individu tersebut ada atau tidak.
Kompensasi, seorang individu melakukan suatu tindakan tertentu (biasanya negatif) karena apa
yang dia inginkan tidak bisa didapatkannya, sebagai contoh, seorang anak yang tidak pernah
mendapatkan perhatian positif dari gurunya, maka dia akan mengembangkan suatu perilaku
yang negatif.
Penyangkalan, perlawanan terhadap kecemasan dengan cara “menutup mata” terhadap
kejadian yang ada. Misalnya, seorang individu takut terhadap kematian orang tuanya, maka dia
menyangkal bahwa orang tuanya telah tiada. Penyangkalan ini muncul karena individu tidak
bisa menerima kenyataan yang ada.
Proyeksi, mengalihkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain
atau lingkungan, dengan demikian seorang individu dapat menjelekkan atau mengutuk orang
lain karena dia yang melakukan tindakan kejahatan tertentu. Rasinoalisasi, individu membuat
alasan-alasan yang menurtnya dapat “diterima” oleh akal sehat. Dia membuat suatu pemalsuan
diri, sehingga kenyataan sebenarnya yang pahit tidak terlalu menyakitkan egonya.
Represi, suatu tindakan pencegahan terhadap pemikiran atau perasaan yang tidak
menyenangkan, perasaan atau pemikiran yang tidak menyenangkan ini ditekan ke dalam alam
bawah sadar.
Regresi, salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri dimana seseorang mengalami kecemasan
atau ketakutan (Id terancam) akan memunculkan perilaku-perilaku yang lazim dilakukan anak
kecil seperti menangis, merusak barang, berbicara seperti anak kecil, memberontak, melawan,
ngebut diperjalanan.

3. Tujuan konseling

Tujuan umum terapi psikoanalisis adalah mengembalikan fungsi ego agar dapat lebih kuat atau
membuat hal-hal yang tidak disadari oleh konseli menjadi hal yang disadari sepenuhnya. Proses
terapeutik difokuskan pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lalu
direkonstruksikan kembali, dianalisis, dan ditafsirkan. Dengan demikian, konseli diajak untuk bisa
menyadari apa yang telah dilakukan dahulu dan merasakannya, dengan kata lain, perasaan dan ingatan
yang berkaitan dengan pemahaman diri menjadi lebih penting.
Hubungan antara konselor dan konseli boleh dianggap sangat sedikit. Hal ini dikarenakan
seseorang terapis berusaha untuk tidak dikenal oleh konseli dan hanya berbagi sedikit perasaan dengan
konseli. Terapis ingin konseli bisa memperoyeksikan dirinya pada terapisn, kemudian konseli dianalisis
dan ditafsirkan oleh terapis.
Terapis berusaha semaksimal mungkin agar konseli dapat mencapai kesadaran diri, bertindak
jujur, mampu menangani kecemasan secara realistis dan bisa mengendalikan tingkah lakunya yang tidak
rasional. Terapis berusaha untuk membuat penafsiran-penafsiran untuk mengajari konseli tentang
tingkah lakunya sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lalu.

4. Teknik Konseling

a. Penafsiran
Penafsiran merupakan suatu prosedur dasar yang digunakan untuk mengadakan analisis
terhadap teknik asosiasi bebas, mimpi-mimpi, hambatan-hambatan dan transferensi. Dalam
penafsiran ini, terapis mencoba untuk menerangkan tentang suatu kejadian atau tingkah laku yang
diwujudkan ke dalam mimpi, hambatan-hambatan dan yang ditujukan kepada terapis itu sendiri
(tranfrensi).
Upaya penafsiran ini bertujuan untuk menyingkap hal-hal yang tidak disadari oleh konseli.
Hanya saja, pelaksanaan penafsiran ini harus tepat waktu, karena dikhawatirkan konseli akan
menolak apa yang telah ditafsirkan terapis tentang dirinya. Ada aturan main, bahwa penafsiran ini
harus dilakukan pada saat konseli sudah mulai masuk ke alam bawah sadar.
b. Analisis mimpi
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat konseli tidur dan bermimpi. Teknik ini
merupakan suatu prosedur yan penting untuk menyingkap hal-hal yang berada di alam bawah sadar
konseli. Selama proses tidur, pertahanan diri konseli mulai lemah dan perasaan-perasaan yang telah
lama ditekan akan dapat muncul dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan Freud meyakini bahwa
mimpi merupakan refleksi konflik dari tekanan-tekanan dalam kepribadian manusia.
c. Asosiasi Bebas
Teknik asosiasi bebas dilakukan karena ada alasan bahwa seringkali terjadi kegagalan pada
saat terapis berusaha untuk menghipnotis konseli. Teknik ini merupakan teknik yang utama dalam
pendekatan psikoanalisi. Dalam proses ini yang pertama kali dilakukan oleh terapis adalah meminta
konseli untuk rileks atau duduk di kursi. Konseli diminta untuk mengosongkan pikirannya dari
kegiatan sehari-hari. Kemudian konseli diminta untuk mengungkapkan apa saja yang lewat
dibenaknya pada saat itu juga. Apapun yang direspons dalam pikirannya itu harus dikatakan,
walaupun apa yang dikatakannya itu menyakitkan, tidak logis, remeh dan sebagainya.

B. TEORI BEHAVIORISTIK

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh John B.Watson (1878 –
1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika.

Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan
pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.

Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan.

1. Pandangan tentang Manusia

Skinner dalam Hjelle & Ziegler (1994) menyatakan bahwa perilaku mannusia pada dasarnya sangat
bergantung pada faktor-faktor internal seperti ketidaksadaran,sifat dan lain-lain (seperti pada teori
psikoanalisis). Skinner meyakini bahwa perilaku yang dimiliki manusia adalah sebagi hasil dari
pengkondisian lingkungan dimana manusia berada.

Aliran Behavioristik selalu mencoba mengubah tingkah laku manusia secara langsung. Hal ini
ditunjukan dengan cara-cara yang digunakan. Pada dasarnya aliran ini beranggapan bahwa dengan
mengajarkan perilaku baru pada manusia, maka kesulitan yang dihadapi akan dapat dihilangkan
(extinction). Dengan demikian modifikasi perilaku yang menyimpang dapat dihilangkan secara
permanen dengan cara mengajarkan perilaku baru yang diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan pandangan kaum behavioris lebih menekankan pada kegiatan belajar dari
pada model kepribadian yang lain. Chamblers & Goldstein dalam Gillilan (1989) menyatakan,
bahwa para ahli behaviorisme beramsumsi bahwa perkembangan kepribadian manusia
dikembangkan karena adanya kematangan dan hukum belajar. Dengan demikian sangat jelas bahwa
kepribadia seseorang dapat dibentuk karena belajar. [6]

a. Freedom-Determinism
Menurut Skinner, manusia sangat diperngaruhi oleh pengalaman-pengalamanya, terutama
dinyatakan bahwa perilaku manusia saat ini merupakan produk dari ganjaran-ganjaran yang telah
diterima oleh seseorang. Dengan kata lain, bahwa apa yang telah kita lakukan saat ini adalah hasil
dari ganjaran yang telah diberikan kepada kita. Sebagai contoh, perilaku bayi sangat ditentukan oleh
orang tua, dimana perilaku yang baik akan mendapatkan ganjaran. Ganjaran yang terus menerus
akan semakin mempertajam perilaku tersebut. Selanjutnya, perilakuakan dipertajam lagi oleh
lingkungan dimana anak itu berada. Dengan demikian, perilaku yang diinginkan akan menjadi milik
individu tersebut.

b. Rationality-Irrationality

Skinner berpendapat bahwa keprobadian manusia seperti kotak yang tertutup. Artinya kita tidak
dapat melihat kepribadian manusia tanpa melihat perilaku yang dimunculkanya. Pikiran dan
perasaan manusia tidak dapat diterjemakahnya. Sebaliknya perilaku yang ditampakkan oleh
manusia yang dapat diterjemahkan secara explisitbdan ilmiah. Hal ini pada akhirnya mengarahkam
skinner untuk tidak meyakini adanya pola pikir yang rasional atau tidak rasional

c. Holism-Elementalism

Skinner menyatakan bahwa kepribadian tidak lebih dari sekumpulan pola perilaku yang dimiliki
oleh masing-masing individu. Pola perilaku (kepribadian) ini diperoleh seseorang karena proses
belajar sehingga dapat dihilangkan pula dangan belajar. Untuk memahami perilaku manusia, kita
perlu memahami pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan individu tersebut.

d. Constituationalism-Envinronmentalism
Kita ketahui bersama bahwa Skinner adalah ilmuan yang secara ajek mempelajari pengaruh
lingkungan terhadap perilaku manusia. Skinner meyakini bahwa perilaku manusia adalah hasil dari
proses belajar bertingkah laku, dimana perilaku tersebut selalu mendapatkan penguatan dari
lingkungan melalui proses pengkondisian.

e. Changeability-Unchangeability
Skinner meyakini bahwa semua perilaku manusia dapat diubah. Perubahan yang dimaksud adalah
dengan melakukan pengkondisian terhadap manusia dengan memberikan penguatan terhadap
perilaku yang disukai. Menurut skinner pertumbuhan psikologis yang dimiliki oleh seseorang bukan
prose salami yang muncul alami dari individu. Karena perkembangan psikologis seseorang sangat
ditentukan oleh lingkungan dimana dia berada, maka hal tersebut dapat diubah.

f. Subjectivity-Objectivity
Organism diibaratkan sebagai kotak yang tertutup yang didalamnya penuh dengan asusmsi-asumsi
yang subjective. Skinner menolak hal ini, dan berpendapat bahwa untuk mengenal seseorang, maka
mereka harus dikenal dari perilaku yang ditampakanya. Perilaku yang tampak ini akan diukur
sehingga didapatkan pemahaman perilaku yang objetif. Skinner menyatakan bahwa proses kognitif
adalah proses perilaku, hal ini yang akan mengarahkan seseorang untuk bertindak.

g. Homeostatis-Herostasis
Sebagai sesorang behavioris tulen, skinner yakin bahwa manusia pada dasarnya dalah makhluk yang
reaktif. Seseorang akan bertindak jika lingkunganya memberikan penghargaan yang positif. Semua
perilaku manusia didasarkan pada adanya stimulus yang diterima.

h. Homeostatis-Heterostatis
Skinner menyatakan bahwa untuk memahami manusia haruslah dilihat pada apa yang dilakukan
oleh manusia tersebut. Sehingga dia menolak angggapan bahwa manusia dapat dipahami jika
melihat perasaan, pikiran, dan motivasi manusia.

i. Knowability-Unknowability

Didasarkan pada pendapatnya bahwa manusia pada dasarnya dapat diubah dan dipandang secara
objektif, maka Skinner berkeyakinan bahwa manusia pada dasarnya dapat dikenal atau dipahami.
Pemahamanini didasarkan pada perilaku yang ditampakkan oleh masing-masing manusia. Perilaku
yang ditampakkan oleh manusia dapat dipahami dengan menggunakan cara-cara yang ilmiah seperti
penelitian
3. Tujuan konseling

Tujuan konseling dalam terapi behavioristik adalah mengubah atau menghapus perilaku dengan
cara BELAJAR perilaku baru yang lebih dikehendaki. Hubungan antara konselor dan konseli lebih
sebagai hubungan antara guru dengan murid. Hal ini dikarenakan konselor lebih berperan aktif
dalam usaha mengubah perilaku konseli. Konselor lebih banyak mengajarkan tingkah laku baru
konseli sesuai dengan hukum belajar.

Tujuan umum bimbingan dan konseling behavioristik adalah menciptakan kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasanya adalah seluruh perilaku itu hasil belajar, termasuk perilaku yang yang salah
suai. Jika perilaku itu hasil belajar, termasuk perilaku belajar, maka perilaku itu dapat dihapus dari
ingatan dan dapat diperbaiki.

4.Teknik konseling

Beberapa teknik yang digunakan dalam pendekatan behavioristik adalah sebagai berikut:

a. Self-Management
Istilah self-management mengacu ada harapan agar konseli dapat lebih aktif dalam proses terapi.
Cormier & Cormier dalam Sutijono & Suedarmadji (2005) menyatakan, bahwa keaktifan ini
ditunjukkan untuk mengatur atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan perilaku apa yang akan
dibentuk .

b. Disensitisasi Sistematik
Teknik ini diperkenalkan oleh joseph wolpe’s yang merupakan perpaduan berbeda teknik seperti
memikirkan sesuatu. Dlam pelaksanaannya, konselor berusaha untuk menanggulangi ketakutan atau
kecemasan yang dihadapi oleh konseli. Teknik ini digunakan apabila konseli merasa takut dengan
hal tertentu seperti takut menghadapi ujian, takut menghadapi operasi, dan takut naik pesawat
terbang. Selain itu, Walker (1996) menyatakan bahwa stategi disentralisasi sistematis dapat
diberikan kepada individu yang mengalami fobia.

c. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan
kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan
terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.

d. Modelling
Teknik ini dapat dipakai untuk menghadapi pasien atau klien yang menderita fobio, penderita
ketergantungan atau kecanduan obat-obat atau alcohol, bahkan dapat dipakai untuk menghadapi
penderita dengan gangguan kepribadian yang berat, seperti psikosis, khususnya agar memperoleh
keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Dalam melaksanakan prosedur ini,
berbagai teknik dasar terapi perilaku dan pengubahan perilaku, dapat digunakan seperti: teknik
pengebalan, penguatan ulang, penolakan dan pemberia hadiah.

e. Self control (penguasaan diri)


Melalui pendekatan penguasaan diri, pasien atau klien dimungkinkan memiliki pegangan untuk
menghadapi masalah. Pendekatan ini berlawanan dengan pendekatan yang mempergunakan dasar
proses konditioning, jadi sebaliknya mempergunakan dasar proses konditioning aktif (operan).

2. Rational Emotive Therapy

REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh
ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-
usul terapi rasional-emotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan
tindakan dari interpretasinya. Epictetus dan Marcus Aurelius dalam bukunya “The Enchiridion”, menyatakan
bahwa manusia tidak begitu banyak dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada dirinya, melainkan bagaimana
manusia memandang/menafsirkan apa yang terjadi pada dirinya (People are not disturbed by things, but by the
view they take of them). Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam
proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang
dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan
rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek
terapeutik.

a. Pandangan Tentang Manusia

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi
oleh sistem berfikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu
secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu
aspek mempengaruhi aspek lainnya.

Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.

2. Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari orangtua dan budayanya.

3. Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa. Dengan demikian, gangguan
emosional yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional

4. Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi
serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.

5. Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.

6. Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang dengan mengorganisasikan kembali
persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional.

a. Pribadi Sehat dan Tidak Sehat

a. Pribadi Sehat

Individu yang dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi setiap rangsangan terhadap dirinya.

b. Pribadi Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku
yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Terdapat tujuh faktor yang dapat digunakan untuk
mendeteksi pikiran irasional, yaitu:

1. Lihat pada generalisasi yang berlebihan (overgeneralization)

2. Lihat pada distorsi (distortion)

3. Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion)

4. Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana (catastrophising)

5. Lihat pada penggunaan kata-kata absolut

6. Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang konseli
pikir mereka tidak dapat menahannya.

7. Lihat pada ramalan atau prediksi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai