Anda di halaman 1dari 22

JERUSALEM KOTA SUCI TIGA AGAMA DALAM PUSARAN

KONFLIK ARAB-ISRAEL

Disusun Oleh :

Mela Mita Septiana S861508018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia tidak akan pernah dipisahkan dari sebuah konflik. Perkembangan konflik
tersebut berkembang bersama dengan manusia itu sendiri. Manusia pada dasarnya
merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Interaksi
tersebut tercipta tidak selamya merupakan interaksi yang bersifat positif. Adakalanya terjadi
benturan yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
antara kelompok dengan kelompok. Hal yang melatarbelakangi timbulnya konflik yang
umum terjadi yaitu kepentingan. Dalam lingkup yang lebih besar misalnya dalam suatu
negara maka hal itu dinamakan kepentingan nasional sebagai tujuan yang akan dicapai dalam
suatu negara.
Konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Arab-Israel merupakan konflik yang tak
kunjung terselesaikan secara tuntas. Berbagai upaya penyelesaian atas koflik ini telah
ditempuh namun sejauh ini belum nampak hasil yang nyata. Sejalan dengan koflik yang
sedang terjadi dunia Timur Tengah telah bergerak ke arah modern. Modernisasi ke segala
sektor diharapkan mampu menimbulkan kesadaran baru akan terciptanya kawasan yang
damai untuk tercapainya kemauan yang demikian. Akan tetapi malah terjadi hal yang
sebaliknya, Israel sebagai negara maju yang dapat mengungguli negara-negara Arab,
sehingga Israel merasa bahwa Israel merupakan negara terkuat di daratan Timur Tengah.
Campur tangan AS juga memberi Israel kekuatan untuk melakukan agresi terhadap negara-
negara Arab.
Serangkaian kesepakatan yang diciptakan untuk meredam konflik masih diupayakan oleh
berbagai pihak pemegang tempuk kekuasaan dikawasan yang rawan konflik tersebut. salah
satu konflik yang yang terus menerus menjadi perhatian dunia internasional adalah koflik
Israel-Palestina, yang meskipun telah dilakukan berbagai upaya perundingan namun masih
belum menunjukan adanya tanda-tanda penyelesaian konflik hingga sekarang. Persoalan
Israel-Pelestina ini bukan lagi merupkan permasalahan lokal antara kedua negara, akan tetapi
telah menjadi pusat perhatian dunia. Bahwa konflik ini tidak lagi antara Palestina dan Israel,
namun juga Arab-Barat dan Islam-Yahudi. Oleh karena itu kajian mengenai Jerusalem Kota
Suci Tiga Agama Dalam Pusaran Konflik Arab-Israel diharapkan mampu memberikan
gambaran serta penjelasan yang mendalam tentang permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Jerusalem?
2. Bagaimana konflik Arab-Israel terkait perebutan hak atas Jerusalem?
3. Apasaja usaha PBB dalam menangani konflik antara Arab dan Israel dalam
memperebutkan Jerusalem?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah, status serta posisi strategis Jerusalem
dalam konflik Arab-Israel
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan usaha apa saja yang dilakukan PBB dalam
menangani konflik perebutan Jerusalem antara Arab-Israel

BAB II
PEMBAHASAN

Jerusalem memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan kota-kota lain di dunia. Satu hal
yang membedakannya adalah kota ini sangat penting artinya bagi tiga agama samawi:
Yahudi, Kristen, dan Islam.

A. Sejarah Kota Jerusalem


Jerusalem sebagai kota suci bagi tiga agama, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam, sudah
diukir sejak 5.000 tahun yang lalu. Sejarah ini telah menjadikan Jerusalem sebagai kota yang
sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan.1 Kota yang sangat bersejarah Jerusalem adalah
sebuah warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1981. Kota ini memiliki
penduduk sebesar 724.000 jiwa dan luas 123 km 2. Sepanjang sejarahnya, Jerusalem telah
dihancurkan dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan dikuasai/dikuasai ulang 44
kali.2 Hingga kini masih terjadi perdebatan pendapat tentang asal-muasal nama Jerusalem
yang berada pada ketinggian 2.200 kaki dari permukaan laut, terletak sekitar 28 mil di
sebelah timur Laut Tengah dan 12 mil di sebelah barat Laut Mati. 3
Temuan arkeologis menunjukkan pada tahun 3000 SM tempat itu sudah ditinggali.
Kota itu diyakini pertama kali dibangun dan didirikan oleh orang-orang Kanaan. Selama
periode Kanaan itu, Jerusalem bernama Urušalim. Mulai sekitar tahun 1600 sampai 1300
SM, kota tersebut berada di bawah kekuasaan raja Mesir dan diperintah oleh para penguasa
Kanaan yang tunduk pada Firaun. Ada sebuah cerita bahwa orang-orang Kanaan itu adalah
keturunan Shem dan Eber, anak Nabi Nuh. Mereka inilah yang mula pertama mendirikan
Jerusalem yang kemudian dijadikan ibukota Kerajaan Israel setelah direbut oleh Raja Daud.
Manetho, sejarawan Mesir, menyatakan bahwa Jerusalem didirikan oleh orang-orang
Hyksos setelah mereka diusir dari Mesir pada tahun 1479 SM. Yang lain menyebutkan,
Jerusalem dibangun oleh orang-orang Jebusit pada tahun 2500 SM. Steward Perowne dalam
Cities of the World: Jerusalem and Bethlehem menulis bahwa bukti tentang keberadaan
Jerusalem termuat dalam tablet atau lembaran-lembaran tanah liat bertahun 1300 SM dari
Tel-el-Amarna, Mesir. Dalam tablet tersebut ditulis bahwa gubernur kota itu (Tel-el-Amarna)
menulis surat kepada tuannya, Firaun Amen-Hotep IV (Ikhnatun), yang memerintah pada
tahun 1379 sampai 1362 SM. Firaun Amenhotep IV atau sering ditulis Amenhotep,
Amenophis, Neferkheperu-Re, atau Naphurureya dikenal sebagai Firaun yang melakukan
pembaruan agama Mesir di zamannya. Ia mengganti semua dewa tradisional dengan Aton,
yakni Dewa Matahari. Karena itu, ia disebut juga sebagai Firaun Ikhanatun atau Akhenaton

1
Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 RI
2
Naifu, JERUSALEM : Sumber Pluralisme Agama, dalam (http://Naifu.WordPress.com/2010-06-14/JERUSALEM-
Sumber-Pluralisme-Agama/), diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.
3
Manuel H.Wauran, Dari Kairo ke Yerusalem, Bandung : Indonesia Publishing House, 1995, hlm. 195.
yang berarti ”baik bersama Matahari”. Ia memiliki seorang istri yang begitu terkenal,
Nofretete atau Nefertiti.4
Dalam surat yang ditulis oleh gubernur kepada Amenhotep IV itu disebutkan bahwa
negara sedang diserbu dan minta bantuan kepada Firaun. Penulis surat itu menyebut nama
kota itu Urušalim yang berarti Kota Perdamaian. Tetapi berdasarkan temuan arkeologis,
dinding kota yang masih berdiri diperkirakan dibangun 500 tahun sebelum surat dari
lempengan tanah liat itu dibuat. Ada pemahaman lain tentang kata Jerusalem yang dalam
bahasa Ibrani ditulis Yerushalayim atau Yerushalaim yang artinya adalah Warisan Salem atau
Warisan Perdamaian. Yang diartikan sebagai warisan adalah kata yerusha, sedangkan kata
salem secara harfiah berarti keseluruhan atau dalam harmoni atau shalom yang berarti damai;
dalam bahasa Arab disebut Al Quds yang artinya kudus, sementara dalam bahasa Arab resmi
di Israel disebut Urshalim al Quds.
John D. Gasrr, dalam kertas kerjanya yang berjudul Jerusalem – World Capital for the
Messianic Age, menulis, nama Yerushalayim barangkali berarti orang, rumah, atau tempat
tinggal yang damai. Sementara itu, kata salem selain diartikan ”keseluruhan” atau ”dalam
harmoni”, juga ”damai”. Berbagai sumber mengungkapkan, kota ini pertama kali diberi nama
Orshalem atau Orsaleem yang berarti Kota Perdamaian. Kemudian pada masa lain disebut
Yuroshalime lalu berubah menjadi Orshamam. Pada masa yang lain disebut Herusulima, lalu
pernah diberi nama Kota Yabous lalu Kota Daud. Di waktu lain disebut Al Quds atau Beit Al
Maqdes. Sejarah juga menceritakan bahwa pada suatu masa kota itu diberi nama Zahrat al
Mada’een atau Bunga Segala Kota.
Kitab Kejadian atau Genesis, yakni kitab pertama dari lima Kitab Taurat Musa atau
kitab pertama dari Kitab Suci Perjanjian Lama, sudah menyebut nama kota itu. Dalam
Genesis 14:18, kota itu bernama Salem (damai) dan disebut Jebus, kota kaum Jebusit yang
dikalahkan Yosua. Sumber lain, yaitu Surat-surat Amarna (Amarna Letters). Menyebut
Urušalim dalam bahasa Akadia, sebuah bahasa yang sama asalnya dengan bahasa Ibrani,
sebagai Ir Shalem. Dalam kitab Genesis Rabba atau yang dalam bahasa Ibrani disebut
Bereshith Rabba, yakni sebuah teks suci religius tentang Yudaisme Klasik, disebutkan bahwa
Abraham tiba di Shalem setelah menyelamatkan Lot, keponakannya. Setibanya di Shalem, ia

4
Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008,
hlm. 136.
minta kepada raja dan Imam Agung Melkisedek untuk memberkatinya. Melkisedek pun
melakukan permintaan Abraham itu atas nama Yang Maha Agung. Hal itu menunjukkan
bahwa Melkisedek, sama seperti Abraham, adalah seorang monoteis.
Jerusalem juga disebut sebagai Kota Daud. Menurut sejarah, kota yang dahulunya
bernama Urušalim itu direbut Raja Daud sekitar tahun 1500 SM. Di kota itulah kemudian
Sulaiman atau Sulaeman, atau Solomon, putra Daud, mendirikan Kenizah Allah. Inilah
Kenizah pertama.
Jerusalem juga disebut Kota Daud atau Ir Daud. Ir adalah kata dalam bahasa Ibrani atau
juga sering disebut uru atau ur yang artinya kota. Dari sinilah juga muncul nama Uru-Shalim
yang yang kemudian berubah menjadi Yerushalem. Muncul dugaan bahwa Hirousalēm dan
Hierosolyma (Yunani) serta Hierusalem (Latin) diambil dari sebuah kata dalam bahasa
Yunani, yakni hieros, yang berarti suci. Ada juga yang menghubungkan nama Jerusalem
dengan nama seorang dewa, yakni Salim. Orang-orang Mesir menyebut Shalim dengan nama
Sharamana dan orang-orang Phoenicia/ Phoenisia menyebut Shalim dengan Salaman. Ada
yang memperkirakan bahwa Salaman (Σαλαμαν) inilah kemudian muncul kata salomon atau
Solomon yang di Indonesia dikenal dengan nama Sulaeman, manusia cinta damai. 5 Ada yang
berpendapat bahwa kombinasi kata yir’eh dan shalem itu merupakan asal-usul nama
Jerusalem. Selain disebut sebagai Kota Perdamaian, Jerusalem juga disebut sebagai Neveh
Tzedek atau Oasis Keadilan, Ir Ha-Kodesh atau Kota Tempat Suci, Ir Ha-Kodeshah atau
Kota Suci yang dalam bahasa Arab disebut sebagai Al Quds atau Al Quds aš Šarīf atau
Tempat Tersuci. Dalam bahasa Turki disebut sebagai Kudüs.
Kota itu diberi nama Aelia Capitolina atau lengkapnya Colonia Aelia Capitolina oleh
Kaisar Romawi Hedrian pada tahun 131. Nama itu diberikan setelah tentara Romawi berhasil
merebut, menduduki, dan menghancurkan Jerusalem serta mengusir semua orang Yahudi.
Kata aelia diambil dari kata aelius, yakni nama keluarga Hedrian, sementara capitolina
berarti bahwa kota baru itu dipersembahkan bagi Jupiter Capitolinus. Jupiter adalah salah
satu dewa pagan dari trinitas Romawi, yakni Jupiter, Juno, dan Minerva. Jadi, kota baru itu,
yakni Aelia Capitolina, dibangun untuk dipersembahkan kepada Hedrian dan Dewa Jupiter.
Kota Aelia Capitolina adalah kota baru yang didirikan persis di atas Jerusalem yang
diruntuhkan pada tahun 70 oleh Legiun Romawi pimpinan Titus. Atas perintah Hedrian, Kuil

5
Trias Kuncahyono, Op Cit ,hlm. 138.
Jupiter dibangun persis di atas Bukit Kuil dan berhala-berhala Romawi dibangun di seluruh
kota. Wilayah kota baru itu dikelilingi tembok sebagai benteng dan orang asing dari berbagai
bangsa dibawa ke kota itu, sedangkan orang Yahudi dilarang masuk dan tinggal di Aelia
Capitolina. Tembok kota yang sekarang masih ada pada umumnya memiliki tata letak yang
sama dengan tembok di zaman Romawi dulu.
Jerusalem juga sering disebut sebagai Kota Yehuda. Nabi Yesaya menyebut Jerusalem
sebagai Ariel (Yes. 29:1) yang berarti Singa Tuhan. Sering pula Yesaya menyebut Jerusalem
sebagai Putri Zion, Putri Jerusalem, Anak Dara Zion. Jerusalem oleh Yesaya juga disebut
sebagai Kota Kebajikan, sementara oleh pemazmur diberi nama Kota Tuhan atau Kota Tuhan
kita atau Rumah Yahwe atau Raja Agung. Ketika di zaman pembuangan bangsa Israel
dibuang ke Babilonia – Jerusalem oleh orang-orang yang ada di pembuangan disebut sebagai
kota, ini untuk membedakan dengan Tanah.
Penggantian nama-nama Jerusalem tersebut memberikan bukti bahwa Jerusalem
dulunya merupakan sebuah kota sebagai ajang perebutaan kekuasaan, sebagai kota sumber
konflik, kota yang istimewa, kota warisan leluhur, kota yang strategis serta kota yang
memberikan banyak inspirasi. Sejak zaman kuno Jerusalem dikenal sebagai kota yang
strategis bagi kerajaan sehingga mereka berlomba-lomba mendominasi wilayah tersebut.
Menguasi wilayah tersebut berarti menjamin kebebasan perdagangan strategis antara benua
Asia, Eropa dan Afrika. Karena alasan inilah Jerusalem yang disebut-sebut sebagai kota
perdamaian sering menjadi ajang pertempuran yang menimbulkan pertumpahan darah dari
dulu hingga sekarang. Penggantian nama tersebut sebagai suatu bukti nyata.

1. Gambaran Umum Jerusalem


Untuk mempermudah dalam memahami konflik Palestina-Israel maka diperlukan
gambaran bagaimana akar permasalahan sengketa dan konflik melalui sudut pandang sejarah
dan perkembangannya hingga sekarang. Untuk memberi diskripsi yang jelas dan runtut maka
akan diambil beberapa periode waktu yang berbeda, karena akar dari sebuah permasalahan
yang berkepanjangan ini adalah klaim bangsa Yahudi di tanah Palestina yang dianggap
sebagai “The Promised Land”, serta dianggapnya Palestina sebagai tanah leluhur mereka.
Begitu juga Palestina bangsa Palestina menganggap Jerusalem merupakan tanah suci dimana
terjadi peristiwa bersejarah bahwa Nabi Muhammad melakukan perjalanan malam (Isra’
Mi’raj), Isra’ (perjalanan malam) dan Mi’Raj (Kenaikan) dari Masjid Al-Haram di Mekkah
ke Masjid Al-Aqsha Jerusalem kemudian ke Sidratul Muntaha. Orang Islam menganggap
Jerusalem juga sebagai Tempat Perlindungan Terjauh itu adalah Bukit Kuil. 6 Dan ketiga
agama tersebut masing-masing mangakui sebagai pihak yang paling berhak atas tanah itu.
Jerusalem memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan kota-kota lain di dunia ini.
Satu hal yang membedakan adalah kota ini sangat penting artinya bagi tiga agama samawi:
Yahudi, Kristen, dan Islam. Dan di kota inilah lahir dua agama besar: Yahudi dan Kristen.
Selama ribuan tahun, orang datang ke kota itu untuk bertemu Tuhan “Berziarah”. Dalam
bahasa Ibrani, istilah untuk melakukan perjalanan ke Jerusalem dan Tanah Terjanji disebut
“aliyah” atau ”pendakian”. Secara fisik, jalan menuju Jerusalem memang mendaki.
Jerusalem dibangun di perbukitan Yudea. Ribuan orang yang datang berziarah ke
Jerusalem percaya bahwa kota itu adalah pintu gerbang menuju surga. Semua itu bisa terlihat
di Tembok Ratapan, di Gereja Makam Kristus, di Masjid Al-Aqsha, dan di Dome of the Rock
atau Masjid Kubah Batu.
Sepanjang sejarahnya The Land telah menjadi rumah bagi berbagai bangsa dan agama.
Bahwa ketiga agama, Yahudi, Kristen, dan Islam bermukim di negeri tersebut. Ketiga agama
tersebut dalam suatu kasus masing-masing memiliki karakteristik khusus. Bagi orang Muslim
isunya bukanlah Palestina sebagai Tanah Suci, melaikan Jerusalem sebagai sebuah Kota
Suci. Karena, menurut kepercayaan Islam Kuil Sulaiman dibangun secara ajaib. Dari
Jerusalemlah Nabi Muhammad melakukan perjalannan Isra’ Mi’raj ke langit. Karena itu
Jerusalem merupakan tempat suci ke tiga dalam Islam.
Sedangkan bagi orang Kristen The Land secara keseluruhan adalah Tanah Suci, sebagai
kancah duniawi kelahiran dan kehidupan Yesus Kristus, sehingga the land memiliki keunikan
yang luar biasa yang tidak ada tandinganya. Umat Kristen berhasrat untuk tinggal di negeri
tersebut (Jerusalem) sebagai kewajiban agama.
Bagi bangsa Yahudi The Land adalah Tanah Suci sebuah Tanah Terjanji, dan kata
tersebut mengindikasikan sebuah intensitas hubungan yang melampaui intensitas sejenis dari
agama Islam dan Kristen. Orang Yahudi percaya bahwa akan datangnya Messiah di tanah
Jerusalem, kedatangan Messiah Yahudi diyakini untuk mengembalikan bangsa Yahudi
Diaspora dari seluruh dunia ke tanah Israel. Gagasan-gagasan kana datangnya hari

6
Simon Montefiore, Jerusalem The Biography, Jakarta: Alvabet, 2012, hlm. 217.
pembalasan, tentang penyelamatan dunia dan kehidupan yang kekal terjadi di tanah
Jerusalem.7
a. Penduduk
Masa 3000 SM beberapa bangsa dari kabilah-kabilah Arab berhijrah dari
Semenanjung Arab ke kawasan utara, disebabkan tekanan musim kemarau yang panjang
dan iklim yang panas dari padang pasir. Menurut pendapat Charles Foster Kent, orang-
orang Phoenicia adalah kaum yang lebih awal dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain
yang pindah ke sana. Mereka menganggap pesisir Laut Tengah itu sebagai tempat yang
sesuai untuk menetap, lalu mereka pun bermukim di tempat itu. Kawasan yang
sebelumnya mereka tinggali merupakan daerah yang sempit ditepi pantai berbatasan
dengan laut di sebelah barat dan di sebelah timur berbatasan dengan deretan kaki bukit
yang terjal.
Bermukim pula beberapa kabilah Arab yang lain di sebelah selatan bangsa
Phoenicia, yang terkenal dengan nama Kabilah Kan’an yang hidup sekitar 2500 SM.
Kabilah Kan’an ini menempati sebelah Barat pesisir sungai Jordan hingga Laut Tengah.
Sehingga mereka menyebut kawasan itu sebagai Bumi Kan’an yang sering kali disebut
dalam kitab Taurat.
Pada tahun 1200 SM beberapa kabilah dari Pulau Creta mendatangi kawasan pantai
yang berada di dekat Laut Tengah. Kabilah-kabilah ini dinamakan kabilah Palestina.
Mereka tinggal di suatu daerah yang terletak di suatu daerah yang terletak di antara Jafa
dan Ghazzah (Gaza), kabilah-kabilah orang Kan’an pun bertetangga dengan orang-orang
kabilah yang baru dari Pulau Creta itu. Hasil percampuran dari kedua kabilah itu maka
munculah satu generasi baru yang berketurunan darah Arab dengan nama bangsa
Palestina.
Sebelah tenggara sungai Jordan telah menetap beberapa kabilah Arani (Aramean)
yang datang dari lembah sungai Eufrat dan sungai Tigris dengan beberapa orang-orang
yang datang dari semenanjung Arab. Dalam kitab-kitab suci orang-orang ini disebut
dengan orang-orang Syiria yang beribukota di Damsyik atau Damaskus. Bahasa, agama
serta unsur kebudayaan Arani adalah sama dengan bahasa, agama dan unsur-unsur
kebudayaan orang-orang Kan’an.

7
James Parker, Sejarah Palestina, Jakarta: Seketsa, 2007, hlm. 192-193.
Dari beragam suku bangsa tersebut maka bangsa asli Palestina, menurut data
sejarah selama 40 abad yang lalu, menyebutkan bahwa keturunan mereka adalah
campuran keturunan orang-orang Yunani, Romawi, Mongolia, dan Turki. Namun setelah
adanya penelitian yang lebih lanjut maka bangsa Palestina adalah keturunan orang-orang
Philistin dan Kan’an. Mereka sebagian beragama Kristen dan sebagian yang lain
beragama Islam.
Selanjutnya berbicara mengenai penduduk Yahudi tidak termasuk golongan
Palestina asli, karena merupakan masyarakat yang berjumlah sedikit, tercatat pada tahun
1267 hanya terdapat dua keluarga di Jerusalem. Jumlah tersebut semakin berkembang,
sensus yang diadakan oleh Turki pada tahun 1914 menyebutkan penduduk Palestina
berjumlah 690.000 jiwa. Sementara sensus yang dilakukan Inggris pada 1922 hanya
menyebutkan, bahwa dipalestina hanya terdapat ¾ juta penduduk. Dari jumlah itu 78%
adalah Arab Muslim; 11% Yahudi; dan hampir 10% adalah penganut Kristen yang pada
umumnya orang Arab dan Eropa. Penganut Islam dan Kristen adalah penduduk asli
Palestina, sementara ada 2/3 penganut Yahudi adalah imigran.

b. Batas Teritorial
Kawasan ini tidaklah begitu kaya dengan hasil-hasil tambang. Hasil kekayaan
alamnya terbatas pada jenis logam yang terpendam di dasar Laut Mati, terutama pada
logam Potasium Choreta, Sodium Chlorate. Adapun hasil pertaniannya adalah jeruk
limau (orange), di sepanjang pesisir pantai, biji-bijian di daerah Ibnu Amir dan Lembah
Yordan, Zaitun di kawasan pegunungan Manaqala Naqab. Luas kawasan Naqab kira-kira
separuh dari kawasan daerah itu seluruhnya.8
Jelas terlihat bahwa kawasan ini tidak bergantung pada luas wilayahnya dan juga
kekayaan hasilnya, melainkan karena kedudukannya yang strategis di antara benua
Eropa, Asia, dan Afrika. Walaupun wilayah itu sendiri tidak begitu luas, tetapi
bersambungan dengan Laut Mati dan Laut Merah, dan kedua jalan ini bersambungan pula
dengan Lautan Atlantik dan Lautan Hindia. Kaitannya dengan dunia Arab pun karena

8
Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama Yahudi, Bandung : Bina Ilmu, 1990, hlm.4
merupakan satu-satunya kawasan yang sangat erat hubungannya dengan sebagian besar
negara-negara yang terletak di kawasan Arab. Dan bersambung dengan Lebanon, Syria,
Jordania, Saudi Arabia dan seterusnya dengan Mesir.
Keistimewaan ini tidak didapati oleh negara-negara lain yang letaknya berhampiran
dengan kawasan ini, di samping itu merupakan benteng atau suatu lingkaran yang
menghubungkan antara negara-negara Arab yang terletak di kawasan benua Afrika. Dan
dari sinilah keistimewaan kawasan ini, yang bisa dianggap mempunyai arti strategis,
hubungan yang erat dengan negara-negara tetangganya yang mempunyai kepentingan
yang sama, dan tidak terbatas.
Palestina termasuk bagian wilayah Usmaniyah (Ottoman) Turki. Dinasti ini telah
menguasai seluruh wilayah wilayah Asia Barat sejak tahun 1516. Sultan Ottoman Selim
menakhlukan Penduduk di sana menyebut daerahnya dengan nama Filistin atau Ar Ard
Muqoddasa (tanah suci), sebutan yang terakhirlah untuk mencerminkan bahwa daerah itu
sangat diagungkan oleh penganut agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Pada masa
Usmaniyah, Palestina dibagi menjadi 3 provinsi yaitu Jerusalem, Nablus, dan Acre.
Tahun 1870-an ketiga wilayah itu mempunyai wakil yang dipilih untuk Parlemen
Usmaniyah yang tidak berumur panjang.
Penguasa Usmaniyah menggunakan sistem Millet 9 yang memberikan otonomi luas
kepada penganut Kristen dan Yahudi. Mereka dijamin kehidupan sosial, keagamaan,
budaya, dan masalah sosial lainnya. Maka pada waktu tercipta masyarakat yang damai,
toleransi kehidupan umat beragama sangat tinggi, dan timbul kerjasama untuk
menyelesaikan masalah bersama. Kekuasaan Turki di Palestina berakhir pada Perang
Dunia I saat Turki kalah perang.
Sedikit berbeda dengan negara di Asia Barat Daya lainya, Israel berbatasan dengan
Lebanon (utara), Syriah dan Jordania (timur), Mesir (selatan), dan Laut Tengah (barat)
Luas 20.700 km2. Jika Israel ditelusuri dari barat ke timur, akan Nampak 3 macam
pemandangan, dataran pantai, pegunungan dan lelukan Ghor. Dataran pantai itu hanya
terputus oleh Gunung Karmel dan dataran Syaron di sebelah selatan, serta Lembah
Zevulum (Zebulon) di sebelah utara Gunung Karmel.
9
Sistem Milet merupakan Undang-Undang perlindungan terhadap Non-muslim, yang mana undang-undang tersebut
pernah diterapkan oleh Sultan Muhamad Al-Fatih ketika menakhlukan konstantinopel tahun 1453 dengan mayoritas
komunitas Nasrani.
Dengan ketinggian 700-1000 m, daerah pegunungan dapat dibagi atas pegunungan
Negev, pegunungan Yudea, pegunungan Samaria dan pegunungan Galilea. Tiga
Pegunungan yang terakhir terdiri dari batu kapur dan menampakan ciri-ciri berbatu karst
(banyak lubang, air, gua, dan sebagainya), sedangkan di pegunungan Negev hanya
lapisan bawah tanah yang terdiri dari batu granit. Puncak-puncak tertinggi adalah Gunung
Har Meron (1208 m) dekat Zefad dan Gunung Har Ramon (1305 m) di barat daya
pegunungan Negev.10
Daerah pegunungan itu terputus di sebelah tenggara Haifa oleh dataran Yizreel
yang menghubungkan Lembah Yordan dan Laut Tengah, Lekukan Ghor (perpanjangan
dari petakan yang berawal di Segitiga Afar mencakup Lembah Yordan di bagian utara
terletak di Danau Yam Kineret, 209 meter di bawah permukaan laut). Satu-satunya
sungai besar adalah Sungai Yordan, yang sebagian bertepatan dengan garis perbatasan
Jordania. Sungai-sungai lainnya pendek dan bermuara di Laut Tengah.
Wilayah Palestina yang ada sekarang adalah sudah didiami sejak zaman purbakala.
Dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah dari zaman batu (500-14.000 SM)
sebagaimana yang diidentifikasi oleh zaman batu pertengahan (14.000-8.000 SM) bahwa
ada suatu bentuk kehidupan berperadaban An-Nathufiah. Yaitu kehidupan ketika bangsa
Kan’an datang dari Jazirah Arab (2.500 SM) dalam jumlah besar sehingga menjadikan
mereka sebagai penduduk utama di sana, lalu mereka mendiami wilayah tersebut dengan
membangun wilayah peradaban berupa kota-kota dan desa-desa, kemudian seiring waktu
kaum Kan’an ini pun berasimilasi dengan kaum pendatang dengan baik yang kemudian
melahirkan keturunan bangsa Palestina yang sekarang, faktor asimilasi ini berlangsung
sangat baik karena adanya faktor kesamaan agama (Islam) dan bahasa, wilayah ini juga
merupakan tempat lahirnya para nabi dari agama samawi yaitu Islam, Yahudi, dan
Kristen. Antara lain Nabi Ibrahim as (Abraham) hidup di Palestina sekitar 1900 SM dan
kemudian wafat di Madinah.11

B. Dinamika Konflik Arab-Israel

10
Ensiklopedia Indonesia, Seri Geografi Asia, Deplu, 2000, hlm. 104.
11
Muhsin Muhammad Saleh, Palestina : Sejarah, Perkembangan , dan Konspirasi, Jakarta: Gema Insani Pers,
2002, hlm. 17-20.
One Land Two Peoples menggambarkan keadaan yang terjadi di tanah Palestina,
Deborah J. Garner memperlihatkan bahwa sepetak tanah diakui oleh dua kelopok
bangsa, Palestina dan Israel. Mereka masing-masing mengklaim atas kepemilikan tanah
tersebut. Akibatnya, mereka berjuang untuk memperoleh apa yang diakuinya sebagai
milik kelopok. Sehingga konflik antar kedua kelompok itu tidak dapat dihindari.
Pernah terjadi empat kali perang yakni pada tahun 1948, 1956, 1967, dan 1973,
sebagai akibat adanya konflik Palestina-Israel. Perang tersebut tidak hanya melibatkan
negara-negara Arab seperti Mesir, Suriah, akan tetapi juga melibatkan negara yang jauh
dari wilayah itu seperti Amerika Serikat.12

1. Konflik Palestina-Israel
Konflik Israel–Palestina sendiri berawal dari adanya Gerakan Zionisme yang
didirikan oleh Theodore Herlz pada tahun 1896, dalam tulisanya Der Judenstaat (Negara
Yahudi). Herzl menyimpulkan bahwa masyarakat Yahudi tidak akan pernah bias aman
tanpa punya tanah air sendiri.13 Banyak imigran Yahudi yang bedatangan ke Palestina
sebagai realisasi pelaksanaa amanat yang disampaikan Theodor Herzl. 14 Mereka pertama
kali melakukan kongres di Bazlah-Swiss pada tahun 1897, yang merekomendasikan
berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang terdiaspora di seluruh dunia.
Pada kongres berikutnya tahun 1906, rekomendasi ini semakin dipertegas dengan
dimaklumatkannya pendirian negara Israel bagi rakyat Israel di tanah Palestina. 15
Ada dua hal penting yang menjadi pondasi bagi berdirinya negara Yahudi di tanah
Palestina, yaitu: Pertama, perjuangan Sykes-Picot 1916 antara Inggris dan Perancis yang
membagi peninggalan Dinasti Ottoman di wilayah Arab. Pembagian ini menegaskan
bahwa Palestina sebagai wilayah internasional. Kedua, Deklarasi Balfour 1917 yang
menjadikan sebuah negara Yahudi di Palestina pada Gerakan Zionisme. Mulailah
berdatangan imigran ke tanah Palestina pada tahun 1918.16

12
M Riza Sihbudi, Konflik dan Dipolmasi di Timur Tengah, Bandung: Eresco Press, 1992, hlm. 42.
13
Simon Montefiore, Op.Cit, hlm. 493.
14
Ibid, hlm. 45.
15
Abd. Rahman Mustafha, Jejak-jejak Juang Palestina dari Oslo hingga Intifadah Al-Aqsha, Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2002, hlm. xxxi.
16
Ibid., hlm. Xxxi.
Sejak di deklarasikan terbentuknya negara Israel, bangsa Israel secara tegas
menyatakan bahwa satu dari dasar-dasar pendirian negara Israel adalah hak sejarah.
Orang Yahudi merasa berhak atas wilayah yang mereka tinggali sekitar 1900 tahun yang
lalu dan merasa pernah berkuasa dalam beberapa periode di wilyah yang juga mencakup
Jerusalem Timur. Sebagai implementasinya sejak awal pendirianya Israel telah
mengesahkan hukum mudik “law of retrun”, yakni bahwa setiap orang yang memiliki
nenek moyang Yahudi secara otomatis memiliki hak menjadi warga Israel begitu tiba di
Israel.17
Orang Yahudi selalu memaknai Jerusalem dalam dua aspek sekaligus, yakni agama
dan politik. Dengan kata lain, orang-orang Yahudi, Jerusalem memiliki arti penting baik
dari segi agama maupun politik. Hal itu yang terus dipertahankan hingga sekarang dan
mejadi dasar klaim dan tuntutan mereka. Bagi Yudaisme, Jerusalem merupakan
kombinasi pusat politik dan agama orang-orang Yahudi. Kosekuensinya adalah
ingatanakan Jerusalem dan elemen-elemen sejarah yang utama. Istana Daud, pendiri
Keraaan Israel dan Kenizah, yang pertama kali dibangun oleh Solomon/ Sulaiman, putra
Daud tetap di yakini dari identitas kolektif orang Yahudi selama berabad-abad.

2. Perang tahun 1948


Rencana pembagian PBB tahun 1947 untuk Palestina merekomendasikan berdirinya
negara Yahudi di Palsetina. Yahudi dengan cepat mengamankan wilayah-wilayah yang
diperuntukkan bagi bangsa Yahudi dan kemudian meluaskan bagian-bagian Palestina
yang diperuntukkan bagi bangsa Palestina. Perang pertama berlansung selama satu tahun
hinggan 6 Januari 1949. Perang tersebut ditandai dengan pasukan Yahudi melawan
pasukan nonreguler Arab antara unit Yahudi dan lima angkatan b ersenjata Arab yang
memasuki Palestina sehari setelah berdirinya Israel pada 14 Mei 1948. 18
Semua orang Yahudi yang berumur tujuh belas hingga dua puluh lima tahun
diperintahkan untuk mendaftarkan diri ke dinas milite pada pertengahan bulan Dersember
mereka mulai mengorganisasikan aksi militer melawan orang-orang Arab Palestina

17
Ibnu Burdah, Konflik Timur Tengah: Aktor Isu dan Dimensi Konflik, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008, hlm. 106.
18
Paul Findley, Diplomasi Munafik Ala Yahudi, Terj. Rahmani Astuti (Deliberate Deception: Facing The Fact about
the US-Israeli Relatopnship), Bandung: Mizan, 1995, hlm 31.
dalam Rencana Militer Gimmel19. Serangan Yahudi pertama berlangsung pada 18
Desember ketika pasukan Palmach, pengempur dari angkaan bersenjata bawah tanah
Yahudi, Haganah menyerang desa Palestina Khissas di bagaian utara Galilee dalam
serangan malam yang menewaskan lima orang dewasa dan lima anak-anak.
Pemimpin Yahudi David Ben Gurion menyatakan bahawa dalam sejarah pribadinya
daritahun 1946 hingga 1947 hampir tidak ada serangan Arab atas Yishuv (komunitas
Yahudi di Palestina). Ketika perang menjelang pecah perang pada 1948 aksi-aksi terror
dilancarakan oleh kedua belah pihak. Aksi terror Zionis dilancarkan terutama oleh
anggota-anggota dari dua kelompok utama, Irgun, dan Lehi.20

3. Perang tahun 1967


Perang 1967 adalah perang ke tiga dalam konflik Arab-Israel, kemenangan telak
berada di pihak Israel. Israel mampu merebut sasaran-sasaranya. Yang paling penting
diantaranya yaitu didudukinya seluruh tanah Palestina, termasuk Jeruslaem Timur yang
dimiliki Arab, Semenanjung Sinai milik Mesir, dan Dataran Tinggi Golan milik Syria.
Israel tidak mendapatkan tekanan dari Amerika untuk menyerahlan hasil-hasil yang telah
dicapainya. Tidak seperti krisis Suez 1956 ketika Amerika mampu memaksa tentara
Israel untuk menarik diri dari wilayah yang telah direbutnya. Pertempuran tersebut
berlansung pada 5 Juni hingga 10 Juni. Pertempuran pada 1967 merupakan serangan
mendadak. Dalam dua hari sejak dimulainya perang, pasukan Israel dapat menduduki
Kota Tua Jerusalem dari Yordania.
Para pemimpin Israel dengan segera menyatakan bahwa mereka tidak akan
menyerahkan kota itu. Menjelang berakhirnya pertempuran dalam waktu enam hari
pasukan Israel telah membanjiri Semananjung Sinai, Tepi barat dan Jalur Gaza dan
Dataran Tinggi Golan. Wilayah yang diduduki meningkatkan control Israel atas tanah
seluas 20.870 mil2. Meski pada awalnya Israel berjanji tidak akan meluaskan wilayah,
namun dengan segera ia bertindak dengan mengusir orang-orang Palestina dan

19
Rencana Militer Gimmel tujuannya adalah untuk mengulur waktu bagi mobilisasi kekuatan Yahudi dengan
merebut titik-titik strategis yang dikosongkan oleh Inggris dan untuk meneror penduduk Arab agar menyerah.
20
Paul Findley, Ibid, hlm.39.
mendirikan pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan, termasuk Jerusalem
Timur dan Arab.

4. Perang tahun 1973


Serangn-serangan pada tahun 1973 yang dilancarkan Mesir dan Syria terhadap
angkatan bersenjata Israel dikenal dengan Perang Yom Kippur atau perang Oktober atau
Ramadhan. Akan tetapi dalam serangan yang dilakukan negara-negara Arab itu gagal dan
mengakibatkan terjadinya ktivitas diplomatic Amerika Serikat yang berakhir pada 1979
dengan ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Israel-Mesir. Pada perang yang
berlansung dari 6 Oktober hingga 25 Oktober 1973.
Perseiden Mesir Anwar el-Sadat mengirim pesan rahasia kepada Presiden Nixon
yang berisi desakan mengenai perdamaian bagi Arab-Israel. akan tetapu Gedung Putih
mengabaikan pesan tersebut terlebih penasihat keamanan nasional AS Henry Jissinger
sepakat dengan pemikiran Israel bahwa Sadat bukanlah seorang pemimpin yang serius
dan tidak bertahan lama di puncak kekuasaanya. Anwar Sadat secara terbuka
memperingatkan bahwa meminta penarikan mundur Israel secara damai atau melalui
paksaan untuk mundur. Namun secara terang-terangan Israel secara terang-terangan tidak
mengindahkan perintah Sadatdn tanpa segan-segan menyatakan: “Israel tidak akan
mundur ke perbatasan sebelum 5 Juni 1967”.
Anwar Sadat berharap dapat memperoleh bantuan dari Washington untuk mencapai
perdamaian dengan Israel. namun Kissinger tidak dapat memahami keseriusan Sadar dan
masih meragukan kemampuan Sadat dan tidak melakukan gerakan apapun hingga
berlansungnya pemilihan Israel. Akibat adanya jalan buntu tersebut maka dikenal dengan
periode tidak-perang/ tidak-damai seperti yang diinginkan Israel. Salah satu tujuan
utamanya adalah mengulur waktu sebab lama tidaknya terjadi perubahan dalam status
quo, semakin mudah pemilikan Israel atas wilayah-wilayah pendudukan.
Meskipun akan adanya pemboikotan minyak yang dilakukan negara Arab, namun
pada kenyataanya Israel lebih tertarik untuk mepertahankan tanah-tanah Arab daripada
berdamai. Kini jelas bahwa negara-negara Arab terjun ke medan perang dikarenakan
untuk mendapatkan kembali tanah mereka, bukan untuk mengancurkan Yahudi
sebagaimana yang dikatakan Israel. Perang Yom Kippur yang dilancarkan Mesir dan
Syiria untuk mengncam eksistensi Israel, merupakan upaya habis-habisan dari kekuatan
mereka untuk mencapai tujuan politik terbatas.

C. Resolusi 21 PBB dalam menangani Konflik


Dari skenario orang Yahudi menggalang kekuatan dari luar (Inggris dan Perancis), maka
pada tahun 1936 mulailah gerakan Zionis di tanah Palestina yang mendapat dukungan dari
Pemerintah Protektorat Inggris dalam memasukkan imigran Yahudi ke Palestina. Kemudian
berdampak pada terjadinya konflik antara warga Palestina dan imigran tersebut yang pada
akhirnya konflik tersebut dilimpahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kemudian
masalah ini dibahas di Forum Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 25 November 1947
dan menghasilkan resolusi PBB No. 181 yang isinya membagi dua tanah Palestina untuk
Arab dan Yahudi serta memberi jangka waktu kekuasaan pemerintah Protektorat Inggris di
tanah Palestina sampai bulan Agustus 1949.
Rencana pembagian dalam Resolusi 181 yang membagi Palestina antara negara-negara
Arab dan Yahudi yang merdeka dari dan Rezim Internasional Istimewa untuk kota
Jerusalem. Moshe Shareet calon menteri luar negeri Israel mengatakan bahwa resolusi
tersebut memiliki kekuatan mengikat dan deklarasi kemerdekaan Israel mengutipnya sebagai
dasar kebenaran yang sah bagi berdirinya negara itu. Namun Majelis Umum tidak
mempunyai kuasa untuk membuat rekomendasi dan tidak dapat mendesakan rekomendasinya
untuk mengikat secara hukum kecuali untuk masalah-masalah internal PBB.22
Disamping itu bangsa Palestina berisikeras bahwa PBB tidak memiliki hak untuk
merekomendasikan pembagian jika mayoritas penduduk Palestina menentangnya. Meski
demikian dengan menolak pembagian berarti bangsa Palestina menolak klaim mereka sendiri
sebagai suatu bangsa yang merdeka. Yang mereka tentang adalah negara Yahudi yang
didirikan di atas tanah Palestina, yang bukan merupakan hak orang-orang Yahudi sebagai
suatu bangsa.
Resolusi Nomor 181 (II) itu kemudian dikenal sebagai ”Palestine Partition Plan”
(Rencana Pembagian Palestina). Rencana yang diajukan dalam resolusi itu :
1. Pembentukan dua negara, Negara Arab dan Negara Yahudi;
21
Resolusi adalah suatu putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh
rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.
22
Paul Findley, Ibid, hlm. 28-29.
2. Jaminan perlindungan terhadap minoritas;
3. Ketentuan untuk imigrasi dan kewarganegaraan individual;
4. Internasionalisasi Jerusalem, menciptakan corpus separatum wilayah yang
terpisah, rezim khusus bagi wilayah Jerusalem;
5. Integrasi supranasional melalui ”Uni Ekonomi Palestina”

Yang paling penting dari resolusi itu adalah penetapan Jerusalem sebagai corpus
separatum. Ini adalah istilah hukum yang berarti ”entitas” (perjanjian) yang terpisah. Saat
menerbitkan resolusi ini, PBB mneyatakan bahwa PBB memiliki sebuah perjanjian yang
terkait dengan Jerusalem, yaitu Resolusi 181 (II) dan Piagam PBB. Israel sebagai negara
terikat dengan Piagam PBB. Di mata PBB, Jerusalem dilihat sebagai sebuah entitas (badan)
dan dunia seperti lainnya. Penetapan Jerusalem sebagai corpus separatum itu terjadi 6 bulan
sebelum deklarasi kemerdekaan Negara Israel (15 Mei 1948). Penetapan Jerusalem sebagai
corpus separatum terjadi sebelum Negara Israel ada. Artinya, atas dasar ini, Jerusalem tidak
bisa dijadikan sebagai bagian dari Israel.
Berbagai Resolusi yang pernah dikeluarkan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan
PBB, Resolusi diawali dengan diterbitkanya Resolusi 2263 pada 4 Juli 1967, mengenai
aneksasi Israel atas wilayah-wilayah Arab Jerusalem, Majelis Umum PBB memandang
bahwa langkah-langkah tersebut tidak sah. Dan menyerukan kepada Israel untuk
menghentikan semua langkah yang telah diambil dengan menhentikan setiap tindakan yang
mengubh status Jerusalem.
Resolusi yang diterbitkan pada tanggal 14 Juli 1967 merupakan serangkain Resolusi
pembaharu setelah diterapkanya resolusi pada tanggal 4 Juli 1967. Dimana Majelis Umum
menyatakan penyesalaanya atas pelanggaran yang telah dilakukan Israel atas resolusi nomor
2253. Resolusi nomor 242 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB pada 22 November
1967, merupkan suatu prestasi diplomasi dalam konflik Arab-Israel. Dalam Resolusi ini
menekankan bahwa tidak dapat diteriamanya perebutan wilayah melalui perang dan memuat
rumusan yang mendasari semua inisiatif perdamaian tanah bagi perdamaian. Dengan
ditariknya pasukan Israel dari wilayah Mesir, Yordania, dan Syria, Israel diberi janji
perdamaian oleh negara-negara Arab. Resolusi ini menjadi landasan penylenggaraan
pembicaraan damai antara Israel dan negara-negara Arab yang dimulai dari Madrid, Spanyol.
Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi nomor 242 mengaskan bahwa pelaksanaan
pokok-pokok piagam PBB membutuhkan perdamaian yang adil dan langgeng di Timur
Tengah yang mencakup penerapan asas-asas berikut ini:
(i) penarikan pasukan bersenjata Israel dari wilayah yang diduduki dalam konflik
(ii) diakhirinya semua klaim atau keadaan perang, dihormati dan diakuinya
kekuasaan, integritas wilayah dan politik setiap negara Timur Tengah, hak
mereka untuk hidup aman di wilayah perbatasan yang diakui yang bebas dari
ancaman maupun pengeraahan kekuatan.

Menegaskan lebih lanjut perlunya:

(a) Menjamin kebebasan berlayar melalui jalur international di wilayah Timur Tengah
(b) Memiliki pemukiman yang adil, dalam masalah pengungsi
(c) Menjamin perbatasan wilayah yang tidak diganggu gugat dan adanya kemerdekaan
politik bagi setiap negara di Timur Tengah melalui penerapan zona demiliterisasi

Meminta Sekjen PBB menunjuk Wakil Khusus di Timur Tengah untuk melakukan
kontak secara intens dengan negara-negara di wilayah tersebut, sehingga dapat
mempromosikan kesepakatan dan membantu usaha-usaha penyelesaian damai dan dapat
diterima semua pihak dengan ketentuan dan asas-asas resolusi.

Resolusi nomor 250 yang diterbitkan pada tanggal 27 April 1968, dalam resolusi
tersebut menyatakan bahwa Dewan Keamanan PBB:

1. Menyerukan kepada Israel agar menahan diri agar tidak melakukan parade militer di
Jerusalem yang direncanakan akan dilaksanakan
2. Penerbitan Resolusi nomor 252, sebagai penyempurna Resolusi sebelumnya.

Sejak diadopsi resolusi-resolusi tersebut, Israel mengambil langkah lebih jauh dan
bertindak bertentangan dengan resolusi-resolusi tersebut. Mengingat perlunya perdamaian
yang adil dan abadi maka Majelis Umum PBB menyatakan penyesalanya terhadap sikap
Israel yang melanggar resolusi yang telah ditetapkan. Mempertimbangkan bahwa seluruh
langkah legislative dan administrative serta tindakan yang diambil oleh Israel termasuk
pencaplokan tanah dan properti-properti tidak sah dan tidak dapat mengubah status itu.
Sikap Israel yang tidak mematuhi isi resolusi yang pernah dikeluarkan membuat kecewa
pihak Majelis Umum dan Dewan Kemanana. Mereka mencela dengan keras semua langkah
yang telah di ambil Israel untuk mengubah status kota Jerusalem dengan tindakan
kekerasan. Dewan keamanan memutuskan jika ada tanggapan negative atau tidak ada
tanggapan dari Israel, Dewan Keamanan akan melakukan siding untuk mempertimbangkan
untuk melakukan langkah lebih lanjut dalam permasalahan Arab-Israel.

Resolusi nomor 271 diterbitkan pada 15 September 1969, Dewan Kemanan prihatin
terhadap kerusakan yang terjadi di Masjid Suci Al-Aqsha di Jerusalem yang merupakan
wilayah pendudukan militer Israe, Masjid Al-Aqsha terbakar akibat unsur kesengajaan.
Dalam resolusi menyatakan bahwa:

1. Memutuskan bahwa tindakan yang keterlaluan yakni penajisan dan pencemaran


Masjid Suci Al-Aqsha menegaskan perlunya diambil langkah tegas untuk
menghentikan Israel melanggar resolusi-resolusi yang tersebut diatas dan
menghentikan semua langkah dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan mengubah
status Jerusalem.
2. Menyerukan pada Israel agar secara teliti untuk melihat ketentuan-kententuan
konvensi-konvensi umum Hukum Internasional yang mengatur pendudukan militer
dan menahan diri supaya tidak menghalangi fungsi-fungsi Majelis Muslim Tertinggi
Jerusalem yang telah ditetapkan, termasuk kerjasama yang mungkin diinginkan oleh
Majelis, dengan negara-negara mayoritas penduduk Muslim dan dengan komunitas
Muslim berkitan dengan rencananya untuk memelihara dan memperbaiki tempat-
tempat suci Islam di Jerusalem.
3. Mengecam kegagalan Jerusalem mekasalanakan resolusi-resolusi yang telah disebut
dan menyerukan Israel agar segera melaksanakan ketentuan-ketentuan dari resolusi-
resolusi tersebut.

Resolusi nomor 476 yang diterbitkan pada tanggal 21 Agsutus 1980 berisi:

Dewan menerbitkan Resolusi 476 yang didukung oleh 14 suara dan tidak satupun yang
menentang, sementara Amerika Serikat Abstain. Dewan menegaskan kembali bahwa
semua langkah yang mengubah karakter geografik, demografi, dan sejarah serta status
Jerusalem dibatalkan dan tidak berlaku serta harus disahkan secara hukum.

Pada praktiknya resolusi-resoluis yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB


ditujukan untuk kedua belah pihak yaitu antara Arab-Israel untuk menyelesaikan konflik
yang tak kunjung terselesikan. Akan tetapi diantara keduanya telah melanggar resolusi-
resolusi yang telah di tetapkan. Pihak Israel sering menjadi pihak agresor, kerap kali Israel
melakukan pelanggaran. Aneksasi dan pendudukan secara de facto atas Jerusalem sejak
tahun 1967 memberikan keberanian Israel untuk meluaskan penguasaanya terhadap
wilayah Palestina terlebih lagi atas dukunga Amerika Serikat menerima kedaulatan Israel
atas Jerusalem. Tak satupun negara berdaulat dan merdeka di dunia ini yang mengakui
kedaulatan Israel atas Jerusalem kecuali Amerika Serikat. Amerika Serikat tetap mengakui
Tel Aviv sebagai ibu kota Israel.

Dukungan Amerika terhadap kedaulatan Israel dibuktikan dengan bantuan ekonomi


yang diberikan oleh Amerika Serikat. Bantuan ekonomi dan militer lansung berjumlah $ 3
milyar atau lebih, berupa pinjaman terhadap Israel. Hukum Amerika menegaskan akan
dihentikan bantuan ekonomi, maupun militer, pada setiap negara yang mengembangkan
senjata nuklir atau terlibat dalam pelanggaran-pelanggaran keras terhadapa hak asasi
manusia yang dilakukan secara internasional. Akan tetapi sikap pemerintah AS tidak
memberi sangsi tegas terhadap Israel meski Israel melanggar hak-hak asasi manusia secara
terus menerus serta mengembangkan persenjataan nuklir. Selain itu Presiden dan Kongres
tidak pernah sekalipun mengambil langkah untuk mengehentikan bantuan, sebagaimana
yang ditetapkan dalam hukum atau bahkan menguranginya.
Sebagaimana pengamatan seorang Ilmuwan Cheryl Rurenberg menyatakan bahwa
“Besarnya dukungan AS kepada Israel dibidang politik, ekonomi, dan diplomatik telah
melampaui setiap hubungan antara negara-negara dalam sistem internasional.23 Hubungan
AS dengan Israel yang hampir tidak mendapatkan perhatian oleh media, dalam Sidang
Senat pada awal 1992 oleh mantan pemimpin mayoritas Demokrat, Senator Robert Byrd
mengatakan bahwa “Amerika telah mengucurkan bantuan luar negeri pada Israel selama
beberapa dasawarsa dengan jumlah dan syarat-syarat yang belum pernah di berikan kepada

23
Cherly A. Rurenberg, Israel and American National Interest, 1986, hlm. 330.
satu negeri manapun di dunia dan Amerika adalah satu-satunya negara yang melakukan
itu.24
Bantuan ekonomi sebagai sumbangan yang dimasukan lansung kedalam anggaran tanpa
diminta pertanggungjawaban dan bebas menggunakannya. Bantuan Amerika untuk Israel
bukan hanya terbatas pada bantuan ekonomi saja, Washington telah menjadikan Israel
sebagai “sekutu strategis” dan menetapkanya sebagai sekutu non-NATO, memberinya
status perdagangan bebas dan memberikan kuasa untuk ikut serta dalam riset teknis dalam
Inisiatif Pertahanan Strategis AS. Hak veto yang dimilki AS terkait konflik Arab-Israel
yang jarang digunakan itulah maka Israel terlindung dari sanksi-sanksi PBB yang
dimaksudkan untuk memaksa resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB.

24
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai