Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH PADA SISTEM


PERKEMIHAN
(INFEKSI SALURAN KEMIH)

Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

OLEH KELOMPOK 3 :

• INDAH RAMADHANI (1811311035)


• TAMMY DEANISA GERDA (1811312013)
• MIFTAHUL KHAIRINA HIDAYAT (1811312031)
• ZELA INDRIANI (1811313011)
• AISYAH RAMADINI (1811313017)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini.
Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman-teman. Amin..

Padang, Februari 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus Pemicu ............................................................................................. 3
B. Diagnosa .................................................................................................................... 9
C. Intervensi .................................................................................................................. 9
BAB III ANALISIS JURNAL............................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 22
B. Saran ........................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat di jaman sekarang tidak lepas dari yang namanya sakit. Sakit merupakan
ketidak seimbangan dalam tubuh tidak hanya fisik tapi juga psikologinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit misalnya personal
hygiennya(kebersihan diri sendiri), jika personal hygiennya kurang terpenuhi maka orang
tersebut mungkin lebih rentan terkena penyakit.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK
merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam masyarakat. Walaupun terdiri dari
berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika
bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis
ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.
Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-
anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut
sebagai ISK asimtomatis. (Coyle & Prince, 2005)
ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih),
kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti
pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain.
terutama kalau sistem ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat
gampang sekali masuk ke dalam tubuh. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke-3
dunia tentang ISK yaitu dengan persentase 30%. Belgia menduduki posisi pertama dengan
persentase 55%, disusul oleh Amerika Serikat diposisi ke-2 dengan persentase 44%.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada anak
dengan infeksi saluran kemih adalah untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan masalah perkemihan yaitu dengan penyakit infeksi saluran kemih.
b. Tujuan Khusus

1
Adapun tujan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada kasus pemicu.
b. Untuk mengetahui kemungkinan penyebab masalah yang dialami anak.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit pada anak disertai dengan WOC.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala khas yang tampak pada anak.
e. Untuk mengetahui pemerikasaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis penyakit anak.
f. Untuk mengetahui pengobatan dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada
anak.
g. Untuk mengetahui hal yang perlu dikaji pada anak.
h. Untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada anak dan analisis datanya.
i. Untuk mengetahui rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul
pada anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

ANALISIS KASUS PEMICU


Kasus pemicu
Seorang anak laki-laki usia 15 bulan dibawa ke ruang gawat darurat karena keluhan
demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak nya sering sekali pipis, dalam
1 ibu harus mengganti diapers anak sebanyak 10 kali. Ibu juga mengatakan bahwa anak lebih
rewel dari biasanya. Anak juga terlihat mengejan dan menjerit ketika berkemih. Hasil
pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital anak: Nadi: 120x/menit, nafas: 48x/menit, suhu:
38,9°C. kulit teraba hangat dan kemerahan. Anak terlihat pucat, gelisah dan menangis. Urin
berbau tajam , terlihat ruam didaerah selangkangan dan genital.
A. Masalah yang Terjadi Pada Anak
Masalah yang terjadi pada anak tersebut adalah Infeksi Saluran Kemih. Infeksi saluran
kemih (ISK) merupakan infeksi pada bagian sistem perkemihan yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Infeksi saluran kemih sering ditemukan pada anak-anak, yang dapat
menyerang uretra, kandung kemih, uterer dan ginjal (Hockenberry,2013)
B. Etiologi (kemungkinan penyebab)
Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK
serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta juga menunjukkan
hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK yang sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella
pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter
aerogenes, dan Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus. Pada ISK kompleks,
sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti Pseudomonas, golongan
Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau epidermidis. Haemofilus influenzae dan
parainfluenza dilaporkan sebagai penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh
pada media biakan standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK. Bila
penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesiumammonium-
fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi
amonium, sehingga pH urin meningkat menjadiPada urin yang alkalis, beberapa elektrolit
seperti kalsium, magnesium, dan fosfat akan mudah mengendap.

3
C. Patofosiologi / WOC Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
1. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada
pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan
lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut
sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60
tahun.

4
Akumulasi etiologi & faktor
risiko ( infeksi
mikroorganisme, penggunaan Makanan Jaringan parut →total
steroid dalam jangka panjang, terkontaminasi tersumbat
usia lanjut, anomali saluran mikroorganisme masuk
kemih, cedera uretra) lewat mulut

Obstruksi saluran kemih yang


HCL
bermuara ke vesika urinaria (VU)
lambung

Hidup Tidak hidup


Risiko infeksi Peningkatan tekanan
VU
Usus terutama yang player
Penebalan dinding VU

Kuman mengeluarkkan
↓ kontraksi otot VU
endoktoksin

Bakteremia
Kesulitan berkemih
primer

Tidak difagosit difagosit Retensi urin

Bakteremia sekunder Mati

ureter Peradangan Hipotalamu Pembuluh darah Reinteraksi abdominal


s kapiler

Distensi Peningkata Menekan obstruksi


Procesia Tidak
uretral n frekuensi/ termoregulator
di kulit hipertermi
dorongan
Oliguria kontraksi Mual muntah
uretral Hipertermi

Gangguan Kekurangan
eliminasi Cepat lelah volume cairan
urin Depresi
saraf perifer
Intoleransi
aktivitas
Nyeri

5
D. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala
1. Manifestasi klinis teori
Manifestasi klinis ISK bergantung tidak hanya pada lokasi dari infeksi tetapi juga usia
anak. Gejala pada bayi cenderung tidak spesifgik seperti demam tanpa sebab, gagal
tumbuh, tidak dapat menyusu dengan baik, muntah dan diare, urin berbau kuat dan
iritable. Selain itu pada bayi usia 1-24 bulan dan pada anak dapat ditemukan tanda dan
gejala berikut.
a. Bayi 1-24 bulan
1) Tidak dapat menyusu dengan baik
2) Muntah-muntah
3) Berat badan tidak naik
4) Anak terlihat kehausan
5) Sering berkemih
6) Mengejan atau menjeriut saat berkemih
7) Urun berbau
8) Pucat
9) Demam
10) Ruam popok persisten
11) Serangan kejang
12) Dehidrasi
13) Pembesaran ginjal dan kandung kemih
b. Ank 2-14 tahun
1) Perubahn nafsu makan
2) Munta-muntah
3) Gagal tumbuh
4) Kehausan
5) Sering berkemih
6) NYERI SAAT BERKEMIH
7) Pembengkakan pada wajah
8) Kejang

6
9) Pucat
10) Keletihan
11) Adanya darah dalam urn
12) Nyeri abdomen
13) Edema
14) Hipertensi
15) Tetanus
2. Manifestasi klinis pada kasus
a. Demam tinggi
b. Sering berkemih
c. Rewel
d. Mengejan dan menjerit ketika berkemih
e. Urun berbau tajam
f. Ruam merah diselangkangan
g. Kulit teraba hangat dan kemerahan
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti ISK adalah kultur urin, dimana anak dipastikan mengalami infeksi jika
ditemukan bakteri. Namun pemeriksaan urin pada anak sulit dilakukan, khussnya pada bayi
dan anak yang masih kecil. Berbagai uji untuk mendeteksi bakteri uria dapat juga dilakukan
dengan uji celup atau dipstik yang mengukur esterase leukosit. Penentuan lokasi infeksi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan yang lebih khusus seperti pemeriksaan urin langsung
(percutaneus kidney taps) dan prosedur pembilasan kandung kemih. Pemeriksaan laiinya
sepertin ultrasonografi, vioding cystourethrogram (vcug), pielogram intravena (IVP). Semua
pemeriksaan ini diperlukan untuk mengidentifikasi kelainan anatomi yang turut menyebabkan
infeksi dan mendeteksi perubahan pada ginjal akibat infeksi berulang (Hockenberry, 2013.)
F. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik merupakan terapi utama pada ISK segera diberikan setelah hasil pemeriksaan
kutur urin. Pemeriksaan kultur juga dilakukan untuk follow up pengobatan pada 48-72 jam
setelah pemberian antibiotik. Pemeriksaan urin follow up juga kemudian harus dilakukan
setelah 3 bulan teapi (Ball & Bindler, 2010). Pemeriksaan tindak lanjut merupakan komponen
yang penting untuk mencegah infeksi berulang. Apabila terdapat refluks primer atau obstruksi

7
kandung kemih, koreksi bedah pada bagian yang mengalami gangguan untuk mencgah
terjadinya infeksi berulang (Hochkenberry, 2013). Anak yang tampak sakit dan tidak dapat
mentoleransi antibiotik harus dirawat untuk rehidrasi dan terapi antibiotik intravena (Ball &
Bindler, 2010).
G. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun kompikasi yang ditimbulkan yaitu :
1. Gagal ginjal akut
2. Urosepsis
3. Nekrosis papila ginjal
4. Terbentuknya batu saluran kemih
5. Supurasi atau pembentukan abses
6. Granuloma

H. Hal yang perlu dikaji


1. Anamnesis
Seorang anak yang memprlihatkan tanda berikut ini harus memeriksakan ada atau
tidaknya ISK yaitu : inkontinensia apada anak yang sudah toilet training, urin berbau
tajam, sering dan atau urgensi berkemih, perasaan ingin berkemih tetapi tidka bisa.
2. Pengkajian fisik
a. Kaji bayi terhadap tanda toksik atau tampak sakit, demam, dan kaji intake cairan oral
b. Ukur berat badan dan tinggi badan dan tentukan apakah terjadi perubahan
pertumbuhan yang berhubungan dengan penyakit kronik
c. Ukur tekanan darah bayi atau anak
d. Palpasi abdomen dan suprapubik dan area costovetebra terhadap adanya masa,
ketegangan dan distensi. Observasi aliran urin jika memungkinkan dan lakukan
urinalisis
e. Pengumpulan spesimen urin merupakan hal yang sangat penting
f. Kultur urin dapat dilakukan untuk mengkaji sepsis

8
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d ekspresi wajah nyeri

2. Resiko kekurangan volume cairan b.d poliuria


3. Hipertermi b.d dehidrasi d.d kulit kemerahan dan kulit terasa hangat

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC

1. N Nyeri Akut b.d NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen


Cedera Biologi ( Nyeri
inflamasi) d.d Kriteria Hasil :
ekspresi wajah Aktivitas
1. Mengetahui faktor
nyeri penyebab nyeri 1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
T Tujuan : 2. Mengetahui permulaan menyeluruh meliputi
N Nyeri berkurang terjadinya nyeri lokasi, durasi,
atau hilang kualitas, keparahan
3. Menggunakan tindakan
pencegahan nyeri dan faktor
pencetus nyeri.
4. Melaporkan gejala
t 2. Observasi
5. Melaporkan kontrol ketidaknyamanan
nyeri non verbal.

4. Kendalikan faktor
)
lingkungan yang
NOC II : Tingkat Nyeri
dapat mempengaruhi
Kriteria Hasil : respon pasien
terhadap
1. Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
berkurang atau hilang misal suhu,
lingkungan, cahaya,
2. Frekuensi nyeri
kegaduhan.
berkurang
5. Kolaborasi :

9
3. Lamanya nyeri pemberian Analgetik
berlangsung sesuai indikasi

4. Ekspresi wajah saat


nyeri
NIC II : Manajemen
5. Posisi tubuh melindungi Analgetik

Aktivitas

Skala Penilaian NOC : 1. Tentukan lokasi,


karakteristik,
1. Tidak pernah dilakukan kualitas dan tingkat
2. Jarang dilakukan nyeri sebelum
mengobati pasien.
3. Kadang dilakukan
2. Cek obat meliputi
4. Sering dilakukan jenis, dosis, dan
frekuensi pemberian
5. Selalu dilakukan
analgetik.

3. Tentukan jenis
analgetik ( Narkotik,
Non-Narkotik)
disamping tipe dan
tingkat nyeri.

4. Tentukan Analgetik
yang tepat, cara
pemberian dan
dosisnya secara
tepat.

5. Monitor tanda – tanda


vital sebelum dan
setelah pemberian
analgetik.
2. Hipertermi NOC : Termoregulasi NIC I : Regulasi
berhubugan tubuh
dengan dehidrasi Kriteria Hasil :
ditandai dengan 1. Observasi tanda
1. Suhu tubuh dalam batas – tanda vital
kulit kemerahan normal

10
dan kulit terasa Suhu tubuh normal 2. Berikan
hangat. berkisar antara 36 – 37 minuman per oral
derajat celsius
Tujuan : 3. Kompres
2. Menjelaskan tindakan dengan air hangat
Tidak terjadi untuk mengurangi
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh 4. Kolaborasi
tubuh Tindakan untuk pemberian Antipiretik
mengurangi peningkatan
suhu tubuh. 5. Monitor masukan dan
keluaran cairan dalam
3. Tidak ada perubahan
warna kulit. 24 jam
Warna kulit tidak
.
sianosis, turgor kulit
baik.

4. Denyut nadi normal


Nadi

New Born
100 – 180 X/menit

1 minggu – 3 bulan 100


– 120 X/menit

3 bulan – 3 tahun
80 – 150 X/menit

2 – 10 tahun
70 – 110 X/menit

10 tahun – dewasa
55 – 90 X/menit

5. Respirasi normal
Pernafasan

New Born
35 X/menit

1 – 11 bulan
30 X/menit

2 tahun

11
25 X/menit

4 tahun
23 X/menit

6 tahun
21 X/menit

8 tahun
20 X/menit

10 – 12 tahun
19 X/menit

14 tahun
18 X/menit

16 tahun
17 X/menit

18 tahun
16 – 18 X/menit

6. Cairan seimbang (intake


dan out put) dalam 24
jam
Urine output

1 – 3 tahun
500 – 600 ml

3 – 5 tahun
600 – 700 ml

5 – 8 tahun
700 – 1000 ml

8 – 14 tahun 800
– 1400 ml

14 –18 tahun 1500


ml

Berat jenis urine 20 – 40


mg/dl

12
7. Tekanan darah
dalam batas normal

Tekanan darah

New Born
40
mmHg

1 bulan

85/54
mmHg

1 tahun

95/65
mmHg

6 tahun

105/65
mmHg

10 – 13 tahun

110/65
mmHg

14 – 17 tahun

120/80
mmHg

Skala Penilaian NOC :

1. Tidak normal
2. Jauh dari
normal
3. Hampir normal
4. Cukup normal
5. Normal

13
3. Resiko NOC : Fluid Balance NIC : Fluid
kekurangan Management
Kriteria Hasil :
volume cairan b.d Aktivitas
1. Keseimbangan
poliuria intake dan 1. Timbang popok
output dalam jika diperlukan
24 jam
Tujuan : 2. Tidak terlihat 2. Pertahan intake
Tidak ada tanda – mata cekung dan output yang akurat
3. Kelembaban
tanda kekurangan kulit dalam 3. Monitor status
volume cairan batas normal hidrasi (kelembaban
4. Membran
misal dehidrasi membran mucosa, nadi
mukosa lembab
5. Berat badan adekuat, tekanan darah)
stabil
4. Monitor vital
Skala Penilaian NOC :
sign
1. Luar biasa
kompromi 5. Dorong
2. Kompromi masukan oral
sekali
3. Kompromi baik 6. Dorong
4. Kompromi keluarga untuk
sedang membantu pasien
5. Tidak ada makan
kompromi
7. Kolaborasi

c. Pemberian
cairan IV

d. Pemberian
tranfusi darah jika
perlukan

BAB III

14
ANALISIS JURNAL
“Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata Laksana”
Sudung O. Pardede
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak

Pada abstrak menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak
berisi uraian singkat mengenai penyebab ISK, klasifikasi ISK, manifestasi klinis ISK, ISK
asimtomatik pada anak, dan tata laksana ISK.

Defenisi

Infeksi Saluran Kemih : tumbuh dan berkembang biaknya bakteri atau mikroba dalam saluran
kemih dengan jumlah yang banyak. Oleh karena manifestasi klinis yang sangat bervariasi dan
sering tidak spesifik, penyakit ini sering tidak terdeteksi hingga menyebabkan komplikasi gagal
ginjal.

Etiologi

Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus, dan jamur.
Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang juga
menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella
morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya.

Diagnosis

Diagnostik pasti ISK didasarkan pada biakan urin, sedangkan urinalisis merupakan pemeriksaan
awal yang mengindikasikan diagnosis ISK dan dimulainya terapi inisial secara empiris.
Gambaran urinalisis yang mengarah kecurigaan terhadap ISK adalah leukosituria, uji leukosit
esterase positif, uji nitrit positif, dan silinder leukosit.

Manifestasi Klinis

15
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung pada usia, tempat infeksi dalam saluran
kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Sebagian ISK pada anak
merupakan ISK asimtomatik dan umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak
perempuan. Umumnya ISK asimtomatik tidak berlanjut menjadi pielonefritis.

Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan
berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen, penurunan berat badan, dan
gagal tumbuh.

Pada anak dengan usia lebih besar gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal
saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat juga ditemukan
sakit perut, sakit pinggang, atau demam tinggi.

Pielonefritis Akut

Pasien dengan biakan urin positif yang disertai demam mengindikasikan infeksi parenkim ginjal
atau pielonefritis akut. Febrile urinary tract infection adalah ISK yang disertai dengan demam
biasanya merupakan pielonefritis akut. Pada pielonefritis atau febrile urinary tract infection
dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah,
diare, dan nyeri pinggang. Demam dapat merupakan satu-satunya gejala pielonefritis akut.1-3
Gejala lain dapat berupa nyeri abdomen, nyeri pada sudut kostovertabrae seperti yang sering
ditemukan pada anak besar dan remaja. Tekanan darah pada umumnya masih normal meski
dapat juga ditemukan hipertensi. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang.

Infeksi saluran kemih pada neonatus

Diagnosis ISK perlu dipertimbangkan pada neonatus dan bayi <3 bulan dengan sepsis atau
unexplained fever, dan dugaan ini lebih kuat pada bayi dengan kelainan saluran kemih seperti
hidronefrosis, uropati obstruktif, dan refluks vesikoureter. Pada neonatus, sering tidak disertai
demam. Penyebab paling sering adalah bakteri Gram negatif Escerichia coli dan infeksi Candida
albicans.

Sistitis

16
Pada anak usia prasekolah, sistitis atau non febrile urinary tract infection lebih sering ditemukan
dibandingkan laki-laki dengan puncak kejadian paling sering pada usia 3 tahun. Pada anak yang
sudah dapat berbicara (>3-4 tahun), manifestasi sistitis yang paling sering adalah disuria dan
sakit suprapubik.

Sistitis biasanya ditandai nyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa
frequensi, nyeri waktu berkemih, rasa diskomfor suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih,
retensio urin, dan enuresis. Meski dapat terjadi demam, tetapi demam jarang melebihi 38 derajat
C.

Sistitis hemorhagik

Sistitis hemorhagik adalah sistitis yang disertai mikrohematuria atau hematuria makroskopik
karena inflamasi kandung kemih, dapat disebabkan oleh virus, bahan kimia, dan radiasi. Sistitis
hemorhagik yang disebabkan infeksi virus biasanya terdapat pada pasien imunokompromais,
terutama setelah transplantasi sumsum tulang. Pada transplantasi sumsum tulang, sistitis
hemorhagik terjadi dengan onset lambat, sering disebabkan infeksi virus oportunistik, dan terjadi
1-2 minggu setelah transplantasi sumsum tulang. Virus penyebab sistitis hemorhagik adalah
adenovirus, virus polyoma BK, dan sitomegalovirus. Diagnosis sistitits virus didasarkan pada
deteksi antigen virus dalam urin yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan polymerase chain
reaction (PCR) seperti untuk deteksi virus polyoma BK yang sudah dipasarkan.

Infeksi saluran kemih karena jamur

Infeksi saluran kemih bawah karena jamur terjadi melalui jalur asending yang dapat mencapai
ginjal dan menimbulkan infeksi hematogen. Infeksi saluran kemih kandida lebih sering
ditemukan pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah serta pada bayi atau anak yang
mendapat obat imunosupresan, antibiotik spektrum luas, atau anak dengan akses intravena atau
kateter kandung kemih dalam waktu lama. Kemungkinan ISK oleh jamur perlu dicurigai pada
setiap anak dengan infeksi yang memiliki risiko infeksi jamur. Jamur penyebab ISK paling
sering adalah Candida albicans dan Candida spesies lain. Beberapa jamur lain seperti
Aspergillus atau Cryptococcus dapat menyebabkan ISK.

Tuberkulosis ginjal

17
Kejadian tuberkulosis ginjal semakin meningkat akibat infeksi HIV. Tuberkulosis ginjal
umumnya terjadi pada dewasa dan jarang dilaporkan pada anak. Pada anak, tuberkulosis ginjal
biasanya terdapat bersamaan dengan tuberkulosis milier. Tuberkulosis ginjal jarang ditemukan
pada anak dan biasanya terjadi beberapa tahun hingga puluhan tahun atau 5 hingga 15 tahun
setelah infeksi primer, tetapi ada laporan masa inkubasi yang lebih singkat.

Abses ginjal

Abses ginjal merupakan komplikasi ISK yang jarang ditemukan. Abses dapat dibedakan
berdasarkan anatomi, yakni abses intra renal dan perirenal. Dalam abses intrarenal termasuk
abses kortikal dan abses kortikomedular. Abses kortikal ginjal sering timbul akibat penyebaran
hematogen dari infeksi di tempat lain dalam tubuh, sedangkan abses kortikomedular terkait
dengan kelainan anatomi saluran kemih dan infeksi asendens.

Tata laksana

Tata laksana ISK terdiri atas eradikasi infeksi akut, deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional pada ginjal dan saluran kemih, dan deteksi dan mencegah infeksi berulang. Tujuan
pemberian antibiotik adalah mengatasi infeksi akut, mencegah urosepsis, dan mencegah atau
mengurangi kerusakan ginjal. Prinsip pemilihan terapi antibiotik untuk ISK sama dengan
panduan yang digunakan untuk memilih antibiotik untuk penyakit infeksi lain, yakni sensitivitas
bakteri, antibiotik spektrum sempit, toleransi pasien terhadap terapi, toksisitas rendah, dan cost-
effectiveness.

Terapi empirik inisial

Pada awal ISK didiagnosis, hasil biakan urin belum ada karena dibutuhkan beberapa hari untuk
memperoleh hasil, sehingga antibiotik diberikan sebelum ada hasil biakan urin. Dengan
demikian, pemberian antibiotik didasarkan secara empirik, dengan memperhatikan pola jenis
bakteri penyebab ISK dan uji sensitivitas dalam komunitas. Sebagai terapi empirik inisial,
biasanya digunakan trimetoprim-sulfametoksazol, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, serta
amoksisilin-klavulanat. Dilaporkan bahwa 40- 53% bakteri uropatogen sudah resisten terhadap
ampisilin atau amoksisilin, dan 5% resisten terhadap trimetoprim-sulfametoksazol.

Pielonefritis akut

18
Terapi antibiotik parenteral empirik adalah kombinasi ampisilin dan gentamisin yang dapat
mengatasi bakteri Streptococus group B dan Enterococcus, serta bakteri Gram negatif. Pilihan
lain dapat berupa antibiotik tunggal sefotaksim atau kombinasi sefotaksim dan gentamisin.

Dalam tata laksana bayi usia 0-3 bulan, antibiotik diberikan selama 14 hari, baik parenteral
maupun gabungan parenteral dan oral. Antibiotik parenteral diberikan sampai bayi mengalami
perbaikan secara klinis (biasanya 3-7 hari), dan dapat dilanjutkan dengan antibiotik oral selama
sia waktu hingga total lama pemberian antibiotik menjadi 14 hari.

Pada bayi usia 1-3 bulan, dapat dipertimbangkan tata laksana rawat jalan pada bayi dengan
keadaan tertentu seperti keadaan umum yang tidak tampak sakit berat, tidak ada tanda
bakteremia atau meningitis, atau yang dapat dipantau dengan baik. Pada pasien rawat jalan, dapat
juga diterapi dengan seftriakson atau gentamisin parenteral setiap 24 jam. Antibiotik parenteral
diteruskan hingga bayi bebas demam selama 24 jam dan sisa hari diteruskan dengan antibiotik
oral hingga total lama antibiotik menjdi 14 hari

Pada usia 3 hingga 24 bulan, sefiksim dapat menjadi pilihan dalam terapi febrile urinary tract
infection dan penelitian menunjukkan efektifitas antibiotik oral dalam tata laksana febrile urinary
tract infection usia 1-24 bulan.

Infeksi saluran kemih pada neonatus

Neonatus dengan ISK atau febrile urinary tract infection harus dirawat dan diterapi dengan
antibiotik parenteral selama 10-14 hari. Pemberian antibiotik parenteral didasarkan pada absorbsi
antibiotik oral yang tidak adekuat, imaturitas sistem imun neonatus, dan rentannya terhadap
infeksi sistemik.1,3 Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa ISK pada
neonatus diterapi dengan antibiotik parenteral selama 10-14 hari.

Sistitis (non febrile urinary tract infection)

Sistitis dilobati dengan antibiotik oral, biasanya 3-5 hari. Pemberian antibiotik jangka pendek
selama 3 hari untuk terapi sistitis efektif pada dewasa tanpa ada kelainan saluran kemih.
Demikian juga halnya pada anak, antibiotik oral short course memberikan hasil yang baik
sebagai terapi sistitis tanpa kelainan saluran kemih, tetapi pemberian antibiotik dosis tunggal
tidak efektif dalam terapi sistitis. Untuk terapi sistitis akut, antibiotik sefalosporin sebaiknya

19
dihindari jika memungkinkan sebagai cadangan untuk terapi pielonefritis. Konsensus Ikatan
Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa ISK bawah atau sistitis diterapi secara oral selama
5-7 hari.

Sistitis hemorhagik

Sistitis virus merupakan penyakit self-limiting yang akan sembuh dalam 2-3 minggu. Gejala
klinis dan gambaran ultrasonografi yang menetap merupakan indikasi sitoskopi dan biopsi
dinding kandung kemih. Terapi sistitis hemorhagik biasanya cukup dengan terapi simtomatik.
Untuk sistitis karena virus polyoma BK dapat digunakan antivirus cidofovir

Infeksi saluran kemih karena jamur

Padat ISK karena jamur dengan kateter uretra terpasang maka kateter harus dicabut dan segera
diterapi dengan obat anti jamur karena keberadaan kateter akan mempersulit terapi. Pemberian
flukonazol oral dalam tata laksana sistitis karena Candida cukup efektif.

Infeksi saluran kemih asimtomatik

Tata laksana bakteriuria asimtomatik masih sering diperdebatkan karena ada para ahli yang
menganjurkan terapi untuk bakteriuria asimtomatik untuk menurunkan morbiditas karena ISK,
tetapi sebagian lagi tidak menganjurkan dengan alasan karena pemberian antibiotik tidak
mengeradikasi bakteri atau tidak mengubah angka kekambuhan ISK.

Abses ginjal

Terapi abses ginjal adalah tindakan bedah untuk drainase abses (dengan bantuan ultrasonografi)
dan antibiotik selama 3 minggu atau lebih, tergantung pada keadaan klinis pasien.

Tuberkulosis ginjal

Pengobatan tuberkulosis ginjal dilakukan dengan pemberian kombinasi antituberkulosis selama


12 bulan. Bedah rekonstruksi diperlukan jika terdapat striktur ureter atau kandung kemih.
Operasi radikal seperti nefrektomi dilakukan pada ginjal yang tidak berfungsi terutama jika
terjadi hipertensi.

Pencitraan

20
Pemeriksaan pencitraan ginjal dan saluran kemih sangat penting untuk mendeteksi kelainan
ginjal dan saluran kemih yang sering menjadi penyebab berulangnya ISK dan mempercepat
penurunan fungsi ginjal. Berbagai moda pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan seperti
ultrasonografi, mictiocysturethrography (MCU), atau skintigrafi radionuklir. Ultrasonografi
merupakan pemeriksaan yang sangat baik untuk ginjal dan saluran kemih, tetapi pemeriksaan ini
sangat tergantung pada operator atau pemeriksaan.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau penyebab yang
paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama
pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain : sering kencing, disuria,
hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran
kemih bagian atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui infeksi nosokomial
Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus
faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme penyebab meningitis
adalah media agar darah dan agar mac conkey.

B. Saran
Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan pribadi tiap – tiap
individu sehingga dapat terhindar dari penyakit Cystitis khususnya, dan penyakit infeksi bakteri
secara umum.

22
DAFTAR PUSTAKA
Hermalinda, dkk. Buku Ajar Keperawatan Anak II. Padang: Andalas University Press,
2018
Sudung O. Pardede, 2018, Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi
Klinis dan Tata Laksana, Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6

23
Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata
Laksana
Sudung O. Pardede
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan berbagai jenis mikroba seperti bakteri, virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah
bakteri Escherichia coli. Infeksi saluran kemih pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi, manifestasi klinis, ada tidaknya
kelainan saluran kemih, dan kepentingan klinis. Manifestasi klinis ISK bervariasi, tergantung pada usia, tempat infeksi dalam saluran
kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya
ditemukan pada anak usia sekolah, terutama anak perempuan dan ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis.
Manifestasi klinis ISK pada anak dapat berupa pielonefritis akut atau febrile urinary tract infection, sistitis, sistitis hemorhagik, ISK
asimtomatik. Tata laksana ISK terdiri atas eradikasi infeksi akut, deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal
dan saluran kemih, deteksi dan mencegah infeksi berulang. Tujuan pemberian antimikroba adalah untuk mengatasi infeksi akut,
mencegah urosepsis, dan mencegah atau mengurangi kerusakan ginjal. Sari Pediatri 2018;19(6):364-74

Kata kunci: anak, biakan urin, infeksi saluran kemih

Infection of Kidney and Child’s Urinary Tract: Clinical Manifestations


and Procedures
Sudung O. Pardede

Urinary tract infection may be caused by microbes such as bacteria, viruses, dan fungi. The most common etiology is bacteria E. coli
Urinary tract infection can be classified based on site of infection, clinical manifestation, abnormalities of urinary tract, and clinical
interest. Clinical manifestations of urinary tract infection vary, depends on age, site of infection in urinary tract, and severity of
infection or intensity of inflammation. In many children, urinary tract infection is asymptomatic and usually found in preschool
children, especially in girl Asymptomatic urinary tract infection commonly is not developed to pyelonephritis. Clinical manifestations
of urinary tract infection in children may be acute pyelonephritis, febrile urinary tract infection, cystitis, hemorrhagic cystitis. and
asymptomatic urinary tract infection. The management of urinary tract infection consists of eradication of acute infection, detection
and treatment of anatomy and functional urinary tract abnormalities, and prevention of recurrent urinary tract infection. The goal of
antibiotics administration are to clear the acute infection, prevent urosepsis, and reduce renal damage. Sari Pediatri 2018;19(6):364-74

Keywords: children, urine culture, urinary tract infection

Alamat korespondensi: DR. Dr. Sudung O. Pardede, SpA(K). Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Email: suopard@yahoo.com

364 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

I
nfeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan dengan yang mengindikasikan diagnosis ISK dan dimulainya
tumbuh dan berkembang biaknya bakteri atau terapi inisial secara empiris. Gambaran urinalisis yang
mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah mengarah kecurigaan terhadap ISK adalah leukosituria,
bermakna. Pada anak, gejala klinis ISK sangat uji leukosit esterase positif, uji nitrit positif, dan
bervariasi, dapat berupa ISK asimtomatik hingga gejala silinder leukosit.4
yang berat yang dapat menimbulkan infeksi sistemik. Lekosituria biasanya tedapat pada ISK bermakna
Oleh karena manifestasi klinis yang sangat bervariasi yang mengindikasikan inflamasi uroepitel, tetapi ISK
dan sering tidak spesifik, penyakit ini sering tidak dapat juga tidak disertai leukosituria. Infeksi saluran
terdeteksi hingga menyebabkan komplikasi gagal ginjal. kemih tidak dapat didiagnosis hanya berdasarkan
Infeksi saluran kemih perlu dicurigai pada anak dengan leukosituria karena leukosituria dapat juga ditemukan
gejala demam karena ISK merupakan penyakit infeksi pada keadaan demam atau kontaminasi vagina pada
yang sering ditemukan pada anak selain infeksi saluran perempuan. Diartikan sebagai leukosituria jika
nafas akut dan infeksi saluran cerna. Diagnosis pasti ditemukan leukosit >5 sel/LPB urin yang disentrifugasi
ISK ditegakkan berdasarkan biakan urin, sedangkan atau >10 sel/mm3 urin yang uncentrifuge.4
biakan urin baru diperoleh setelah beberapa hari Dalam urin bakteri akan mengubah nitrat menjadi
kemudian, sehingga perlu mengenal manifestasi klinis nitrit yang dapat dideteksi dengan uji nitrit pada
ISK sebelum diperoleh hasil biakan urin agar dapat pemeriksaaan dipstik yang menunjukkan perubahan
diberikan terapi awal secara empiris. Antibiotik sebagai warna pada kertas yang dilapisi biokimiawi. Perubahan
terapi ISK diberikan jika ada kecurigaan terhadap ISK warna yang terjadi pada kertas dipstik sesuai dengan
tanpa menunggu hasil biakan urin. Infeksi saluran kemih jumlah bakteri dalam urin.
dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal atau acute Neutrofil dalam urin memproduksi enzim esterase
kidney injury dan urosepsis, dan dalam jangka panjang yang dapat dideteksi sebagai esterase leukosit dengan
menyebabkan pembentukan jaringan parut ginjal, cara kimiawi pada uji dipstik. Silinder leukosit dalam
hipertensi, dan penyakit ginjal kronik stadium akhir.1-3 urin mengindikasikan keterlibatan parenkim ginjal.3,4
Bakteri Gram negatif mengandung enzim reduktase
nitrat yang mengubah nitrat menjadi nitrit, yang dapat
Etiologi dideteksi secara kimiawi dengan uji dipstik, dengan
spesifitas 90-100% dan sensitivitas 16-82%. Uji nitrit
Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis positif berarti terdapat bakteri Gram negatif dalam urin.3
mikroba, seperi bakteri, virus, dan jamur. Penyebab Nilai diagnostik uji nitrit dan esterase leukosit
ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri akan semakin meningkat jika dikombinasi dengan
lain yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter pewarnaan Gram bakteri. Urinalisis dan uji disptik
sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella belum dapat menggantikan biakan urin dalam
morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas mendiagnosis ISK, tetapi sangat berguna dalam
aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus menentukan pasien yang diduga ISK untuk mendapat
faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan terapi antibotik sambil menunggu hasil biakan urin.4
Pseudomonas sering dikaitkan dengan ISK berulang, Neutrophil gelatinase associated lipocalin (NGAL)
tindakan instrumentasi, dan infeksi nosokomial. adalah iron-carrier-protein yang terdapat di dalam
Bakteri patogen dengan virulensi rendah maupun granul neutrofil dan merupakan komponen imunitas
jamur dapat sebagai penyebab ISK pada pasien dengan innate yang memberikan respon terhadap infeksi bakte-
imunokompromais. Infeksi Candida albicans relatif ri, sehingga NGAL dalam urin dapat digunakan sebagi
sering sebagai penyebab ISK pada imunokompromais tanda infeksi di saluran kemih. Peningkatan NGAL
dan yang mendapat antimikroba jangka lama.3,4 urin (uNGAL) dan rasio uNGAL dengan kreatinin
urin (uNGAL/Cr) >30 ng/mg merupakan tanda ISK.5
Pada urin segar tanpa diputar (uncentrifuged urine),
Diagnosis terdapatnya bakteri pada setiap lapangan pandangan
besar (LPB) kira-kira setara dengan hasil biakan 107
Diagnostik pasti ISK didasarkan pada biakan urin, cfu/mL urin, sedangkan pada urin yang dipusing,
sedangkan urinalisis merupakan pemeriksaan awal terdapatnya bakteri pada setiap LPB pemeriksaan

Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018 365


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

mikroskopis menandakan jumlah bakteri lebih dari pielonefritis akut terdapat peningkatan leukosit,
105 cfu/mL urin. Jika dengan mikroskop fase kontras neutrofil, laju endap darah (biasanya >30 mm.jam)
tidak terlihat bakteri, umumnya urin steril.6,7 dan C-reactive protein positif (>20 mg/dL) yang
Pada kebanyakan kasus ISK simtomatik, pe­ mengindikasikan respon inflamasi. (Hari dan
meriksaan mikroskopik urin segar menunjukkan Srivastava, 2011) Demikian juga dengan prokalsitonin
bakteri dan neutrofil dalam jumlah banyak. Temuan dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β)
setiap bakteri pada pemeriksaan Gram negatif meningkat pada fase akut pielonefritis akut atau
menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi ISK febris (febrile urinary tract infection).9,10 Pada
terhadap hasil biakan urin yang bermakna.4 pielonefritis, kadar lactic dehydrogenase isoenzyme
Diagnosis pasti ISK ditegakkan berdasarkan hasil V meningkat, tetapi parameter ini masih jarang
biakan urin, dan interpretasi hasil biakan sangat pen­ digunakan. Pada neonatus dengan ISK perlu dilakukan
ting agar tidak terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis. pemeriksaan biakan darah.4
Interpretasi hasil biakan urin bermakna tergantung
pada cara pengambilan sampel urin dan keadaan klinik
pasien. Evaluasi gambaran klinik sangat penting karena Manifestasi klinis
pada ISK, biakan urin dapat negatif jika pasien sudah
mendapat antibiotik atau pada penggunaan cairan Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung
antiseptik sebagai pembersih lokal.3,4 pada usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan
Diagnosis ISK ditegakkan jika ditemukan biakan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
urin dengan hasil jumlah bakteri tunggal (single Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik
species) >10.5 cfu/mL urin. Jika jumlah bakteri antara dan umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, te-
10. 4-10. 5 cfu/mL urin, perlu dilakukan evaluasi rutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik
karena jumlah ini mungkin merupakan infeksi atau tidak berlanjut menjadi pielonefritis.1-3
kontaminasi. Jumlah jumlah bakteri < 10.4 cfu/ Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesifik dan
mL urin diartikan dengan kontaminasi. Jumlah dapat berupa demam, nafsu makan berkurang, cen-
bakteri <10.5 cfu.mL akan berarti signifikan jika geng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen,
disertai dengan gejala klinis ISK. Pada pemeriksaan penurunan berat badan, dan gagal tumbuh.1-3 Infeksi
biakan urin yang diperoleh dengan aspirasi supra saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi
pubik, berapa pun jumlah bakteri yang ditemukan dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan
berarti bermakna. Jumlah koloni bakteri dapat demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran
menjadi rendah jika urin sangat encer atau sudah kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan
mendapat antibiotik sebelum pengambilan sampel demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.11
urin.4 Literatur lain menyebutkan nilai ambang Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan,
untuk diagnosis ISK adalah 1.000cfu/m/l rin jika dapat berupa gejala lokal saluran kemih berupa pola-
sampel urin diambil dengan aspirasi suprapubik; kisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat
50.000cfu/mL urin jika sampel urin diambil dengan juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau
cara kateterisasi atau pancar tengah, sedangkan demam tinggi.8 Setelah episode pertama, ISK dapat
penggunaan urine collector tidak direkomemdasikan.3 berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien
Pada tahun 2011, UKK Nefrologi IDAI membuat dengan kelainan anatomi, seperti refluks vesikoureter,
konsensus yang salah satu isinya adalah kriteria hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
bakteriuria bermakna. Diartikan dengan bakteriuria kemih, dan lain lain.1
bermakna jika terdapat berapa pun jumlah bakteri jika
urin diambil dengan aspirasi supra pubik; atau jumlah
bakteri >50.000 cfu/mL jika urin diambil dengan Pielonefritis akut
kateterisasi urin; atau jumlah bakteri >100.000 cfu/
mL jika urin diambil dengan cara pancar tengah atau Pasien dengan biakan urin positif yang disertai
dengan urine collector.8 demam mengindikasikan infeksi parenkim ginjal
Pemeriksaan darah dapat membedakan ISK atau pielonefritis akut. Febrile urinary tract infection
atas (pielonefritis akut) dengan ISK bawah. Pada adalah ISK yang disertai dengan demam biasanya

366 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

merupakan pielonefritis akut. Pada pielonefritis atau abdomen, hematuria, urin bau tidak enak, Kadang-ka-
febrile urinary tract infection dapat dijumpai demam dang gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit
tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti keabu-abuan (grayish colour). Infeksi saluran kemih
mual, muntah, diare, dan nyeri pinggang. Demam pada neonatus sering sebagai bagian septikemia yang
dapat merupakan satu-satunya gejala pielonefritis ditandai dengan letargi, suhu tidak stabil, kejang, dan
akut.1-3 Gejala lain dapat berupa nyeri abdomen, syok. Infeksi saluran kemih dapat juga menyebabkan
nyeri pada sudut kostovertabrae seperti yang sering berat badan tidak naik, diare, muntah dan ikterus
ditemukan pada anak besar dan remaja. Tekanan persisten. Kencing menetes, gangguan aliran urin, dan
darah pada umumnya masih normal meski dapat teraba massa abdomen merupakan tanda kemungkinan
juga ditemukan hipertensi. Gejala neurologis dapat obstruksi saluran kemih.1-3
berupa iritabel dan kejang. Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin.
Pada anak usia muda dan bayi, selain demam, Pengambilan sampel urin dengan kantong steril
dapat ditemukan anak menangis kuat, rewel, muntah, nyaman untuk neonatus tetapi memberikan hasil
kesulitan makan, dan letargi. Disuria jarang ditemukan positif palsu yang tinggi. Hasil biakan dengan kantong
pada bayi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih steril yang negatif dapat menyingkirkan diagnosis ISK.
besar. Febrile UTI atau pielonefritis yang menyebab­ Pengambilan sampel urin dengan pancar tengah sangat
kan sepsis sering disebut sebagai urosepsis dan sering sulit pada neonatus dan teknik pengambilan sampel
terjadi pada anak dengan kelainan saluran kemih urin yang paling baik pada neonatus adalah aspirasi
seperti kelainan obstruktif atau refluks vesikoureter.1-3 suprapubik. Pengambilan sampel urin dengan cara
Pielonefritis akut dapat menyebabkan gangguan kateterisasi urin biasanya dihindari. Diagnosis ISK
ginjal akut, dan dapat membutuhkan tata laksana ditegakkan jika dtemukan >105 cfu/mL urin pada
dialisis, tetapi jarang. Bakteremia ditemukan pada spesimen tunggal.12
4-9% bayi dengan ISK. Meningitis dapat terjadi sebagai Salah satu penelitian melaporkan bahwa ISK
komplikasi urosepsis terutama pada bayi < 3 bulan. terdapat pada 7.5% bayi <8 minggu dengan jaundis
Pada bayi <3 bulan, selain demam, gejala yang asimtomatik afebris. Bayi dengan awitan jaundis <8
dapat ditemukan antara lain jaundis, failure to thrive, hari sering disebabkan oleh ISK.13 Pada neonatus
hipotensi, syok, diare, muntah, kesulitan makan, dengan ISK, bakteremia dan meningitis perlu dicurigai
iritabel, sianosis, poliuria, dan asidosis metabolik.1-3 dan dilakukan pemeriksaan biakan darah serta
pemeriksaan cairan serebrospinalis.

Infeksi saluran kemih pada neonatus


Sistitis
Diagnosis ISK perlu dipertimbangkan pada neonatus
dan bayi <3 bulan dengan sepsis atau unexplained Pada anak usia prasekolah, sistitis atau non febrile
fever, dan dugaan ini lebih kuat pada bayi dengan urinary tract infection lebih sering ditemukan
kelainan saluran kemih seperti hidronefrosis, uropati dibandingkan laki-laki dengan puncak kejadian
obstruktif, dan refluks vesikoureter. Pada neonatus, paling sering pada usia 3 tahun. Pada anak yang sudah
sering tidak disertai demam. Pada neonatus dengan dapat berbicara (>3-4 tahun), manifestasi sistitis yang
pielonefritis akut, demam ditemukan pada 42% kasus.1 paling sering adalah disuria dan sakit suprapubik.
Insidens ISK pada neonatus sekitar 1% dan pada bayi Pada satu penelitian pada 49 anak berusia 6-12 tahun
prematur sekitar 3%, dan lebih sering pada laki-laki yang terbukti sistitis dengan biakan urin, ditemukan
dengan perbandingan 5:1.12 Penyebab paling sering gejala yang paling sering adalah disuria atau frekuensi
adalah bakteri Gram negatif Escerichia coli dan infeksi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri abdomen
Candida albicans. (39%). Inkontinensia urin termasuk gejala sistitis
Gejala klinik ISK pada neonatus tidak spesifik yang sering ditemukan terutama pada perempuan.
dan biasanya sama dengan gejala klinis infeksi pada Pada satu penelitian terhadap 251 anak berusia 4
umumnya, dapat berupa apatis, tidak mau mi- hingga 14 tahun dengan ISK berulang, didapatkan
num, jaundice, muntah, diare, demam, hipotermia, 110 (44%) anak perempuan mengalami inkontinensia
hipertemia, oliguria, iritabel, nyeri abdomen, distensi urin. Hematuria gros sering dilaporkan sebagai gejala

Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018 367


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

sistitis bakterilalis.yang didapatkan pada 26% pasien Infeksi saluran kemih asimtomatik
ISK berusia 1 hingga 16 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan. Penelitan juga melaporkan hematuria Infeksi saluran kemih asimtomatik adalah bakteriuria
lebih sering terjadi pada laki-laki (43%) dibandingkan tanpa disertai manifestasi klinis, dapat terjadi pada
dengan perempuan (9%) Sistitis dapat terjadi pada semua kelompok usia termasuk neonatus, dan
anak dengan manipulasi uretra.1 lebih sering terdapat pada laki-laki dibandingkan
Sistitis biasanya ditandai nyeri pada perut bagian dengan perempuan kecuali pada bayi. Prevalensi
bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, bakteriuria asimtomatik berkisar antara 0,04% hingga
nyeri waktu berkemih, rasa diskomfor suprapubik, 2,5% pada laki-laki dan 0,9% hingga 1,1% pada
urgensi, kesulitan berkemih, retensio urin, dan enure- perempuan.1 Bakteri yang paling sering ditemukan
sis. Meski dapat terjadi demam, tetapi demam jarang pada bakteriuria asimtomatik adalah E.coli (91,7%),
melebihi 380C.1-3,8 sedangkan persentase yang rendah adalah Klebsiella
(5,9%), Proteus mirabilis, Streptococcus faecalis,
coagulase-positive Staphylococcus.1,3 Escherichia coli
Sistitis hemorhagik yang diisolasi dari anak dengan ISK asimtomatik
berbeda dengan penyebab infeksi simtomatik.
Sistitis hemorhagik adalah sistitis yang disertai Mikroorganisme ini mempunyai sensitivitas yang
mikrohematuria atau hematuria makroskopik karena tinggi terhadap efek bakterisid dan kemampuan
inflamasi kandung kemih, dapat disebabkan oleh virus, untuk melekat ke permukaan epitel sangat rendah.
bahan kimia, dan radiasi. Sistitis hemorhagik yang Bakteri cenderung dengan virulensi rendah dan tidak
disebabkan infeksi virus biasanya terdapat pada pasien memiliki kemampuan bermakna untuk merusak
imunokompromais, terutama setelah transplantasi ginjal meski bakteri sudah mencapai saluran kemih
sumsum tulang. Pada transplantasi sumsum tulang, atas.13
sistitis hemorhagik terjadi dengan onset lambat, sering Meski pasien tidak menunjukkan gejala klinis,
disebabkan infeksi virus oportunistik, dan terjadi 1-2 pada anamnesis biasanya ditemukan riwayat gejala yang
minggu setelah transplantasi sumsum tulang. Virus tidak khas seperti urgency, nyeri abdomen, nokturia,
penyebab sistitis hemorhagik adalah adenovirus, virus atau anyang-anyangan. Riwayat ISK ditemukan pada
polyoma BK, dan sitomegalovirus. Diagnosis sistitits 10-20% kasus.1-3
virus didasarkan pada deteksi antigen virus dalam urin Infeksi saluran kemih asimtomatik sering terjadi
yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan polymerase dan dapat menetap selama beberapa minggu dan tidak
chain reaction (PCR) seperti untuk deteksi virus diterapi, tetapi tidak terjadi perburukan saluran kemih
polyoma BK yang sudah dipasarkan.1,3 bagian atas. Dengan demikian, ISK asimtomatik bukan
Sistitis hemorhagik sering terjadi setelah pemberian faktor risiko yang bermakna terhadap parut ginjal
kemoterapi siklofosfamid dan ifosfamid atau setelah (renal scarring).13
transplantasi sumsum tulang. Sisitis hemorhagik Diagnosis ISK asimtomatik memerlukan pe­
karena siklofosfamid dan ifosfamid biasanya terjadi merikssan sampel urin ulangan untuk mengetahui
dalam beberapa jam hingga beberapa hari pemberian bakteri yang sama dalam jumlah yang bermakna pada
kemoterapi dan lebih sering terjadi pada pemberian anak yang tidak demam minimal 2 minggu.3
siklofosfamid intravena dibandingkan dengan oral.
Hematuria gros terjadi pada 2/3 pasien sistitis
hemorhagik karena siklofosfamid, sedangkan mikro­ Infeksi saluran kemih karena jamur
hematuria didapatkan pada 90% kasus. Gejala lain
sistitis hemorhagik adalah nyeri suprapubik dan Infeksi saluran kemih bawah karena jamur terjadi
disuria. Nyeri suprapubik dapat hebat sehingga melalui jalur asending yang dapat mencapai ginjal
memerlukan analgesik narkotik. Hidrasi intensif dan menimbulkan infeksi hematogen. Infeksi saluran
dan dan pemberian terapi antitoksin seperti mesna kemih kandida lebih sering ditemukan pada bayi
efektif mencegah sistitis hemorhagik. Pemeriksaan prematur dan bayi berat lahir rendah serta pada
ultrasonografi kandung kemih pada sistitis hemorhagik bayi atau anak yang mendapat obat imunosupresan,
memperlihatkan penebalan dinding kandung kemih.1-3 antibiotik spektrum luas, atau anak dengan akses

368 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

intravena atau kateter kandung kemih dalam waktu infeksi asendens. Abses perinefrik ditandai dengan
lama.1,4 Kejadian ISK oleh jamur lebih tinggi pada infeksi antara kapsul ginjal dan fasia Gerota, sering
anak yang dirawat di ruang rawat intensif, dengan terjadi akibat rupturnya abses intrarenal dan terjadi
prevalensi kandiduria sekitar 0,5%. 4 penyebaran infeksi ke ruang perinefrik atau sebagai
Kemungkinan ISK oleh jamur perlu dicurigai komplikasi infeksi di tempat lain dalam tubuh.
pada setiap anak dengan infeksi yang memiliki risiko Manifestasi klinis abses renal sering insidious dengan
infeksi jamur. Jamur penyebab ISK paling sering adalah gejala yang tidak spesifik. Manifestasi klinis biasanya
Candida albicans dan Candida spesies lain. Beberapa berupa demam, mual, muntah, nyeri abdomen, dan
jamur lain seperti Aspergillus atau Cryptococcus dapat nyeri pinggang lokal. Diabetes melitus, urolitiasis, dan
menyebabkan ISK.4 imunosupresan merupakan faktor risiko abses ginjal.
Gejala klinis biasanya tidak spesifik seperti Diagnosis abses ginjal ditegakkan dengan ultrasono­
demam, letargi, dan distensi abdomen. Dapat disertai grafi atau CT-scan abdomen, yang memperlihatkan lesi
peningkatan kreatinin darah dan gagal ginjal non- kistik terisi sebagian. 3
oligurik. Oliguria atau anuria dapat disebabkan
obstruksi saluran kemih oleh fungus ball. Infeksi
saluran kemih karena jamur terindikasi kuat jika Tuberkulosis ginjal
ditemukan pseudohifa dalam sedimen urin dengan
menggunakan pewarnaan Grotto’s methamine silver. Kejadian tuberkulosis ginjal semakin meningkat akibat
Pertumbuhan jamur atau pembentukan bezoar oleh infeksi HIV. Tuberkulosis ginjal umumnya terjadi
jamur dapat menimbulkan obstruksi saluran kemih pada dewasa dan jarang dilaporkan pada anak. Pada
yang mengakibatkan ganguan ginjal akut (acute kidney anak, tuberkulosis ginjal biasanya terdapat bersamaan
injury).1-4 dengan tuberkulosis milier.14 Tuberkulosis ginjal jarang
Diagnosis ISK jamur ditegakkan dengan pertum­ ditemukan pada anak dan biasanya terjadi beberapa
buhan Candida >10 4 cfu/mL urin pada biakan tahun hingga puluhan tahun atau 5 hingga 15 tahun
urin tunggal yang biasanya diperoleh dari kateter setelah infeksi primer, tetapi ada laporan masa inkubasi
urin.1 Pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan yang lebih singkat.
lain, seperti computerized axial tomograpfy (CAT), Tuberkulosis ginjal terjadi melalui penyebaran
sangat penting untuk mendeteksi kelainan saluran hematogen, dan terbentuk fokus kortikal ginjal.14 Pada
kemih. Kandidiasis renal terdeteksi berupa fungus pasien dengan tuberkulosis diseminata, ginjal sering
ball atau fungal abcess pada 42% pasien yang menunjukkan kelainan histologis tetapi tanpa gejala.
menjalani pemeriksaan pencitraan. Peneliti lain Infeksi ginjal biasanya terdapat di korteks dan terjadi
melaporkan gambaran fungus ball pada 35% bayi karena penyebaran hematogen dari lesi primer Dapat
dengan kandiduria. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi granuloma kortikal yang bersifat dorman dan
ultrasonografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan menjadi reaktif setelah beberapa tahun. Lesi perkijuan
awal untuk mendeteksi kelainan ginjal sedangkan CAT dapat mengeluarkan debris dan tuberkel basil ke
scan dan atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat dalam pelvis renalis, ureter, dan kandung kemih dan
digunakan atas indikasi.1,4 menyebabkan terjadinya penyakit. Perkijuan bersifat
progresif dari lesi meduler masuk ke papilla. Abses
medular dapat menempati piramid atau keluar masuk
Abses ginjal ke dalam kaliks, dan lesi dapat menyebabkan kerusak­
an ginjal yang eksesif. Dapat juga terjadi kalsifikasi
Abses ginjal merupakan komplikasi ISK yang jarang fokal atau difus. Penyembuhan dapat menyebabkan
ditemukan. Abses dapat dibedakan berdasarkan jaringan parut.4,14
anatomi, yakni abses intra renal dan perirenal. Dalam Awitan tuberkulosis ginjal dapat bersifat insidious
abses intrarenal termasuk abses kortikal dan abses dan manifest jika mengenai kandung kemih. Gejala
kortikomedular. Abses kortikal ginjal sering timbul klinis dapat berupa demam, disuria, frekuensi
akibat penyebaran hematogen dari infeksi di tempat miksi, nyeri pinggang, hematuria gros, kolik ureter
lain dalam tubuh, sedangkan abses kortikomedular karena terjadi karena pasase bekuan atau debris,
terkait dengan kelainan anatomi saluran kemih dan dan hipertensi, sedangkan acute kidney injury sangat

Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018 369


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

jarang terjadi. Tuberkulosis epididimis memperlihatkan infeksi sehingga penting membedakan ISK atas dan
pembengkakan skrotum. Pemeriksaan laboratorium ISK bawah karena mempunyai implikasi yang berbeda.
memperlihatkan piuria steril dan hematuria. Parut ginjal terjadi pada pielonefritis, dan tidak terjadi
Pada urinalisis ditemukan proteinuria ringan, pada sistitis, sehingga tata laksana (pemeriksaan
hematuria, dan leukosituria. Piuria asam yang steril lanjutan, pemberian antibiotik, dan lama terapi) sangat
merupakan karakteristik tuberkulosis ginjal. Uji berbeda antara pielonefritis dan sistitis. Menentukasi
tuberkulin biasanya positif. Pemeriksaan basil tahan tempat infeksi dilakukan berdasarkan kombinasi
asam tidak dianjurkan karena sulit menemukan basil klinik, laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan.13
tahan asam pada sediaan usapan langsung. Basiluria Umumnya, bakteriuria asimtomatik tidak diterapi
tuberkel dapat terjadi secara intermiten sehingga perlu dengan antibiotik, sedangkan ISK simtomatik
dilakukan biakan urin.4.14 harus segera mendapatkan antibiotik. Sebelum
Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan isolasi pemberian antibiotik, sebaiknya dilakukan biakan urin
Mycobacterium tuberculosis dari urin atau langsung untuk menentukan jenis bakteridan sensitivitasnya.
dari lesi ginjal atau saluran kemih. Uji tuberkulin Keterlambatan pemberian antibiotik merupakan
merupakan salah satu alat diagnostik. Pemeriksaan salah satu faktor risiko terbentuknya parut ginjal
kultur dan polymerase chain reaction (PCR) untuk pada pielonefritis. Dengan demikian, antibiotik harus
tuberkulosis dapat membantu diagnosis, meski diberikan secara empirik dan kemudian disesuaikan
pemakaiannya masih terbatas. Aspirasi jarum biopsi dengan hasil biakan urin.3,13
ginjal memperlihatkan granuloma atau basil tahan
asam.4,14 Pada tuberkulosis ginjal klasik, kerusakan
ginjal disebabkan oleh obstruksi atau destruksi masif Terapi empirik inisial
perkijuan. Proliferasi mesangial, nefritis interstitial
granulomatosa tuberkulosis merupakan gambaran Pada awal ISK didiagnosis, hasil biakan urin belum ada
histopatologi tuberkulosis ginjal.14 karena dibutuhkan beberapa hari untuk memperoleh
Pemeriksaan pencitraan seperti ultrasonografi hasil, sehingga antibiotik diberikan sebelum ada hasil
dan CT-scan dapat mengidentifikasi lesi ginjal, dan biakan urin. Dengan demikian, pemberian antibiotik
gambaran yang sering ditemukan adalah massa di­dasarkan secara empirik, dengan memperhatikan
parenkim ginjal, jarungan parut (scaring), kalsifikasi, pola jenis bakteri penyebab ISK dan uji sensitivitas
kavitasi, dan hidronefrosis akibat striktur. Urogram dalam komunitas.3 Sebagai terapi empirik inisial,
ekskretori (pielografi intravena) memperlihatkan biasanya digunakan trimetoprim-sulfametoksazol,
berbagai kelainan tergantung pada beratnya keterlibat­ sefalosporin generasi kedua dan ketiga, serta
an ginjal, seperti iregularitas kaliks minor, kavitas, amoksisilin-klavulanat. Dilaporkan bahwa 40-
dilatasi kaliks, dan dilatasi pelviokalises.4,14 53% bakteri uropatogen sudah resisten terhadap
ampisilin atau amoksisilin, dan 5% resisten terhadap
trimetoprim-sulfametoksazol.1
Tata laksana Lama pemberian antibiotik pada ISK tergantung
pada jenis ISK. Infeksi saluran kemih pada bayi dan
Tata laksana ISK terdiri atas eradikasi infeksi akut, ISK kompleks, biasanya diterapi selama 10 hingga 14
deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fun- hari, dan untuk ISK simpleks diobati selama 7-10 hari.
gsional pada ginjal dan saluran kemih, dan deteksi Pengobatan jangka pendek dengan lama pengobatan
dan mencegah infeksi berulang.8 Tujuan pemberian 1 hingga 3 hari tidak direkomendasikan untuk anak.4
antibiotik adalah mengatasi infeksi akut, mencegah Berbagai antbiotik dapat digunakan baik oral
urosepsis, dan mencegah atau mengurangi kerusakan ataupun parenteral. Antibiotik oral antara lain
ginjal. Prinsip pemilihan terapi antibiotik untuk kotrimoksazol, sefaleksin, sefiksim, sefadroksil, asam
ISK sama dengan panduan yang digunakan untuk pipemidat, asam nalidiksik, amoksisilin-klavulanat,
memilih antibiotik untuk penyakit infeksi lain, yakni sefpodiksim, sefprozil, lorakarbef, siprofloksazin.
sensitivitas bakteri, antibiotik spektrum sempit, Antibiotik parenteral antara lain sefotaksim, seftriakson,
toleransi pasien terhadap terapi, toksisitas rendah, seftazidim, sefazolin, gentamisin, amikasin, tobramisin,
dan cost-effectiveness.1,3 Terapi didasarkan pada lokasi tikarsilin, ampisilin.3

370 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

Pielonefritis akut harus didasarkan pada pola resistensi bakteri lokal.


Sensitivitas sebagian besar patogen urin mempunyai
Terapi antibiotik parenteral empirik adalah kombinasi sensitivitas 96% terhadap gentamisin dan seftriakson
ampisilin dan gentamisin yang dapat mengatasi bakteri dan dapat digunakan sebagai panduan sambul
Streptococus group B dan Enterococcus, serta bakteri menunggu hasil biakan urin. 13 Kajian terhadap
Gram negatif. Pilihan lain dapat berupa antibiotik 18 penelitian randomized mengenai pemberian
tunggal sefotaksim atau kombinasi sefotaksim dan antibiotik pada pelonefritis akut yang membandingkan
gentamisin. antibiotik intravena 3-4 hari dilanjutkan pemberian
Dalam tata laksana bayi usia 0-3 bulan, antibiotik oral dengan antibiotik intravena selama 7-14 hari.
diberikan selama 14 hari, baik parenteral maupun Hasilnya, tidak ada perbedaan bermakna terhadap
gabungan parenteral dan oral. Antibiotik parenteral timbulnya kerusakan ginjal permanen pada kedua
diberikan sampai bayi mengalami perbaikan secara kelompok. Hal ini menunjukkan tidak diperlukan
klinis (biasanya 3-7 hari), dan dapat dilanjutkan pemberian antibiotik parenteral jangka lama. 15
dengan antibiotik oral selama sia waktu hingga total French guidelines (79) merekomendasikan pemberian
lama pemberian antibiotik menjadi 14 hari.3 antibiotik inisial secara parenteral selama 2–4 hari
Pada bayi usia 1-3 bulan, dapat dipertimbangkan diikuti dengan antibiotik oral. Dilaporkan juga bahwa
tata laksana rawat jalan pada bayi dengan keadaan penelitian randomized prospektif trial menyimpulkan
tertentu seperti keadaan umum yang tidak tampak bahwa insiden parut ginjal sama pada pasien yang
sakit berat, tidak ada tanda bakteremia atau meningitis, diterapi dengan seftriakson intravena 3 hari diikuti
atau yang dapat dipantau dengan baik. Pada pasien antibiotik oral dibandingkan dengan pemberian
rawat jalan, dapat juga diterapi dengan seftriakson seftriakson intravena selama 8 hari.15 Hoberman
atau gentamisin parenteral setiap 24 jam. Antibiotik dkk16 melaporkan penelitian randomized controlled
parenteral diteruskan hingga bayi bebas demam selama trial terhadap 306 anak, dengan pemberian sefixim
24 jam dan sisa hari diteruskan dengan antibiotik oral oral dengan parenteral tidak ada perbedaan bermakna
hingga total lama antibiotik menjdi 14 hari.1 pada kedua kelompok tersebut terhadap terbentuknya
Pada usia 3 hingga 24 bulan, sefiksim dapat parut ginjal dalam waktu 6 bulan. Hasil yang sama juga
menjadi pilihan dalam terapi febrile urinary tract dilaporkan Montini dkk17 pada penelitian randomized
infection dan penelitian menunjukkan efektifitas controlled trial multisenter, yaitu antibiotik oral (ko-
antibiotik oral dalam tata laksana febrile urinary tract amoksiklav 50 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 10
infection usia 1-24 bulan. Pada penelitian dengan hari) sama efektifnya dengan seftriakson parenteral
pemberian sefiksim oral selama 14 hari atau sefotaksim (50 mg/kgbb/hari dosis tunggal) selama 3 hari
intravena selama 3 hari dilanjutkan dengan sefiksim diikuti ko-amoksiklav oral (50 mg/kgbb/hari dibagi
oral selama 11 hari, terlihat hasil yang tidak berbeda. 3 dosis selama 7 hari). Pada pielonefritis akut, lama
Biakan urin menjadi negatif setelah 24 jam pengobat­ pemberian antibiotik antara 10-14 hari.13 Konsensus
an, dan suhu tubuh normal pada 24 jam setelah Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa
terapi.1,3 . ISK atas atau pielonefritis akut diterapi dengan
Pada anak usia >24 bulan dan remaja, sebagai terapi antibotik parenteral selama 7-10 hari. Jika dengan
dapat diberikan sefiksim oral atau antibiotik short course pemberian antibiotik parenteral selama 3-4 hari
secara intravena selama 2-4 hari dan diikuti dengan terdapat perbaikan klinis, pemberian antibiotik dapat
antibiotik oral. Pada anak, pemberian aminoglikosida dilanjutkan dengan pemberian per oral (switch therapy)
intravena dosis tunggal sehari dilaporkan cukup efektif hingga lama pemberian antibiotik 7-10 hari.8
dan aman seperti pemberian setiap 8 jam. Pasien
dengan pielonefritis akut biasanya diterapi dengan
antibiotik selama 10-14 hari.1 Infeksi saluran kemih pada neonatus
Pada pielonefritis akut, lama pemberian antibiotik
antara 10-14 hari. Pada pielonefritis (acute lobar Neonatus dengan ISK atau febrile urinary tract
nephronia), tata laksana efektif dapat mencegah infection harus dirawat dan diterapi dengan antibiotik
progresivitas menjadi abses ginjal. Pemilhan antibiotik parenteral selama 10-14 hari. Pemberian antibiotik
parenteral didasarkan pada absorbsi antibiotik oral

Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018 371


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

yang tidak adekuat, imaturitas sistem imun neonatus, tidak perlu diterapi. Pemantauan jangka panjang dalam
dan rentannya terhadap infeksi sistemik.1,3 Konsensus 2-5 tahun menunjukkan bahwa biakan bakterimenjadi
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa negatif pada 40-50% bakteriuria asimtomatik, meski
ISK pada neonatus diterapi dengan antibiotik ada juga yang melaporkan parut ginjal pada 15%
parenteral selama 10-14 hari.8 pasien, namum tanpa jaringan parut yang baru.1
Secara umum, telah disepakati bahwa bakteriuria
asimtomatik tidak perlu diterapi, karena pemberian
Sistitis (non febrile urinary tract infec- antibiotik semakin meningkatkan resistensi terhadap
tion) antibiotik dan keadan ini harus dihindari. Bakteriuria
terjadi karena terinfeksi dengan bakteri virulensi
Sistitis dilobati dengan antibiotik oral, biasanya 3-5 rendah dan tidak menimbulkan risiko parut ginjal.13
hari. Pemberian antibiotik jangka pendek selama 3 Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan
hari untuk terapi sistitis efektif pada dewasa tanpa bahwa bakteriuria asimtomatik tidak perlu diterapi.8
ada kelainan saluran kemih. Demikian juga halnya
pada anak, antibiotik oral short course memberikan
hasil yang baik sebagai terapi sistitis tanpa kelainan Infeksi saluran kemih karena jamur
saluran kemih, tetapi pemberian antibiotik dosis
tunggal tidak efektif dalam terapi sistitis.1,3). Untuk Padat ISK karena jamur dengan kateter uretra terpasang
terapi sistitis akut, antibiotik sefalosporin sebaiknya maka kateter harus dicabut dan segera diterapi dengan
dihindari jika memungkinkan sebagai cadangan untuk obat anti jamur karena keberadaan kateter akan
terapi pielonefritis.13 Konsensus Ikatan Dokter Anak mempersulit terapi. Pemberian flukonazol oral dalam
Indonesia menyebutkan bahwa ISK bawah atau sistitis tata laksana sistitis karena Candida cukup efektif.4
diterapi secara oral selama 5-7 hari.8 Pada sistitis kandida dapat diberikan flukonazol
oral 6 mg/kgbb/hari. Irigasi kandung kemih dengan
larutan mengandung amfoterisin B digunakan untuk
Sistitis hemorhagik pengobatan infeksi jamur pada saluran kemih bagian
bawah. Amfoterisin B diberikan dengan konsentrasi
Sistitis virus merupakan penyakit self-limiting yang 50 ug/mL cairan steril.1,3 Irigasi kandung kemih dengan
akan sembuh dalam 2-3 minggu. Gejala klinis dan amfoterisin B sangat efektif dalam tata laksana ISK
gambaran ultrasonografi yang menetap merupakan oleh jamur.4
indikasi sitoskopi dan biopsi dinding kandung kemih. Jika terdapat tanda ISK atas, pasien diterapi dengan
Terapi sistitis hemorhagik biasanya cukup dengan amfoterisin B (0,6-0,7 mg/kgbb) atau flukonazol
terapi simtomatik. Untuk sistitis karena virus polyoma (5-10 m/kgbb) intravena selama 3-4 minggu.4 Pada
BK dapat digunakan antivirus cidofovir.1,3 literatur lain disebutkan amfoterisin B diberikan
secara intravena dengan dosis 1 mg/kgbb/hari.
Fungsi ginjal dan elekrolit harus dipantau dan dosis
Infeksi saluran kemih asimtomatik amfoterisin B harus diturunkan jika kadar kreatinin
serum meningkat. Tempat infeksi dan respon klinik
Tata laksana bakteriuria asimtomatik masih sering menentukan lama pengobatan funguria. Lama
diperdebatkan karena ada para ahli yang me­ pengobatan yang direkomendasikan adalah minimal
nganjurkan terapi untuk bakteriuria asimtomatik 3 minggu setelah biakan darah dan urin negatif. Di
untuk menurunkan morbiditas karena ISK, tetapi Amerika Serikat, amfoterisin B lebih disukai sebagai
sebagian lagi tidak menganjurkan dengan alasan monoterapi untuk neonatus dengan kandiduria
karena pemberian antibiotik tidak mengeradikasi karena neonatus lebih toleran terhadap amfoterisin
bakteri atau tidak mengubah angka kekambuhan B dibandingkan anak besar dan dewasa.1,3 Kadang-
ISK.1,3 Hasil penelitian menunjukkan, tidak ada kadang diperlukan pemberian flucytosine.4
perbedaan recurrence rate ISK pada kelompok yang Tindakan bedah diperlukan jika terdapat obstruksi
diterapi dan yang tidak diterapi. Namun, sebagian oleh jamur. atau fungus ball atau terdapat abses yang
besar berpendapat bahwa bakteriuria asimtomatik memerlukan drainase.1,3,4

372 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

Abses ginjal Pencitraan


Terapi abses ginjal adalah tindakan bedah untuk Pemeriksaan pencitraan ginjal dan saluran kemih sangat
drainase abses (dengan bantuan ultrasonografi) dan penting untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran
antibiotik selama 3 minggu atau lebih, tergantung kemih yang sering menjadi penyebab berulangnya ISK
pada keadaan klinis pasien.3 dan mempercepat penurunan fungsi ginjal. Berbagai
moda pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan seperti
ultrasonografi, mictiocysturethrography (MCU), atau
Tuberkulosis ginjal skintigrafi radionuklir. Ultrasonografi merupakan
pemeriksaan yang sangat baik untuk ginjal dan saluran
Pengobatan tuberkulosis ginjal dilakukan dengan kemih, tetapi pemeriksaan ini sangat tergantung
pemberian kombinasi antituberkulosis selama 12 pada operator atau pemeriksaan. Pielografi intravena
bulan. Bedah rekonstruksi diperlukan jika terdapat (urogram ekskretori) baik untuk melihat bentuk detail
striktur ureter atau kandung kemih. Operasi radikal ginjal maupun fungsi ginjal, tetapi karena efek samping
seperti nefrektomi dilakukan pada ginjal yang tidak radiokontras dan radiasi yang tinggi pada pemeriksaan
berfungsi terutama jika terjadi hipertensi.14 Terapi ini, pielografi intravena tidak lagi dianjurkan kecuali
dilakukan dengan antituberkulosis standar seperti pemeriksaan ini tidak dapat digantikan.3,4
rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.
Tata laksana tuberkulosis ginjal dan memerlukan
pemantauan jangka panjang.4 Penutup
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi
Profilaksis yang sering tidak terdiagnosis dan manifestasi klinis
yang tidak spesifik dan bervariasi menyebabkan
Upaya yang sering dilakukan untuk mencegah ISK ISK sering terlambat didiagnosis, Manifestasi klinis
berulang adalah pemberian antibiorik profilaksis disertai pemeriksaan urinalisis dapat memandu tenaga
berkelanjutan dalam jangka tertentu.1-4 Antibiotik kesehatan untuk membat diagnosis tersangka ISK
yang digunakan untuk profilaksis adalah trimetoprim, sehingga anak dapat diterapi secara empiris sebelum
kotrimoksazol, sulfisoksazol, sefaleksin, asam nalidiksat, terapi definitif.
sefaklor, sefiksim, sefadroksil.18
Selain pemberian antibiotik, pencegahan kekam­
buhan ISK, dapat juga dilakukan dengan pemberian Daftar pustaka
probiotik, cranberry, imunostimulan, dan vaksin.
Cranberry mengandung zat proanthocyainidins 1. Jantausch B, Kher K. Urinary tract infection. Dalam: Kher
yang dapat menghambat adhesi P-fimbriae E. KK, Schnaper HW, Makker SP, penyunting. Clinical pediatric
coli uropatogenik ke uroepitel. Probiotik adalah nephrology. Edisi ke-2. London: Informa Health Care;
mikroorganisme hidup yang mempunyai efek 2007;h.553-73.
antimikroba dengan cara mengubah flora usus, 2. Hodson EM, Craig JC. Urinary tract infection in children.
mensekresi zat antibakteri, dan berkompetisi dengan Dalam: Avner ED, Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa B,
bakteri patogen untuk mencegah adhesi bakteri Emma F, Goldstein SL, penyunting, Pediatric nephrology.
ke dinding usus.2 Probiotik yang sudah digunakan Edisi ke-7, New York: Springer Reference; 2016;h.1696-714,
untuk profilkasis adalah Lactobacillus rhamnosus dan 3. Goldberg B, Jantausch B. Urinary tract infection. Dalam:
Lactobacillus reuteri (L. fermentum).19 Kher KK, Schnaper HM, Breenbaum LA, penyunting.
Upaya lain untuk mencegah ISK berulang Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-3. New York: CRC
adalah pengembangan vaksin sistemik atau PRESS;2017;h.967-91.
mukosal. Vaksin yang pernah diuji coba adalah 4. Hari P, Srivastava RN. Urinary tract infection. Dalam:
oral immunosti­m ulant OM 89 (Uro-Vaxom) yang Srivastava RN, Bagga A, penyunting. Pediatric Nephrology.
dapat mengurangi risiko berulangnya ISK, tetapi Edisi ke-4, New Delhi-London, Jaypee Brothers Medical
belum diberikan pada anak. 2 Publisher; 2011.h.273-300.

Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018 373


Sudung O. Pardede: Infeksi pada ginjal dan saluran kemih anak: manifestasi klinis dan tatalaksana

5. Yilmaz A, Sevketoglu E, Gedikbasi A, Karyagar S, Kiyak Srivastava RN, Bagga A, penyunting. Pediatric nephrology.
A, Mulazimoglu M, dkk. Early prediction of urinary tract Edisi ke-4, New Delhi-London: Jaypee Brothers Medical
infection with urinary neutrophil gelatinase associated Publisher;2011.h.494-524.
lipocalin. Pediatr Nephrol 2009;24:2387-92. 13. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection.
6. Jodal U. Urinary tract infection: Significance, pathogenesis, Dalam: Avner ED, Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa
clinical features and diagnosis. Dalam: Postlethwaite RJ, N, penyunting. Pediatric nephrology. Edisi ke-6. Berlin
penyunting, Clinical paediatr nephrology. Edisi ke-2. Oxford: Heidelberg: Springer-Verlag; 2009.h.1229-310.
Butterworth-Heinemann; 1994.h.151-9. 14. Shet A. The kidney and the tropics. Dalam: Phadke K,
7. Lambert H, Coultard M. The child with urinary tract Goodyer P, Bitzan M, penyunting. Manual of pediatric
infection. Dalam: Webb NJA, Postlethwaite RJ, penyunting. nephrology. London: Springer; 2014.h.461-77.
Clinical paediatric nephrology. Edisi ke-3. Oxford: Oxford 15. Bloomfield P, Hodson EM, Craig JC. Antibiotics for acute
University Press;2003.h.197-225. pyelonephritis in children. Cochrane Database Syst Rev 2005;
8. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. CD003772.
Konsensus infeksi saluran kemih pada anak. UKK Nefrologi 16. Hoberman A,Wald ER, Hickey RW, Baskin M, Charron M,
IDAI. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. Majd M, Kearney DH, Reynolds EA, Ruley J, Janosky JE. Oral
9. Smolkin V, Koren A, Raz R, Colodner R, Sakran W, Halevy versus initial intravenous therapy for urinary tract infections in
R. Procalcitonin as a marker of acute pyelonephritis in infants young febrile children. Pediatrics 1999;104:79–86.
and children. Pediatr Nephrol 2002;17:409-12. 17. Montini G, Toffolo A, Zucchetta P, Dall’Amico R, Gobber D,
10. Gurgoze MK, Akarsu S, Yilmaz E, Godekmerdan A, Akca Calderan A, dkk. Antibiotic treatment for pyelonephritis in
Z, Ciftci I, Ayugin AD. Proinflamatory cytokines and children: multicentre randomised controlled non-inferiority
procalcitonin in children with acute pyelonephritis. Pediatr trial. Br Med J 2007;335:386.
Nephrol 2005;20:1445-8. 18. Brandstrom P, Hansson S. Long-term, low-doe prophylaxis
11. Roberts KB. Urinary tract infection. Clinical practice guideline gainst urinary tract infection in young children. Pediatr
fos the diagnosis and management of the initial UTI in febrile Nephrol 2015;30:425-32.
infants and children 2-24 months. Pediatrics 2011;128:595- 19. Lee SJ, Shim YH, Cho SJ, Lee JW. Probiotics prophylaxis in
610. children with persistent primary vesicoureteral reflux. Pediatr
12. Bagga A, Gulati A. Disease of the newborn. Dalam: Nephrol 2007;22:1315-20.

374 Sari Pediatri, Vol. 19, No. 6, April 2018

Anda mungkin juga menyukai