BAB II KAJIAN PUSTAKA. Voltametri Adalah Metode Elektrokimia Dimana Arus Diamati Pada
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Voltametri Adalah Metode Elektrokimia Dimana Arus Diamati Pada
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Voltametri
pemberian potensial tertentu. Voltametri berasal dari kata volt – ampero – metry.
Kata volt merujuk pada potensial, amperro merujuk pada arus, dan metry merujuk
potensial pada elektroda kerja dan arus yang timbul dari hasil reaksi diukur.
Timbulnya arus disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi pada
dalam larutan.
organik (Skoog, et al, 1998). Modulasi pemberian potensial juga lebih bervariasi
meningkat.
terkontrol yaitu pengukuran respon arus dari analit dengan pemberian potensial
pada elektroda. Respon arus yang dihasilkan berasal dari transfer elektron selama
8
proses oksidasi dan reduksi dari analit. Secara termodinamika potensial elektroda
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Reaksi yang terjadi
berdasarkan persamaan Nernst, sebagai berikut :
,
=E + log (1)
dengan E0 adalah potensial standar reaksi redoks yang terjadi, R adalah tetapan
tereduksi. Arus yang dihasilkan dari reaksi oksidasi reduksi tersebut dinamakan
96478 Couloumb listrik). Hasil plot arus Faraday versus potensial dinamakan
voltamogram.
katoda dan anion menuju anoda. Arus ini disebabkan oleh muatan yang
9
produk dari permukaan elektroda. Alat yang paling umum digunakan
lapisan difusi. Tanpa transformasi yang lain, ketebalan lapisan difusi meningkat
permukaan elektroda.
sebanding. Arus dari migrasi ion secara difusi saja yang sebanding dengan
dalam larutan dengan konsentrasi 50 sampai 100 kali dari konsentrasi analit.
(Wang, 1994)
kompleks dari ketiga jenis transport massa. Dengan membatasi hanya difusi saja
sebagai transport massa yang signifikan terhadap perpindahan reaktan dan produk,
i = n F A D ( Cbulk C) (2)
dengan n = jumlah elektron yang ditransfer dalam reaksi redoks
10
D = koefisien difusi reaktan atau produk
terbentuknya lapisan difusi antara elektroda dan badan larutan (bulk). Migrasi
tinggi ke dalam larutan analit. Ion dengan muatan yang sama berinteraksi sama
besar untuk bermigrasi. Keberadaan ion inert dalam jumlah besar akan
memperkecil jumlah ion produk atau reaktan yang berpindah (transport massa)
dengan cara migrasi. Konveksi dapat dengan mudah dieliminasi dengan tidak
kecil (0,001-0,001 cm), dan kecepatan transport massa oleh konveksi turun
yang berisi larutan sampel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1
11
Elektroda
pembantu Elektroda
kerja Elektroda
pembanding
Gas N2
Bila ada reaksi oksidasi maupun reduksi pada elektroda kerja, arus yang
elektroda pembantu akan berlawanan dengan reaksi yang terjadi pada elektroda
kerja. Untuk mengukur arus yang timbul digunakan amperemeter (A). Antara
elektroda kerja dan elektroda pembanding diberikan tahanan (R) yang cukup
tinggi agar arus tidak melewati elektroda kerja dan elektroda pembanding, karena
Kualitas elektroda kerja tergantung pada dua faktor yaitu reaksi redoks dari analit
dan arus latar pada rentang potensial yang dibutuhkan dalam pengukuran.
12
Elektroda kerja harus memiliki syarat-syarat seperti memiliki respon arus dengan
keberulangan yang baik, rentang potensial yang lebar, konduktivitas listrik yang
katoda yang lebar, reprodusibilitas yang tinggi, dan permukaan yang dapat
elektroda merkuri. Contoh elektroda padat yaitu karbon, platina, dan emas.
Elektroda perak, nikel, dan tembaga digunakan untuk aplikasi spesifik. Faktor
penting dari elektroda padat yaitu respon arus yang sangat tergantung pada
Elektroda padat cenderung memiliki permukaan yang heterogen dan kasar yang
13
2.1.2.2 Elektroda Pembanding (Reference Electrode/RE)
setengah sel yang diketahui, konstan dan tidak bereaksi terhadap komposisi
klorida.
Potensial sel ini bergantung pada konsentrasi ion klorida (x), dan harga
konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda. Harga potensial EKJ
pada konsentrasi ion klorida jenuh adalah 0,244 V pada 25o C dibandingkan
Biasanya elektroda ini terbuat dari larutan jenuh KCl atau KCl 3,5 M yang harga
potensialnya adalah 0,199 V untuk larutan KCl jenuh, dan 0,205 V untuk larutan
14
KCl 3,5 M pada 25o C. Elektroda ini dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi
arus difusi pada elektroda kerja dengan transfer elektron ke arah sebaliknya. Jika
terjadi reduksi pada elektroda kerja maka oksidasi terjadi pada elektroda
pembantu. Elektroda pembantu yang digunakan harus bersifat inert seperti kawat
melalui sirkuit listrik eksternal menuju elektroda bantu, dimana reduksi pelarut
atau komponen matriks larutan terjadi. Reduksi analit pada elektroda kerja
bantu ke katoda. Arus yang muncul dari elektroda kerja dan elektroda bantu
elektroda kerja. Arus yang muncul dari reduksi analit disebut arus katoda dan
diberi tanda positif. Arus anodik muncul dari oksidasi dan diberi tanda negatif.
15
antara konsentrasi Fe(CN)6 3-, Fe(CN)6 4-
dan potensial elektroda kerja, sesuai
persamaan Nernst.
[Fe(CN)6 ]
reduksi oksidasi.
Fe(CN)6 3-
E E0 = +0,356 V
Fe(CN)6 4-
Gambar 2.2 Diagram Ladder reaksi oksidasi reduksi Fe(CN) 63- dan Fe(CN)6 4-
(Harvey,2000)
Fe(CN)6 3- dan Fe(CN)6 4- pada permukaan elektroda tidak terpengaruh, dan tidak
ada arus Faraday yang terukur. Pada potensial 0,356 V menghasilkan Fe(CN)6 4-
3-
X=0 = Fe(CN)6 = 0,50 mM, yang hanya mungkin jika setengah dari Fe(CN)6 3-
4-
pada permukaan elektroda direduksi menjadi Fe(CN)6 . Jika semua ini terjadi
setelah potensial diberikan, akan menghasilkan arus Faraday yang dengan cepat
0,5 mM, konsentrasi pada badan larutan adalah nol. Akibatnya terjadi gradien
16
konsentrasi antara larutan di permukaan elektroda dengan badan larutan. Gradien
mengalir terus sampai tidak ada lagi perbedaan konsentrasi antara Fe(CN)6 3-
4-
dengan Fe(CN)6 di permukaan elektroda maupun pada badan larutan (larutan
uji).
Bergerak menuju
elektroda
e-
Bergerak menjauhi
elektroda
elektroda
Faraday yang mengalir, besarnya arus ditentukan oleh kecepatan reaksi oksidasi
reaksi elektrokimia yaitu, laju reaktan dan produk ke dan dari permukaan
elektroda, dan laju elektron bergerak di antara elektroda, reaktan dan produk
dalam larutan.
17
2.3 Arus Non Faraday (Harvey,2000)
Arus Faraday berasal dari reaksi redoks pada permukaan elektroda. Arus
lain juga muncul dari suatu sel elektrokimia yang tidak berhubungan dengan
reaksi redoks. Arus ini disebut arus non Faraday dan terhitung jika komponen arus
menuju elektroda yang bermuatan positif, dan partikel bermuatan positif akan
yang disebut lapisan rangkap listrik, Electrical Double Layer (EDL). Pergerakan
partikel bermuatan dalam larutan meningkatkan arus non Faraday yang singkat.
penyapuan potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan kembali lagi ke
potensial awal atau disebut juga penyapuan (scanning) dapat dibalik kembali
setelah reaksi berlangsung. Dengan demikian arus katodik maupun anodik dapat
terukur. Arus katodik adalah arus yang digunakan pada saat penyapuan dari
potensial yang paling besar menuju potensial yang paling kecil dan arus anodik
18
adalah sebaliknya yaitu penyapuan dari potensial yang paling kecil menuju
Voltametri siklik terdiri dari siklus potensial dari suatu elektroda yang
elektroaktif dan mengukur arus yang dihasilkan. Potensial pada elektroda kerja
dikontrol oleh elektroda pembanding seperti elektroda kalomel jenuh (EKJ) atau
dapat dianggap sebagai sinyal eksitasi. Sinyal eksitasi untuk voltametri siklik
siklus 1 siklus 2
POTENSIAL versus EKJ (V)
Scan
awal
Scan balik
E awal akhir
WAKTU (s)
Gambar 2.4 Sinyal eksitasi untuk voltametri siklik (Scholz, 2010) Potensial sinyal
eksitasi segitiga menyapu potensial elektroda antara dua nilai. Sinyal eksitasi
dari +0,80 (potensial awal) ke -0,20 V (potensial akhir) versus EKJ, sedangkan
19
penyapuan positif kembali ke potensial awal 0,80 V. Kecepatan penyapuan
selama scan potensial. Arus dapat dianggap sebagai respon sinyal terhadap
(pada sumbu vertikal) versus potensial (sumbu horizontal). Saat variasi potensial
linear terhadap waktu, sumbu horizontal dapat dianggap sebagai sumbu waktu.
2.4 tetapi dengan pemindahan potensial negatif sebesar -0,15 V. Dengan demikian
sumbu vertikal pada Gambar 2.4 menjadi sumbu horizontal pada Gambar 2.5
Arus (A) katodik
anodik
20
Potensial awal (Ei) sebesar 0,80 V diterapkan pada elektroda (a dalam
oleh (b) karena proses elektroda, sehingga elektroda cukup kuat untuk mereduksi
Arus katodik meningkat dengan cepat (bd) sampai konsentrasi [Fe(CN)6]3- pada
untuk scan balik. Potensial masih cukup negatif untuk mereduksi [Fe(CN)6]3-
penyapuan ke arah positif. Ketika elektroda menjadi oksidan yang cukup kuat,
[Fe(CN)6]4- yang terakumulasi pada elektroda kerja akan teroksidasi dengan reaksi
sebagai berikut :
Oksidasi terjadi pada arus anodik (ik). Arus anodik meningkat cepat sampai
Siklus pertama selesai ketika potensia kembali ke +0,80 V. Dalam hal ini jelas
bahwa potensial positif ± 0,40 V akan cocok sebagai potensial awal pada reduksi
21
[Fe(CN)6]3- yang diindikasikan oleh arus katodik ketika dilakukan penyapuan
reversible berikut :
, 1 [ *( ,) ] (8)
E=E ([*(,)] ,[* ,)]+ log
[ *( ,) ]
0
dengan E adalah potensial reduksi dari sampel. Nilai awal E yang cukup positif
Nernst. Perbandingan keadaan reaksi oksidasi yang ada pada permukaan elektroda
kecepatan perubahan arus yang sangat besar pada daerah E = E0 yaitu [Fe(CN)6]3-
dari teknik pulsa adalah bahwa gelombang ini dirancang sedemikian rupa untuk
22
elektroaktif dianalisis secara simultan (Fifield dan Haines, 2000). Dalam teknik
ini, sampling arus terjadi dua kali yaitu pada awal sebelum pulsa naik dan pada
dari arus Faraday (if) dan arus muatan (ic), seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.6
arus
Faraday, if
Waktu sampling
Arus
muatan, ic
Arus
Waktu pulsa
waktu
Gambar 2.6 Diagram arus Faraday (if) dan arus muatan (ic) versus
waktu (Fifield dan Haines, 2000)
Teknik ini bertujuan untuk menurunkan batas deteksi pengukuran
Peningkatan rasio antara arus Faraday dan non Faraday sesuai sampai pada
konsentrasi 10-8 M (Wang, 2000). Pulsa diferensial dan teknik gelombang persegi
adalah teknik pulsa yang paling umum digunakan. Polarogram pulsa diferensial
23
Lebar pulsa
Kenaikan potensial
Sampling arus
E Amplitudo pulsa
Sampling arus
Periode pulsa
Waktu
tunggu
Gambar 2.7 Diagram tahap pembentukan pulsa dan sampling arus pada DPV
(Wang,2000)
Pada DPV arus disampling dua kali yaitu sebelum pulsa diberikan dan
derivatif. Tinggi arus puncak berbanding lurus dengan konsentrasi analit. Arus
yang dihasilkan dari pulsa diferensial sangat efektif untuk mengoreksi arus latar
belakang.
hidroklorida berupa serbuk putih, mudah larut dalam air, larut dalam alkohol,
24
sedikit larut dalam aseton dan metilena klorida. Dopamin memiliki rumus kimia
HO
HO NH2 HCl
Indop, dan Cetadop. Metabolisme dopamin dalam tubuh terjadi pada organ ginjal,
hati, plasma, 75% menjadi bentuk metabolit inaktif oleh monoamin oksidase dan
Dopamin HCl sensitif dan harus dilindungi dari cahaya. Perubahan warna
menjadi kuning, coklat, merah muda, hingga ungu menunjukkan kerusakan obat
dan warna larutan yang menjadi lebih gelap dari warna sedikit kuning tidak boleh
alkali lainnya. Sediaan harus dilindungi dari panas yang berlebihan dan tidak
boleh disimpan pada suhu dingin. Dopamin HCl stabil sedikitnya 24 jam jika
dilarutkan dalam 250-500 ml sediaan injeksi NaCl 0,9%, dekstrose 5%, dan
sebagai agen penyebab penyempitan darah pada perifer. Dalam hal ini dopamin
25
sekunder akibat pelebaran pembuluh darah yang diinduksi oleh dobutamin.
sentral untuk mencegah kemungkinan terjadinya migrasi sel dari sirkulasi darah
elektrolit dimana kedua pelarut tersebut tidak saling bercampur. Salah satu
pelarutnya adalah air, dan yang lainnya adalah pelarut organik yang memiliki
permitivitas dielektrik sedang atau tinggi. Contoh pelarut organik yang digunakan
a) Transfer ion Xizi dengan muatan zi antara fasa air (w) dengan fasa organik
(o),
b) Transfer elektron antara reaksi oksidasi reduksi pada fasa air (w) dan
26
Disamping itu, masing-masing muatan transfer reaksi heterogen 1 dan 2
pada fasa air atau fasa organik. Seringkali asosiasi ion atau pembentukan
kompleks terjadi,
dimana Zij = Zi + Zj dan s = fasa organik atau fasa air yang sesuai dengan
aij
Pelarut organik menunjukkan kelarutan yang rendah dengan air dan telah
menerapkan potensial dari elektroda eksternal. Hal ini dapat dilakukan dengan
melarutkan garam elektrolit yang cocok dalam setiap fase baik dalam fasa air
maupun fasa organik. Untuk membuat antarmuka terpolarisasi, maka harus ada
rentang potensial tertentu, dimana garam-garam terlarut dalam satu fasa harus
larut dalam satu fasa, tetapi tidak larut dalam fasa yang lain. Garam yang sering
digunakan adalah LiCl sebagai elektrolit pendukung untuk fase air dan
27
tetrabutilamonium tetraphenillborat (TBATPB) yang digunakan sebagai elektrolit
Cl - Cl - TPB - TPB -
TBA+ TBA+ Li + Li +
TPB - TPB -
Li + Li +
Cl - Cl -
TBA+ TBA+
Dalam rentang jendela potensial, hanya arus kecil yang mengalir karena sebagian
besar untuk pengisian muatan antarmuka (arus muatan). Di luar jendela potensial,
transfer ion, polaritas antarmuka ke fasa air, pada sebelah kanan kurva
berhubungan dengan fasa air yang potensialnya meningkat menjadi lebih positif.
Proses polarisasi berlanjut (pada kurva 1), ion TPB- mulai tertransfer dari
28
nitrobenzena ke air dan ion Li+ mulai ditransfer dari air ke nitrobenzena.
Kontribusi relatif dari anion lipofilik dan kation hidrofilik tergantung pada
besarnya energi Gibbs pada transfer ion. Kedua ion berkontribusi menghasilkan
arus latar belakang. Setelah beralih arah penyapuan (pada kurva 2), ion
nitrobenzena dan ion Li+ dari nitrobenzena tertransfer kembali ke air. Siklus
adanya muatan pada antarmuka dan arus pada fasa air berkurang, dan transport
beralih potensial (pada kurva 4) ion kembali ke fasa asal, Cl- kembali ke air dan
29