Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Obat tradisional telah digunakan masyarakat Indonesia sejak zaman
dahulu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, obat
tradisional cukup menjadi perhatian untuk terus dikembangkan serta
diusahakan agar dapat menjadi bagian dari pengobatan formal di Indonesia
(Warsito, 2011).

Kunyit sering digunakan masyarakat, baik sebagai pelengkap bumbu


masakan, jamu, atau obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. (Agoes,
2010). Kunyit banyak mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai obat.
Bagian tanaman ini yang sering digunakan adalah pada rimpangnya yang
mengandung suatu senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri. Pada rimpang
kunyit putih kandungan kurkuminoid berkisar antara 3,0 – 5,0%, yang terdiri
dari kurkumin dan turunannya yaitu demetoksik kurkumin dan bisdemetoksi
kurkumin. Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit putih berkisar antar 2,5% -
6,0%, yang terdiri dari komponen artumeron, alfa dan beta tumeron, tumerol,
alfa atlanton, beta kariofilen, linalol, 1,8 sineol, zingiberen, d-sabinen, dan
bomeol. Selain kurkuminoid dan minyak atsiri rimpang kunyit putih juga
mengandung senyawa lain seperti pati, lemak, protein, kamfer, resin, damar,
gom, kalsium, fosfor, dan zat bezi.

Sebagian besar dipasaran telah banyak beredar ekstrak rimpang kunyit


putih (Curcuma Petiolata) dalam bentuk kapsul dan teh. Bentuk kapsul atau
teh dalam pemakainnya kurang praktis serta bentuk kapsul, dimana
memerlukan media air dalam pemakainnya. Salah satu strategi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah melalui pengembangan bentuk sedian padat yang
ditunjukan untuk digunakan dalam bentuk tablet. Sediaan tablet banyak disukai
karena tablet mempunyai sifat mudah dibawa, bentuk kompak, tepat
takarannya dan mempunyai nilai ekonomis dibandingkan dengan sediaan lain
(Siregar, 2010).

Selain dinilai praktis dalam pemakainnya, tablet menawarkan kemampuan


terbaik dari semua bentuk sedian oral untuk ketepatan dosis, memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik dan stabiliotas mikrobiologi yang paling baik
dan mudah diproduksi secara besar- besaran. ( Lachman, et al., 1994).

Saat ini rimpang kunyit telah dimanfaatkan sebagai minuman kunir asem
untuk melancarkan haid dan sediaan salep. Berdasarkan hal tersebut peneliti
tertarik untuk membuat sediaan tablet dari rimpang kunyit agar rimpang kunyit
dapat dimanfaatkan lebih maksimal.

II.2. Tujuan Praktikun

1. Mengetahui cara pembuatan ekstrak kunyit putih (curcuma zedoaria


Rosc).
2. Mengetahui cara pembuatan formulasi sediaan tablet kunyit putih
(curcuma zedoaria Rosc) dengan metode kempa lansung.
Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia Edisi II. Salemba Medika.
Jakarta.

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1994, Teori Dan Praktek
Farmasi, Jilid II. Universitas Indonesia. Jakarta.

Siregar, Charles J. P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Warsito, Hendri. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia edisi I.


Graha Ilmu. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai