DOSEN PENGAMPUH :
Oleh :
Laode Muhamad Fadly Silva Qalam R. (A1R119076) Ummulia Fajrisa Ahbar (A1R19095)
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara . Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
2.6 Studi Kasus Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat Berbangsa dan
Bernegara .............................................................................. 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya rumusan masalah di atas ialah sebagai berikut :
2. Mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma reformasi di berbagai bidang yang memerlukan
reformasi
4
1.4 Manfaat
1. Bagi Penyusun Dengan adanya makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami tentang
bagaimana pancasila memainkan perannya sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara, dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi pembaca Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang
pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, dan dapat
menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kaelan (2010) istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam
bukunya yang berjudul Structure of Scientific Revolution . Pengertian Paradigma adalah sebuah
asumsi – asumsi dasar dan asumsi – asumsi teoritis yang umum. Paradigma dapat diartikan sebagai
pendapat awal yang secara teoritis dapat dijadikan sebagai suatu sumber hukum, metode, serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai paradigma dapat dikonotasikan sebagai sumber
nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan,
perubahan, serta proses. Sehingga dapat diartikan bahwa pancasila sebagai asas atau dasar kehidupan
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Indonesia sebagai negara berkembang dalam mencapai tujuan perlu dilaksanakannya pembangunan
nasional. Ini merupakan perwujudan untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Sebagaimana tujuan nasional negara pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : “melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal ini merupakan tujuan negara dengan
rumusan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain tujuan nasional,
Indonesia juga memiliki tujuan internasional yang tertera dalam Pembukaan UUD ’45 yaitu “ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaaian abadi, dan keadilan
sosial”. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa dalam melaksanakan pembangunan nasional harus
berasaskan Pancasila. Hal ini berdasarkan kenyataan objektif
bahwa Pancasila adalah dasar negara dan menjadi dasar dalam melakukan segala tindakan yang
bertujuan untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Sehingga untuk melaksanakan pembangunan
nasional dan internasional harus mendasari nilai – nilai sila Pancasila. Pembangunan nasional harus
meliputi aspek jiwa dan aspek raga. Aspek – aspek ini dijabarkan melalui pembangunan dalam
berbagai bidang yaitu politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya, IPTEK, dan agama.
Berikut ini aspek pembangunan dalam berbagai bidang :
6
terbuka seperti halnya sila ke-4 Pancasila. Mengkomplementasikan pengembangan IPTEK
harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan manusia seperti sila ke-5 Pancasila.
Indonesia pernah dilanda gerakan reformasi yang menyebabkan seluruh aturan main dalam politik
mengalami keruntuhan terutama praktek elit politik yaitu KKN. Dalam kenyataannya gerakan
reformasi ini dibayar mahal oleh bangsa yang berdampak pada sosial, politik, ekonomi, dan
kemanusiaan. Kondisi ekonomi juga menambah daftar terpuruknya bangsa karena gerakan reformasi.
Namun, di balik berbagai macam keterpurukan masih tersisa satu keyakinan akan nilai luhur yang
7
dimiliki yaitu Pancasila. Reformasi harusnya digunakan untuk menata kehidupan bangsa yang
berasaskan Pancasila sebagai dasar negara. Reformasi harus memiliki tujuan, dasar, cita – cita serta
platform yang jelas bagi bangsa Indonesia. Pancasila itulah yang merupakan nilai – nilai dasar
paradigma reformasi total yang sebenarnya.
a. Gerakan reformasi
Praktek KKN yang merajalela membawa rakyat semakin menderita. Wakil rakyat harusnya
mengemban amanah yang diberikan dengan sebaik – baiknya. Pancasila yang seharusnya mampu
menjadi sumber nlai, dasar moral etik bangsa disalahgunakan sebagai alat legitimasi politik.
Pada era reformasi rakyat lebih menekankan pada perubahan terhadap tatanan dalam perundang-
undangan. Dimana pada masa orde lama maupun pada masa orde baru hal yang mengalami kerusakan
parah ialah bidang hukum. Penegakan hukum baik secara materi maupun tindakan sangat jauh dari
nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu bangsa indonesia ingin melakukan reformasi menata kembali
sistem yang mengalami kerusakan tersebut dengan berpedoman pada Pancasila.
Nilai demokrasi politik secara normatif terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat
(2), pasal 2 ayat (2), pasal 5 ayat (1), serta pasal 6 ayat (2). Berdasarkan semangat dari UUD 1945
yang merupakan esensi pasal-pasal itu sebagai berikut:
c. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan karenanya harus
d. Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun bersama-sama
lembaga lain, kekuatanya berada di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat atau produk-
produknya. Dimana yang memegang kedaulatan penuh adalah rakyat. Rakyat adalah asal mula
kekuasaan negara.
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasar pada pertumbuhan dan
mengabaikan prinsip-prinsip nilai kesejahteraan seluruh bangsa. Kesejahteraan tersebut hanya
sebagian kecil kelompok tertentu saja yang merasakannya. Kenyataan pada saat ini, ekonomi global
tidak mampu bertahan, krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia mengakibatkan
8
ekonomi Indonesia terpuruk sehingga kepailitan yang diderita oleh pengusaha harus ditanggung oleh
rakyat.
Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang mampu bertahan pada masa krisis adalah ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Langkah yang strategis dalam upaya
melakukan reformasi ekonomi yang berbasis ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai pancasila
yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah :
1. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan program “social
safety net” yang terkenal dengan program Jaringan Pengamanan Sosial (JPS).
3. Transformasi struktur, yaitu untuk memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem untuk
mendorong percepatan perubahan struktural.
Dengan sistem ekonomi yang mendasar pada nilai yang berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan
seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat dan dapat
mengurangi kesenjangan ekonomi.
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu aktualisasi objektif dan
aktualisasi subektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif dan yudikatif. Adapun
aktualisasi subjektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup bernegara dan bermasyarakat.
Perguruan tinggi mempunyai tiga tugas pokok yang disebut Thridarma Perguruan Tinggi,
yaitu pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
1. Pendidikan Tinggi
Suatu lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas yaitu untuk menyiapkan, memebentuk,
dan menghasi,lkan sumber daya manusia yang berkualitas. Maka tugas pendidikan tinggi
adalah:
Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masysrakat yang memiliki kemampuan akademik
atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan ,dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta
mengupayakan penggunanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
2. Penelitian
Sebagaimana nilai yang terkandung dalam pancasila, intelektual yang melakukan penelitian
harus bermoral ketuhanan dan kemanusiaan. Seorang peneliti harus bermoral dan
mengabdikan diri pada nilai-nilai kemanusaiaan. Dasar-dasar nilai yang terkandung dalam
9
Pancasila yang menjiwai moral peneliti sehingga penelitian harus bersifat objektif dan
ilmiah. Seorang peneliti harus berpegang pada moral kejujuran yang bersumber pada
ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu hasil penelitian tidak boleh karena motivasi uang,
kekuasaan, ambisi, ataupun kepentingan primordial tertentu.
b. Budaya akademik
Warga dari suatu perguruan tinggi merupakan manusia yang memiliki wawasan dan
integritas ilmiah. Masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah
yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Ada beberapa ciri
masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik sebagai berikut:
1. Kritis
2. Kreatif
3. Objektif
4. Analitis
5. Konstruktif
6. Dinamis
7. Dialogis
8. Menerima kritik
9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik
10. Bebas dari prasangka
11. Menghargai waktu
12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah
13. Berorientasi ke masa depan
14. Kesejawatan/kemitraan
10
sebagai sumber materi. Hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai pada sila-
sila yang ada pada pancasila. Aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat dan rakyat
juga merupakan sumber materi dalam penyususnan dan pengembangan hukum.
Kampus sebagai kekuatan moral pengembangan HAM
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam
menegakkan hak asasi manusia tersebut maka mahasiswa sebagai kekuatan moral harus
bersifat objektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan
martabat. Penegakan hak asasi manusia tidak boleh dikarenakan kepentingan politik
terutama kepentingan kekuatan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin
menghancurkan negara Indonesia.
2.6 Studi Kasus Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat Berbangsa dan
Bernegara
Salah satu studi kasus yang kami kaji ialah mengenai supremasi hukum yang sekarang
diberlakukan di Indonesia. Berkaca dari beberapa kasus menyedihkan yang terjadi dalam sejarah
hukum Indonesia, sangat menyedihkan karena penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat kecil
benar-benar tidak diperhatikan. Contoh pada kasus Mbah Minah yang mencuri tiga biji kakao dari
perkebunan milik PT.Rumpun Sari Antan 4, kasus pengumpulan koin untuk Prita, pencurian sandal
milik seorang oknum polisi oleh seorang anak kecil, kasus pencurian sebotol kecil minyak kayu putih
di sebuah indomaret dan beberapa kasus lainnya yang sangat memprihatinkan. Disini terlihat jelas
bahwa aparat penegak hukum mengutamakan kepastian hukum dalam penegakan hukumnya tanpa
memperhatikan rasa keadilan. Penegakan hukum yang diartikan oleh para aparat penegak hukum yang
menangani kasus Mbah Minah dan kasus-kasus di atas adalah penegakan hukum secara tekstual yaitu
mengartikan perbuatan di atas sebagai pencurian. Padahal jika dihitung, harga buah kakao, sendal dan
sebotol minyak kayu putih lebih murah dibandingkan biaya perkara yang harus dikeluarkan untuk
menangani kasus tersebut, belum lagi jeratan hukuman penjara dan denda yang dibebankan. Selain
itu, motif kasus-kasus di atas adalah potret dari kemiskinan. Jika memang ada yang harus dihukum,
seharusnya pemerintah karena tidak dapat menjalankan fungsinya yaitu mensejahterakan rakyat.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan proses yang sedang dijalani koruptor pada saat ini,
proses peradilan yang sangat lama, berbelit-belit dan nantinya pun vonis pengadilan terhadap koruptor
yang merugikan negara miliaran rupiah. Sangat ironis melihat fenomena yang terjadi terhadap dunia
hukum dan peradilan bagi rakyat yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Padahal negara ini sudah
menjamin kepastian dan perlindungan hukum pada setiap warga negara sesuai UUD 1945 Pasal 28D
ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Supremasi hukum di Indonesia perlu dibenahi, menurut kami dengan adanya hukum, maka
keadilan seharusnya ditegakkan. Pembentukan lembaga penjaminan dan bantuan hukum yang secara
khusus membantu rakyat kecil sangatlah penting untuk direalisasikan pada saat ini. Penyediaan jasa
pengacara bagi rakyat yang tidak mempunyai biaya untuk menyewa seorang pengacara dalam suatu
persidangan. Para koruptor dapat memutar balikkan hukum karena mereka memiliki pengacara-
pengacara yang handal yang dapat mempertahankan argumen mereka sehingga dapat menandingi
kekuatan hukum. Berbeda halnya dengan rakyat yang jarang memiliki pengacara yang bagus sehingga
hukum pun semenamena terhadap rakyat kecil. Reformasi dunia peradilan dan hukum di Indonesia
11
sangat perlu dilakukan untuk membersihkan dunia peradilan dan hukum di Indonesia bersih dan bebas
dari hakim, jaksa dan pengacara yang sering menerima suap, juga oknum polisi yang tidakberes
dalam melaksanakan tugasnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu pedoman kehidupan yang
sangat relevan untuk negara Indonesia. Pancasila diharapkan mampu mendasari pembangunan sampai
ke semua lini kehidupan, mencakup bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar
umat beragama, sampai dengan IPTEK. Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan sila-sila
Pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa
yang lebih baik.
2. Pancasila sebagai dasar negara harus mampu menanggapi gerakan reformasi yang berdampak pada
sosial, politik, ekonomi dan kemanusiaan. Reformasi seharusnya digunakan untuk menata kehidupan
dengan berasaskan Pancasila. Reformasi harusnya memiliki tujuan dan cita-cita sebagaimana tujuan
dan cita-cita Pancasila.
3. Tridharma perguruan tinggi ialah tiga tugas pokok perguruan tinggi yang mencakup pendidikan
tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai bagian dari kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena di dalam Pancasila mengandung butir-butir
keluhuran bangsa Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
14