Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kita sering mendengar atau menemui seseorang yang menderita penyakit
sejak lahir, dan ada juga seseorang yang ketika sudah dewasa mendapat
suatu penyakit tertentu yang tidak disebabkan oleh virus yang menyerang
dirinya, juga tidak disebabkan oleh pola hidup dan kesehatan yang
dijalankannya. Seseorang bisa saja terkena penyakit yang disebabkan oleh
keturunan, penyakit yang diturunkan secara turunan atau kita kenal dengan
penyakit genetika.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari variasi atau karakteristik sifat-sifat
yang diturunkan. Gen merupakan urutan unik asam deogsiribonukleat (DNA)
yang merupakan kode untuk protein tertentu. Gen kita diturunkan dari orang
tua kita, gen inilah yang menentukan rupa kita dan bagaimana reaksi kita
terhadap keadaan tertentu. Beberapa gangguan atau penyakit diketahui
merupakan keturunan suatu gen tunggal. Beberapa penyakit lainnya
tergantung dalampenurunan kelompok gen atau kromosom defektif.
Pada umumnya, penyakit genetis dibawa oleh gen yang bersifat resesif.
Jadi, gen akan muncul sebagai suatu penyakit atau cacat jika dalam keadaan
resesif homozigot. Untuk keadaan yang heterozigot, individu yang
bersangkutan tidak menampakkan kelainan atau penyakit. Individu yang
demikian dikatakan sebagai pembawa sifat (carrier). Individu yang bersifat
carrier walaupun menampakkan fenotipe normal, dapat mewariskan sifat yang
negatiif kepada generasi selanjutnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Genetik
2. Untuk mengetahui macam-macam Kelainan Genetik penyebab pada
Kelainan dan Mutasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Mutasi Genetik
4. Untuk mengetahui Cara mengidentifikasi Penyakit Genetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Genetika
Penyakit genetika adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan
oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi yang mencakup
berbagai tingkat dalam rangkaian proses penerjemahan informasi (ekspresi
gen) genetik dari suatu organisme (Ishak, 2010). Kelainan dan Penyakit
genetik merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata – rata
manusia, serta merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya
faktor – faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh
manusia (Elvita et al., 2008).
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen. Gen terdiri dari
serangkaian asam deoksiribonukleat. Beberapa gen dikemas menjadi satu
menjadi kromosom dan diwariskan dari orangtua kepadananak-anaknya.
Pewarisan informasi genetika adalah suatu peristiwa pemastian bahwa
pewarisan gen antara-generasi terjadi tanpa kesalahan dan pemberian
kesempatan untuk terjadinya variasi gen, agar species dapat beradaptasi dan
bertahan hidup. Kadangkadang kesalahan (mutasi) menyebabkan spesies
yang bersangkutan semakin berkembang; contohnya, mutasi telah
menghasilkan beberapa pelindung terhadap malaria yang menawarkan
keuntungan evolisioner, namun adakalanya manusia menyebabkan penyakit
yang bermakna atau kematian.
Berdasarkan sifat alelnya maka kelainan dan penyakit genetik dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel dominan
autosomal
2. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel resesif
autosomal
3. Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan alel tertaut dengan
kromosom seks / kelamin
4. Kelainan dan penyakit geetik yang disebabkan oleh pengaruh aberasi
kromosom
(Elvita et al., 2008).
B. Macam-macam Kelainan Genetik
a. Penyakit von Willebrand (vWD)
Penyakit von Willebrand (vWD) adalah kelainan yang diwariskan
secara otosomal dengan gejala perdarahan, disebabkan mutasi gen faktor
von Willebrand (vWF) sehingga terjadi defisiensi atau disfungsi vWF. vWD
merupakan penyakit yang diwariskan melalui mekanisme genetik multipel.
(Sindunata & Probohoesodo, 2006).

b. Pewarisan Alel Resesif Autosomal


1. Anemia sel sabit
Penyakit anemia sel sabit disebabkan oleh substitusi suatu asam
amino tunggal dalam protein hemoglobin berisi sel sel darah merah. Ketika
kandungan oksigen darah individu yang diserang, dalam keadaan rendah
(misalnya pada saat berada ditempat yang tinggi atau pada wktu
mengalami ketegangan fisik), hemoglobin sel sabit akan mengubah bentuk
sel-sel darah merah menjadi bentuk sabit. Individu yang menderita anemia
sel sabit disimbolkan dengan ss. Sedangkan individu normal memiliki
genotipe SS dan karier anemia sel sabit disimbolkan dengan Ss.
2. Fibrosis sistik
Fibrosis sistik disebabkan oleh tidak adanya protein yang membantu
transpor ion klorida melalui membran plasma. Oleh karenanya dihasilkan
banyak lendir yang mempengaruhi pankreas, saluran pernapasan, kelenjar
keringat, dll. Fibrosis sistik disebabkan oleh alel homozigot resesif (cc).
Individu heterozigot (Cc) tidak menderita gejala penyakit ini, namun
merupakan karier.Sedangkan individu normal bergenotipe (CC).
3. Galaktosemia
Galaktosemia disebabkan tidak dapat menggunakan galaktosa
(laktosa dari ASI ibu) karena tidak dihasilkan enzim pemecah laktosa. Pada
keadaan normal seharusnya laktosa dirombak menjadi glukosa dan
galaktosa, kemudian menjadi glukosa-1-fosfat yang kemudian dirombak
melalui proses glikolisis atau diubah menjadi glikogen). Tingkat galaktosa
yang tinggi pada darah dapat menyebabkan kerusakan mata, hati dan otak.
Gejala galaktosemia adalah malnutrisi, diare dan muntah – muntah. Gejala
ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan sampel urin. Gejala galaktosemia
dapat dihindari dengan diet bebas laktosa. Alel homozigot resesif yang
menyebabkan galaktosemia (gg). Individu yang normal mempunyai alel
(GG), sedangkan individu karier dengan alel (Gg).
4. Albino
Kelainan terjadi karena tubuh tidak mampu membentuk enzim yang
diperlukan untuk merubah asam amino tirosin menjadi beta-3,4-
dihidroksipheylalanin untuk selanjutnya diubah menjadi pigmen melanin.
Pembentukan enzim yang mengubah tirosin menjadi melanin, ditentukan
oleh gen dominan A, sehingga orang normal mempunyai genotipe AA atau
Aa, dan albino aa
5. Phenylketonuria
Phenylketonuria merupakan suatu penyakit keturunan yang
disebabkan oleh ketidakberesan metabolisme,dimana penderita tidak
mampu melakukan metabolisme fenilalanin dengan normal.
6. Thalassemia
Thalassemia merupakan kelainan genetik yang ditandai dengan
berkurangnya atau tidak sama sekali sintesa rantai hemoglobin, sehingga
hanya mempunyai kemampuan sedikit untuk mengikat oksigen. Pada
thalassemia dimana eritrosit mempunyai gambaran : microcytic (kecil),
leptocytic (lonjong) dan polycythemic (banyak), bercampur baur
membentuk apa yang disebut “target cell”.
(Elvita et al., 2008).

c. Pewarisan Alel Dominan Autosomal


1. Akondroplasia
Akondroplasia disebabkan oleh tidak terbentuknya komponen
tulang rawan pada kerangka tubuh secara benar. Individu akondroplasia
dewasa mempunyai kaki dan lengan yang tidak normal (pendek) dengan
tinggi tubuh kurang dari 1,2 meter. Namun intelejensi, ukuran kepala, dan
ukuran tubuh normal. Individu penderita akondroplasia mempunyai
genotipe KK atau Kk. Sedangkan individu normal bergenotipe homozigot
resesif (kk).
2. Brakidaktili
Brakidaktili adalah suatu kelainan yang dicirikan dengan jari tangan
atau kaki yanng memendek karena memendeknya ruas-ruas tulang jari.
Penderita brakidaktili memiliki gen dalam keadaan heterozigot (Bb).
Individu yang memiliki gen dalam keadaan homozigot dominan (BB)
menyebabkan kematian pada masa embrio, sedangkan dalam keadaan
heterozigot hanya mempunyai dua ruas jari , karena ruas jari yang tengah
sangat pendek dan tumbuh menyatu dengan ruas jari lain. Individu dengan
gen homozigot resesif (bb) merupakan individu normal.
3. Huntington
Huntington merupakan suatu penyakit karena terjadi degenerasi
sistem saraf yang cepat dan tidak dapat balik. Penderita menggelengkan
kepala pada satu arah. Huntington disebabkan oleh alel dominan (H). Oleh
karena itu, dengan satu alel H saja semua individu yang heterozigot akan
mendapatkan Huntington. Individu normal mempunyai alel resesif (hh).
4. Polidaktili
Polydactyly ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangan
/kaki. Tempat jari tambahan itu berbeda - beda , ada yang terdapat dekat
ibu jari dan ada pula yang terdapat dari jari kelingking.
(Elvita et al., 2008).

d. Kelainan Dan Penyakit Karena Alel Resesif Tertaut Kromosom Sex


“X”
1. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter yang paling
sering dijumpai. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII atau
faktor IX sehingga dapat dikelompokkan menjadi hemofilia A dan hemofilia
B. Perempuan yang homozigot resesif untuk gen ini merupakan penderita
(XhXh), sedangkan perempuan yang heterozigot (XhXH) pembekuan
darahnya normal namun ia hanya berperan sebagai pembawa / carier.
Seorang laki – laki penderita hanya mempunyai satu genotip yaitu (XhY).
2. Buta Warna
Penderita tidak dapat membedakan warna hijau dan merah , atau
semua warna. Individu yang buta terhadap warna hijau (tipe deutan) dan
merah (tipe protan) dikarenakan individu tersebut tidak mempunyai
reseptor yang dapat mendeteksi cahaya pada panjang gelombang hijau
atau merah. Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh gen
resesif c (color blind) yang terdapat pada kromosom X. Perempuan normal
mempunyai genotip homozigotik dominan CC dan heterozigotik Cc,
sedangkan yang buta warna adalah homozigotik resesif cc. Laki – laki
hanya mempunyai sebuah kromosom-X, sehingga hanya dapat normal XY
atau buta warna XcY.
3. Distrofi Otot
Kelainan tersebut ditandai dengan makin melemahnya otot – otot
dan hilangnya koordinasi. Kelainan ini terjadi karena tidak adanya satu
protein otot penting yang disebut distrofin, yang terletak pada lokus yang
spesifik pada kromosom X
4. Sindrom Fragile X
Bagian kromosom X yang mengalami konstriksi (pelekukan)
dibagian ujung lengan kromosom yang panjang. Dari semua bentuk
keterbelakangan mental yang disebabkan oleh faktor genetik, bentuk yang
paling umum adalah fragile.
5. Sindrom Lesch-Nyhan
Penyakit ini timbul karena adanya pembentukan purin yang
berlebihan. Penderita memperlihatkan kelakuan yang abnormal, yakni
kejang otak yang tidak disadari serta menggeliatkan anggota kaki dan jari –
kari tangan.
(Elvita et al., 2008).

e. Kelainan Genetik Karena Tertaut Kromosom “Y”


1. Hypertrichosis
Hypertrichosis, tumbuh rambut pada bagian bagian tertentu ditepi
dan telinga. Pada laki laki normal, akan memiliki gen dominan H. Gen
resesif h menyebabkan hypertrichosis.
2. Weebed Toes
Disebabkan oleh gen resesif wt sehingga tumbuh kulit diantara
tangan atau kaki mirip dengan kaki katak atau burung air. Alel dominan Wt
menentukan keadaan normal.
3. Hystrixgravier
Gen resesif hg menyebabkan pertumbuhan rambut panjang dan
kaku dipermukaan tubuh, sehingga terlihat menyerupai hewan landak yang
tubuhnya berduri. Alel dominan Hg menentukan pertumbuhan rambut
normal.
f. Kelainan Genetik Karena Aberasi Kromosom
1. Sindrom Jacobs (47, XYY atau 44A + XYY)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan 3 kromosom kelamin
(XYY).Kelainan ini ditemukan oleh P.A. Jacobs pada tahun 1965 dengan
ciri – ciri pria bertubuh normal, berperawakan tinggi, bersifat antisosial,
perilaku kasar dan agresif, wajah menakutkan, memperlihatkan watak
kriminal, IQ dibawah normal.
2. Sindrom Down (47,XY + 21 dan 47,XX + 21 )
Penderita mengalami kelebihan satu autosom pada kromosom
nomor 21 dan dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Ciri-ciri tinggi
badan sekitar 120 cm, kepala lebar dan pendek, bibir tebal, lidah besar dan
menjulur, liur selalu menetes, jari pendek dan gemuk terutama kelingking,
telapak tangan tebal, mata sempit miring kesamping, gigi kecil – kecil dan
jarang, IQ rendah, umumnya steril.
3. Sindrom Klinefelter (47, XXY atau 44A + XXY)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan 3 kromosom kelamin
(XXY).Kelainan ini ditemukan oleh H.F. Klinefelter tahun 1942. Penderita
berjenis kelamin laki-laki tetapi cenderung bersifat kewanitaan, testis
mengecil dan mandul, payudara membesar, dada sempit, pinggul lebar,
rambut badan tidak tumbuh, tubuhnya cenderung tinggi (lengan dan
kakinya panjang), mental terbelakang.
4. Sindrom Turner (45,XO atau 44A + X)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan hanya 1 kromosom kelamin
yaitu X. Penderita sindrom Turner berkelamin wanita, namun tidak memiliki
ovarium, alat kelamin bagian dalam terlambat perkembangannya (infatil)
dan tidak sempurna, steril, kedua puting susu berjarak melebar, payudara
tidak berkembang, badan cenderung pendek (kurang lebih 120 cm), dada
lebar , leher pendek, mempunyai gelambir pada leher, dan mengalami
keterbelakangan mental.
5. Sindrom Edward (47,XY + 18 dan 47, XX + 18)
Penderita mengalami trisomi atau kelebihan satu Autosom nomor
18. Ciri ciri penderita adalah memiliki kelainan pada alat tubuh telinga dan
rahang bawah kedudukannya rendah, mulut kecil, mental terbelakang,
tulang dada pendek, umumnya hanya mencapai umur 6 bulan saja.
6. Sindrom Patau (47,XY + 13 dan 47, XX + 13)
Penderita mempunyai 45 Autosom, sehingga disebut trisomi.
Trisomi dapat terjadi pada kromosom nomor 13, 14 atau 15. Ciri-ciri
penderita kepala kecil, mata kecil, sumbing celah langit-langit, tuli,
polidaktili, mempunyai kelainan otak, jantung, ginjal dan usus serta
pertumbuhan mentalnya terbelakang. Biasanya penderita meninggal pada
usia kurang dari 1 tahun.
7. Sindrom Cri du chat
Anak yan dilahirkan dengan delesi pada kromosom nomor 5 ini
mempunyai mental terbelakang, memiliki kepala yang kecil dengan
penampakan wajah yang tidak biasa, dan memiliki tangisan yang suaranya
seperti suara kucing. Penderita biasanya meninggal ketika masih bayi atau
anak-anak.
(Elvita et al., 2008).

C. Jenis-jenis Mutasi Genetik (BELUM ADA, KARENA EMA GK PAHAM)

D. Cara mengidentifikasi penyakit genetik


Berbagai pengamatan bersifat konsisten dengan gagasan bahwa suatu
penyakit disebabkan oleh, setidaknya sebagian, oleh pewarisan gen mutan.
Ketika peristiwa dari suatu penyakit berhubungan berbagai pengamatan
tersebut, para ahli genetika akan menjadi sangat yakin bahwa penyakit
tersebut memiliki basis genetik. Beberapa bentuk pengamatan yang dapat
mengarahkan bahwa suatu penyakit berasal dari faktor genetik adalah
diantaranya sebagai berikut. Ketika seseorang menunjukkan suatu penyakit,
gangguan ini lebih mungkin terjadi karena berhubungan dengan genetik
daripada dengan yang ditemui dalam populasi umum. Misalnya, seseorang
dengan cystic fibrosis lebih mungkin memiliki hubungan genetik dengan
penyakit ini daripada terpilih secara acak dari populasi umum (Brooker, 2009).
Suatu penyakit tidak menyebar pada individu yang berada pada situasi
lingkungan yang sama. Gangguan yang diturunkan tidak menyebar dari orang
ke orang. Penyakit yang menggunakan jalur genetik hanya dapat dipindahkan
dari orang tua pada keturunannya selama reproduksi seksual. Populasi-
populasi yang berbeda memiliki frekuensi yang berbeda dari suatu penyakit.
Dengan adanya faktor-faktor evolusioner, frekuensi dari penurunan sifat
basanya beragam pada populasi yang berbeda. Misalnya, frekuensi penyakit
anemia sel bulan sabit pada orang Afrika dan Asia tertentu adalah yang
tertinggi dan relatif rendah pada belahan dunia lain (Brooker, 2009).
Suatu penyakit hanya berkembang pada kelompok umur tertentu. Banyak
gangguan genetik menunjukkan waktu onset yang khas saat penyakit tersebut
nampak. Efek dari beberapa gen mutan bermula selama perkembangan
embrionik pada janin, sehingga efeknya akan baru terlihat saat individu lahir.
Gangguan-gangguan genetik lainnya juga hanya berkembang pada waktu
tertentu selama masa hidup. Gangguan pada manusia yang menyerupai
suatu gangguan yang sudah diketahui memiliki basis genetik pada suatu
spesies hewan. Pada hewan, yang dapat dilakukan eksperimen terhadapnya,
berbagai penurunan sifat diketahui diatur oleh gen-gen. Misalnya, fenotip
albino ditemukan pada manusia sebagaimanya pada banyak hewan lainnya
(Brooker, 2009).
Suatu korelasi yang teramati antara suatu penyakit dan suatu gen mutan
manusia atau perubahan kromosom. Bagian dari bukti yang meyakinkan
bahwa suatu penyakit memiliki basis penyakit adalah identifikasi dari gen atau
kromosom yang berubah terjadi hanya pada orang-orang yang menunjukkan
gangguan terkait. Ketika membandingkan dua individu, satu yang mengalami
penyakit dan satu yang tidak, kita mengharapkan akan tampak perbedaan
dalam hal materi genetik mereka jika gangguan yang terjadi memang memiliki
komponen genetik. Perubahan dalam urutan gen dapat ditentukan dengan
kloning gen dan teknik sekuensi DNA. Perubahan dalam struktur dan jumlah
kromosom juga dapatg diteteksi dengan pemeriksaan mikroskopik dari
kromosom (Brooker, 2009).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi
penyakit genetik pada janin. Pemeriksaan dilakukan sejak dalam kandungan
agar penyakit sudah dapat dihindari saat sudah lahir. Cara-cara tersebut
diantaranya amniocentesis, PGD, dan chorionic villus sampling.
a. Amniocentesis
Dokter akan memasukkan jarum yang sangat kecil ke bagian dinding
perut sampai masuk ke bagian rahim untuk mengambil contoh cairan
ketuban dari kantong yang menyelimuti janin. Cairan ini kemudian daianlisa
di laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kelainan genetik atau
perubahan kromosom. Hasil tes amniocentesis bisa diketahui dua minggu
kemudian.
b. Preimplantetion Genetic Diagnosis (PGD)
Pendekatan ini, melibatkan pengecekan genetik terhadap embrio yang
dihasilkan dari fertilisasi in vitro (di luar tubuh). Fertilisasi ini dalam
prosesnya melibatkan kombinasi sperma dan sel telur di luar tubuh si ibu.
Tes ini khususnya dilakukan untuk memeriksa abnormalitas genetik tertentu,
seperti alel-alel yang menyebabkan penyakit Huntington. PGD dapat juga
menentukan apakah embrio mengandung jumlah kromosom yang pas atau
tidak (disebut juga aneuploidy screening).
c. Chorionic Villus Sampling (CVS)
Sejumlah kecil dari chorion (bagian dalam plasenta janin) diambil, dan
karyotipe diolah secara langsung dari sel-sel yang dikumpulkan. CVS dapat
dilakukan lebih awal selama kehamilan daripada amniocentesis, biasanya
sekitar delapan hingga sepuluh minggu, hasilnya pun dapat diketahui lebih
cepat. Namun, perlu dipertimbangkan resiko keguguran yang dapat terjadi
pada CVS sedikit lebih besar dibandingkan cara lainnya (Brooker, 2009).
Indentifiksi penyakit genetik dapat dilakukan dengan pendekatan melalui
teknologi DNA rekombinan.
Indentifiksi penyakit genetik dapat dilakukan dengan pendekatan
melalui teknologi DNA rekombinan.
a). Diagnosis gen langsung yang meliputi deteksi gen yang mutan
Diagnosis ini didasarkan pada pada indetifikasi perbedaan kualititatif
antara rangkaian DNA dalam gen yang normal versus dalam gen yang
abnormal. Ada 3 metode yang digunakan:
 Sebagian mutasi mengubah atau menghancurkan tempat retriksi
DNA yang normal.
 Analisis pelajak oligonukleotida digunakan ketika mutasi titik
menghasilkan gen abnormal yang tidak mengubah setiap tempat
restriksi yang diketahui.
 Mutasi yang mengenai panjang DNA (misalnya penghapusan atau
pemanjangan DNA) dapat pula dideteksi dengan PCR
b). Diagnosis gen tak lansung atau analisis kolerasi
Diagnosis ini digunakan apabila penyaki genetic belum biasa
dilakukan indetifikasi sehingga digunakan analisis korelasi yaitu yang
menentukan apakah anggota keluaga atau janin mewarisi region
kromosom releva yang sama dengan keluarga terdahulu yang terkena
penyakit genetic tersebut (Robbin & Cotran, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, R.J. 2009. Genetic Analysis and Principles. McGraw-Hill Companies,


Inc. New York.

Elvita, A., F. Widianto, H. Widiawati, Maimanah, M. Pradini, R.P. Sari, S.


Sumarlin, U. Saura, W. Yurisa & Y. Susantri. 2008. Genetika Dasar.
Faculty of Medicine, University of Riau, Riau.

Ishak. 2010. Gene Mutations, Genetic Disease and Pharmacogenetic Genes


Disorder. International Journal of Research in Ayurveda & Pharmacy. 1:
273-286.

Robbins dan Cotran. 2008. Dasar patologis penyakit. Buku kedokteran EGC,
Jakarta.

Sindunata, R. & M.Y.Probohoesodo. 2006. Faktor Patogenesis dan Diagnosis


Penyakit von Willebrand. Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory. 13: 23-30.

Anda mungkin juga menyukai