Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

Halaman judul
Daftar Isi 1
Kata Pengantar 2
Hasil Tutorial dan Belajar Mandiri
A. Skenario................................................................................................................. 3
B. Klarifikasi Istilah................................................................................................... 3
C. Identifikasi Masalah............................................................................................... 5
D. Analisis Masalah.................................................................................................... 6
E. Restrukturisasi Masalah dan Penyusunan Kerangka Konsep................................. 27
F. Sintesis.................................................................................................................... 28
Kesimpulan 38
Daftar Pustaka 38

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
laporan tutorial blok 13 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar
tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.

Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 8 tutorial, dan
juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi
revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Palembang, Desember 2013

Penyusun

2
A. Skenario
TN. T 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan lemah,
lesu, cepat lelah dan meta berkunang-kunang sejak tiga bulan yang lalu. Sebelumnya
beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun keluhan Tn T tidak
berkurang. Tn. T biasanya bertani tanpa menggunakan alas kaki.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3, trombosit
386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH: 25pg, MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
 Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
 Leukosit:jumlah cukup, morfologi normal
 Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal

Kesan : anemia mikrositik hipokrom

B. Klarifikasi Istilah

No Klarifikasi Istilah Definisi


1 Vitamin kelompok substansi organik yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil, terdapat dalam makanan dan bentuk lain
untuk membantu metabolisme tubuh

3
2 Mantri nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan
suatu tugas khusus; pembantu dokter ; juru rawat
3 Lemah tidak kuat, tidak bertenaga

4 Lesu berasa lemah atau lelah ; dapat disebabkan oleh kurang


darah
5 Lelah penat, letih, lesu, tidak bertenaga sesudah melakuka
aktivitas
6 Cheilitis peradangan pada bibir
7 Atropi papil pengecilan ukuran papil pada lidah
8 Koilonychia distrofi kuku menjadi tipis dan cekung dengan pinggiran
yang naik
9 Konjungtiva palpebra membran halus yang melapisi kelopak mata dan
anemis menutupi bola mata terlihat pucat
10 TIBC total iron binding capacity; untuk mengetahui jumlah
transferin di dalam darah
11 Feritin bentuk utama penyimpanan besi di dalam tubuh
12 MCV volume rata-rata sebuah eritrosit
13 MCH banyaknya hemoglobin per eritrosit
14 MCHC Kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit
15 Darah samar Pemeriksaan untuk mengetahui pendarahan kecil,
biasanya menunjukkan adanya perdarahan
gastrointestinal
16 Anemia Mikrositik anemia yang ditandai dengan penurunan ukuran eritrosit
hipokrom dan penurunan hemoglobin sel darah merah yang tidak
proporsional dan peningkatan daerah yang pucat
dibagian tengah sel darah merah : RBC kecil, area
cekung lebih pucat
17 Anisopoikilositosis eritrosit yang ukurannya berbeda-beda dan bentuknya
abnormal di dalam darah
18 Cigar-shape cell Jenis sel darah merah yang berbentuk seperti cerutu
yang terjadi akibat defisiensi besi
19 Pencil cell sel tipis gelap yang merupakan salah satu dari tipe

4
: eritrosit, terjadi ketika anemia defisiensi besi,
thalassemia dan defisiensi dari enzim piruvat kinase.

C. Identifikasi Istilah
1. TN. T 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan
lemah, lesu, cepat lelah dan mata berkunang-kunang sejak tiga bulan yang lalu.
Sebelumnya beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun keluhan
Tn T tidak berkurang.

2. Tn. T biasanya bertani tanpa menggunakan alas kaki.

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

4. Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3,
trombosit 386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH:
25pg, MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
 Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
 Leukosit: jumlah cukup, morfologi normal
 Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal
5. Kesan: anemia mikrositik hipokrom

5
D. Analisis Masalah
1. TN. T, 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan
lemah, lesu, cepat lelah dan mata berkunang-kunang sejak tiga bulan yang
lalu. Sebelumnya beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun
keluhan Tn T tidak berkurang.
1.1 Patofisiologi badan lemah, lesu, cepat lelah, dan mata berkunang-
kunang?
Badan lemah, lesu, cepat lelah, dan mata berkunang-kunang ini
termasuk dalam gejala umum anemia. Gejala umum anemia ini timbul
karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Karena jumlah efektif sel darah
merah berkurang, maka pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Penurunan kadar besi dalam tubuh dapat menyebabkan
turunnya kadar mioglobin dalam otot, sehingga pasien dengan
gangguan status besi mudah lelah dan letih serta dapat mengalami
kejang otot.

1.2 Mekanisme kerja vitamin terhadap metabolisme tubuh?


Vitamin yang larut lemak atau minyak jika berlebihan tidak
dikeluarkan oleh tubuh, melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin
yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C tidak disimpan,
melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh.
Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari.
Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani.
Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman
tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik
maupun kimia. Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung
maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan
agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di dalam usus
bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.
Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang
berbeda. Terdapat perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin
larut lemak dengan vitamin larut air. Vitamin larut lemak akan diserap
secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus digabungkan

6
dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem
limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk
ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap
melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan
mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus


Halus

Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan


Vitamin A, D, E, K dan Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan
beta-karoten dengan kilomikron, diserap melalui saluran
limfatik.
Vitamin C Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+
(cepat)
Vitamin B1 (Tiamin) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen
usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila
jumlahnya dalam lumen usus banyak).
Vitamin B2 (Riboflavin) Difusi pasif
Niasin Difusi pasif (menggunakan Na+)
Vitamin B6 (Piridoksin) Difusi pasif
Folasin (Asam Folat) Menggunakan Na+
Vitamin B12 Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari
lambung.

1.3 Pengaruh vitamin dengan keluhan?


Terdapat sindrom spesifik yang berkaitan dengan defisiensi
masing-masing vitamin. Vitamin merupakan kelompok nutrient yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimia yang
umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh. Sehingga apabila asupan
vitamin kurang memadai, dapat memunculkan tanda-tanda defisiensi,
seperti anemia dan lainnya.

7
2. Tn. T biasanya bertani tanpa menggunakan alas kaki.
2.1 Apa hubungan pekerjaan Tn. T dengan infeksi cacing tambang?
Pekerjaan tn. T sebagai petani yang selalu berhubungan dengan tanah
dan kebiasaan tidak menggunakan alas kaki, menyebabkan tn. T mudah
terinfeksi cacing tambang yang merupakan soil-transmitted helminthes.
Cacing tambang ini menginfeksi manusia dengan cara menembus kulit.

2.2 Apa resiko penyakit yang terjadi apabila tidak menggunakan alas kaki
saat bertani?
Resiko terjadinya infeksi cacing tambang apabila tidak
menggunakan alas kaki saat bertani sangat tinggi. Hal ini dikarenakan
fase infektif dari cacing tambang tersebut yaitu larva filariform berada
di tanah, yang nantinya mengifeksi manusia dengan cara menembus
kulit. Selain itu resiko lain akibat tidak menggunakan alas kaki adalah
dermatitis.

2.3 Siklus hidup cacing tambang?

8
Daur hidupnya seperti berikut:
Telur  larva rabditiform  larva filariform menembus kulit 
kapiler darah  jantung kanan paru-paru  bronkus  trakea 
laring  usus halus.

Pada usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa, sejak telur
matang sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih
dua bulan.

2.4 Didaerah seperti apa dapat ditemukan cacing tambang?


Penyebaran Cacing tambang terjadi secara kosmopolit,
terutama di daerah khatulistiwa pada daerah pertambangan. Tanah
yang paling baik untuk berkembangnya telur dan larva adalah tanah
pasir, tanah liat, atau tanah lumpur yang tertutup daun, terhindar dari
matahari langsung dan juga perngeringan atau basah berlebih. suhu
optimum untuk Necator americanus 28o-32oC, sedangkan untuk
Ancylostoma duodenale lebih rendah (23o-25oC). Terdapat di
perkebunan kopi, karet, serta di pertambangan-pertambangan. Paling
sering menyerang orang dewasa terutama laki-laki. Di Indonesia,
infeksi cacing tambang lebih sering diakibatkan oleh Necator
americanus dari pada Ancylostoma duodenale.

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

3.1 Apa interpretasi hasil vital sign?

9
No. Pemeriksaan Hasil Normal Mekanisme
abnormal
1. Heart Rate 90x/menit 60-100x/menit -
2. Respiration Rate 22x/menit 16-24x/menit -
3. Temperature 36,6°C 36-37°C -
4. Tekanan Darah 120/80mmHg Sistol <120mmHg -
Diastole <80mmHg

3.2 Bagaimana mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik?


Keadaan umum
Pucat. Pucat umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital. Indikator pucat bisa dilihat pada
konjungtiva sehingga konjungtiva palpebra ditemukan anemis.
Lemah. Badan lemah, termasuk dalam gejala umum anemia. Gejala
umum anemia ini timbul karena iskemia organ target serta akibat
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka pengiriman O2
ke jaringan menurun.

Cheulitis positif
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut
bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus
dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh
kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur-fisur, kulit yang
nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan
gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. (Dowl
W,2010)
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi
dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir,
sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit
sistemik seperti anemia,diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang

10
kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga
beberapa tahun, tergantung etiologinya. (Dowl W,2010)
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir
kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan celah
yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering
sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua
komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan
kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang,
terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Murai J.J etal.,2008) Pada
angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat
terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan
defisiensi besi. Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red
tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu
kemerahan (reddish-purpledepapillated tounge) pada defisiensi vitamin
B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-
spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga
dikarenakan defisiensi seng.

Koilonychia adalah ketika kurva kuku ke atas (berbentuk seperti


sendok) yang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Proses normal
perubahan adalah: kuku rapuh, kuku berbentuk sendok.

Lidah : atropi papil

Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil


lidah mengalami atrofi. Lidah mungkin pucat atau eritematous dan
mungkin pula tampak mengecil atau membesar. Hal ini terkait dengan
anemia, pellagra, defisiensi vitamin B kompleks, seriawan, atau
penyakit sistemik lain atau mungkin juga karena sebab lokal. Karena
atrofi mungkin adalah satu fase, dan ekskoriasi lidah yang terbatas dan
nyeri adalah fase lain dari satu atau lebih penyakit sistemik yang sama,
banyak terminologi yang membingungkan muncul (seperti glossitis
Moeller, glossitis Hunter, bald tongue, glossitis eritematosa superfisial
kronis, eksfoliativa glossodinia, beefy tongue, dan glossitis
pellagrous).

11
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba

Pemeriksaan pembesaran hepar dan lien dilakukan untuk


mengetahui penyebab penyakit yang dialami tn. T. Hasil didapatkan
tidak ditemukan adanya pembesaran pada hepar dan lien tersebut
menandakan tidak adanya masalah pada proses penghancuran eritrosit.

3.3 Apa pengaruh infeksi cacing tambang dengan organ tubuh?


Gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi cacing tambang dapat
diklasifikasi menjadi 2 tahap, yaitu tahap larva dan tahap dewasa.

1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru
biasanya ringan.

2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada (1) spesies dan jumlah cacing dan (2)
keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N. americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari,
sedangkan A. duodenale 0,08-0,34 cc.pada infeksi kronik atau
infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer.

12
4. Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3,
trombosit 386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH: 25pg,
MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
 Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
 Leukosit:jumlah cukup, morfologi normal
 Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal

4.1 Apa interpretasi dari hasil laboratorium?

No. Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan

1. Trombosit 386.000/mm3, 200.000-400.000/mm3 Normal

Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%) Normal
2. Diff. count 0/2/5/63/26/4,
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)
dibawah
3. MCV 72 fL 80-90 fL normal

Dibawah
4. MCH 25 pg 27-31 pg normal

Dibawah
5. MCHC 30% 32-36% normal

Dibawah
6. Hb 6,2 g/dl 13-18g/dl normal

7. Ht 18 vol% 40-48% Dibawah

13
normal

Dibawah
3
8. RBC 2.480.000/mm 4,5-5,5 juta/ul darah normal

9. WBC 7.400/mm3 5.000-10.000/mm3 normal

Dibawah
10. Besi serum 30 ug/l 35-150 ug/l normal

Diatas
11. TIBC 560 ug/dl 260-400 ug/dl normal

Dibawah
12. Feritin 8 ng/dl 30-400 ng/dl normal

4.2 Mekanisme dari hasil laboratorium?


Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi
besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,
hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis
hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia,
kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya
adalah Ht <15%.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma
multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa,
tetrasiklin, INH, asam mefenamat).
Penurunan kadar besi dan feritin. Terjadi pengurasan cadangan besi
yang menurun disebabkan akibat dari menurunnya kadar hemoglobin

14
dalam darah yang memacu pembentukkan darah. Hal inilah
mempengaruhi peningkatan kemampuan ikat besi total (TIBC)

4.3 Bagaimana cara pemeriksaan hemoglobin?


CARA PEMERIKSAAN HB SAHLI
• Masukan 5 tetes Hcl 0,1N ke dalam tabung pengencer Hemometer.

• Isaplah darah (kapiler, EDTA/Oxalat) dengan pipet HB sampai garis


tanda 20µl. hapus darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.

• Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam


dasar tabung pengencer yang berisi Hcl 0,1N tadi. Jangan sampai terjadi
gelembung udara.
• Angkat pipet sedikit, lalu isap Hcl 0,1N yang jernih ke dalam pipet 2-3
kali untuk membersihkan darah yang masih tertinggal di pipet.
• Campurlah isi tabung itu supaya darah dan Hcl bersenyawa; warna
campuran menjadi coklat tua.
• Tambahkan aquadest setetes demi setetes, aduk dengan batang
pengaduk. Perbandingan warna campuran dengan warna standar harus
dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan Hcl dicampurkan.
Pada saat menyamakan warna tabung diputar hingga garis bagi tidak
terlihat.
• Baca kadar HB dalam gram/100 ml darah.

4.4 Bagaimana cara pemeriksaan hematokrit?


Metode pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu
makrometode dan mikrometode. Pada pemeriksaan makrometode,
digunakan tabung wintrobe yang disentrifugasi dengan kecepatan 3000
rpm selama 30 menit. Sedangkan pada mikrometode, menggunakan
pipet kapiler yang disentrifugasi dengan kecepatan 16000 rpm dalam
waktu 3-5 menit.
Pemeriksaan hematokrit ini dapat menentukan indeks icterus, buffy
coat, dan nilai hematokrit. Pemeriksaan yang lebih sering digunakan
adalah pemeriksaan mikrometode karena membutuhkan waktu yang
cepat.

15
Nilai normal : Pria : 40- 54% ; Wanita : 37- 47%

4.5 Bagaimana cara pemeriksaan RBC dan WBC?


Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang
paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen
dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal eritrosit
pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada
wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa
ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru
obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia,
leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

Leukosit (White Blood Cell / WBC)

Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam


memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses
metabolik toksin, dll.

Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.

Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit


akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan
peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit
inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

4.6 Bagaimana cara pemeriksaan trombosit dan diff. Count?


TROMBOSIT

16
Alat-alat:
1. kapas alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:
2. cawan petri - kamar hitung
3. hemolet - kaca penutup
4. cairan Rees-Ecker - pipet eritrosit
5. mikroskop - pipet karet
Cara:
1. Isap cairan Rees-Ecker ke dalam pipet eritosit sampai garis tanda 1
dan buanglah lagi cairan itu

2. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5 dan
cairan Rees-Ecker sampai tanda 101, segera kocok selama 3 menit.
3. Teruskan tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit
dalam kamar hitung
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam
cawan petri yang tertutup selama 10 menit agar trombosit
mengendap.
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-
tengah memakai lensa objektif besar.
6. Jumlah itu dikali 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul
darah

4.7 Bagaimana cara pemeriksaan Besi serum, TIBC, ferritin?


Serum Iron Prinsip:
Ikatan antara ferri (Fe3+) dan transferrin dilepaskan oleh guanidine
dalam suasana pH 4,8. Asam askorbat akan mereduksi ion ferri (Fe3+)
menjadi ferro (Fe2+). Fe2+ akan bereaksi dengan ferrozine membentuk
komplek berwarna. Dibaca dengan fotometer pada panjang gelombang
560 nm.
Besi biasanya diukur secara kolorimetris setelah membentuk
kompleks dengan suatu senyawa penghasil warna (kromogen).
Pengambilan darah untuk pemriksaan kadar besi harus selalu diambil
dari darah pagi hari setelah puasa 12 jam dan eklusi suplemen besi

17
selama 12 sampai 24 jam. Rentang normal untuk besi serum adalah 50
sampai 150 ug/dl, rata – rata 125 ug/dl pada laki – laki dan 100 ug/dl
pada perempuan. Pada orang usia lanjut, kadar besi serum turun
menjadi 40 sampai 8- ug/dL.

TIBC
Uji ini dilakukan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan
besi serum, kecuali bahwa kelebihan besi ke dalam sampel untuk
menjenuhkan semua tempat pengikatan transderin, dan besi yang tidak
terikat disingkarkan sebelum pemeriksaan. Dengan demikian,
kemampuan total transferin mengikat besi dinilai dengan mengukur besi
total yang terikat. Pemeriksaan ini tidak mengukur besi total terikat dan
kadar transferin (protein) serum secara langsung, tetapi mengukur
jumalah Fe yang terikat ke protein ini. Rentang normal untuk TIBC
adalah 240 sampai 360 ug/dL, dan cenderung menurun seiring dengan
usia sampai sekitar 250 ug/dL pada orang berusia di atas 70 tahun.
Kapasitas mengikat besi total meningkat pada defisiensi besi dan
kehamilan, tetapi mingkin normal atau rendah pada penyakit kronis dan
malnutrisi.

Pada anemia defisiensi besi dengan pemeriksaan status besi (Fe)


didapatkan kadar Fe menurun dan TIBC meningkat. Perbandingan
antara Fe serum dan TIBC yang dapat diperoleh dengan cara [Fe
serum/TIBC] x 100% merupakan nilai yang menggambarkan suplai Fe
ke eritroid sumsum tulang, dan sebagai penilaian terbaik untuk
mengetahui pertukaran Fe antara plasma dan cadangan Fe dalam tubuh.
Bila saturasi transferin < 16% menunjukkan suplai besi yang tidak
adekuat untuk mendukung eritropoiesis, < 7% diagnosis anemia
defisiensi besi dapat ditegakkan, sedangkan 7-16% dapat digunakan
untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi bila didukung oleh nilai
MCV yang rendah atau pemeriksaan lainnya.

Pemeriksaan Ferritin

18
Nama Lain : Serum Ferritin
Definisi : cadangan besi digunakan bila tubuh kekurangan besi
Sampel : Serum
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai
: Bervariasi tiap laboratorium.
Rujukan
L 30 – 350 ; P 20 – 250 ng/mL
Menurun: anemia defisiensi besi, perdarahan kronis,
kekurangan asupan zat besi, gangguan penyerapan zat
besi, dll
Hasil
: Meningkat: penyakit hati (alkoholik), hemokromatosis
Abnormal
(penyakit genetik dimana tubuh menyerap zat besi terlalu
banyak, bahkan pada diet normal), terlalu banyak dan
sering menerima transfusi darah, dll

4.8 Cara pemeriksaan feritin, pemeriksaan feces?


Pemeriksaan Feces

Nama Lain : Faeces Rutin, FL, Stool test, O&P


Pemeriksaan yang penting terhadap beberapa organisme
yang dapat diidentifikasi antara lain : parasit, telur
Definisi :
cacing, amuba, cacing pita, cacing tambang dan cacing
gelang.
faeces hendaknya diperiksa dalam keadaan segar (< 1
Sampel : jam) karena bila terlalu lama unsur – unsur di dalamnya
akan rusak
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai
: Negatif
Rujukan
Hasil
: Bila dijumpai parasit atau telur cacing
Abnormal

19
4.9 Bagaimana cara penghitungan MCV?

𝐻𝑡
𝑀𝐶𝑉 = 𝑥 10
𝐸

Keterangan:

Ht  jumlah hematokrit

E  jumlah eritrosit

Hasil dinyatakan dalam satuan femtoliter (ƒL)

MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil),


normositik (ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai
MCV diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali lalu
membaginya dengan hitung eritrosit..
MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit

Nilai rujukan :Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter),


Bayi baru lahir : 98 - 122 fL,
Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL,
Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL,
Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL
Masalah klinisnya dilihat dari penurunan nilai disebabkan karena
anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin
C), keracunan timbal, radiasi.Peningkatan nilai,anemia makrositik,
aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme
(miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,
antimetabolik).

4.10 Bagaimana cara perhitungan MCH?


MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit
Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut
dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg

20
4.11 Bagaimana cara perhitungan MCHC?
MCHC = Hemoglobin x 100%
Hematokrit
Nilai Normal: 31-36%

4.12 Bagaimana gambaran mikroskopis mikrositik hipokrom?

Sedangkan dari pemeriksaan BMP yang perlu dilihat adalah cadangan


Fe, dimana pada penderita anemia defisiensi besi cadangan Fe nya
negatif. Pada hapusan di bawah bisa kita lihat tidak ada warna kebiruan
atau kehijauan yang menandakan cadangan Fe.

Sedangkan dari pemeriksaan BMP yang perlu dilihat adalah cadangan


Fe, dimana pada penderita anemia defisiensi besi cadangan Fe nya

21
negatif. Pada hapusan di bawah bisa kita lihat tidak ada warna kebiruan
atau kehijauan yang menandakan cadangan Fe.

Contoh pemeriksaan BMP pada orang normal yang cadangan Fe nya


positif

Gambar 1.1 Sel Darah Merah Hipokrom Mikrositer

22
4.13 Bagaimana gambaran mikroskopis Anisopoikilositosis?

4.14 Bagaimana gambaran mikroskopis Cigar-shape cell

4.15 Bagaimana gambaran mikroskopis Pencill cell?

23
Anisositosis poikilositosis

5. Kesan: anemia mikrositik hipokrom


5.1 Patofisiologi dari anemia mikrositik hipokrom?
Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar
feritin (simpanan besi)
Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi
Hb masih normal)

24
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb
turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin
(Hb).Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun
pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih
sedikit daripada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik

5.2 Apa saja jenis-jenis anemia mikrositik hipokrom?


a) Anemia defisiensi besi
b) Thalassemia major
c) Anemia akibat penyakit kronik
d) Anemia sideroblastik

5.3 Etiologi anemia mikrositik hipokrom?


Anemia mikrositik hipokrom ini terjadi karena proses
pendarahan yang kronis akibat infeksi cacing tambang pada usus halus.
Hal ini juga dipengaruhi oleh gangguan pada pembentukan sel darah
merah pengganti yang membutuhkan precursor yang banyak pula.
Sehingga menyebabkan terjadinya kelainan pada sel darah

5.4 Penatalaksaan anemia mikrositik hipokrom?


Keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada kemampuan untuk
menegakkan diagnosis pada timgkat awal.
Anemia pascapendarahan diatasi dengan transfusi darah sebanyak 10-
20ml/kgBB, atau plasma expander. Bila tidak ada keduanya, cairan
intravena lainnya juga dapat digunakan.
Dampak lambat dapat diatasi dengan transfusi packed redd cell.
Anemia defisiensi besi diatasi dengan makanan yang memadai, sulfas
ferosus 10 mg/kgBB 3 X sehari atau besi elementer 1mg/kgBB/hari.
Anemia megaloblastik diobati spesifik, oleh karena itu harus dibedakan
penyebabnya, defisiensi vitamin B 12 atau defisiensi asam folat.

25
Dosis vitamin B12 100mgc/hari im, selama 5 – 10 hari sebagai terapi
awal diikuti dengan terapi rumat 100-200 mcg/bulan sampai dicapai
remisi.
Dosis asam folat 0,5 – 1 mg/hari secara oral selama 10 hari, dilanjutkan
dengan 0,1 – 0,5 mg/hari.
Penggunaan vitamin B12 oral tidak ada gunanya pada anemia
pernisiosa. Selain itu sediaan oral lebih mahal.
Hemolisis autoimun diatasi dengan prednison 2 – 5 mg/kgBB/hari
peroral dan tertosteron 1 – 2 mg/kgBB/hari i.v, untuk jangka panjang.
Transfusi darah hanya diberikan bila diperlukan saja.
Rujuk ke rumah sakit.

26
Kerangka Konsep

Tn. T 41 th petani dan tidak


Menembus kulit kaki memakai alas kaki

Lerva Filariform Masuk ke usus


jantung

Menetas larva rhabditiform


Paru-paru Alat pengait cacing melekat pada
mukosa & submukosa jar.
intestinal

Morula telur
Tertelan kembali
Tekanan (-) otot esofagus caing

telur esofagus
Ruptur kapiler & arteriol sebagai
perdarahan

Keluar dari tinju

Pelepasan enzim hidrolitik caing


tambang

Sekresi berbagai anti koagulan


(ex:inhibitor faktor VIIa)

Darah dihisap cacing dengan Ssebagian darah lain keluar


bantuan enzim hemoglobinase melalui saluran cerna
globin

Heme HB Kuraang darah (RBC) Di feses ada darah samar

Anemia mikrositik hipokrom


Iron Terapi besi oral &
paraenteral

Anemia defisiensi
Feritin
Albendazole, mebendazole,
Lemah, lesu, mata berkunang” pyrantel pamoate

Besi serum

MCV & MCH Atropi papil lidah, cheilitis,


koilonichya 27
E. Sintesis
1. Anemia defisiensi besi
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan kadar normal hemoglobin
darah. Anemia dapat timbul karena :
a. Kehilangan atau destruksi eritrosit yang melebihi kapasitas maksimal
produksi eritrosit sumsum tulang
b. Produksi eritrosit di sumsum tulang yang terganggu.

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yg paling sering dijumpai. Penyebab


terjadinya adalah:

a. Kehilangan darah
ex: menstruasi, perdarahan saluran cerna, donor darah yg terlalu sering.
b. Defisiensi nutrisi
Akibat makanan yg kurang zat besi, gangguan absorbs, infeksi cacing
c. Kenaikan kebutuhan pada pertumbuhan dan kehamilan

Tahapan Defisiensi Besi

Tahap 1

a. Dikarakterisasi oleh kehilangan cadangan besi yg progresif.

b. Cadangan besi masih mampu memelihara kompartemen transport dan


fungsional, eritropoiesis tidak terganggu.

c. Bisa diketahui dr pemeriksaan kadar feritin yg rendah atau pengecatan besi di


sumsum tulang.

Tahap 2

A. Didefinisikan sbg ‘exhaustion of the storage pool of iron’.

B. Selama beberapa waktu eritropoeisis mungkin belum terganggu, terutama bila


besi yg di sirkulasi masih cukup.

C. Anemia sering kali belum muncul, namun pd beberapa kasus dpt terjadi
penurunan kadar Hb.

D. Kadar feritin rendah, besi serum rendah, TIBC meningkat.

28
E. Reseptor transferin di permukaan sel meningkat à usaha meningkatkan uptake
besi ke dalam sel.

Tahap 3

a. Merupakan anemia yang nyata.

b. Hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.

c. Pembentukan SDM tdk dpr berjalan lancar karena adanya deplesi simpanan
besi dan besi di sirkulasi.

d. Jumlah SDM yg dihasilkan akan meningkat à memenuhi kebutuhan besi akan


oksigen à jumlah besi kurang à terbentuk sel yang lebih kecil ukurannya dan
konsentrasi hemoglobin yg rendah à Mikrositik hipokromik.

e. Muncul gejala klinis: pucat, lethargi, dll.

2. Cacing tambang
Spesies cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.penyebaran cacing ini di
seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain yang sesuai, misalnya di daerah
perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan
sekitar 40%.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar
melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina Necator americanus tiap
harinya mengeluarkan telur 5000-10000 butir, sedangkan Ancylostoma
duodenale kira-kira 10.000-25.000 butir. Telur dikeluarkan dengan tinja dan
setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam
waktu 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat
menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah.
Daur hidupnya seperti berikut:
Telur  larva rabditiform  larva filariform menembus kulit  kapiler
darah  jantung kanan paru-paru  bronkus  trakea  laring  usus
halus.

29
Gejala klinis yang ditimbulkan dapat diklasifikasi menjadi 2 tahap,
yaitu tahap larva dan tahap dewasa.
1. stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya
ringan.infeksi larva filariform Ancylostoma duodenale secara oral
menyebabkan penyakit wakana dengan hejala mual, muntah, iritasi faring,
batuk, sakit leher, dan serak.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada (1) spesies dan jumlah cacing dan (2) keadaan gizi
penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N. americanus menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale
0,08-0,34 cc.pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia
hipokrom mikrositer.disamping itu juga terdapat eosinophilia. Cacing
tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan tubuh
berkurang dan prestasi kerja menurun.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar.
Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva.
Pengobatan infeksi cacing tambang ini dapat dilakukan dengan
memberi pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan.

3. Hematopoesis

Hematopoiesis – Proses Pembentukan Sel Darah


Darah terdiri atas komponen sel dan plasma. Komponen sel terdiri atas sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit: basofil, eosinofil, neutrofil
batang, neutrofil segmen, limfosit, monosit), dan trombosit (keping
darah/platelet). Komponen sel dalam darah dibentuk dalam suatu proses yang
dinamakan hematopoiesis.

Hematopoiesis terjadi sejak masa embrional. Hematopoiesis menurut waktu


terjadinya terbagi atas hematopoiesis prenatal dan hematopoiesis postnatal.
Hematopoiesis prenatal terjadi selama dalam kandungan. Hematopoiesis
prenatal terdiri atas 3 fase: mesoblastik, hepatik, dan mieloid. Fase
mesoblastik dimulai sejak usia mudigah 14 hari sampai minggu kesepuluh,

30
berlangsung diyolk sac (saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik berlangsung
mulai minggu keenam sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan
mulai terjadi differensiasi sel. Fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang
pada usia mudigah 12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah.

Organ yang berperan dalam proses hematopoiesis adalah sumsum tulang dan
organ retikuloendotelial (hati dan spleen). Jika terdapat kelainan pada
sumsum tulang, hematopoiesis terjadi di hati dan spleen. Ini disebut
hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang yang berperan dalam
pembentukan sel darah adalah sumsum tulang merah, sedangkan sumsum
kuning hanya terisi lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun, semua sumsum
tulang dari sumsum tulang berperan sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan
saat dewasa, sumsum merah hanya mencakup tulang vertebra, iga, sternum,
tengkorak, sakrum, pelvis, ujung proksimal femur dan ujung proksimal
humerus.

Dalam setiap pembentukan sel darah, terjadi 3 proses yaitu: proliferasi,


diferensiasi dan maturasi. Sedangkan komponen yang terdapat dalam proses
pembentukan sel darah mencakup: stem sel, sel progenitor, dan sel prekursor.
Seluruh komponen sel darah berasal dari hematopoietic stem cells (HSC).
HSC bersigat multipoten karena dapat berdiferensiasi dan kemudian terbagi
menjadi beberapa proses terpisah yang mencakup: eritropoiesis, mielopoiesis
(granulosit dan monosit), dan trombopoiesis (trombosit).

Proses hematopoiesis terjadi atas regulasi dari hematopoietic growth factor.


Hematopoietic growth factor ini memiliki peran dalam proses proliferasi,
diferensiasi, supresi apoptosis, maturasi, aktivasi fungsi saat terjadi
hematopoiesis.

Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki karakteristik umum yang
sama, yaitu:

a. Ukuran: semakin matang, ukurannya semakin kecil

b. Rasio inti:sitoplasma. Semakin matang, rasionya semakin menurun. Hal


ini menandakan bahwa inti sel semakin mengecil saat sel darah semakin
matang.

31
c. Karakteristik inti: a) semakin matang maka ukuran inti semakin kecil, b)
kromatin muda halus, lalu kasar, lalu lebih padat saat menuju ke arah
matang, c) anak inti tidak terlihat saat sel darah matang

d. Sitoplasma pada sel muda biru tua, tanpa granul.

32
4. Metabolisme Besi
Tubuh manusia mengandung sekitar 2 sampai 4 gram besi. Lebih dari 65% zat
besi ditemukan di dalam hemoglobin dalam darah atau lebih dari 10% ditemukan
di mioglobin, sekitar 1% sampai 5% ditemukan sebagai bagian enzim dan sisa zat
besi ditemukan di dalam darah atau ditempat penyimpanan. Jumlah total besi
ditemukan dalam orang tidak hanya terkait berat badan tetapi juga pengaruh dari
berbagai kondisi psikologi termasuk umur, jenis kelamin kehamilan dan status
tingkat pertumbuhan. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat
di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
Didalam tubuh sebagian besar fe terkonjugasi dengan protein dan terdapat dalam
bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro,
sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri(misalnya dalam bentuk storage).
Besi, mempunyai beberapa tingkat oksidasi yang bervariasi dari fe6+ menjadi fe2-
, tergantung pada suasana kimianya. Hal yang stabil dalam cairan tubuh manusia
dan dalam makanan adalah bentuk ferri (fe3+) dan ferro (fe2+).

Bentuk-bentuk konjugasi fe adalah:

Hemoglibin; mengandung bentuk ferro. Fungsi hemoglobin adalah mentranspor


co2 dari jaringan keparu-paru untuk dieksresikan kedaam udara pernapasan dan
membawa o2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglibin terdapat pada
erytrocyt.
Myoglobin; terdapat dalam sel-sel otot, mengandung fe bentuk ferro. Fungsi
myoglobin adalah dalam proses kontraksi otot.
Transferrin; mengandung fe bentuk ferro. Transferrin merupakan konjugat fe yang
berfungsi mentransporfe tersebut didalam plasma darah dari tempat penimbunanfe
kejaringan-jaringan (sel) yang memerlukan (sumsum tulang dimana terdapat
jaringan hemopoletik).
Ferritin; adalah bentuk storage fe, dan mengandung bentuk ferri. Kalau fe
ferritindiberikan pada transterin untuk ditransfor, zat besinya diubah menjadi

Berikut fungsi besi dalam tubuh.

Alat angkut oksigen

33
Sebagian besar besi berada dalam hemoglobin (molekul protein mengandung besi
dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot. Hemoglobin dalam darah
membawa oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Miogloboin berperan
sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam
sel-sel otot.
Metabolisme energi
Fungsi besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
energi.
Kemampuan belajar
Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari
transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Defisiensi besi
berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter. Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang
dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat,
dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi
kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.
Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel
oleh limfosit-t terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis dna. Berkurangnya sistesis
dna ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang
membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.

Sumber

Besi biasanya selalu terkandung dalam makanan. Diet orang barat diperkirakan
tidak lebih dari 5-7 mg besi per 1.000 kkal. Diet besi ditemukan dalam satu dari
dua bentuk dalam makanan yaitu hem dan non hem. Besi heme terutama berasal
dari hemoglobin dan mioglobin. Besi hem berada pada makanan hewani dan besi
non hem berada pada makanan nabati. Besi nonheme umumnya terdapat dalam
makanan (kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan tofu)
dan dairy produk (susu, keju dan telur), meskipun dairy produk sangat sedikit
mengandung besi. Besi nonheme biasanya berikatan dengan komponen makanan

34
dan harus di hidrolisis atau dilarutkan terlebih dahulu baru di absorbsi. Sumber
besi ialah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.. Sumber baik yang
lainnya ialah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa
jenis buah. Makanan yang memiliki banyak kadar besi, yaitu hati dan organ
daging, yang bukan merupakan bahan yang popular di kebanyakan diet orang
barat. Beberapa makanan yang lebih popular yang secara keseluruhan merupakan
sumber besi yang baika dalah daging merah, tiram dan kerang, kacang (lima,laut),
dark green, sayur daun-daunan, dan buah kering. Sebagai tambahan untuk
sejumlah besi alami ditemukan pada makanan, makanan seperti roti, roti kadet,
paset, sereal, kersik, dan tepung yang difortifikasi dengan besi. Besi alami, besi
askorbat, besi karbonat,besi sitrat, besi fumarat, besi glukonat, besi laktat, besi
pirofosfat, dan besi sulfat disediakan dan digunakan untuk fortifikasi makanan.

Pencernaan, absorpsi, dan transpor

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, di dalam


lambung besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi
dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya hcl dan vitamin c yang
terdapat dalam makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus
(duodenum) dengan bantuan alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus
yang membantu penyerapanbesi, yaitu transferin dan feritin. Transferin, protein
yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin dan feritin.
Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk.
Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna untuk mengikat besi lain,
sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan
tubuh. Dua ion feri diikatkan pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan
tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung
pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat dari tingkat
kejenuhan transferin.

Pencernaan dan absorbsi besi heme

Besi heme sebelumnya dihidrolisis dari hemoglobin bagian dari globin atau
mioglobin untuk absorpsi. Percernaan dibantu oleh proteases dalam lambung dan

35
usus kecil dan hasilnya berupa pelepasan besi heme. Demikian , heme
mengandung ikatan besi berupa cincin porphyrin sehingga lebih mudah diabsorpsi
sebagai metaloporphyrin ke dalam sel mokusal dari usus kecil.

Absorpsi besi heme dipengaruhi oleh simpanan besi tubuh. Absorpsi heme
berhubungan dengan simpanan besi dan kemungkinan range dari 15% dengan
status besi normal sampai 35% pada orang yang kekurangan besi. Absorpsi besi
berlangsung seluruhnya di usus kecil tetapi lebih efisiens dalam proximal portion,
khususnya di duodenum. Dalam mokusal sel absorpsi heme cincin porphyrin
dihidrolisis oleh heme oksigenase ke dalam besi ferrous inorganic dan
protoporphyrin. Pelepasan besi digunakan oleh mokusal sel usus atau transport
selanjutnya ke sel usus dan kemudian transport diteruskan darah untuk digunakan
oleh sel tubuh yang lain.

Pencernaan dan absorbsi besi non heme

Besi non heme, berikatan dengan komponen makanan, harus dibebaskan secara
enzymatic dalam sialuran pencernaan untuk diabsorbsi lebih lanjut. Sekresi
lambung mengandung hcl dan pepsin protease membantu melepaskan besi
nonheme dari komponen bahan makanan. Pelepasan pertama dari komponen
bahan makanan, banyak besi nonheme tampil sebagai ferric (fe3+) dalam
lambung. Besi bentuk ferric dapat larut dalam waktu lama pada ph asam lambung,
juga dalam suasana asam lambung, banyak besi bentuk ferric di reduksi menjadi
bentuk ferro. Besi bentuk ferro dapat larut bahkan pada ph 8. Meskipun memiliki
kelarutan pada ph basa dalam usus kecil, beberapa besi bentuk ferro mungkin
mengalami oksidasi menjadi besi bentuk ferric. Besi bentuk ferric lebih kompleks
untuk memproduksi ferric hodroxida (fe(oh)3 yang cenderung tidak larut dan
membentuk agregat sehingga menyebabkan ketersediaan besi menurun untuk di
absorbsi.

Kehilangan besi sehari-hari oleh laki-laki dewasa kira-kira antara 0,9 dan 1,0
mg/hari (12-14 mg/Kg/hari). Kehilangan tersebut berlangsung dari berbagai letak:

36
Dinding gastrointersinal : 0,6
Kulit : 0,2-0,3
Ginjal : 0,1

Dapat dilihat dari angka tersebut, kebanyakan kehilangan besi via daerah
gastrointestinal (0,6 mg). dari 0, 6 mg, sekitar 0,45 mg sesuai dari kehilangan
darah menit (-1 mL) dan 0,15 mg besi yang lain sesuai kehilangan empedu dan
kematian sel mokusa. Kehilangan pada kulit kira-kira 0,2 sampai 0,3 mg besi
berlagsung untuk kematian permukaan sel dari kulit. Terakhir, kira-kira sangat
sedikit , sekitar 0,1 mg, hilang di urin. Kehilangan besi , walaupun mungkin
meningkat pada orang dengan ulkus gastrointensial atau parasit intestinal atau
hemorange ditimbulkan oleh operasi atau luka yang sesuai.

Kehilangan besi basal baru digambarkan sedikit (0,7-0,8 mg/hari) pada wanita
karena daerah permukaannya lebih kecil. Kehilangan total premanopause wanita,
walaupun diperkirakan kurang lebih 1,3 sampai 1,4 mg/hari karena kehilangan
besi pada saat menstruasi. Rata-rata kehilangan darah selama siklus menstruasi
sekitar 35 mL, dengan batas lebih sekitar 80 mL. Kandungan besi dalam darah
sekitar 0,5 mg/100 mL darah, yang kehilangan hampir 17,5 mg besi per periode.
Ketika dirata-ratakan lebih sebulan, kehilangan besi dalam menstruasi sekitar 0,5
mg per hari; pada beberapa wanita, kehilangan besi untuk menstruasi mungkin
melebihi 1,4 mg/hari. Ekskresi besi meningkat pada orang sehat dengan asupan
yang melebihi rata-rata konsentrasi besi ferritin pada kematian sel mokusa sel.

Keseimbangan pemasukan besi dengan kehilangannya dari tubuh sangat penting


untuk kesehatan. Tingginya kejadian anemia defisiensi besi, merupakan defisiensi
gizi yang umum pada manusia di dunia, menjadi fakta bahwa keseimbangan besi
sering tidak dicapai, sebagian pada banyak anak-anak, perempuan dan wanita usia
subur.

37
F. Kesimpulan
Tn. T, 41 tahun, menderita anemia defisiensi besi karena tidak menggunakan alas kaki,
sehingga terifeksi oleh cacing tambang.

G. Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus saku kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-arfaneisya-5326-2-bab2.pdf

http://prodia.co.id/hematologi/total-iron-binding-capacity-tibc

http://www.scribd.com/doc/112256430/Angular-Cheilitis

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Ed/V Jilid II. Interna Publishing: Jakarta

Price, S. A., Wilson, L. M..2003. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Ed/6 Vol. 1. EGC: Jakarta

Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran
Ed/4. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Widmann’s clinical interpretation of laboratory tests, Ronald A. Sacher dan Richard A.


McPherson. Jakarta : EGC, 2004

Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. 1st ed. Balai Penerbit FKUI. 2011.

38

Anda mungkin juga menyukai