RELATIONSHIP MARKETING:
PARADIGMA, STRATEGI DAN HAMBATAN
RELATIONSHIP MARKETING:
PARADIGM, STRATEGY AND BARRIERS
Sumadi
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Condongcatur, Sleman 55283, Tlp:881546, Hp:08122794331, email:sumadi@uii.ac.id,
ABSTRACT
Marketing revolution have been influence significantly both teoritical and pratical at least
twice during 50 years ago. First in the early of 1960's when the central paradigm of
marketing change from product oriented to costumers oriented, when Robert J. Keith wrote
an article The Marketing Revolution at Journal of Marketing. Second, the marketing
paradigm change from the transactional marketing to relationship marketing in the early of
1990's at most of the academic or experts in marketing, especially in Western European saw
implemented in industrial and services marketing. This changes occurs because the
dominance approach of 4P (product, price, place and promotion) within marketing literature
and misleading to answer the question on the development of marketing, so the emergence of
relationship marketing is happen until now . Relationship marketing concern in building
relationships with customers for a long time. Therefore it needs some strategic planning and
implementation programs, and ofcourse problems solution.
ABSTRAK
Revolusi Pemasaran telah berpengaruh secara signifikan baik secara teoritis maupun pratis
setidaknya dua kali selama 50 tahun yang lalu. Pertama, pada awal Tahun 1960-an ketika
paradigma pemasaran mengalami perubahan dari pemasaran yang berorientasi pada produk
menjadi pemasaran yang berorientasi pada pelangga. Kedua, paradigma pemasaran
mengalami perubahan dari pemasaran transaksional (Transactional Marketing) menjadi
pemasaran hubungan (Relationship Marketing) pada awal Tahun 1990-an pada sebagian
besar akademisi atau peneliti di bidang pemasaran, terutama di Eropa Barat yang terjadi pada
industri dan jasa pemasaran. Perubahan ini terjadi karena pendekatan dominasi 4P (produk,
harga, tempat dan promosi) dalam literatur pemasaran dapat menyesatkan jawaban atas
pertanyaan tentang pengembangan pemasaran, sehingga muncul paradigma baru hubungan
108
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
PENDAHULUAN
Pemasaran sebagai ilmu pengetahuan sosial Parvatiyar (1998), bahwa pada awalnya
sudah dapat diterima oleh kalangan pemasaran berpikiran bahwa yang utama
akademis dan praktisi di dunia. Namun bila adalah memusatkan perhatian kepada
ditinjau dari perspektif usia termasuk ilmu efisiensi dalam bidang saluran pemasaran
yang relatif masih muda, oleh sebab itu (hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
maka wajarlah kalau masih mengalami oleh Cherington, 1920 dan Shaw, 1912
perubahan dalam banyak segi, misalnya dalam Burn, 2003). Sementara itu apa yang
dalam hal orientasi pembahasan, konsep, menjadi perhatian terhadap cara berpikir
paradigma dan hal-hal lain yang bersifat tersebut adalah terciptanya pertukaran
strategis, taktis maupun operasional atau (exchange) dan ini menjadi tujuan utama
pragmatis. Pemasaran sebagai ilmu, baru dari ajaran bidang pemasaran (Kotler, 1972)
mulai diajarkan di Perguruan Tinggi atau dan (Bagozzi, 1975). Dengan demikian,
Universitas sekitar awal Tahun 1900, yaitu paradigma berpikir pemasaran saat itu
dengan di tawarkannya mata kuliah tentang berkeyakinan bahwa pemasaran adalah
distribusi dan advertising pada Tahun 1902 sebagai transaksi (transactional marketing).
sampai dengan Tahun 1910. Beberapa Anggapan yang demikian tersebut telah
perguruan tinggi di AS yang mulai menga- memberi arah bagaimanakah pemasaran itu
jarkan itu adalah Universitas Michigan pada dapat menciptakan pertukaran sebanyak-
Tahun 1902, Universitas California pada banyaknya dengan menggunakan alat-alat
Tahun 1903, Universitas Illinois pada Tahun atau variabel pemasaran yang diyakini
1904, kemudian Universitas Pensylvania keberannya pada saat itu. Keyakinan bahwa
Tahun 1905, Universitas Negeri Ohio Tahun pemasaran sebagai pertukaran dan transaksi
1908, Universitas Northwestern Tahun dan bagaimana upaya yang dilakukan peru-
1909, di Universitas Pittsburg dan Univer- sahaan untuk dapat memiliki keunggulan
sitas Harvard pada Tahun 1910. Semua bersaing yang berkelanjutan (sustainable)
perguruan tinggi itu ada di Amerika Serikat, perlu ada evaluasi kembali dan pemikiran
dan baru beberapa Tahun kemudian baru yang kritis, sebab pada kenyataanya banyak
perguruan tinggi diluar Amerika Serikat hal-hal yang tidak dapat dijawab lagi oleh
mulai mengajarkannya, yaitu beberapa paradigma bahwa pemasaran adalah semata-
perguruan tinggi di Eropa (Bartel, 1988). mata bertransaksi dan menciptakan pertu-
karan. Memasarkan produk hanya dengan
Materi dan isi pembahasan dari mata kuliah mengandalkan dan membuat strategi dengan
tersebut di atas dan mengacu seperti yang variabel 4P ternyata tidak dapat lagi
disampaikan oleh hasil observasi Sheth dan memecahkan persoalan, misalnya penjualan
109
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
yang menurun, konsumen tidak puas dan Marketing serta membandingkan pokok-
berakibat banyak yang berpindah dan pokok ajaran kedua paradigma tersebut.
persoalan ketidakpuasan lainnya bagi Selanjutnya melakukan kajian lebih lanjut
pelanggan. terhadap paradigma baru tersebut. Penelitian
ini merupakan penelitian studi pustaka
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dengan mempelajari informasi-informasi
yang muncul dapat dijelaskan sebagai yang bersumber dari data sekunder.
berikut. Dengan perubahan situasi ekonomi Analisis data dilakukan dengan metode
dan persaingan yang semakin ketat, maka analisis kualitatif yang mengkaji kondisi
cara berpikir atau paradigma pemasaran fakta dan fenomena yang ada dengan
yang hanya berorientasi kepada transaksi batasan-batasan teoritis.
tersebut dirasakan tidak mencukupi dan
mengharuskan perlu adanya perubahan
dalam fokus orientasi pemasaran. Oleh
sebab itu maka artikel ini ditulis antara lain HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan alasan tidak memadainya lagi
konsep dan paradigma pemasaran lama
yang hanya berorientasi kepada transaksi. Perkembangan Konsep Pemasaran
Tujuan penelitian konseptual ini adalah
untuk menganalisis perbandingan para- Konsep Transactional Marketing (Pema-
digma pemasaran lama dengan paradigma saran sebagai Transaksi).
pemasaran baru, serta menganalisis peru- Ketika pemasaran masih memusatkan
bahan paradigma pemasaran dengan perhatiannya terhadap masalah distribusi,
mengintegrasikan kedua paradigma tersebut periklanan, pemenuhan kebutuhan konsu-
kedalam suatu model paradigma yang men, penjualan dan sebagainya atau masih
komplek. berpikiran pada paradigma pemasaran
sebagai transaksi (transactional marketing),
maka wajar apabila sentral yang menjadi
pembahasan pemasaran adalah produk atau
METODE PENELITIAN penjual yang menyediakan barang dan jasa
tersebut. Orientasi yang demikian telah
menempatkan konsumen atau pelanggan
Penelitian ini merupakan penelitian kuali- adalah obyek dari produk, apapun yang
tatif konseptual dengan menggunakan dijual oleh penjual atau perusahaan diyakini
desain penelitian deskriptif komparatif ana- pasti dibeli oleh konsumen. Hal ini sesuai
litis yaitu suatu penelitian yang memapar- dengan pendapat ekonom klasik JB Say
kan, mengkaji dan menjelaskan fenomena yang menyatakan bahwa penawaran akan
yang terjadi tentang masalah yang muncul menciptakan permintannya sendiri (Bartels,
serta proses pemecahan masalah dan strategi 1988). Fenomena yang dikemukakan oleh
yang dilakukan dalam pemecahan masalah JB Say tersebut agaknya memang sesuai
yang diteliti. Dalam penelitian ini fenomena dengan zaman dan tempatnya, yaitu antara
yang diangkat adalah tentang paradigma Tahun 1930 -1940 an di Amerika Serikat.
pemasaran. Penelitian dilakukan yakni Ajaran yang menyatakan bahwa apapun
dengan memberikan gambaran tentang yang diproduksi dan kemudian ditawarkan
paradigma pemasaran lama yaitu The kepada calon pelanggan akan menciptakan
Transactional Marketing dan paradigma permintaannya sendiri ini, tidak sejalan
pemasaran baru yaitu The Relationship dengan pemasaran yang ada di negara-
110
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
negara Eropa Barat yang pada umumnya berikan arti yang bervariasi terhadap per-
memiliki wilayah yang terbatas dan tidak saingan dan variabel yang ada dalam
luas dan jumlah penduduk sedikit yang marketing mix, sampai pada akhirnya
mana mereka harus menjual produknya ke muncul konsep marketing mix yang
negara lain karena keterbatasan permintaan memiliki variabel 4Ps, yaitu yaitu product,
di dalam negerinya, disamping itu perubah- price, place dan promotion oleh Mc. Carthy
an ekonomi dan masyarakat telah menuntut (1960). Konsep 4Ps dari McCarthy tersebut
bahwa cara berpikir yang demikian tidak dikemukakan dalam bukunya yang berjudul
bisa diterima lagi. Basic Marketing: A Managerial Approach.
Konsep marketing mix tersebut berbeda
Perubahan yang mendasar dalam konsep dengan yang dikenalkan oleh Neil Borden
ilmu pemasaran terjadi pada awal Tahun pada Tahun 1950 an.
1960an, atau yang disebut dengan berubah-
nya sentral ilmu pemasaran, ketika Robert J. McGarry (1950) dan Neil Borden, memper-
Keith pada Tahun 1960 menulis artikel kenalkan konsep markting mix dengan 12
dengan judul “ The Marketing Revolution” variabel, yaitu product, price, branding,
di Journal of Marketing yang menyatakan distribution, personal selling, advertising,
bahwa selama ini telah terjadi paradigma promotions, packaging, display, servicing,
yang keliru ketika pemasaran menganggap physical handling, fact finding and analysis
bahwa yang menjadi sentralnya adalah (Harker dan Egan, 2006). Namun penye-
produsen atau penjual, mereka telah derhanaan konsep marketing mix dengan
mengubah pikiran dan paradigma bahwa formulasi 4Ps yang dikemukakan oleh EJ
sentral dari pemasaran yang lebih benar McCarthy, seperti yang banyak dikenal
adalah konsumen atau pelanggan (Keith, sekarang yang lebih populer dan banyak
1960). diacu dalam pembelajaran pemasaran di
banyak Perguruan Tinggi di dunia. Penulis-
Masih di sekitar akhir Tahun 1950 an dan an literatur pemasaran banyak yang meng-
awal Tahun 1960an, pembahasan pemasaran gunakan konsep 4Ps tersebut, demikian juga
menemukan konsep dan paradigma baru, ini banyak praktisi pemasaran menggunakan
mengubah cara berpikir bahwa pemasaran konsep ini. Konsep marketing mix dan 4 Ps
adalah bagaimana menciptakan efektifitas tersebut banyak diacu sampai dengan
saluran pemasaran dan periklanan (adver- Tahun 1990 an, dan sampai saat inipun
tising) yaitu dengan lahir dan munculnya konsep itu masih tetap mendominasi dalam
Marketing Mix dan Konsep 4Ps. Konsep pembelajaran ilmu pemasaran dan dalam
marketing mix diilhami oleh suatu tindakan penulisan buku teks. Fenomena tentang
untuk membuat adonan (mix) pada pembu- penggunaan paradigma ini telah membuat
atan kue atau roti. Hal ini awalnya ketidak nyamanan atau membuat gusar
dikemukakan oleh Neil Borden pada Tahun banyak ahli pemasaran di dunia, terutama di
1948 yang berkenaan dengan masalah Eropa. Hal ini disebabkan bila hanya
persaingan (Gronroos, 1974). Namun istilah dengan berpedoman terhadap konsep
tentang penggunaan marketing mix tersebut marketing mix dan 4 Ps tersebut ternyata
sebenarnya secara original yang mengemu- tidak cukup untuk menjawab berbagai
kakan adalah James Culliton antara Tahun permasalahan pemasaran dan riset saat ini
1947 dan 1948, ketika dia melakukan studi (Gronroos, 1974). Untuk itu kemudian lahir
tentang biaya pemasaran (Gronroos, 1974). dan muncul paradigma baru di dalam bidang
Namun dalam perkembangan selanjutnya pemasaran yaitu marketing relationship.
para perencana di bidang pemasaran mem-
111
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
112
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
dalam jangka panjang adalah penting. partner (mitra) dan perusahaan harus
Paradigma atau konsep baru yang kemudian membuat komitmen jangka panjang untuk
lahir dan muncul tersebut adalah marketing memelihara hubungan dengan kualitas,
relationship. pelayanan dan inovasi. Relationship
marketing secara mendasar menunjukkan
telah mengubah paradigma dalam pemasar-
Konsep The Relationship Marketing
an, yaitu dari sebuah fokus perolehan/
(Pemasaran Kemitraan)
transaksi untuk menjadikan fokus ingatan
Relationship Marketing pada awalnya atau memori/kemitraan (Zeithmaml and
muncul dalam wilayah pemasaran jasa dan Bitner, 2003).
pemasaran industrial (Berry, 1982; Jackson,
1985; Gronroos, 1989, 1990, 1991 dan Relationship Marketing (or Relationship
Gummesson, 1987, 1990). Kemunculannya Management) adalah sebuah filosofi untuk
dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat bekerja dalam bisnis, yang memiliki orien-
mendesak dalam membangun dan meme- tasi strategis, berfokus untuk meliharaan dan
lihara hubungan diantara penjual, pembeli meningkatkan pelanggan saat ini, disamping
dan kelompok lain di dalam pasar. Untuk juga pelanggan yang baru. Filosofi ini
itu, maka Gronroos kemudian mengajukan memiliki asumsi bahwa konsumen dan
definisi relationship marketing sebagai pelanggan bisnis memiliki keinginan untuk
berikut: Marketing is to establish, maintain, selalu meningkatkan hubungan yang terus
and enhance.... relationships with customers menerus dalam suatu organisasi secara kon-
and other partners, at a profit, so that the tinyu dan untuk berubah diantara mereka
objectives of the parties involved are met. dalam memberikan nilai. (Zeithaml and
This is achieved by mutual exchange and Bitner, 2003). Relationship Marketing
fulfilment of promises (1994). Pemasaran berawal dari dunia pemasaran industrial.
untuk membangun, memelihara, dan me- Manajer pemasaran industrial mengusulkan
ningkatkan hubungan dengan pelanggan dan suatu strategi yang relevan yang dibangun
kelompok lain, mendapatkan keuntungan, dalam jangka panjang antara pemasok dan
dan bertujuan mempertemukan kelompok- pembeli, sebagai sesuatu yang konsisten
kelompok yang terlibat di dalamnya. Hal ini dengan strategi tersebut menarik apa yang
untuk mencapai saling tukar menukar dan disebut dengan teknik Just In Time dan
memenuhi seperti yang dijanjikan. penyelidikan terhadap kehandalan pemasok
(Perrien, Ricard, 1995). Menurut mereka,
Ahli pemasaran lain, merasakan perlu untuk membangunnya dapat digambarkan
adanya perubahan paradigma pemasaran ada 5 (lima) tahap model, yaitu kesadaran,
yang selama ini bersifat transaksional eksplorasi, ekspansi/perluasan, komitmen
menjadi relationship atau kemitraan. There dan pembubaran. Dalam kerangka ini dapat
has been a shift from transaction to a diibaratkan sebagai sebuah hubungan
relationship fokus in marketing. Customers perkawinan antara penjual dan pembeli,
become partners and the firm must make dimana pemisahan keduanya akan
long-term commitment to maintaining those menjadikan janda/duda (divorce).
relationships with quality, service and
inovation (Webster Jr F.E, 1992 in Berikut dikemukakan definisi relationship
Zeithmaml and Bitner, 2003). Relationship marketing dari pendapat para ahli:
marketing telah mengubah paradigma dari
transaksional ke pemasaran kemitraan Menurut Gronroos (1990): “Relationship
dalam pemasaran. Pelanggan dijadikan Marketing bertujuan untuk membangun,
113
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
114
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
pemasaran sangat dipengaruhi oleh konsep karan yang memuaskan individu dan
variabel 4Ps, sehingga definisi tersebut lembaga-lembaganya (AMA, 1995). Sede-
menyatakan bahwa pemasaran sebagai mikian kuatnya pengaruh tersebut sehingga
suatu proses perencanaan dan eksekusi, banyak buku teks atau literatur yang dalam
mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, kerangka penyusunannya mengacu kepada
promosi dan distribusi barang-barang, ide- bauran pemasaran (marketing mix) dan
ide, dan jasa-jasa untuk melakukan pertu- variabel 4Ps tersebut.
Setelah adanya perubahan paradigma, antara lain pemasaran adalah suatu fungsi
bahwa pemasaran bukanlah semata-mata organisasi dan serangkaian proses untuk
bertransaksi, namun perlu membangun menciptakan, mengkomunikasikan, dan
hubungan dengan pelanggan dalam jangka memberikan nilai kepada pelanggan dan
panjang, maka definisi tersebut banyak untuk mengelola hubungan pelanggan
mengalami perubahan yang sesuai dengan dengan cara yang menguntungkan organi-
paradigma yang baru. Beberapa definisi itu sasi dan pemangku kepentingan (AMA,
1995).
115
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
Definisi yang dari awal sudah muncul dan yang bersifat strategis, seperti adanya
merupakan kritik terhadap definisi lama perencanaan dan implementasi di didalam
yang banyak dianut adalah dari Gronroos, bidang pemasaran.
yang menyatakan bahwa pemasaran adalah
usaha-usaha untuk membangun, mengem- Perencanaan (planning) merupakan salah
bangkan dan mengkomersialisasikan dalam satu fungsi manajemen, ditinjau secara
jangka panjang hubungan dengan pelang- tradisional fungsi-fungsi manajemen yang
gannya, bertujuan untuk mempertemukan lain selain perencanaan adalah organisasi,
kelompok-kelompok yang terlibat. Hal ini pengarahan, aktifitas dan pengendalian.
dilakukan dengan adanya saling pertukaran Perencanaan adalah sebuah fungsi mana-
dan memegang sesuatu yang dijanjikan. jemen yang meliputi pendefinisian sasaran,
(Gronroos, 1989). penetapan strategi untuk mencapai sasaran,
dan pengembangan rencana kerja untuk
Perubahan ini memiliki arti yang cukup mengelola aktivitas-aktivitas (Robbin,
besar, sebab berhubungan dengan apa yang Coulter, 2009). Untuk dapat mencapai tuju-
menjadi orientasi dan tujuan dalam pema- an yang diharapkan rencana atau program
saran. Pemasaran saat ini harus dapat mem- perlu pelaksanaan atau implementasi.
berikan nilai bagi pelanggan, harus dapat Perencanaan pemasaran strategis (strategic
mengelola hubungan dalam jangka panjang marketing planning) merupakan suatu
dan tidak semata-mata bertransaksi, ini proses dalam perencanaan pemasaran yang
artinya relationship marketing telah meng- sifatnya strategis. Suatu keputusan strategis
ubah orientasi pemasaran. Selanjutnya yang (strategic decision making) memiliki ciri-
menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah ciri antara lain (Mc. Donald, 1992, 1996):
mewujudkan apa yang terkandung di dalam 1) Selalu berdimensi waktu jangka panjang
makna dan ajaran relationship marketing, bagi sebuah organisasi, 2) Tema yang
apa yang seharusnya dilakukan oleh para terkandung bagi organisasi diartikan sebagai
pemasar atau bahkan perusahaan dan apa yang akan dan yang tidak dikerjakan, 3)
bagaimana cara yang perlu dilakukan untuk Mempertemukan dan menselaraskan kegiat-
mencapai hal tersebut, kiranya diperlukan an organisasi dengan lingkungannya dalam
suatu langkah-langkah perencanaan dan
operasionalnya, juga bersifat optimis dalam
strategi pemasaran. mendapatkan peluang serta meminimalkan
ancaman, dan 4) Mempertemukan dan
Perencanaan Strategis Membangun menselaraskan kegiatan organisasi akan
Hubungan dengan Pelanggan kapasitas sumberdaya yang ada, seperti
Hubungan dengan pelanggan yang harmo- keuangan, tenaga kerja, teknologi dan skill
nis, memiliki prespektif waktu dalam jangka atau ketrampilan.
panjang dan dapat saling memberikan
manfaat dan keuntungan tidak akan datang Pemasaran adalah proses manajemen, yang
dengan sendirinya tanpa terdapat upaya- mana keseluruhan sumberdaya yang dimi-
upaya yang bersifat operasional dan liki organisasi digunakan untuk memuaskan
analitikal ( Piercy, 1998). Terdapat beberapa kebutuhan kelompok pelanggan yang
hambatan dan rintangan terhadap langkah menjadi sasarannya serta tercapainya tujuan
operasional antara lain sumber daya, diantara keduanya, yaitu pelanggan dan
kemampuan, logistik dan biaya (Piercy, pemasar (Mc. Donald 1992). Mengacu
1998). Itu semua harus mendapatkan dengan apa yang disampaikan oleh Donald
perhatian dan dicarikan jalan keluarnya maka dapat dinyatakan bahwa pemasaran
116
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
merupakan sebuah proses manajemen yang sungguh sulit tercapai dan mustahil dapat
tujuannya antara lain adalah untuk dapat terlaksana dengan baik, bilamana tidak ada
memuaskan kebutuhan kelopok pelanggan komitmen dari pimpinan tertinggi dan
yang menjadi sasarannya dengan meman- jajaran pimpinan lain yang setingkat.
faatkan segala sumberdaya yang dimiliki
perusahaan, baik sumberdaya yang bersifat Membangun relationship marketing bukan
tangible (berwujud) maupun yang tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung
berwujud (intangible). Tujuan pelanggan jawab manajer pemasaran beserta para staff
adalah terpenuhinya kebutuhan dan puas yang terdapat di dalamnya, namun perlu
dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemasar mendapatkan dukungan dari segenap
adalah terbentuknya hubungan antara peru- anggota yang terdapat dalam perusahaan
sahaan dan pelanggan dalam jangka panjang atau organisasi. Apakah keterlibatan itu
yang pada akhirnya akan mendatangkan besar atau kecil sangat tergantung dari
keuntungan perusahaan atas kemitraan yang posisi dan peran strategis mereka dalam
telah dibangunnya. membangun hubungan dengan para mitra
yang menjadi sasaran kerjasamanya. Oleh
Oleh sebab itu perencanaan pemasaran yang sebab itu persepsi manajerial, partisipasi,
strategis merupakan sebuah rencana yang motivasi dan komitmen merupakan langkah
berjangka panjang, harus dapat menjelaskan awal yang perlu diperoleh oleh sebuah tim
apa yang akan dikerjakan dan siapa yang yang akan melakukan pekerjaan untuk
akan mengerjakan, tersedianya sumberdaya menyusun program pemasaran yang ber-
dan dukungan untuk menjalankan atau jangka panjang dengan calon-calon mitra
mengimplementasikan rencana tersebut agar yang menjadi sasarannya serta memiliki
hubungan kemitraan dapat tercapai. Semua tugas untuk mengawal jalannya implemen-
ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, tasi program dalam rangka mencapai tujuan
tetapi bukan berarti tidak dapat dilakukan, yang diharapkan.
semua dapat dilakukan bilamana terdapat
komitmen, terutama dari pimpinan puncak, Disamping dimensi perilaku, maka masalah-
kendala yang sering muncul diantaranya masalah yang menyangkut dimensi orga-
masalah perilaku dan organisasi (Piercy, nisasi juga perlu mendapatkan perhatian
1998). dalam proses penyusunan perencanaan
strategi pemasaran (Piercy dan Morgan,
Dimensi perilaku merupakan prasyarat awal 1990). Unsur-unsur yang terdapat di dalam
agar dapat disusunnya sebuah perencanaan organisasi adalah struktur, arus informasi,
pemasaran yang berkualitas, dalam arti budaya dan sinyal manajemen (Piercy dan
sesuai dengan keunikan dan kemampuan Morgan, 1990). Membangun pemasaran
yang dimiliki perusahaan yang mendapatkan kemitraan (marketing relationship) bukanlah
dukungan dari sebagian besar anggota orga- sebuah pekerjaan yang dapat dibentuk
nisasi dalam perusahaaan. Dalam proses dalam waktu sekejab. Marketing relatio-
penyusunan perencanaan unsur-unsur yang nship membutuhkan fokus perhatian dan
terdapat dalam perilaku adalah persepsi persyaratan yang berupa diperhatikannya
manajemen, partisipasi, motivasi dan komit- para pelanggan, pelanggan akan mengingat
men (Piercy dan Morgan, 1990). Seperti terhadap apa yang disampikan, perusahaan
yang dijelaskan oleh Burn (2003) bahwa perlu membangun hubungan secara terus
salah satu ajaran relationship marketing menerus (Burn, 2003). Kadang struktur
adalah membangun hubungan bisnis dalam organisasi dapat menjadi sebuah rintangan
jangka panjang dengan mitra. Hal yang atau kendala dalam menyusun program
117
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
pemasaran yang realistis. Sebuah program 4Ps, segmentasi pasar, branding, positioning
pemasaran yang ingin menjadikan bahwa namun itu tidak cukup. Untuk membangun
pelanggan sebagai mitra seharusnya disusun hubungan jangka panjang dengan pelang-
serealisitis mungkin sesuai dengan kondisi gan, terutama pelanggan industrial dan
organisasi, sebuah program akan gagal ter- bidang jasa diperlukan interaksi, hubungan
capai bilamana disusun dengan berdasarkan dan jaringan atau network.
sebuah asumsi yang jauh dari fakta yang
sebenarnya dalam perusahaan atau organi-
Elemen, Proses dan Hambatan dalam
sasi, oleh sebab itu struktur organisasi harus
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
luwes namun robust (kuat) dalam rangka
pancapaian tujuan organisasi. Kadang Salah satu cara untuk membangun relation-
dimungkinkan perubahan dalam organisasi, ship marketing yang kuat adalah dengan
arus informasi, budaya dan sinyal mana- mendengarkan apa yang disampaikan
jemen dalam rangka mencapai tujuan peru- pelanggan dan kemudian melakukan pengu-
sahaan. Perubahan (change) mustahil akan kuran kepuasan pelanggan (Piercy,1998).
terjadi bilamana tidak ada komitmen dari Pengukuran Kepuasan Pelanggan (Customer
pimpinan tertinggi atau para manajer yang Satisfaction Measurement = CSM) merupa-
setingkat. Oleh sebab itu prasyarat ini harus kan alat bagi manajemen dalam memonitor
ada terlebih dahulu, baru sebuah perencana- kinerja dalam membangun hubungan yang
an program dapat disusun sebaik mungkin, produktif dengan pelanggan dan hal-hal
mendapatkan persetujuan dan dapat diim- pokok terhadap persoalan pengelolaan
plementasikan. Berbagai faktor yang dapat kepuasan karyawan dalam jangka panjang,
menjadi rintangan terhadap pelaksanaan khususnya yang berhubungan dengan kepu-
implementasi di lapangan perlu diperhati- asan bagi pelanggan internal dan pelanggan
kan, kemungkinan audit dan solusi jalan eksternal. Pelanggan internal adalah para
keluarnya. karyawan dalam perusahaan yang bekerja
dan menyediakan barang atau jasa bagi
Selanjutnya pertanyaan berikutnya adalah tercapainya kepuasan bagi pelanggan akhir
apakah kalau telah diperhatikan dan diper- atau pelanggan eksternal. Sedangkan pe-
gunakannya dimensi-dimensi dalam proses langgan eksternal adalah mereka yang
perencanaan pemasaran tersebut dapat serta membeli atau membutuhkan produk yang
merta dapat dicapainya tujuan yang diha- ditawarkan perusahaan, baik untuk pema-
rapkan. Tentu tidak sesederhana itu, namun kaian sendiri, untuk bisnis atau diusahakan
hal ini penting, bahwa internal organisasi lagi.
memiliki peranan penting dalam menyum-
bang terhadap sukses dan gagalnya sebuah CSM sebagai proses dalam rangka mengu-
program. Faktor yang secara umum dijadi- kur tingkat kepuasan pelanggan pernah
kan kunci dalam pemasaran transaksi adalah dilakukan oleh Piercy (1998) melalui suatu
variabel 4Ps, yaitu product, price, place dan survei terhadap beberapa ratus perusahaan
promotion, segmentasi pasar, kebijakan yang menggunakan konsep dan proses
merk dan positioning (Burn, 2003). Untuk pengukuran kepuasan pelanggan. Model dan
membangun relationship marketing faktor proses yang digunakan untuk mengukur
kuncinya juga masih dapat memakai bauran kepuasan pelanggan bagi karyawan dan
pemasaran (marketing mix) dengan variabel pelanggan disajikan pada Gambar 1.
118
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
Internal Politics
Market simplication
Quality/Operation Customer Fear Service and
Management Corporate culture Quality
Staff Pay and Market complacency Competitive
Promotion Resources/capability differentiation
Staff Training and Logistics High profit/
Evaluation volume
Cost barriers
Strategic Low Price /
Perceived Market
Management Cost
drivers
Control
Credibility
Model proses pengukuran terhadap kepuas- promosi bagi staff operasional dan mana-
an pelanggan dengan diagram seperti yang jemen, 3) Pelatihan staff dan evaluasi, hal
tersebut di atas terdiri dari 3 bagian, yaitu ini berhubungan dengan pelatihan dan
kotak pertama pengukuran kepuasan yang evaluasi untuk para staff operasional dan
digunakan oleh manajerial, kedua hambatan manajerial, dan 4) Pengendalian terhadap
proses internal dan ketiga strategi pema- manajemen startegi, hal ini berhubungan
saran yang dapat diidentifikasi (Piercy, dengan pengembangan strategi dalam
1998). perusahaan, pengendalian terhadap bisnis
dan manajemen dalam pelayanan pelanggan
Pertama, manajerial menggunakan pengu- dan program-program pemasaran.
kuran kepuasan pelanggan. Hal ini dilaku-
kan dengan meminta untuk melakukan Himpunan pertama ini terdiri dari beberapa
evaluasi terhadap tingkat penggunaan CSM elemen yang dapat digunakan oleh mana-
didalam sejumlah wilayah pengambilan jerial untuk menciptakan kepuasan pelang-
keputusan yang diturunkan dari analisis gan, elemen tersebut substantifnya terdiri
faktor yang digunakan yang terdiri dari dari kebijakan yang berhubungan dengan
berbagai sektor, yaitu: 1) Kualitas mana- kualitas, baik kebijakan nyang menyangkut
jemen operasi, yaitu yang berhubungan kualitas barang atau jasa dan tingkat
dengan data tentang kepuasan pelanggan operasional yang dapat dilakukan oleh peru-
untuk memonitor dan mengelola kualitas, sahaan. Dalam menyusun rencana program
petunjuk riset serta pengembangan dan strategis untuk produk harus memperhatikan
pengelolaan produksi, 2) Gaji staff dan atribut-atribut kualitas, misalnya untuk
promosi (kenaikan tingkat), hal ini berhu- produk yang berupa barang harus memper-
bungan dengan keputusan penggajian dan hatikan kehandalan, keawetan, keseuaian
119
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
dengan pengguna dan sebagainya. Sedang- keahlian teknis, system, orang dan waktu, 7)
kan kebijakan yang berhubungan dengan Logistik; kepercayaan terhadap identifikasi
operasional dalam melayani pelanggan pelanggan riil adalah masalah dan dia
dengan memperhatikan kecepatan penyam- menjadi tanggung jawab distributor, bukan
paian, kehandalan, dan sesuai dengan yang produsen, 8) Hambatan biaya; berhubungan
dijanjikan (Chase and Aquilano, 2004). dengan keuangan dan biaya terlibatnya
CSM, 9) Pendorong persepsi pasar; berhu-
Kedua, kendala-kendala atau hambatan bungan dengan penggerak pasar semata
proses internal, hal ini berhubungan dengan terhadap spesifikasi yang teknis dan harga,
sentral isu dalam studi terhadap sifat-sifat dan 10) Kredibilitas; orang tidak percaya
atau karakteristik proses CSM, dalam hal ini terhadap hasil CSM.
terkait dengan persepsi, keyakinan dan sikap
orang-orang yang terlibat dan organisasi Ketiga Strategi Pemasaran, hal ini dengan
dalam konteks yang disediakan oleh perusa- menempatkan responden pada prioritas
haan dalam beberapa pertanyaan dan mana- dalam strategi pasar dan analisis terhadap
jemen. Sejumlah pernyataan yang perlu faktor yang tampak penting untuk diikuti.
mendapatkan evaluasi oleh responden dan Berbagai elemen strategi pemasaran yang
tanggapan terhadap faktor yang perlu men- dapat menjadi pilihan atau kombinasi stra-
dapatkan analisis yang dapat dihasilkan tegi yang ditujukan untuk pelanggan dalam
dapat meliputi: 1) Kebijakan internal, CSM rangka membangun keunggulan adalah: 1)
percaya bahwa potensi konflik internal yang Pelayanan dan kualitas dalam hubungannya
mungkin terjadi dapat menjadikan hambat- dengan tujuan untuk mencapai persepsi kua-
an, untuk itu perlu disediakan media bagi litas yang tinggi dalam pasar, penyediaan
pelanggan mengadukan ketidak puasannya pelayanan pelanggan yang terbaik, dan
terhadap perusahaan, 2) Market simpli- untuk mencapai loyalitas pelanggan yang
cation, rekomendasi dari mulut ke mulut tinggi, 2) Competitive differentiation atau
oleh konsumen adalah dipercaya dan memi- perbedaan bersaing yang berhubungan
liki arti penting. Bahwa loyalitas pelanggan dengan masalah pengelolaan distribusi
itu penting, pembelian ulang adalah sesuatu jaringan, membangun citra merk, dan
yang perlu, perusahaan harus dapat menye- perbedaan dalam hal disain dan spesifikasi
diakan pelayanan yang berkualitas, 3) teknis, 3) Profit yang tinggi/ volume omzet,
Kekhawatiran pelanggan, jika suatu pemi- ini berhubungan dengan tujuan dalam hal
kiran yang meminta kepuasan pelanggan pertumbuhan penjualan, pangsa pasar yang
dipertanyakan dan sebagai sesuatu yang tinggi dan peningkatan keuntungan, 4)
salah, 4) Budaya perusahaan, kesenjangan Strategi harga atau biaya yang rendah dalam
terhadap dukungan manajemen untuk CSM, hal harga dan meminimalkan atau membuat
adanya persepsi bahwa CSM adalah tidak efisien biaya pasar.
tepat untuk perusahaan atau pasar, kesen-
jangan perhatian terhadap hasil, kesen- Model yang disarankan oleh Piercy (1998)
jangan kebijakan pelayanan pelanggan dan di atas pada dasarnya menempatkan posisi
prioritas yang rendah bagi CSM, 5) Market pelanggan pada tempat yang tinggi dan
complacency atau kepuasan diri terhadap penting dan ini sejalan dengan pandangan
pasarnya, yakni suatu kepercayaan bahwa dalam relationship marketing yang dikemu-
perusahaan telah mengetahui apa yang ada kakan oleh Burn (2003), bahwa perusahaan
di pasar dan apa yang dipikirkan pelanggan, harus mengelola pelanggan dengan berbagai
6) Sumber-sumber/kemampuan; CSM portofolio yang dapat dilaksanakan dan
membuat kelebihan permintaan dalam membangun hubungan bisnis dalam iangka
120
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
121
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 2 No. 2 April 2012: 108-123
122
Relationship Marketing : Paradigma, Strategi dan ….....…. (Sumadi)
123