Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STUKTUR KOMPOSIT

Dosen Pengajar :

Ir. Munarus Suluch, MS

Oleh :

Erfansyah Rizal V. (10111710013032)

TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

FAKULTAS VOKASI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senangtiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makala ini guna
memenuhi evaluasi untuk mata kuliah Stuktur Komposit.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makala ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan ktitik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
lainnya.

Surabaya, 05 Desember 2019

Erfansyah Rizal V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
1.4.Manfaat Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1.Penerapan baja dan beton akibat momen lentur (Mu)


2.2.Penerapan beton pracetak dan beton insitu akibat momen lentur (Mu)

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
A. Pengertian Komposit
Struktur komposit (Composite) merupakan struktur yang terdiri dari dua
material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan
sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik. Umumnya srtuktur komposit
berupa :

1. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar 1.a/d).

2. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar 1.b/c).

3. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar 1.e).

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Macam-macam Struktur Komposit

Perencanaan komposit mengasumsi bahwa baja dan beton bekerja sama dalam
memikul beban yang bekerja, sehingga akan menghasilkan desain profil/elemen yang
lebih ekonomis. Disamping itu struktur komposit juga mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya adalah lebih kuat (stronger) dan lebih kaku (stiffer) dari pada struktur non-
komposit.
B. Working Stress Method
Working stress method sering juga disebut metode ASD (Allowable Stress
Design) yaitu suatu perencanaan yang menggunakan beban kerja. Working Stress
Method juga mengasumsikan bahwa baja dan beton bekerja secara sempurna dalam
kondisi elastis. Konsep dasar Working Stress Method mengasumsikan bahwa struktur
masih berperilaku elastis saat diberikan pembebanan. Dalam hal ini, kombinasi beban
yang digunakan adalah tanpa beban terfaktor.

Gambar 2. Grafik hubungan tegangan dan tekanan

Tabel 1. Perbedaan ASD dan LRFD


C. Strength Method
Pada perhitungan tegangan perlu dibedakan antara beban kerja pada balok
precast dan beban setelah bagian pelat cor in situ, Ketika seluruh gaya komposit
terbentuk. Tegangan akibat tekuk (bending) elemen komposit terjadi setelah
pengecoran pelat. Hal itu mengakibatkan perubahan garis netral dari tampang elemen
balok - pelat ke tampang komposit.

Gambar 3. Perubahan garis netral penampang elemen akibat komposit

Setelah pelat mengeras dan mencapai kekuatan yang direncanakan maka garis netral
akan bergeser keatas sesuai dengan tampang komposit. Karena kekuatan masing-
masing beton berbeda, dimana kekuatan beton bertulang (reinforced) lebih tinggi dari
pada beton cor langsung ditempat, mempengaruhi kekuatan elastis beton komposit.
Maka untuk mendapatkan tegangan elastis pada balok komposit, kekuatan beton cor
ditempat ditransformasikan sama dengan nilai modulus beton bertulang (reinforced).
Sehingga perlu adanya factor modifikasi lebar sayap.

Gambar 4. Hubungan Beton Pracetak dan Beton Insitu.


1.2. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan struktur komposit ?
2. Apa yang dimaksud dengan working stress method ?
3. Apa yang dimaksud dengan stress method ?
4. Bagaimana penerapan baja dan beton akibat beban lentur (Mu) ?
5. Bagaimana penerapan beton pracetak dan beton insitu akibat beban lentur (Mu) ?
1.3. Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui tentang struktur komposit
2. Mengetahui tentang working stress method
3. Mengetahui tentang stress method
4. Mengetahui tentang penerapan baja dan beton akibat beban lentur (Mu)
5. Mengetahui tentang penerapan beton pracetak dan beton insitu akibat beban lentur (Mu)
1.4. Manfaat Penulisan.
1. Memahami tentang struktur komposit
2. Memahami tentang working stress method
3. Memahami tentang stress method
4. Memahami tentang penerapan baja dan beton akibat beban lentur (Mu)
5. Memahami tentang penerapan beton pracetak dan beton insitu akibat beban lentur (Mu)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Penerapan baja dan beton akibat momen lentur (Mu).


Contoh :
Tentukan kapasitas momen batas penampang komposit pada gambar 4. Jika
diketahui, ‘slab’ dari beton dengan f’c = 3 Ksi, dan profil baja W21x44 ( As = 13 in2,
d = 20.66 in, bf = 6.5 in, dan tf = 0.45 in2) dengan Fy = 36 Ksi, dan n = 9.
a. Tentukan Kapasitas Momen.

Penyelesaian :

Gambar 5. Sketsa Gambar soal

Menentukan kapasitas Momen.


Lebar effektif :
beff = 30 . 12 / 4 = 90 in.
beff = (10 + 10) . 12 / 2 = 120 in.
dengan demikian dipakai lebar effektif = 90 in.
Letak garis netral :

As Fy 13.36
a= = = 2,06 in < t = 4,5 in.
0,85. f 'c .beff 0.85.3.90

karena a < t, maka garis netral terletak pada ‘slab’ beton.


Besarnya gaya C = T = 13 . 36 = 468 Kips.
Jarak d1 = 20,66/2 + 4,5 - 2,06/2 = 13,8 in.
Besarnya kapasitas Momen : Mu = 468 . 13,8 = 6458,4 Kip-in. = 538,2 Kft.
2.2. Penerapan beton pracetak dan beton insitu akibat momen lentur (Mu).

Diketahui:
Mutu beton (fc’) = 35 Mpa
Mutu baja tulangan lentur (fy) = 320 Mpa
Diameter tulangan = 8 mm
Tebal selimut beton (t) = 25 mm
Tinggi plat (h) = 120 mm
Lebar plat (b) = 1000 mm
Tinggi manfaat (d) = h – t – 1/2 Øtulangan = 120 – 25 – 4 = 91 mm
d’ = t + 1/2Øtulangan = 25 + 4 = 29 cm
As’= As = ¼  d2 n = ¼  x 82 x (1000/150) = 335.103 mm2

Hitung kapasitas momen plat tumpuan kondisi sebelum dan sesudah overtopping

Gambar 6. Sketsa Gambar soal


Penyelesaian :
Kondisi tumpuan plat eksisting
a. Sebelum overtopping

Dengan:

ds1 = 95 mm

ds’ = 25 mm

Persamaan C

(iterasi 1)

C=T

Cc + Cs = Ts

600 (𝑐−𝑑𝑠′ ) 600 (𝑑𝑠1−𝑐)


0.85 x fc’ x β x b x c + x As’ x c - x As1 x c = 0
𝑐 𝑐

600 (𝑐−25) 600 (95−𝑐)


0.85 x 35 x 0.81 x 1000 c + x 335.103 c - x 335.103 c = 0
𝑐 𝑐

24097.5 c2 + 402123.6 c – 24127416 = 0

c1 = 24.380 mm v c2 = -41.068 mm

CEK : fs < fy

600 (𝑐−𝑑𝑠′ ) 600 (24.380−25)


. fs’ = = = -15.258 < 240 (menggunakan fs)
𝑐 24.380

600 (𝑑𝑠1−𝑐) 600 (95−24.380)


. fs1 = = = 1737.98 > 240 (menggunakan fy)
𝑐 24.380
Mencari a

a = β x c = 0.81 x 12.624 = 10.2254

- Menghitung Mn

Mn = As1 x fy (ds1 – a/2) + As’ x fy ( ds1 - ds’)

= 335.103 x 320 (95 – 10.23/2) + 335.103 x 320 (95 – 25)

= 17144942 Nmm = 17.14 KNm

Mn Tumpuan Eksisting menggunakan perhitungan adalah 17.14 KNm


b. Setelah overtopping

Dengan:

ds1 = 95 mm

ds2 = 145 mm

ds’ = 25 mm

Persamaan C

(iterasi 1)

C=T

Cc + Cs = Ts1 + Ts2

600 (𝑐−𝑑𝑠′ ) 600 (𝑑𝑠1−𝑐) 600 (𝑑𝑠2−𝑐)


0.85 x fc’ x β x b x c + x As’ x c - x As1 x c - x As2
𝑐 𝑐 𝑐

xc=0

600 (𝑐−25) 600 (95−𝑐) 600 (145−𝑐)


0.85x35x0.81x1000 c + x 335.103 c - x 335.103 c - x
𝑐 𝑐 𝑐

335.103 c = 0

24097.5 c2 + 201061.8 c – 5026545 = 0

c1 = 10.86 mm v c2 = -19.20 mm

CEK : fs < fy

600 (𝑐−𝑑𝑠′ ) 600 (10.86−25)


. fs’ = = = -781.215 < 240 (menggunakan fs)
𝑐 10.86

600 (𝑑𝑠1−𝑐) 600 (95−10.86)


. fs1 = = = 4648.62 > 240 (menggunakan fy)
𝑐 10.86

600 (𝑑𝑠2−𝑐) 600 (145−10.86)


. fs2 = = = 7411.05 > 240 (menggunakan fy)
𝑐 10.86
Mencari a

a = β x c = 0.81 x 14.72 = 11.923

- Menghitung Mn

Mn = As1 x fy (ds1 – a/2) + As’ x fy ( ds1 - ds’)

= 335.103 x 320 (95 – 11.923/2) + 335.103 x 320 (95 – 25)

= 17054158 Nmm = 17.54 KNm

Mn Tumpuan overtopping menggunakan perhitungan adalah 17.54 KNm


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Struktur komposit dapat menggunakan working stress method ataupun Strength
method. Adapaun komposit juga dapat diterapkan pada baja beton maupun beton
pracetak dan beton insitu.

Anda mungkin juga menyukai