DOSEN PENGAJAR :
Ridho Bayuaji ST., MT., Ph.D.
OLEH KELOMPOK 7 :
Irwansyah 10111710013035
Ria Hayyu Ainun Fitrie 10111710013036
Rizki Rahman Robbani 10111710013038
Brian Fahmi Muhammad 10111710013039
Wildan Romadhani 10111710013041
KELAS A 2017
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
menganugerahkan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
modul tulangan geser beton pratekan. Tersusunnya modul ini tidak terlepas dari dukungan positif
beberapa pihak, untuk itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan modul ini.
Demikian harapan penyusun, semoga modul ini dapat bermanfaat untuk kegiatan belajar
mengajar dan berguna untuk masyarakat yang terkait.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
7.5. Ragam Kegagalan Balok tanpa Penulangan Tarik Diagonal ........................................ viii
7.6. Tegangan Utama dan Tegangan Geser di Balok Prategang .......................................... viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7. 1 Distribusi Tegangan pada Balok Persegi Panjang Homogen .......................................... iv
Gambar 7. 2 Kondisi Tegangan pada Elemen A1 dan A2....................................................................... v
Gambar 7. 3 Trajektori Tegangan Utama pada Balok Isotropik Homogen ....................................... vii
Gambar 7. 4 Kategori Retak .................................................................................................................... vii
Gambar 7. 5 Pola Kegagalan sebagai Fungsi dari Kelangsingan Balok ............................................. viii
Gambar 7. 6 Beban Penyeimbang untuk Melawan Geser Vertikal ...................................................... ix
Gambar 7. 7 Pertumbuhan Retak Geser Lentur ..................................................................................... x
Gambar 7. 8 Bagan Alir untuk Penulangan Geser Badan .................................................................. xvii
iii
BAB VII
PERENCANAAN GESER UNTUK BETON PRATEGANG
7.1. Pendahuluan
Bab ini membahas prosedur untuk desain penampang beton prategang yang harus
menahan gaya-gaya geser yang diakibatkan oleh beban luar. Karena kekuatan beton dalam
menahan tarik sangat jauh lebih kecil daripada kuat tekan, maka desain untuk geser menjadi
hal yang penting pada semua jenis struktur beton.
Perilaku balok beton prategang pada saat gagal akibat geser ataupun gabungan geser dan
torsi sangat berbeda dengan perilaku lentur, balok tersebut gagal secara tiba-tiba tanpa adanya
peringatan sebelumnya yang memadai, dan retak diagonal yang terjadi sangat jauh lebih besar
dari pada retak lentur. Gaya geser dapat menimbulkan tegangan geser yang dapat
menimbulkan tegangan tarik utama di penampang kritis yang dapat melebihi kuat tarik beton.
Tegangan geser pada balok biasa disebabkan oleh kombinasi momen dan beban
eksternal, bukan akibat geser langsung ataupun torsi murni. Hal ini akan menimbulkan tarik
diagonal atau tegangan geser lentur di komponen struktur tersebut.
(a) (b)
iv
Sehingga diperoleh persamaan tegangan normal f dan tegangan geser v untuk elemen A1
adalah
My
f
I ............................... (VII-1)
dan
VAy VQ
v ............................... (VII-2)
lb lb
dimana :
M : Momen lentur pada potongan a1 - a1
V : Gaya geser pada potongan a1 - a1
A : Luas bagian penampang di bidang yang melelui pusat berat elemen A1
y : Jarak dari elemen yang ditinjau ke sumbu netral
y : Jarak titik ke titik pusat A ke sumbu netral
I : Momen inersia penampang
Q : Momen statis bagian penempang di atas atau di bawah level yang ditinjau ke sumbu netral
b : Lebar balok
(a) (b)
Kondisi Tegangan di Elemen A1 Representasi Lingkaran Mohr, Elemen A1
(c) (d)
Kondisi Tegangan di Elemen A2 Representasi Lingkaran Mohr, Elemen A2
v
Gambar 7.2 menunjukkan tegangan internal yang bekerja di elemen kecil A1 dan A2. Dengan
menggunakan lingkaran Mohr dalam Gambar 7.2.b, tegangan utama untuk elemen A1 di
zona tarik di bawah sumbu netral adalah
2
ft f
f t ( maks) t v2
2 2 ; tarik utama ................................ (VII-3a)
2
f f
f c ( maks) t t v2
2 2 ; tekan utama ............................... (VII-3b)
dan
v
tan 2 maks
f t 2 ...................................................................... (VII-3c)
Tegangan tekan fc di elemen A2 dalam Gambar 7.2.b di atas sumbu netral mencegah retak,
karena tegangan utama maksimum di elemen tersebut berupa tegangan tekan. Untuk elemen A1
yang terletak di bawah sumbu netral, tegangan utama maksimum adalah tarik sehingga retak dapat
terjadi. Untuk penampang yang semakin mendekati tumpuan, momen lentur dan tegangan ft
berkurang, yang diikuti dengan bertambahnya tegangan geser.
Tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang sekitar 45o terhadap normal penampang di
dekat tumpuan seperti terlihat pada Gambar 7.3. Karena kuat tarik beton rendah, maka retak
diagonal timbul di bidang yang tegak lurus dengan bidang tarik utama, itu sebabnya retak tersebut
disebut retak tarik diagonal. Untuk mencegah terbukanya retak tersebut, penulangan tarik diagonal
khusus harus digunakan.
Jika ft di dekat tumpuan dalam Gambar 7.3 diasumsikan sama dengan nol, maka elemennya
akan mendekati keadaan geser murni dan tegangan tarik utama akan sama dengan tegangan geser
v di bidang 45o. Tegangan tarik diagonal inilah yang menimbulkan retak miring.
vi
Gambar 7. 3 Trajektori Tegangan Utama pada Balok Isotropik Homogen
(garis putus = trajektori tarik, garis penuh = trajektori tekan)
Pada balok prategang, hampir semua penampangnya mengalami tekan pada kondisi beban
kerja. Dari Gambar X.2.c dan d, tegangan utama untuk elemen A2 adalah
2
f f
f t ( maks) c c v2
2 2 ; tarik utama ............................... (7-4a)
2
f f
f c ( maks) c c v2
2 2 ; tekan utama............................... (7-4b)
dan
v
tan 2 maks
f c 2 ....................................................................... (7-4c)
vii
7.5. Ragam Kegagalan Balok tanpa Penulangan Tarik Diagonal
Kelangsingan suatu balok, yaitu rasio bentang geser terhadap tinggi, menentukan ragam
kegagalan balok tersebut. Gambar X.5 menunjukkan secara skematis pola kegagalan untuk
berbagai rasio kelangsingan.
Bentang geser a untuk beban terpusat adalah jarak antara titik tangkap beban dan muka
tumpuan. Untuk beban terbagi rata, bentang geser Ic adalah bentang balok bersih.
Pada dasarnya ada tiga ragam kegagalan yang dapat terjadi, yaitu kegagalan lentur,
kegagalan tarik diagonal dan kegagalan tekan geser (kegagalan web). Semaikin langsing suatu
balok, semakin besar kemungkinan balok tersebut berperilaku lentur.
viii
Selain itu, gaya tekan dari tendon prategang, bahkan di dalam tendon lurus, sangat
mengurangi efek tegangan lentur tarik, sehingga besarnya retak lentur di komponen struktur
beton prategang berkurang. Dengan demikian, gaya geser dan tegangan utama yang
dihasilkannya pada balok prategang sangat jauh lebih kecil dari pada tegangan dan gaya geser
pada balok beton bertulang. Gambar 7.6. mengilustrasikan kontribusi komponen gaya vertikal
gaya tendon pada bagian penyeimbang atau sebagian besar dari gaya vertikal V yang
ditimbulkan oleh beban transversal eksternal. Gaya geser netto Vc yang dipikul oleh beton
adalah
Vc V V p
............................... (X-5)
Tegangan geser netto v pada setiap kedalaman penampang adalah
VQ
vc c
lb ............................... (X-6)
Distribusi tegangan serat tekan fc akibat momen lentur eksternal adalah
P P ec M c
fc e e T
Ac Ic I c ............................... (X-7)
dan tegangan tarik utama adalah
2
f f
f t c v c2 c
'
2 2
............................... (X-8)
(a). Balok dengan Tendon Berbentuk Harped; (b) Balok dengan Tendon Berbentuk
Drapped; (c). Vektor geser Internal akibat Gaya Prategang, P;
(d) Vektor geser Internal akibat Gaya Eksternal, w
ix
7.7. Kekuatan Geser Lentur Vci
Untuk mendesain terhadap geser, perlu ditentukan apakah geser lentur atau geser badan
menentukan pemilihan kuat geser beton Vc. Retak miring yang stabil pada jarak d/2 dari retak
lentur yang terjadi pada taraf beban retak pertama secara geser lentur ditunjukkan dalam
Gambar 7.7.
(a). Jenis dan Pola Retak; (b). Diagram Geser Akibat Beban Eksternal dengan Ordinat
Gaya Geser Friksi Vcr di potongan 2; (c). Diagram Momen dengan Ordinat Momen Retak
Pertama Mcr di potongan 2
Jika tinggi efektif adalah dp, maka tinggi dari serat tekan ke pusat berat baja prategang
longitudinal, maka perubahan momen antara potongan 2 dan 3 adalah :
Vd p
M M cr
2 ............................... (7-9a)
Atau
x
M cr
V
M V dp 2
............................... (7-9b)
dimana :
V adalah geser di penampang yang ditinjau
Jadi, geser vertikal total yang bekerja di bidang 2 dalam Gambar 7.7 adalah
M cr 1
Vci x bw x d p x f c' Vd
M V d p 2 20
............................... (7-10)
dimana : Vd adalah geser vertikal akibat berat sendiri.
Komponen vertikal Vp dari gaya prategang karena kecilnya diabaikan dalam persamaan (7-
10)di sepanjang bentang dimana tendon prategang tidak terlalu curam
Nilai V dalam persamaan (7-10) merupakan gaya geser terfaktor Vi di penampang yang
ditinjau akibat beban eksternal yang terjadi secara simultan dengan momen maksimum MmaXI
yang terjadi di tengah penampang tersebut, yaitu :
f c' Vi M cr f c'
Vci bw d p V d bw d p
20 M maks 7 ............................... (7-11)
dimana :
Nilai dp diambil terbesar dari dp dan 0.8 h.
fce : Tegangan tekan di beton sesudah terjadinya semua kehilangan di serat ekstrim penampang
fc
dimana beban eksternal menyebabkan terjadinya tegangan tarik fce menjadi untuk
tegangan di pusat berat penampang
Vd : Gaya geser di penampang akibat beban mati tak terfaktor
Vci : Kuat geser nominal yang diberikan oleh beton pada saat terjadi retak tarik diagonal
akibat gabungan gaya geser vertikal dan momen
Vi : Gaya geser terfaktor di penampang akibat beban eksternal yang terjadi secara simultan
dengan Mmaks
xi
Persamaan untuk Mcr, yaitu momen yang menyebabkan retak lentur akibat beban eksternal,
dinyatakan dengan
I f c'
M cr c f ce f d
y t 2
............................... (7-12)
dimana :
fce : Tegangan tekan beton akibat tekanan efektif sesudah terjadinya kehilangan di serat
ekstrim penampang dimana tegangan tarik ditimbulkan oleh beban eksternal, dalam
f ce f c
satuan psi. Di pusat beton
fd : Tegangan akibat beban mati tak terfaktor di serat ekstrim penampang yang ditimbulkan
oleh berat sendiri saja dimana tegangan tarik diakibatkan oleh beban eksternal, psi
yt : Jarak dari sumbu berat ke titik ekstrim
Mcr : Bagian dari momen akibat beban hidup yang bekerja yang menimbulkan retak. Untuk
mudahnya, Ic/Iy dapat digantikan dengan Sb
Retak geser badan pada balok prategang disebabkan oleh tegangan tak tertentu yang dapat
dengan baik dievaluasi dengan menghitung tegangan tarik utama di bidang kritis. Tegangan
geser vc dapat didefinisikan sebagai tegangan geser badan vcw dan mencapai maksimum di
dekat pusat berat penampang cgc dimana retak diagonal aktual terbentuk.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung kuat geser nominal Vcw yang
diberikan oleh beton apabila terjadi retak diagonal yang diakibatkan tegangan tarik utama di
badan adalah
Vcw 0.3
f c' f pc bw d p V p
............................... (X-13)
xii
dimana :
fpc : Tegangan tekan pada beton (setelah memperhitungkan semua kehilangan prategang)
pada titik berat penampang yang menahan beban luar atau pada pertemuan antara badan
dan flens, jika titik berat terletak pada flens.
Vp : Komponen vertikal dari prategang efektif di penampang yang berkontribusi dalam
menambahkan kekuatan lentur
dp : Jarak dari serat tekan ekstrim ke pusat berat baja prategang atau 0.8h manapun yang
terkecil
xiii
1
Vu Vn Vc
4. Jika 2 , luas minimum tulangan geser harus digunakan
Luas ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1 bw s
Av
3 fy
Jika gaya prategang efektif Pe sama atau lebih besar daripada 40% dari kuat tarik penulangan
lentur, maka persamaan
A ps f pu s dp
Av
80 f y d bw
Yang menghasilkan luas minimum perlu Av yang lebih kecil, dapat digunakan
5. Agar efektif, penulangan badan harus mampu memberikan panjang penyaluran penuh yang
dibutuhkan. Ini berarti bahwa sengkang atau jaring tulangan harus masuk ke daerah tekan
dan tarik, dikurangi persyaratan selimut bersih beton dan dibengkokkan 90o atau 135o pada
sisi tekan
1 Vu d p
f c' bw d p Vc 0.4 f c' bw d p 1 .0
dimana 6 dan
Mu dan Vu dihitung pada
penampang yang sama dimana Mu ditinjau.
xiv
(b). Analisis lebih rinci, dimana nilai Vc diambil nilai terkecil diantara Vci (retak
geser akibat lentur) dan Vcw (retak geser badan )
f c' Vi M cr f c'
Vci bw d p V d bw d p
20 M maks 7
Vcw 0.3
f c' f pc bw d p V p
dimana :
I f c'
M cr c f ce f d
yt 2
Nilai dp diambil terbesar dari dp dan 0.8 h.
Vi : Gaya geser terfaktor di penampang akibat beban eksternal yang terjadi secara
simultan dengan Mmax
fce : Tegangan tekan di beton sesudah terjadinya semua kehilangan di serat ekstrim
penampang dimana beban eksternal menyebabkan terjadinya tegangan tarik fce
fc
menjadi untuk tegangan di pusat berat penampang
Vu
1
Vc
3. Jika 2 , tulangan sengkang tidak dibutuhkan.
1 V
Vc u Vc
Jika 2 , gunakan tulangan minimum.
Vu Vu 2
Vc Vs Vc f c' bw d p
Jika dan 3 , desain baja tulangan sengkang.
Vu 2 2
Vs Vc f c' bw d p Vu V c f c' bw d p
Jika 3 atau jika 3 , besarkan
penampang
4. Hitunglah penulangan badan minimum. Jaraknya adalah s 0.75 h atau 600 mm,
diambil nilai terkecil
1 bw s
Av min
3 fy
(konservatif)
xv
Jika fpe ≥ 0.4 fpu, nilai Av minimum yang lebih konservatif adalah nilai yang terkecil
diantara :
A ps f pu s dp
Av
80 f y d p bw
Dimana dp ≥ 0.8 h, dan
1 bw s
Av
3 fy
5. Hitunglah ukuran penulangan sengkang yang dibutuhkan dan jaraknya.
V 1
Vs u Vc f c' bw d p
Jika 6 , maka jarak sengkang s adalah yang
dibutuhkan berdasarkan rumus desain dalam langkah 6.
V 1
Vs u Vc f c' bw d p
Jika 6 , maka jarak sengkang s adalah setengah dari
jarak yang dibutuhkan oleh rumus desain dalam langkah 6.
Av f y d p
s 0.75 h 600 mm s
Vu
minimum
Vc
6.
3 Av f y
s min
dimana
bw s dari langkah 4
xvi
Mulai
Diketahui
bw, dp, f’c, fy, fps, fpu, Vu
= 0.75
Atau
Diketahui s 0.75h 600 mm Tidak
1 bw s
Hitung : A v min Pilih tulangan badan
3 f
y
A v fy d p
Jika fpe ≥ 0.4 fpu
s
Vu
A ps fpu s dp Vc
Av
80 fy d p bw
Atau 0.75 h 600 mm s minimum
1 bw s
A v min
3 f
y Atau
Vu
Diambil yang terkecil,
Vc s
Dimana dp ≥ 0.8 h
Av
A v min
fy d p
Tidak Vu 1 Ya
Vc
'
Penampang berikut V fc b w d p
s
6
Selesai
xvii
Contoh Soal
1. Desainlah balok prategang pasca tarik seperti terlihat dalam gambar, agar aman terhadap
kegagalan geser!
457.2 mm
104.775 mm
34.925 mm
152.4 mm 152.4 mm
1016 mm
152.4 mm
1016 mm
cgc 537.46 mm
317.5 mm
152.4 mm
381 mm 478.54 mm
cgs
101.6 mm
20 m
457.2 mm
xviii
ec = 381 mm
ee = 317.5 mm
Ic = 2.943 x 1010 mm4
Ac = 243225.32 mm2
Ic
r2
Ac = 120998.92 mm2
cb = 478.54 mm
ca = 537.46 mm
Pe = 1371.19 kN
Penyelesaian :
Beban terfaktor, Wu = 1.2 D + 1.6 L = (1.2 x (1.5 + 5.75)) + (1.6 x 16)
= 34.3 kN/m
Wu L 34.3 x 20
Vu 343
Gaya geser di muka tumpuan, 2 2 kN
Vu 343
457.33
Vn yang dibutuhkan = 0.75 kN
dp
Kuat geser nominal pada daerah kritis ( 2 dari muka tumpuan)
dp 918.464
459.232
2 2 mm
457.33 x
20 459.232
2
1000 436.328
Vn
20 2 kN
dp
V 0.75 x 436.328 327.246 kN
Vu di 2 : n
f pe 0.4 f pu
Cek :
1070 MPa 0.4 x 1860 744 MPa
dapat menggunakan metoda Alternatif dan Rinci
xix
METODA ALTERNATIF
dp = 918.464 mm
0.8 h = 0.8 x 1016 = 812.8 mm
Syarat batas Vc
1 1
Vc min f c' bw d p 35 x 152.4 x 918.464 x 10 3 138.016
6 6 kN
Maka :
Vc 0.05 x 35 5 x1 152.4 x 918.464 x10 3
Vu 1
Vc
Cek : 2
327.246 1
x 331.239
0.75 2
436.328 kN > 165.619 kN → Tulangan geser badan dibutuhkan
xx
Vu 327.246
Vs Vc 331.239 105.089
0.75 kN
2 2
f c' bw d p 35 x 152.4 x 918.464 x 10 3 552.064
3 3 kN > Vs = 105.089 kN
Tinggi penampang sudah memadai
A ps f pu s dp Av A ps f pu dp
Av
80 f y d p bw s 80 f y d p bw
→
Av 1283.22 x 1860 918.464
0.199
s 80 x 400 x 918.464 152.4 mm2/mm
dan
1 bw s Av b
Av w
3 fy s 3fy
→
Av 152.4
0.127
s 3 x 400 mm2/mm
Av min
0.127
Maka digunakan s mm2/mm (diambil terkecil)
Av Vs 105.089 x 10 3
0.286
s f y d p 400 x 918.464
mm2/mm
xxi
As = 0.25 x x 102 = 78.54 mm2
Av
0.286
s
Av 2 x 78.54
s 549.23
0.286 0.286 mm < 600 mm < (0.75 x 1016) mm
Cek :
V 1
Vs u Vc f c' bw d p
6
1
Vs 105.089 x 10 3 kN 35 x152.4 x 918.464 135.016 x 10 3
6 kN
Jadi s/2 tidak perlu digunakan
Maka tulangan badan yang digunakan adalah D10-500 mm
METODA RINCI
Retak geser akibat lentur (Vi)
f c' Vi M cr f c'
Vci bw d p V d bw d p
20 M maks 7
dimana :
I f c'
M cr c f ce f d
y t 2
Pe e cb
f ce 1 2
Ac r
dp
Eksentrisitas tendon di 2 adalah :
xxii
Beban mati tidak terfaktor akibat berat sendiri adalah WD = 5.75 kN/m
M D d p 2
WD xl x 5.75 x 459.232 x 10 3 x 20 459.232 x 10 3
25.80
2 2 kNm
Tegangan akibat beban mati tak terfaktor di serat beton ekstrim, dimana tegangan tarik
ditimbulkan akibat beban eksternal adalah :
M D dp / 2 cb 25.80 x 10 6 x 478.54
fd 0.420
Ic 2.943 x 1010 N
Sehingga :
2.943 x 1010 35
M cr 12.78 0.420 x10 6 942.053
478.54 2 kNm
dp
Gaya geser akibat berat sendiri di 2 adalah
l 20
Vd WD x 5.75 x 459.232 x 10 3 54.86
2 2 kN
M maks
Wu xl x 27.4 x 459.232 x10 3 20 459.232 x10 3
122.94
2 2 kNm
Maka :
Vci
35
x152.4 x 918.464 54.86 x 10 3
261.72 x10 3 942.053x10 6 35 x152.4 x918.464
20 122.94 x10 6 7
xxiii
Vci 2474.392 kN 118.30 kN
Vcw 0.3
f c' f pc bw d p V p
Pe 1371.19 x 10 3
f pc 5.64
Ac 243225.32 MPa
Vp = Komponen vertikal gaya prategang di penampang
381 317.5
V p Pe tan 1371.19 x 8.71
20000 2 kN
Maka :
Vcw 0.3 35 5.64 x 152.4 x 918.644 x 10 3 8.71 494.07 kN
Vu
1 1
Vc 436.328 494.07
Cek : 2 2 → tulangan geser badan dibutuhkan
Vu
Vs Vc 436.328 494.07 57.742
kN → digunakan tulangan geser minimum
A ps f pu s dp Av A ps f pu dp
Av
80 f y d p bw s 80 f y d p bw
→
Av 1283.22 x 1860 918.464
0.199
s 80 x 400 x 918.464 152.4 mm2/mm
dan
xxiv
1 bw s Av b
Av w
3 fy s 3fy
→
Av 152.4
0.127
s 3 x 400 mm2/mm
Av min
0.127
Maka digunakan s mm2/mm (diambil terkecil)
Av Vs 105.089 x 10 3
0.286
s f y d p 400 x 918.464
mm2/mm
Cek :
V 1
Vs u Vc f c' bw d p
6
1
Vs 105.089 x 10 3 kN 35 x152.4 x 918.464 135.016 x 10 3
6 kN
Jadi s/2 tidak perlu digunakan
Maka tulangan badan yang digunakan adalah D10-500 mm
xxv
DAFTAR PUSTAKA
xxvi