Anda di halaman 1dari 26

MODUL BETON PRATEKAN

“ TULANGAN GESER BETON PRATEKAN ”

DOSEN PENGAJAR :
Ridho Bayuaji ST., MT., Ph.D.

OLEH KELOMPOK 7 :
Irwansyah 10111710013035
Ria Hayyu Ainun Fitrie 10111710013036
Rizki Rahman Robbani 10111710013038
Brian Fahmi Muhammad 10111710013039
Wildan Romadhani 10111710013041

KELAS A 2017
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
menganugerahkan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
modul tulangan geser beton pratekan. Tersusunnya modul ini tidak terlepas dari dukungan positif
beberapa pihak, untuk itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan modul ini.

Demikian harapan penyusun, semoga modul ini dapat bermanfaat untuk kegiatan belajar
mengajar dan berguna untuk masyarakat yang terkait.

Surabaya, 27 November 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iii
BAB VII PERENCANAAN GESER UNTUK BETON PRATEGANG ..................................... iv
7.1. Pendahuluan .................................................................................................................... iv

7.2. Perilaku Balok Homogen yang Mengalami Geser .......................................................... iv

7.3. Perilaku Balok Beton sebagai Penampang Non homogen .............................................. vi

7.4. Balok Beton Tanpa Penulangan Tarik Diagonal ............................................................ vii

7.5. Ragam Kegagalan Balok tanpa Penulangan Tarik Diagonal ........................................ viii

7.6. Tegangan Utama dan Tegangan Geser di Balok Prategang .......................................... viii

7.7. Kekuatan Geser Lentur Vci ............................................................................................... x

7.8. Kuat Geser-Badan (Vcw) ................................................................................................. xii

7.9. Penulangan Geser Badan ............................................................................................... xiii

7.10. Pembatasan Ukuran dan Jarak Sengkang .................................................................. xiii

7.11. Prosedur Desain Penulangan Badan Terhadap Geser................................................ xiv

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ xxvi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 7. 1 Distribusi Tegangan pada Balok Persegi Panjang Homogen .......................................... iv
Gambar 7. 2 Kondisi Tegangan pada Elemen A1 dan A2....................................................................... v
Gambar 7. 3 Trajektori Tegangan Utama pada Balok Isotropik Homogen ....................................... vii
Gambar 7. 4 Kategori Retak .................................................................................................................... vii
Gambar 7. 5 Pola Kegagalan sebagai Fungsi dari Kelangsingan Balok ............................................. viii
Gambar 7. 6 Beban Penyeimbang untuk Melawan Geser Vertikal ...................................................... ix
Gambar 7. 7 Pertumbuhan Retak Geser Lentur ..................................................................................... x
Gambar 7. 8 Bagan Alir untuk Penulangan Geser Badan .................................................................. xvii

iii
BAB VII
PERENCANAAN GESER UNTUK BETON PRATEGANG
7.1. Pendahuluan
Bab ini membahas prosedur untuk desain penampang beton prategang yang harus
menahan gaya-gaya geser yang diakibatkan oleh beban luar. Karena kekuatan beton dalam
menahan tarik sangat jauh lebih kecil daripada kuat tekan, maka desain untuk geser menjadi
hal yang penting pada semua jenis struktur beton.

Perilaku balok beton prategang pada saat gagal akibat geser ataupun gabungan geser dan
torsi sangat berbeda dengan perilaku lentur, balok tersebut gagal secara tiba-tiba tanpa adanya
peringatan sebelumnya yang memadai, dan retak diagonal yang terjadi sangat jauh lebih besar
dari pada retak lentur. Gaya geser dapat menimbulkan tegangan geser yang dapat
menimbulkan tegangan tarik utama di penampang kritis yang dapat melebihi kuat tarik beton.

Tegangan geser pada balok biasa disebabkan oleh kombinasi momen dan beban
eksternal, bukan akibat geser langsung ataupun torsi murni. Hal ini akan menimbulkan tarik
diagonal atau tegangan geser lentur di komponen struktur tersebut.

7.2. Perilaku Balok Homogen yang Mengalami Geser


Tinjaulah dua elemen yang sangat kecil A1 dan A2 dari balok persegi panjang dalam
Gambar 7.1.(a) yang terbuat dari material homogen, isotropis dan elastis linier. Gambar
7.1.(b) menunjukkan distribusi tegangan lentur dan tegangan geser di seluruh tinggi
penampang. Tegangan normal tarik ft dan tegangan geser v adalah nilai-nilai di elemen A1
pada bidang a1-a1 pada jarak y dari sumbu netral.

(a) (b)

Gambar 7. 1 Distribusi Tegangan pada Balok Persegi Panjang Homogen

iv
Sehingga diperoleh persamaan tegangan normal f dan tegangan geser v untuk elemen A1
adalah
My
f 
I ............................... (VII-1)
dan
VAy VQ
v  ............................... (VII-2)
lb lb
dimana :
M : Momen lentur pada potongan a1 - a1
V : Gaya geser pada potongan a1 - a1
A : Luas bagian penampang di bidang yang melelui pusat berat elemen A1
y : Jarak dari elemen yang ditinjau ke sumbu netral
y : Jarak titik ke titik pusat A ke sumbu netral
I : Momen inersia penampang
Q : Momen statis bagian penempang di atas atau di bawah level yang ditinjau ke sumbu netral
b : Lebar balok

(a) (b)
Kondisi Tegangan di Elemen A1 Representasi Lingkaran Mohr, Elemen A1

(c) (d)
Kondisi Tegangan di Elemen A2 Representasi Lingkaran Mohr, Elemen A2

Gambar 7. 2 Kondisi Tegangan pada Elemen A1 dan A2

v
Gambar 7.2 menunjukkan tegangan internal yang bekerja di elemen kecil A1 dan A2. Dengan
menggunakan lingkaran Mohr dalam Gambar 7.2.b, tegangan utama untuk elemen A1 di
zona tarik di bawah sumbu netral adalah
2
ft f 
f t ( maks)    t   v2
2 2 ; tarik utama ................................ (VII-3a)
2
f f 
f c ( maks)  t   t   v2
2 2 ; tekan utama ............................... (VII-3b)
dan
v
tan 2 maks 
f t 2 ...................................................................... (VII-3c)

7.3. Perilaku Balok Beton sebagai Penampang Non homogen

Tegangan tekan fc di elemen A2 dalam Gambar 7.2.b di atas sumbu netral mencegah retak,
karena tegangan utama maksimum di elemen tersebut berupa tegangan tekan. Untuk elemen A1
yang terletak di bawah sumbu netral, tegangan utama maksimum adalah tarik sehingga retak dapat
terjadi. Untuk penampang yang semakin mendekati tumpuan, momen lentur dan tegangan ft
berkurang, yang diikuti dengan bertambahnya tegangan geser.

Tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang sekitar 45o terhadap normal penampang di
dekat tumpuan seperti terlihat pada Gambar 7.3. Karena kuat tarik beton rendah, maka retak
diagonal timbul di bidang yang tegak lurus dengan bidang tarik utama, itu sebabnya retak tersebut
disebut retak tarik diagonal. Untuk mencegah terbukanya retak tersebut, penulangan tarik diagonal
khusus harus digunakan.

Jika ft di dekat tumpuan dalam Gambar 7.3 diasumsikan sama dengan nol, maka elemennya
akan mendekati keadaan geser murni dan tegangan tarik utama akan sama dengan tegangan geser
v di bidang 45o. Tegangan tarik diagonal inilah yang menimbulkan retak miring.

vi
Gambar 7. 3 Trajektori Tegangan Utama pada Balok Isotropik Homogen
(garis putus = trajektori tarik, garis penuh = trajektori tekan)

7.4. Balok Beton Tanpa Penulangan Tarik Diagonal


Di daerah dengan momen lentur besar, retak terjadi dengan arah hampir tegak lurus
terhadap sumbu balok, dan disebut retak lentur. Sedangkan di daerah dengan geser besar
akibat tarik diagonal, retak miring terjadi sebagai kelanjutan dari retak lentur, dan disebut
retak geser lentur. Gambar 7.4 menunjukkan jenis-jenis retak yang dapat terjadi pada balok
beton bertulang tanpa atau dengan penulangan tarik diagonal yang memadai.

Gambar 7. 4 Kategori Retak

Pada balok prategang, hampir semua penampangnya mengalami tekan pada kondisi beban
kerja. Dari Gambar X.2.c dan d, tegangan utama untuk elemen A2 adalah
2
f f 
f t ( maks)   c   c   v2
2  2  ; tarik utama ............................... (7-4a)

2
f f 
f c ( maks)   c   c   v2
2  2  ; tekan utama............................... (7-4b)
dan
v
tan 2 maks 
f c 2 ....................................................................... (7-4c)

vii
7.5. Ragam Kegagalan Balok tanpa Penulangan Tarik Diagonal
Kelangsingan suatu balok, yaitu rasio bentang geser terhadap tinggi, menentukan ragam
kegagalan balok tersebut. Gambar X.5 menunjukkan secara skematis pola kegagalan untuk
berbagai rasio kelangsingan.

(a). Kegagalan Lentur (b). Kegagalan Tarik Diagonal (Geser Lentur)

(c). Kegagalan Tekan Geser (Geser Badan)

Gambar 7. 5 Pola Kegagalan sebagai Fungsi dari Kelangsingan Balok

Bentang geser a untuk beban terpusat adalah jarak antara titik tangkap beban dan muka
tumpuan. Untuk beban terbagi rata, bentang geser Ic adalah bentang balok bersih.

Pada dasarnya ada tiga ragam kegagalan yang dapat terjadi, yaitu kegagalan lentur,
kegagalan tarik diagonal dan kegagalan tekan geser (kegagalan web). Semaikin langsing suatu
balok, semakin besar kemungkinan balok tersebut berperilaku lentur.

7.6. Tegangan Utama dan Tegangan Geser di Balok Prategang


Geser lentur di balok beton prategang meliputi efek gaya prategang tekan eksternal yang
harus dimiliki oleh balok beton bertulang. Komponen vertikal gaya tendon prategang
mengurangi gaya geser vertikal yang diakibatkan oleh gaya transversal eksternal dan beban
transversal netto yang dialami suatu balok jauh lebih kecil pada balok prategang dibandingkan
dengan balok beton bertulang.

viii
Selain itu, gaya tekan dari tendon prategang, bahkan di dalam tendon lurus, sangat
mengurangi efek tegangan lentur tarik, sehingga besarnya retak lentur di komponen struktur
beton prategang berkurang. Dengan demikian, gaya geser dan tegangan utama yang
dihasilkannya pada balok prategang sangat jauh lebih kecil dari pada tegangan dan gaya geser
pada balok beton bertulang. Gambar 7.6. mengilustrasikan kontribusi komponen gaya vertikal
gaya tendon pada bagian penyeimbang atau sebagian besar dari gaya vertikal V yang
ditimbulkan oleh beban transversal eksternal. Gaya geser netto Vc yang dipikul oleh beton
adalah
Vc  V  V p
............................... (X-5)
Tegangan geser netto v pada setiap kedalaman penampang adalah
VQ
vc  c
lb ............................... (X-6)
Distribusi tegangan serat tekan fc akibat momen lentur eksternal adalah
P P ec M c
fc   e  e  T
Ac Ic I c ............................... (X-7)
dan tegangan tarik utama adalah
2
f  f
f t   c   v c2  c
'

 2 2
............................... (X-8)

Gambar 7. 6 Beban Penyeimbang untuk Melawan Geser Vertikal

(a). Balok dengan Tendon Berbentuk Harped; (b) Balok dengan Tendon Berbentuk
Drapped; (c). Vektor geser Internal akibat Gaya Prategang, P;
(d) Vektor geser Internal akibat Gaya Eksternal, w

ix
7.7. Kekuatan Geser Lentur Vci
Untuk mendesain terhadap geser, perlu ditentukan apakah geser lentur atau geser badan
menentukan pemilihan kuat geser beton Vc. Retak miring yang stabil pada jarak d/2 dari retak
lentur yang terjadi pada taraf beban retak pertama secara geser lentur ditunjukkan dalam
Gambar 7.7.

Gambar 7. 7 Pertumbuhan Retak Geser Lentur

(a). Jenis dan Pola Retak; (b). Diagram Geser Akibat Beban Eksternal dengan Ordinat
Gaya Geser Friksi Vcr di potongan 2; (c). Diagram Momen dengan Ordinat Momen Retak
Pertama Mcr di potongan 2

Jika tinggi efektif adalah dp, maka tinggi dari serat tekan ke pusat berat baja prategang
longitudinal, maka perubahan momen antara potongan 2 dan 3 adalah :
Vd p
M  M cr 
2 ............................... (7-9a)
Atau

x
M cr
V
M V  dp 2
............................... (7-9b)
dimana :
V adalah geser di penampang yang ditinjau

Jadi, geser vertikal total yang bekerja di bidang 2 dalam Gambar 7.7 adalah
M cr 1
Vci   x bw x d p x f c'  Vd
M V  d p 2 20
............................... (7-10)
dimana : Vd adalah geser vertikal akibat berat sendiri.

Komponen vertikal Vp dari gaya prategang karena kecilnya diabaikan dalam persamaan (7-
10)di sepanjang bentang dimana tendon prategang tidak terlalu curam

Nilai V dalam persamaan (7-10) merupakan gaya geser terfaktor Vi di penampang yang
ditinjau akibat beban eksternal yang terjadi secara simultan dengan momen maksimum MmaXI
yang terjadi di tengah penampang tersebut, yaitu :

f c' Vi M cr f c'
Vci  bw d p  V d   bw d p
20 M maks 7 ............................... (7-11)

dimana :
Nilai dp diambil terbesar dari dp dan 0.8 h.
fce : Tegangan tekan di beton sesudah terjadinya semua kehilangan di serat ekstrim penampang
fc
dimana beban eksternal menyebabkan terjadinya tegangan tarik fce menjadi untuk
tegangan di pusat berat penampang
Vd : Gaya geser di penampang akibat beban mati tak terfaktor
Vci : Kuat geser nominal yang diberikan oleh beton pada saat terjadi retak tarik diagonal
akibat gabungan gaya geser vertikal dan momen
Vi : Gaya geser terfaktor di penampang akibat beban eksternal yang terjadi secara simultan
dengan Mmaks

xi
Persamaan untuk Mcr, yaitu momen yang menyebabkan retak lentur akibat beban eksternal,
dinyatakan dengan

 I  f c' 
M cr   c    f ce  f d 
 y t   2 
 ............................... (7-12)

dimana :
fce : Tegangan tekan beton akibat tekanan efektif sesudah terjadinya kehilangan di serat
ekstrim penampang dimana tegangan tarik ditimbulkan oleh beban eksternal, dalam
f ce  f c
satuan psi. Di pusat beton
fd : Tegangan akibat beban mati tak terfaktor di serat ekstrim penampang yang ditimbulkan
oleh berat sendiri saja dimana tegangan tarik diakibatkan oleh beban eksternal, psi
yt : Jarak dari sumbu berat ke titik ekstrim
Mcr : Bagian dari momen akibat beban hidup yang bekerja yang menimbulkan retak. Untuk
mudahnya, Ic/Iy dapat digantikan dengan Sb

7.8. Kuat Geser-Badan (Vcw)

Retak geser badan pada balok prategang disebabkan oleh tegangan tak tertentu yang dapat
dengan baik dievaluasi dengan menghitung tegangan tarik utama di bidang kritis. Tegangan
geser vc dapat didefinisikan sebagai tegangan geser badan vcw dan mencapai maksimum di
dekat pusat berat penampang cgc dimana retak diagonal aktual terbentuk.

Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung kuat geser nominal Vcw yang
diberikan oleh beton apabila terjadi retak diagonal yang diakibatkan tegangan tarik utama di
badan adalah

Vcw  0.3  
f c'  f pc bw d p  V p
............................... (X-13)

xii
dimana :
fpc : Tegangan tekan pada beton (setelah memperhitungkan semua kehilangan prategang)
pada titik berat penampang yang menahan beban luar atau pada pertemuan antara badan
dan flens, jika titik berat terletak pada flens.
Vp : Komponen vertikal dari prategang efektif di penampang yang berkontribusi dalam
menambahkan kekuatan lentur
dp : Jarak dari serat tekan ekstrim ke pusat berat baja prategang atau 0.8h manapun yang
terkecil

7.9. Penulangan Geser Badan


Untuk mencegah terjadinya retak diagonal pada komponen struktur prategang, apakah
akibat aksi geser badan atau geser lentur, penulangan harus digunakan. Penulangan geser
pada dasarnya melakukan empat fungsi utama, yaitu :
1. Penulangan tersebut memikul sebagian gaya geser terfaktor eksternal Vu
2. Penulangan tersebut membatasi perambatan retak diagonal
3. Penulangan tersebut menahan posisi batang tulangan utama longitudinal agar dapat
memberikan kapasitas pasak yang dibutuhkan untuk memikul beban lentur
4. Penulangan tersebut memberikan pengekangan terhadap beton di daerah tekan jika
sengkang yang digunakan adalah sengkang tertutup

7.10. Pembatasan Ukuran dan Jarak Sengkang


Agar setiap retak diagonal potensial dapat ditahan oleh sengkang vertikal, maka
pembatasan jarak maksimum untuk sengkang vertikal harus diterapkan sebagai berikut :
1. smaXI  ¾ h  600 mm, dimana h adalah tinggi total penampang
1
Vs  f c' bw d p
2. Jika 3 , jarak maksimum di (a) harus dibagi 2
2
Vs  f c' bw d p
3. Jika 3 , perbesar penampang

xiii
1
Vu   Vn  Vc
4. Jika 2 , luas minimum tulangan geser harus digunakan
Luas ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1 bw s
Av 
3 fy
Jika gaya prategang efektif Pe sama atau lebih besar daripada 40% dari kuat tarik penulangan
lentur, maka persamaan

A ps f pu s dp
Av 
80 f y d bw
Yang menghasilkan luas minimum perlu Av yang lebih kecil, dapat digunakan
5. Agar efektif, penulangan badan harus mampu memberikan panjang penyaluran penuh yang
dibutuhkan. Ini berarti bahwa sengkang atau jaring tulangan harus masuk ke daerah tekan
dan tarik, dikurangi persyaratan selimut bersih beton dan dibengkokkan 90o atau 135o pada
sisi tekan

7.11. Prosedur Desain Penulangan Badan Terhadap Geser


Berikut ini adalah rangkuman urutan langkah desain yang disarankan
Vu h
Vn 
1. Tentukan nilai kuat geser nominal yang dibutuhkan  pada jarak 2 dari muka
tumpuan.
2. Hitunglah kuat geser nominal Vc yang dimiliki badan dengan menggunakan salah satu
dari dua metode berikut :

(a). Metode Alternatif


fpe > 0.4 fpu
 Vu d p 
Vc   0.05 f c'  5  bw d p

 Mu 

1 Vu d p
f c' bw d p  Vc  0.4 f c' bw d p  1 .0
dimana 6 dan
Mu dan Vu dihitung pada
penampang yang sama dimana Mu ditinjau.

xiv
(b). Analisis lebih rinci, dimana nilai Vc diambil nilai terkecil diantara Vci (retak
geser akibat lentur) dan Vcw (retak geser badan )

f c' Vi M cr f c'
Vci  bw d p  V d   bw d p
20 M maks 7

Vcw  0.3  
f c'  f pc bw d p  V p

dimana :

I   f c' 
M cr   c   f ce  f d 
 yt   2 

Nilai dp diambil terbesar dari dp dan 0.8 h.
Vi : Gaya geser terfaktor di penampang akibat beban eksternal yang terjadi secara
simultan dengan Mmax
fce : Tegangan tekan di beton sesudah terjadinya semua kehilangan di serat ekstrim
penampang dimana beban eksternal menyebabkan terjadinya tegangan tarik fce
fc
menjadi untuk tegangan di pusat berat penampang

Vu
1
 Vc
3. Jika  2 , tulangan sengkang tidak dibutuhkan.

1 V
Vc  u  Vc
Jika 2  , gunakan tulangan minimum.
Vu Vu 2
 Vc Vs   Vc  f c' bw d p
Jika  dan  3 , desain baja tulangan sengkang.
Vu 2  2 
Vs   Vc  f c' bw d p Vu    V c  f c' bw d p 
Jika  3 atau jika  3  , besarkan
penampang

4. Hitunglah penulangan badan minimum. Jaraknya adalah s  0.75 h atau 600 mm,
diambil nilai terkecil
1 bw s
Av min 
3 fy
(konservatif)

xv
Jika fpe ≥ 0.4 fpu, nilai Av minimum yang lebih konservatif adalah nilai yang terkecil
diantara :

A ps f pu s dp
Av 
80 f y d p bw
Dimana dp ≥ 0.8 h, dan
1 bw s
Av 
3 fy
5. Hitunglah ukuran penulangan sengkang yang dibutuhkan dan jaraknya.
 V   1
Vs   u   Vc   f c' bw d p
Jika     6 , maka jarak sengkang s adalah yang
dibutuhkan berdasarkan rumus desain dalam langkah 6.
 V   1
Vs   u   Vc   f c' bw d p
Jika     6 , maka jarak sengkang s adalah setengah dari
jarak yang dibutuhkan oleh rumus desain dalam langkah 6.
Av f y d p
s  0.75 h  600 mm  s
 Vu 
minimum

   Vc
6.  

3 Av f y
s min 
dimana
bw s dari langkah 4

xvi
Mulai

Diketahui
bw, dp, f’c, fy, fps, fpu, Vu

 = 0.75

METODA DISAIN RINCI METODA ALTERNATIF


dp = dp atau dp = 0.85 h fpe > 0.4fpu
(diambil yang terbesar) dp = dp atau dp = 0.85 h
(diambil yang terbesar)
Vc diambil sebagai nilai terkecil diantara :
 Vu d p 
Vc   0.05 '
fc  5  b w dp
f'
c Vi M cr f'
c
 Mu 
Vci  b w d p  Vd   b w dp
20 M maks 7
1 ' '
fc b w d p  Vc  0.4 fc b w d p
dan 6

Vcw  0.3  '



fc  fcp b w d p  Vp Vu d p
 1.0
Mu
 
 Ic  f' 
M cr     c
 fce  fd

 yt  2 
 

Penampang Tidak perlu Tidak Vu 1 Ya Perbesar


 Vc
berikut tulangan badan
 2
penampang
Ya
Vu
V   Vc
Gunakan tulangan Ya Vu Tidak s 
badan minimum  Vc
yang diperlukan  2
 f' b d
3 c w p

Atau
Diketahui s  0.75h  600 mm Tidak
1 bw s
Hitung : A v min   Pilih tulangan badan
3 f
y
A v fy d p
Jika fpe ≥ 0.4 fpu
s
 Vu 
A ps fpu s dp    Vc
Av 
80 fy d p bw
  
Atau  0.75 h  600 mm  s minimum
1 bw s
A v min  
3 f
y Atau
 Vu 
Diambil yang terkecil,
  Vc  s

Dimana dp ≥ 0.8 h
Av 
  
 A v min
fy d p

Tidak  Vu   1 Ya
    Vc  
'
Penampang berikut V  fc b w d p
s
   6

Gunakan s=s/2 untuk Av


yang sama dengan
yang dihitung di atas

Selesai

Gambar 7. 8 Bagan Alir untuk Penulangan Geser Badan

xvii
Contoh Soal
1. Desainlah balok prategang pasca tarik seperti terlihat dalam gambar, agar aman terhadap
kegagalan geser!

457.2 mm

104.775 mm

34.925 mm

152.4 mm 152.4 mm

1016 mm
152.4 mm
1016 mm

cgc 537.46 mm
317.5 mm

152.4 mm
381 mm 478.54 mm
cgs
101.6 mm

20 m
457.2 mm

Adapun data-data yang digunakan adalah :


fpu = 1860 MPa
fy = 400 MPa
fpe = 1070 MPa
f c'
= 35 MPa
Aps = 13 tendon 7 kawat berdiameter ½ inchi
= 13 x 0.153 inchi = 1.989 inchi2 = 1283.22 mm2
As = 4 D19 = 1134.115 mm2
Panjang bentang, L = 20 m
WL kerja = 16 kN/m
WSD kerja = 1.5 kN/m
WD kerja = 5.75 kN/m
h = 1016 mm
dp = 918.464 mm
d = 955.04 mm
bw = 152.4 mm

xviii
ec = 381 mm
ee = 317.5 mm
Ic = 2.943 x 1010 mm4
Ac = 243225.32 mm2
Ic
r2 
Ac = 120998.92 mm2

cb = 478.54 mm
ca = 537.46 mm
Pe = 1371.19 kN

Penyelesaian :
Beban terfaktor, Wu = 1.2 D + 1.6 L = (1.2 x (1.5 + 5.75)) + (1.6 x 16)
= 34.3 kN/m
Wu L 34.3 x 20
Vu    343
Gaya geser di muka tumpuan, 2 2 kN
Vu 343
  457.33
Vn yang dibutuhkan =  0.75 kN

dp
 Kuat geser nominal pada daerah kritis ( 2 dari muka tumpuan)
dp 918.464
  459.232
2 2 mm

 457.33 x
20   459.232
2

1000  436.328
Vn
20 2  kN
dp
V  0.75 x 436.328  327.246 kN
Vu di 2 : n
f pe  0.4 f pu
Cek :
1070 MPa  0.4 x 1860  744 MPa
dapat menggunakan metoda Alternatif dan Rinci

xix
 METODA ALTERNATIF
 dp = 918.464 mm
 0.8 h = 0.8 x 1016 = 812.8 mm

Karena dp > 0.8 h, maka digunakan dp = 918.464 mm


 Vu d p 
Vc   0.05 f c'  5  bw d p
 Mu 
dp
 Momen ultimit di 2
 2

 34.3 x  459.232  
 459.232    1000    153.90
 343 x - 
 1000 

2

 
Mu =   kNm
Vu d p 327.246 x 918.464 x 10 3 Vu d p
  1.953 1
Mu 153.90 > 1, maka digunakan M u

Syarat batas Vc
1 1
Vc min  f c' bw d p  35 x 152.4 x 918.464 x 10 3  138.016
6 6 kN

Vc max  0.4 f c' bw d p  0.4 x 35 x152.4 x 918.464 x10 3  331.239


kN

Maka :
  
Vc  0.05 x 35  5 x1 152.4 x 918.464 x10 3

Vc  741.274 kN > Vc max  331.239 kN

digunakan : Vc = Vcmax = 331.239 kN

Vu 1
 Vc
 Cek :  2

327.246 1
 x 331.239
0.75 2
436.328 kN > 165.619 kN → Tulangan geser badan dibutuhkan

xx
Vu 327.246
Vs   Vc   331.239  105.089
 0.75 kN
2 2
f c' bw d p  35 x 152.4 x 918.464 x 10 3  552.064
3 3 kN > Vs = 105.089 kN
Tinggi penampang sudah memadai

Tulangan Badan Minimum


Karena fpe > 0.4 fpu, maka :

A ps f pu s dp Av A ps f pu dp
Av  
80 f y d p bw s 80 f y d p bw

Av 1283.22 x 1860 918.464
  0.199
s 80 x 400 x 918.464 152.4 mm2/mm
dan
1 bw s Av b
Av   w
3 fy s 3fy

Av 152.4
  0.127
s 3 x 400 mm2/mm
Av min 
 0.127
Maka digunakan s mm2/mm (diambil terkecil)

Tulangan Badan yang dibutuhkan


Av f y d p
s  0.75 h  600 mm
 Vu 
   Vc
 
Av f y d p
s
Vs

Av Vs 105.089 x 10 3
   0.286
s f y d p 400 x 918.464
mm2/mm

Digunakan diameter sengkang D10

xxi
As = 0.25 x x 102 = 78.54 mm2
Av
 0.286
s
Av 2 x 78.54
s   549.23
0.286 0.286 mm < 600 mm < (0.75 x 1016) mm

Cek :
 V   1
Vs   u   Vc   f c' bw d p
    6
1
Vs  105.089 x 10 3 kN  35 x152.4 x 918.464  135.016 x 10 3
6 kN
Jadi s/2 tidak perlu digunakan
Maka tulangan badan yang digunakan adalah D10-500 mm

 METODA RINCI
 Retak geser akibat lentur (Vi)

f c' Vi M cr f c'
Vci  bw d p  V d   bw d p
20 M maks 7
dimana :

 I  f c' 
M cr   c    f ce  f d 
 y t   2 

Pe  e cb 
f ce   1  2 
Ac  r 
dp
 Eksentrisitas tendon di 2 adalah :

e  317.5  381  317.5 x


459.322
 320.42
20000 2 mm
sehingga :
1371.19 x10 3  320.42 x 478.54 
f ce  1    12.78
243225.32  120998.92  N

xxii
 Beban mati tidak terfaktor akibat berat sendiri adalah WD = 5.75 kN/m

M D d p 2  
 
WD xl  x  5.75 x 459.232 x 10 3 x 20  459.232 x 10 3


 25.80
2 2 kNm
 Tegangan akibat beban mati tak terfaktor di serat beton ekstrim, dimana tegangan tarik
ditimbulkan akibat beban eksternal adalah :
M D dp / 2  cb 25.80 x 10 6 x 478.54
fd    0.420
Ic 2.943 x 1010 N
Sehingga :

 2.943 x 1010   35 
M cr      12.78  0.420  x10 6  942.053
 
 478.54   2  kNm
dp
Gaya geser akibat berat sendiri di 2 adalah
l   20 

Vd  WD   x   5.75 x  459.232 x 10 3   54.86 
2   2  kN

Diketahui beban kerja tambahan :


WL kerja = 16 kN/m
WSD kerja = 1.5 kN/m
Wu  1.2WSD  1.6WL  1.2 1.5  1.6 16  27.4
kN/m
Gaya geser terfaktor di penampang tersebut akibat beban eksternal yang bekerja secar simultan
dengan Mmaks adalah :
l   20 

Vi  Wu   x   27.4  459.232 x 10 3   261.72 
2   2  kN

M maks 
 
Wu xl  x  27.4 x 459.232 x10 3 20  459.232 x10 3

 
 122.94
2 2 kNm
Maka :

Vci 
35
x152.4 x 918.464  54.86 x 10 3  
261.72 x10 3 942.053x10 6   35 x152.4 x918.464
20 122.94 x10 6  7

Vci  2474391.673 N  118299.549 N

xxiii
Vci  2474.392 kN  118.30 kN

 Retak geser badan (Vcw)

Vcw  0.3  
f c'  f pc bw d p  V p

Pe 1371.19 x 10 3
f pc    5.64
Ac 243225.32 MPa
Vp = Komponen vertikal gaya prategang di penampang
 381  317.5 
V p  Pe tan  1371.19 x    8.71
 20000 2  kN
Maka :
   
Vcw  0.3 35  5.64 x 152.4 x 918.644 x 10 3  8.71  494.07 kN

Nilai Vc diambil sebagai nilai terkecil diantara Vci dan Vcw


Dalam hal ini, nilai retak geser lebih menentukan, sehingga Vc = Vcw = 494.07 kN
Jika dibandingkan dengan metoda alternatif, dimana Vc = 331.239 kN, maka metoda rinci
lebih konservatif hasilnya.

Vu
1 1
 Vc  436.328  494.07
Cek :  2 2 → tulangan geser badan dibutuhkan
Vu
Vs   Vc  436.328  494.07  57.742
 kN → digunakan tulangan geser minimum

Tulangan Badan Minimum


Karena fpe > 0.4 fpu, maka :

A ps f pu s dp Av A ps f pu dp
Av  
80 f y d p bw s 80 f y d p bw

Av 1283.22 x 1860 918.464
  0.199
s 80 x 400 x 918.464 152.4 mm2/mm
dan

xxiv
1 bw s Av b
Av   w
3 fy s 3fy

Av 152.4
  0.127
s 3 x 400 mm2/mm
Av min 
 0.127
Maka digunakan s mm2/mm (diambil terkecil)

 Tulangan Badan yang dibutuhkan


Av f y d p
s  0.75 h  600 mm
 Vu 
   Vc
 
Av f y d p
s
Vs

Av Vs 105.089 x 10 3
   0.286
s f y d p 400 x 918.464
mm2/mm

Digunakan diameter sengkang D10


As = 0.25 x x 102 = 78.54 mm2
Av
 0.286
s
Av 2 x 78.54
s   549.23
0.286 0.286 mm < 600 mm < (0.75 x 1016) mm

Cek :
 V   1
Vs   u   Vc   f c' bw d p
    6
1
Vs  105.089 x 10 3 kN  35 x152.4 x 918.464  135.016 x 10 3
6 kN
Jadi s/2 tidak perlu digunakan
Maka tulangan badan yang digunakan adalah D10-500 mm

xxv
DAFTAR PUSTAKA

Yulianti, R . 2017.Beton Prategang.Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

xxvi

Anda mungkin juga menyukai