Napsa
Napsa
MODUL
“GANGGUAN TIDUR”
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
MODUL 3
GANGGUAN TIDUR
A. SKENARIO
Seorang wanita 31 tahun, ibu rumah tangga datang ke poliklinik
dengan keluhan susah tidur. Selain itu juga mengeluh sesak napas,
jantung berdebar-debar, serta leher tegang. Ia juga mengeluhkan
pada banyak hal walaupun sudah berusaha mengontrolnya ini dialami
sejak beberapa tahun terakhir.
B. KATA KUNCI
1. Wanita, 31 tahun
2. Susah tidur
3. Sesak napas, jantung berdebar-debar, dan leher tegang
4. Dialami sejak beberapa tahun terakhir
C. PERTANYAAN
1. Definisi gangguan tidur?
2. Definisi tidur?
3. Bagaimana fisiologi tidur?
4. Klasifikasi gangguan tidur?
5. Penyebab gangguan tidur?
6. Bagaimana mekanisme dari susah tidur, jantung berdebar,
sesak napas & leher tegang?
7. Bagaimana hubungan dari susah tidur dengan gejala yang lain?
8. Bagaimana penanganan secara umum dari gangguan tidur?
D. MIND MAP
BAB II
PEMBAHASAN
GANGGUAN CEMAS
2. Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan
pencarian peran serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress
dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada
prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus
lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan
obat-obatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan
obsesif kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga
menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas.
Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan
dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada
korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
3. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari
efektivitas obat-obatan benzodiazepine, yang meningkatkan
aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A. Walaupun
benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti
alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan
serangan panic
Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik
pasien gangguan anxietas menyeluruh dan gangguan depresi mayor
pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
penderita juga mengalami gangguan yang sama. Sedangkan
penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada
kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.
Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang
paling primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek
cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi dihubungkan dengan
kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi
berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan
pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).
Teori Kognitif Perilaku
Penderita berespon secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negatif pada lingkungannya, adanya distorsi pada pemrosesan
informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan
diri untuk menghadapi ancaman.
Neurosis anxietas
Reaksi anxietas
Keadaan anxietas
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
( DSM-IV-TR)
Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-IV TR :
A. Kecemasan dan kekhawatiran berlebihan (harapan yang
mengkhawatirkan), terjadi lebih banyak dibandingkan tidak selama
paling kurang 6 bulan, tentang sejumlah peristiwa atau aktivitas
(seperti pekerjaab atau prestasi sekolah).
B. Orang kesulitan untuk mengendalikan kekhawatiran.