Anda di halaman 1dari 6

A.

PENGERTIAN FRASE

Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Satuan gramatikal akan menulis dan
menyampaikan berita merupaka frase karena anggota pembentuk satuan bahasa tidak
menjabat subjek dan juga tidak menjabat predikat. Istilah lain yang sering digunakan dalam
linguistik Indonesia adalah kelompok kata. Di dalam gramatikal (grammar) frasa
merupakansalah satu konstituen (constituent) dari tataran (level) sintaksis. Atau dengan kata
lain frasa merupakan bagian dari konstruksi sintaksis.Menurut Ramlan (1985), frase adalah
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur
klausa. Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O,
pelengkap dan keterangan. Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri
dari beberapa fungsi yaitu, Eka menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P,
majalah menduduki fungsi O dan di ruang tamu menduduki fungsi keterangan.

Menurut Elson dan Pickett (1983), “A phrase is a unit potentially composed of two of
more words but which does not have the propositional characteristic of a sentence”. (Sebuah
frasa ialah satuan yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mempunyai
cirri-ciri proposisi sebuah kalimat). Sedangkan menurut Kridalaksana (1984), frasa ialah
gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat
renggang; misalnya gunung tinggi adalah frasa karena merupakan konstruksi non-predikatif.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri utama frasa ialah:

 Gabungan dua kata atau lebih, dan


 Gabungan kata-kata dalam suatu frasa tidak bersifat predikatif.

Di dalam kalimat “Dokter tua bangka membaca buku cerita komik”. Misalnya terdapat dua
kelompok dua kelompok gabungan kata yang tidak predikatif, yaitu: Dokter tua bangka dan
buku cerita komik. Dengan demikian, maka kedua gabungan kata tersebut dapat digolongkan
sebagai masing-masing sebuah frasa (Dola, 2004).

Frasa tidak dibatasi oleh jumlah kata atau oleh panjang-pendeknya satuan. Frasa bisa
terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, enam kata, dan seterusnya. Seperti
contoh-contoh berikut:

 Buku saya
 buku sejarah saya
 buku pelajaran sejarah saya
 buku sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

B. JENIS-JENIS FRASE

Frase dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi sifat hubungan konstituennya dan
dari segi kategori gramatikalnya.Tinjauan frase dari segi sifat hubungan konstituennya
terbagi atas frase endosentris dan frase eksosentris, sedangkan tinjauan frase dari segi
gramatikalnya terbagi atas frase nominal (FN), frase verbal (FV), frase adjektiva (FA), frase
numeral (FNum) dan frase adverbial (FAdv) sesuai bentuk dan perilakunya masing-masing.
(Elson dan Pickett, 1983; Anderson, 1989; Parera 1991.
a) Jenis-Jenis Frase Berdasarkan Hubungan Konstituennya

1. Frase Endosentris

Frase endosentris (endosentric phrase) ialah frase yang keseluruhannya mempunyai


perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya. (Kridalaksana, 1984). Frase
endosentris adalah frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:20-21). Artinya adalah
salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.

Menurut Parera (1991), frase endosentris ialah frasa yang satuan konstruksinya
berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. Sedangkan menurut Ramlan, frase
endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua
unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gabugan kata


seperti: baik sekali, sebuah mangga, saban bulan, dan hampir terbenam, tergolong ke dalam
jenis frase endosentris. Unsur-unsur atau satuan-satuan konstruksi dalam gabungan-gabungan
kata tersebut berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya masing-masing. Frase
endosentris dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1) Frase Endosentris Koordinatif, Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase koordinatif
adalah frase endosentris berinduk banyak, yang secara potensial komponennya dapat
dihubungkan dengan partikel dan, ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif, seperti baik
…maupun dan makin … makin (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25). Kategori frase
koordinatif sesuai dengan kategori komponennya. Contoh: (a) Kaya atau miskin, kaya
ataupun miskin, kaya dan miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat, untuk dan atas nama klien; (b)
Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak suka, makin pagi makin baik, makin tua
makin bermutu. Perhatikan bahwa kata yang dapat digabungkan hanya kata yang berkategori
sama, seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik. Dan jika tidak
menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis, seperti tua muda, besar kecil,
hilir mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya
miskin.

2) Frase Endosentris Atributif, berbeda dengan endosentrik koordinatif, frase golongan ini
terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya :

a. Pembangunan lima tahun

b. Sekolah Inpres

c. Buku baru

d. Pekarangan luas

e. Orang itu

f. Malam ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan, sekolah,
buku, pekarangan, orang, malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur yang
terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr).

3) Frase Endosentris Apositif, frase apositif adalah frase yang unsurnya bisa saling
menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungkan dengan kata dan atau atau. Menurut
Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase apositif adalah frase endosentris berinduk banyak
yang secara luar bahasa komponennya menunjuk pada wujud yang sama.Frase ini memiliki
sifat yang berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang atributif. Dalam frase
endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau, dan dalam endosentrik yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Dalam frase Surti anak pak Tejo unsur-unsurnya
tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur
yang satu dalam hal ini unsur anak pak Tejo, sama dengan unsur lainnya, yaitu sama dengan
unsur Surti. Karena sama, unsur anak pak Tejo dapat menggantikan unsur Surti. Contoh :
Surti sedang belajar, artinya sama dengan anak pak Tejo sedang belajar. Unsur Surti
merupakan UP, sedangkan unsur anak pak Tejo merupakan aposisi (Ap).

2. Frase Eksosentris

Menurut Kridalaksana (1984), frase eksosentris (exocentris phrase) ialah frase yang
keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya
(konstituennya); frase ini mempunyai dua bagian, yang pertama disebut perangkai berupa
preposisi atau partikel lain si atau partikel yang dan yang kedua disebut sumbu berupa kata
atau kelompok kata. Sedangkan menurut Ramlan, frase eksosentris adalah frase yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan 1985:142). Jadi,
gabungan-gabungan kata seperti: di rumah, ke sekolah, yang tidur terus, dan tentang
linguistik, tergolong jenis frase eksosentris. Konstituen di, ke, yang, dan tentang, pada frase-
frase itu merupakan perangkai; sedangkan konstituen rumah, sekolah, tidur terus, dan
linguistik, pada frase-frase itu merupakan sumbu.Berdasarkan struktur internalnya, frase
eksosentris ini disebut juga relater-axis atau frase relasional. Dan berdasarkan posisi
penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frase eksosentris atau frase relasional
dapat dibagi atas :

1) Frase Preposisi, frase preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di
bagian depan (Tarigan 1984:94). Contoh frase preposisi adalah dengan baik, sejak kemarin,
di samping. Pada umumnya frase proposisional berfungsi sebagai keterangan.

2) Frase Posposisi, frase posposisi atau post-position adalah frase yang penghubungnya
menduduki posisi di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia.
Salah satu bahasa yang mempunyaai frase ini adalah bahasa Jepang.

3) Frase Preposposisi, frase preposposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki


posisi di bagian depan dan di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa
Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan frase ini adalah bahasa Karo. Contoh : i
juma nari ”dari ladang”
b) Jenis-Jenis Frase Berdasarkan Kategori Gramatikalnya

1. Frase Nominal (FN)

Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (Ramlan
1985:145). Menurut Kridalaksana (1984), frase nominal (noun phrase, nominal phrase) ialah
frase endosentris yang berinduk satu yang induknya nomina. Sedangkan menurut Anderson
(1989), frase-frase nominal menggambarkan peserta (orang, benda) yang diikutsertakan di
dalam peristiwa-peristiwa (klausa-klausa, kalimat-kalimat), biasanya nomina yang menjadi
gatra induk (inti), tetapi gatra tersebut boleh juga mengandung pronominal atau nama sebagai
induk (inti).

Dengan demikian, gabungan-gabungan kata seperti; produksi dalam negeri dan pohon cemara
tinggi, tergolong frasa nominal (FN), karena konstituennya produksi dalam frasa produksi
dalam negeri dan konstituen pohon dalam frasa pohon cemar tinggi masing-masing
merupakan inti (induk) frasa yang berkategori gramatikal nomina (jenis kata benda). Contoh ,
Ia membeli baju baru. Frase baju baru dalam klausa diatas mempunyai distribusi yang sama
dengan kata baju. Kata baju termasuk golongan kata nominal. Karena itu, frase baju baru
termasuk golongan frase nominal.

2. Frase Verbal (FV)

Frase verbal atau frase golongan V adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata verbal. Menurut Kridalaksana (1984), frase verbal (verbal phrase) ialah frase
endosentris berinduk satu yang induknya verba dan modifikatornya berupa pertikel modal,
ingkar dan adverbial. Frase verbal sering pula disebut frase kerja. Contoh : Rahmat sedang
makan roti di ruang tamu. Frase sedang makan dalam klausa di atas mempunyai distribusi
yang sama dengan kata makan. Kata makan termasuk golongan V. Karena itu frasse sedang
makan juga termasuk golongan V. Contoh lain : akan pergi, dapat menyanyi, sedang makan.

3. Frase Numeral (FNum)

Frase numeral atau bilangan adalah frase yang mempuyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan dan selalu terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata satuan. Menurut Ramlan
(1985:162), frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan. Misalnya frase dua ekor dalam dua ekor ayam, frase ini mempunyai distribusi yang
sama dengan dua, persamaan tersebut dapat dilihat dari jajarannya : dua ekor ayam,dua ayam.
Kata dua termasuk golongan kata bilangan, karena itu frase dua ekor ayam termasuk ke
dalam golongan frase bilangan. Contoh lain : Lima botol minyak goreng, tujuh drigen bensin.

4. Frase Adverbial (FAdv), frase adverbial atau keterangan adalah frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya frase tadi pagi Akbar pergi kuliah.
Frase tadi pagi mempunyai distribusi yang sama dengan kata tadi. Persamaan tersebut dapat
dilihat dari jajarannya : Tadi pagi Akbar pergi kuliah, Tadi Akbar pergi kuliah. Kata-kata
seperti tadi, kemarin, nanti, besok, lusa, sekarang adalah kata-kata keterangan. Contoh lain :
kemarin pagi paman datang, besok saya pergi ke Cairo.

5. Frase Adjektiva (FA), frase adjektiva ialah frase endosentris berinduk satu yang
induknya adjektiva dan modifikatornya adverbial (Kridalaksana, 1984). Jika di dalam bahasa
Indonesia kata-kata seperti ; besar, baik, tinggi, tergolong adjektiva (kata sifat) dan kata-kata
seperti sangat, lebih, kurang, tergolong adverbial maka gabungan kata seperti ; sangat besar,
lebih baik, kurang tinggi, termasuk jenis frasa adjektiva karena terdiri dari kata adjektif dan
adverb.

C. CIRI-CIRI FRASE.

Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :

1. Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.


2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat Non-predikatif.
5. Konstistuen frasa adalh kata (bukan morfen).
6. Hanya menduduki atau mengisi satu fungsi.
7. Merupakan konstituen klausa.
8. Bagian-bagian frasa tidak boleh ditukar atau dibalik susunannya.
9. Frasa dapat diperluas dengan tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
10. Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul, Sintaksis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009.


H. P. Achmad. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Tanggerang : PT Pustaka Mandiri.
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo
http://rachmadrivai.wordpress.com/2011/05/07/sintaksis-bahasa-indonesia-frase/.
RESUME
KAJIAN KEBAHASAAN
“FRASE”

NAMA : Siti Nurul Fadilah


NIM : 17129266
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Darnis Arief M.Pd
17 BKT 09
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Anda mungkin juga menyukai