ASKEP Post Apendik
ASKEP Post Apendik
PENDAHULUAN
terjadi, apendik adalah peradangan yang terjadi pada apendik vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering, apendik disebut juga
mumbai cacing (apendik), usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi
Jong, 2005).
yang tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu
penyebab lainnya antara lain; hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit
sebagai faktor pencetus. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
1
keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, benda asing dalam
tubuh dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun,
diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan
terjadi.
mucin atau cairan mucosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal
terkana intra mukosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan
supuratif yang menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks. Selain
infeksi, appendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain
tidak tertangani segera maka dapat terjadi perforasi dan diperlukan tindakan
perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peronitis atau abses. Insiden
2
perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 38,5 C atau lebih tinggi, penampilan toksis dan nyeri
Apendisitis atau radang apendiks merupakan kasus infeksi intra abdominal yang
didiagnosa per tahun, rata-rata usia anak yang mengalami apendisitis adalah 10
(Santacroce & Craig, 2007). Insiden apendik di Negara maju lebih tinggi daripada
apenditis di Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan
(Haryono, 2012).
urutan keempat tahun 2006 setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis. Kelompok
usia yang umumnya mengalami apendisitis yaitu pada usia 10 – 30 tahun (DepKes
RI, 2006).
3
Sedangkan data yang ada pada rekam medik di RSUD. H. Abdul Manan
Operasi Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
4
d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien An. A dengan Post Operasi
Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
Operasi Apendisitis.
lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah
Apendisitis .
secara komferehensif.
5
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Defenisi
Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi
apendiks oleh feses atau akibat terputusnya apendiks dan pembuluh darahnya
(Mansjoer, 2009).
kantung buntu yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya
disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks (Brunner & Suddarth, 2005).
66
appendiktomi dapat disimpulkan adalah tindakan pembedahan yang berfungsi
cm (4 inci), lebar 0,3-0,7 cm yang melekat pada sekum tepat di bawah katup
pada bagian distal. Appendiks adalah tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum atau
berbentuk kantung buntu di bawah tautan antara usus halus dan usus besar di
Cara kerja usus besar dipengaruhi oleh pergerakan usus besar yang dibagi
menjadi :
Sisa – sisa makanan dapat melalui usus besar dikarenakan gerakan dari
haustrum atau yang dikenal sebagai “haustral churning”. Seperti usus halus
yang memilki segmen, usus besar juga memiliki haustra yang merupakan
kantung haustra terisi sisa makanan, dinding otot usus besar akan berkontraksi
Kontraksi haustra biasanya terjadi selama 30 detik dan akan menghilang pada
pembentukan feses.
7
2. Gerakan massa ( Mass Movement )
Movement ). Makana yang dikonsumsi tiga atau empat kali sehari dan mengisi
lambung, akan mendorong sisa makanan atau feses bergerak maju sepertiga
atau tiga perempat menuju rektum. Gerakan ini dirangsang oleh sistem saraf
orang buang air besar. Biasanya reflek ini paling sering terjadi pada pagi hari
dan hal ini pula yang menjelaskan mengapa terkadang orang justru merasa
ingin buang air besar setelah makan. Reflek gastrokolik juga memicu
perpindahan massa atau isi dari organ pencernaan yang satu ke organ
pencernaan yang lain, misalnya dari lambung ke usus halus dan dari usus
3. Defekasi
bagian rektum usus besar untuk meregang dan mengawali proses defekasi.
sisa makanan atau feses dari dalam tubuh. Gerakan massa akan mendorong
sisa makanan dalam kolon menuju rektum dan memicu reflek defekasi.
hingga kelabu. Permukaan dalam atau mukosa appendiks secara umum sama
dengan mukosa pada kolon, berwarna kuning muda, bernodular, dan terdapat
8
komponen limfoid yang prominen. Jaringan limfoid terdapat di dinding mukosa
(mesenter pendek yang melekat pada usus halus). Mesoappendiks berisi pembuluh
bagian bawah arteri ileocoli. Arteri appendiks termasuk end arteri. Aliran balik
darah pada appendiks melalui vena apendiseal cabang dari vena ileocoli berjalan
yang mempersarafi appendiks terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
terjadi, apendik adalah pandangan yang terjadi pada apendik vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering, apendik disebut juga
kantung buntu yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya
disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks (Haryono, 2012). Jadi dapat
9
(kantung buntu yang berhubungan dengan akhir secum) yang disebabkan oleh
memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar-
sekitar umbilicus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu
makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada
titik ini nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
nyeri lepas disertai rigiditas pada titik Mc Burney sensitive untuk apendisitis
akut. Komplikasi dari apendisitis akut yang paling sering terjadi adalah
perforasi.
ditemukan 3 hal yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran
dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada dinding
dialami oleh pasien apendisitis kronis tidak jelas dan progresifnya lambat.
10
Terkadang pasien mengeluh merasakan nyeri pada kuadran kanan bawah yang
2.1.4 Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terbanyak, adanya faekolit dalam lumen appendiks, adanya benda asing seperti
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
11
2.1.5 Patofisiologi
Apendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Apendicitis
Ke peritonium
Pembengkakan dan
iskemia
Peritonitis
Perforasi
Pembedahan operasi
Luka insisi
12
2.1.6 Tanda Dan Gejala
anak yang mengalami apendisitis antara lain; nyeri periumbilikal, mual, muntah,
nafsu makan menurun, demam, dan nyeri tekan pada kuadaran kanan bawah
Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui
melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump
Sign. Rovsing’s sign yaitu nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah perut
ketika dilakukan penekanan dan pelepasan pada bagian kiri perut. Psoas sign
nyeri yang dirasakan pada saat dilkukan hiperekstensi pada paha kanan. Jump
Sign merupakan tanda nyeri yang dirasakan pada kudran kanan bawah perut saat
Rothrock (2000) antara lain nyeri, muntah, demam, diare, nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah abdomen dan nyeri tekan menyebar. Tanda gejala klinis
anak yang mengalami apendisitis lainnya yaitu nyeri tekan lokal pada titik
McBurney, yaitu pada titik pertengahan pada garis antara spina iliaka anterior
Menurut Nanda (2013) di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
disertai adanya demam derajat rendah sekitar 37,5-38,50C. Selain gejala klasik,
13
ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis,
timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendik ketika meradang berikut
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan tindakan seperti berjalan, bernafas dalam,
batuk dan mengedan nyeri ini timbul karen adanya kontraksi M.psoas mayor
Bila apendik terletak didekat atau menempel pada rectum akan timbul gejala
3. Bila apendik terletak didekat atau menempel pada kandung kemih dapat
leukosit yang biasanya meningkat dari rentang nilai normal. Nilai leukosit
Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada kasus
14
55% kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan gambaran photo polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adalah adanya massa
pemeriksaan barium enama dapat juga dipakai pada kasus-kasus tertentu cara
ini sangat bermanfaat dalam menentukan lokasi sakum pada kasus “Bizar”.
kanan bawah atau tingkat aliran udara setempat. Temuan dari hasil USG
apendisitis dapat terjadi. Jika suhu lebih dari 39°C, menandakan infeksi oleh
b. Uji psoas dan uji obturator : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
letak apendik yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot
psoas lewat hiperekstensi sendi panggul atau fleksi aktif sendi panggul
15
panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. pemeriksaan
a. Sebelum operasi
1. Observasi : Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendisitis sering kali belum jelas, dalam hal ini observasi ketat perlu
lainnya, pemeriksaan abdomen dan rectal darah (leukosit dan hitung jenis)
diulang secara periodik. Photo abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk
b. Operasi
1. Apendiktomi
16
beberapa hari, apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif
c. Pasca operasi
2. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
4. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan
7. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
8. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
17
2.1.9 Komplikasi
terutama komplikasi yang dengan perforata. Menurut Smeltzer dan Bare (2002),
perut bagian dalam dan organ-organ di dalam rongga perut. Peradangan ini
disebabkan oleh bakteri dari dalam usus buntu yang pecah. Gejalanya meliputi
sakit perut yang parah dan terus-menerus, muntah, detak jantung cepat,
demam, daerah perut yang membengkak, serta napas pendek dan terengah-
2. Abses pelvis atau lumbal : Evaluasi adanya anoreksi, menggigil, demam, dan
drainase operatif.
4. Ileus : Kaji bising usus. Lakukan intubasi dan pengisapan nasogastrik. Ganti
cairan dan elektrolit dengan rute intravena sesuai program. Siapkan untuk
18
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan
kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
b. Lingkup Masalah Keperawatan berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien
post apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan
aktifitas.
c. Riwayat Penyakit.
pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah
saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat
19
2. Riwayat Kesehatan Dahulu : Berisi pengalaman penyakit sebelumnya,
keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien, dikaji pula
perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas
gangguan dalam hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap
menjalani operasi.
ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi
untuk kesembuhannya.
20
b) Pola tidur dan istirahat : Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri
karena rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena harus
mengatasi masalah.
selama sakit.
dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat
tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil
apendiks.
21
1. Sistem Pernapasan klien post apendiktomi akan mengalai penurunan atau
muntah, konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus.
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan
operasi.
jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral
karena tirah baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur
awal). Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
22
7. Sistem Persarafan umumnya klien dengan post apendiktomi tidak
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
2.2.3 Perencanaan
23
Rencana keperawatan pada klien dengan Post operasi Apendiksitis
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
NOC NIC
NOC : Tingkat kenyamanan 1. Kaji secara komprehensif
tentang nyeri, meliputi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, frekuensi.
1. Nyeri terkontrol / hilang 2. Ajarkan teknik relaksasi.
2. Klien tampak rileks 3. Berikan analgetik untuk
3. Ekspresi wajah tidak tegang : mengurangi nyeri.
Skala 4. Tingkatkan istirahat atau tidur
1) Berat untuk memfasilitasi
2) Agak berat managemen nyeri.
3) Sedang 5. Observasi reaksi non verbal
4) Sedikit ketidaknyamanan.
5) Tidak ada gangguan
NOC NOC
NOC : cairan adequate, 1. Catat karakteristik muntah dan
banyaknya pendarahan.
Kriteria hasil yang diharapkan: 2. Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
1. mempertahankan Monitor intake dan output cairan.
keseimbangan cairan kelembaban 3. Tinggikan kepala selama minum obat.
membran mukosa, turgor kulit 4. Berikan cairan jenuh/lembut jika
baik, tanda-tanda vital stabil dan masukan dimulai lagi, hindari
secara individual haluaran urin minuman yang berkafein dan
adekuat. berkarbon.
5. Pertahankan tirah baring
6. Kolaborasi dengan pemberian cairan
sesuai indikasi
24
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan.
NOC NIC
Tujuan : Tidak terjadi infeksi. 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kriteria hasil : pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi. 3. Batasi pengunjung bila perlu
2. Menunjukan kemampuan 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
untuk mencegah timbulnya mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi. setelah berkunjung meninggalkan
3. Jumlah leukosit dalam batas pasien
normal. 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
4. Menunjukan perilaku hidup cuci tangan
sehat. 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
25
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif.
NOC NIC
Kriteria Hasil : 1. kaji dan dokumentasikan tingkat
1. Ansietas berkurang, dibuktikan kecemasan pasien, termasuk reaksi
oleh tingkat ansietas hanya ringan fisik setiap
sampai sedang dan selau 2. kaji untuk factor budaya yang
menunjukkan pengendalian diri menjadi penyebab ansietas
terhadap ansietas, diri, koping. 3. gali bersama pasien tenteng tehnik
2. Menunjukkan pengendalian diri yang berhasil dan tidak berhasil
terhadap ansietas; yang dibuktikan menurunkan ansietas dimasa lalu
oleh indicator sibagai berikut: 4. reduksi ansietas (NIC);
menentukan kemampuan
pengambilan keputusan pasien
NOC NIC
Kriteria hasil : 1. pantau hidrasi (turgor kulit,
1. pasien akan menunjukkan kelembaban membrane mukosa)
termoregulasi yang dibuktikan 2. pantau TD, Nadi dan pernapasan
oleh indicator sebagai berikut: 3. kaji ketepatan jenis pakaian yang
ganguan eksterm : digunakan sesuai dengan suhu
berat lingkungan
sedang 4. untuk pasien bedah:
ringan 5. dapatkan riwayat hipertermi
tidak ada gangguan maligma, kematian akibat anastesi,
atau demam pasca bedah pada
indivudu atau keluarga
6. pantau tanda hipertermi maligna
7. regulasi suhu:
8. pantau suhu minimal setiap dua
26
jam sesuai dengan kebutuhan
9. pasang alat pantau suhu inti tubuh
kontinuou, jika perlu
10. pantau warna kulit dan suhu.
11. Lakukan tapid sponge.
NOC NOC
Kriteria hasil yang diharapkan 1. memberikan informasi pada pasien
menyatakan pemahaman proses untuk merencanakan kembali
penyakit, pengobatan, dan potensial rutinitas biasa tanpa menimbulkan
komplikasi, Berpartisipasi dalam masalah.
program pengobatan. 2. mencegah kelamahan,
meningkatkan penyembuhan dan
mempermudah kembali ke aktivitas
normal.
3. pemahaman meningkatkan
kerjasama dengan program terapi.
Meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.
4. upaya intervensi menurunkan
resiko komplikasi serius, contoh
lambatnya penyembuhan,
peritonitis.
perawat. Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan, fase
27
d) Melanjutkan pengumpulan data
merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat
Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
Untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk dapat menilai apakah tujuan ini
b) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi
c) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
28
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. Biodata
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. A Nama : Tn.D
Umur : 16 Tahun Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Hub.dgn pasien : Ayah pasien
Status Perkawinan : Belum menikah Pekerjaan : PNS
Suku : Batak Alamat : Jl. Wahidin No.14
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Gol. Darah :-
Alamat : Jalan Wahidin No 14
Provocative / Palliative
nyeri
Quantity / Quality
29
Kulit dengan suhu 380C.
Regional
3. Scale :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Ringan
4-6 : Sedang
7-9 : Berat
10 : Sangat Berat
4. Timing :
c. Frekwensi
d. Durasi
30
1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan tidak ada penyakit
4.Lamanya di operasi :-
VI. Genogram.
31
Keterangan:
: Perempuan : pasien
c. Konsep diri
dideritanya.
32
5. Personal identity : pasien berperan sebagai anak dan sebagai pelajar.
d. Keadaan emosi
22x/menit.
Batuk (-).
hangat.
4. Persyarafan
33
mual dan muntah, belum ada BAB saat tindakan operasi.
yang di berikan.
X. Aspek Psikososial.
lingkungan baru.
34
XI. Hasil Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik.
1. Laboratorium
Tabel 1.
Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2.
Penatalaksaan Terapi Medis
Nama Obat Dosis Manfaat dan Efek Samping
IVFD Ringer 20 tetes/ menit Manfaat: Sebagai keseimbangan cairan dan
Laktat Elektrolit
ES : udema, infeksi
Ceftriaxon 1 gr/12 jam Manfaat: Sebagai anti biotik
Es : Gangguan saluran pencernaan
Inj novalgin 0,5-1 ml/8 jam Untuk menurunkan suhu tubuh pada saat
demam.
Paracetamol 500 mg/8 jam Penurun demam
Metronidazole 7,5 mg/8 jam Mengobati beberapa kondisi akibat infeksi
bakteri
Tabel 3.
Analisa Data
35
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Apendisitis perforasi Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri
pada bagian abdomen tindakan bedah
kanan bawah dengan skala apendisitis
6
post operasi
DO:
Pesien tampak meringis luka operasi sepanjang
kesakitan dan gelisah, 8 cm tertutup balutan
Skala nyeri 6, nyeri kasa
terutama saat bergerak,
tampak adanya luka insisi nyeri akut
apendiktomi,
Tanda-tanda vital :
TD : 120/60
RR : 22x/mnt
HR : 80x/mnt
resiko infeksi
36
XIII. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada bagian abdomen kanan bawah dengan skala 6, pasien
tampak meringis kesakitan dan gelisah, skala nyeri 6, nyeri terutama saat
ditandai dengan tampak adanya luka insisi, tampak balutan luka operasi
apendisitis
dan adanya luka insisi ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya
pasien teraba hangat, suhu 38,60C, pasien tampak gelisah, wajah tampak
37
XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC NOC
38
8. Lakukan perubahan posisi, amp/8 jam
masase punggung, dan relaxasi. Metronidazole 1x 250
mg/8 jam
Paracetamol
4. mengatur posisi pasien miring
kiri dan kanan
5. menganjurkan pasien untuk
beristirahat (tidur di siang hari)
Hipertermi berhubungan NOC : 1. Monitor suhu sesering mungkin 1. memonitor suhu sesering
dengan respon sistemik dari 1. Thermoregulation 2. Monitor IWL mungkin T : 38,60C
penyakit atau trauma dan 3. Monitor warna dan suhu kulit 2. memonitor warna dan suhu
adanya luka insisi ditandai Kriteria Hasil : 4. Monitor tekanan darah, nadi dan kulit hangat
dengan ibu pasien 1. Suhu tubuh dalam rentang RR 3. memonitor tekanan darah,
mengatakan anaknya normal 5. Monitor penurunan tingkat nadi dan RR
mengalami demam setelah 2. Nadi dan RR dalam rentang kesadaran TD : 120/60 mmHg
operasi. Pasien mengeluh normal. 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct RR : 22x/mnt
badannya panas, kulit pasien 3. Tidak ada perubahan warna 7. Monitor untake dan output HR : 80x/mnt
teraba hangat, suhu 38,60C, kulit dan tidak ada pusing. 8. Berikan anti piretik T : 38,60C
2 pasien tampak gelisah, wajah 9. Berikan pengobatan untuk 4. memonitor intake dan output
tampak merah, bibir kering. mengatasi penyebab demam intake tidak adekuat
10. Selimuti pasien untuk mencegah 5. memberikan antipiretik
hilangnya kehangatan tubuh. memberikan pct 500 mg
11. Lakukan tapid sponge 6. memberikan pengobatan
12. Kolaborasi pemberian cairan untuk mengatasi penyebab
intravena demam
13. Kompres pasien. 7. menyelimuti pasien
14. Tingkatkan sirkulasi udara 8. berkolaborasi pemberian
15. Berikan pengobatan untuk cairan intravena
mencegah terjadinya menggigil. memberikan cairan RL 20
39
tts/mnt
9. memonitor kualitas dari nadi
cepat
10. memonitor frekuensi dan
irama pernafasan.
Teratur 20x/mnt
40
kandung kencing luka
12. Tingktkan intake nutrisi i. Memeriksa luka setiap
13. Berikan terapi antibiotik bila mengganti perban
perlu j. Membandingkan dan
14. Monitor tanda dan gejala infeksi mencatat secara teratur
sistemik dan lokal perubahan-perubahan
15. Monitor hitung granulosit, WBC pada luka
16. Monitor kerentanan terhadap
infeksi 2. Kontrol infeksi
17. Inspeksi kulit dan membran Aktifitas:
mukosa terhadap kemerahan, a. Menciptakan lingkungan
panas, drainase (alat perbeden dan
18. Inspeksi kondisi luka / insisi lainnya) bersih dan
bedah nyaman
19. Instruksikan pasien untuk minum b. Memberikan terapi
antibiotik sesuai resep antibiotik
20. Ajarkan pasien dan keluarga c. Membatasi jumlah
tanda dan gejala infeksi pengunjung sesuai
dengan kondisi pasien
d. Mencuci tangan sebelum
dan sesudah pemberian
tindakan keperawatan
3. Perlindungan infeksi
Aktifitas:
a. Memonitor tanda dan
gejala sistemik
b. Memonitor vital sign
c. Mendorong masukan
cairan dan nutrisi sesuai
dengan diit DM yang
41
telah disediakan
d. Menginspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan, dan
panas
4. Manajemen nutrisi
Aktifitas:
a. Mengkaji pola makan
klien
b. Menganjurkan klien
makan sesuai dengan
diet yang telah
disediakan oleh RS
42
XIV. Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN
43
(tidur di siang hari) area perut.
6. Anjurkan
pasien untuk
beristirahat.
7. Lakukan
perawatan
luka.
Hipertermi 1. memonitor suhu S : pasien
11 Juli
berhubungan dengan sesering mengatakan
2017
respon sistemik dari mungkin T : 38,60C badannya terasa
penyakit atau trauma 2. memonitor warna dan panas dan lemas
dan adanya luka Shif pagi suhu kulit hangat
insisi ditandai jam 3. memonitor tekanan O : pasien
dengan ibu pasien 08.00 - darah, nadi dan RR tampak gelisah,
mengatakan anaknya 14.00 TD : 120/60 mmHg akral hangat,
mengalami demam Wib RR : 22x/mnt bibir kering, klien
setelah operasi. HR : 80x/mnt tampak
Pasien mengeluh T : 38,60C menggigil.
badannya panas, 4. memonitor intake dan T : 38, 60C
kulit pasien teraba output intake tidak
hangat, suhu 38,60C, adekuat A : Masalah
pasien tampak 5. memberikan belum teratasi
gelisah, wajah antipiretik
tampak merah, bibir memberikan pct 500 P : Intervensi
kering. mg dilanjutkan
6. memberikan 1. kompres
2 pengobatan untuk pasien pada
mengatasi penyebab lipat paha
demam 2. tingkatkan
7. menyelimuti pasien sirkulasi
8. berkolaborasi udara
pemberian cairan 3. berikan
intravena pengobatan
memberikan cairan untuk
RL 20 tts/mnt mencegah
9. memonitor kualitas terjadinya
dari nadi cepat menggigil
10. memonitor frekuensi 4. rencanakan
dan irama pernafasan. monitoring
Teratur 20x/mnt suhu secara
kontiniu
5. monitor
tanda-tanda
hipertermi
dan
hipotermi.
44
Resiko tinggi 11 Juli 1. Perawatan Luka
terhadap infeksi Aktifitas : S : pasien
2017
berhubungan dengan a. Mengganti mengatakan
tidak adekuatnya balutan plester lukanya belum
pertahanan; Shif pagi dan debris kering
perforasi/ruptur pada jam b. Mencatat
apendiks, prosedur 08.00 - karakteristik luka O: tampak ada
invasif, insisi bedah 14.00 termasuk warna, balutan luka
ditandai dengan Wib bau dan ukuran sekitar 6 cm
tampak adanya luka c. Membersihkan
insisi, tampak dengan larutan A : Masalah
balutan luka operasi saline atau belum teratasi
apendisitis nontoksik yang
sesuai P : Intervensi
d. Memberikan lanjutkan
pemeliharaan -Perawatan luka
kulit luka sesuai -Kontrol infeksi
kebutuhan -Perlindungan
e. Mengurut sekitar infeksi
luka untuk -Manajemen
merangsang nutrisi
sirkulasi
3 f. Menggunakan
salep yang cocok
pada kulit/ lesi,
yang sesuai
g. Membalut
dengan perban
yang cocok
h. Mempertahankan
teknik steril
ketika merawat
luka
i. Memeriksa luka
setiap mengganti
perban
j. Membandingkan
dan mencatat
secara teratur
perubahan-
perubahan pada
luka
2. Mengontrol infeksi
Aktifitas:
45
a. Menciptakan
lingkungan (alat
perbeden dan
lainnya) bersih
dan nyaman
b. Memberikan
terapi antibiotik
c. Membatasi jumlah
pengunjung sesuai
dengan kondisi
pasien
d. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
pemberian
tindakan
keperawatan
3. Perlindungan infeksi
Aktifitas:
a. Memonitor tanda
dan gejala
sistemik
b. Memonitor vital
sign
c. Mendorong
masukan cairan
dan nutrisi sesuai
dengan diit DM
yang telah
disediakan
d. Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, dan
panas
46
Hari ke- 2 ( 12 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)
47
Hipertermi 1. memonitor suhu S : pasien
12 Juli
berhubungan dengan sesering mengatakan
2017
respon sistemik dari mungkin T : 37,80C badannya masih
penyakit atau trauma 2. memonitor warna terasa panas dan
dan adanya luka Shif pagi dan suhu kulit lemas, namun
insisi ditandai jam hangat sudah berkurang
dengan ibu pasien 08.00 - 3. memonitor tekanan
mengatakan anaknya 14.00 darah, nadi dan RR O : suhu tubuh
mengalami demam Wib TD : 110/60 mmHg sudah menurun
setelah operasi. RR : 20x/mnt menjadi 37, 80C
Pasien mengeluh HR : 80x/mnt
badannya panas, T : 37,60C A : Masalah
kulit pasien teraba 4. memonitor intake teratasi sebagian
hangat, suhu 38,60C, dan output intake
pasien tampak tidak adekuat P : Intervensi
gelisah, wajah 5. memberikan dilanjutkan
tampak merah, bibir antipiretik 1. kompres
kering. memberikan pct 500 pasien pada
2 mg lipat paha
6. memberikan 2. tingkatkan
pengobatan untuk sirkulasi
mengatasi penyebab udara
demam 3. berikan
7. menyelimuti pasien pengobatan
8. berkolaborasi untuk
pemberian cairan mencegah
intravena terjadinya
memberikan cairan menggigil
RL 20 tts/mnt 4. rencanakan
9. memonitor kualitas monitoring
dari nadi cepat suhu secara
10. memonitor frekuensi kontiniu
dan irama5. monitor
pernafasan. tanda-tanda
Teratur 20x/mnt hipertermi
dan
hipotermi.
Resiko tinggi 12 Juli 1. Perawatan Luka S : pasien
terhadap infeksi Aktifitas : mengatakan
2017
berhubungan dengan a. Memoniotor lukanya belum
tidak adekuatnya keadaan luka kering
3 pertahanan; Shif pagi insisi
perforasi/ruptur pada jam b. Memberikan O: tampak ada
apendiks, prosedur 08.00 - pemeliharaan balutan luka
invasif, insisi bedah 14.00 kulit sekitar luka sekitar 6 cm
ditandai dengan Wib sesuai kebutuhan
48
tampak adanya luka c. Membandingkan A : Masalah
insisi, tampak dan mencatat belum teratasi
balutan luka operasi secara teratur
apendisitis perubahan- P : Intervensi
perubahan pada lanjutkan
luka -Perawatan luka
-Kontrol infeksi
2. Mengontrol infeksi -Perlindungan
Aktifitas: infeksi
a. Menciptakan -Manajemen
lingkungan (alat nutrisi
perbeden dan
lainnya) bersih
dan nyaman
b. Memberikan
terapi antibiotik
c. Membatasi jumlah
pengunjung sesuai
dengan kondisi
pasien
d. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
pemberian
tindakan
keperawatan
3. Perlindungan infeksi
Aktifitas:
a. Memonitor tanda
dan gejala
sistemik
b. Memonitor vital
sign
c. Mendorong
masukan cairan
dan nutrisi sesuai
dengan diit DM
yang telah
disediakan
d. Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, dan
panas
49
Hari ke- 3 ( 13 Juli 2017, shif pagi jam 08.00 - 14.00 Wib)
50
Hipertermi 11. memonitor suhu S : pasien
12 Juli
berhubungan dengan sesering mengatakan
2017
respon sistemik dari mungkin T : 37,80C badannya lemas,
penyakit atau trauma 12. memonitor warna namun sudah
dan adanya luka Shif pagi dan suhu kulit berkurang
insisi ditandai jam hangat
dengan ibu pasien 08.00 - 13. memonitor tekanan O : suhu tubuh
mengatakan anaknya 14.00 darah, nadi dan RR dalam batas
mengalami demam Wib TD : 110/60 mmHg normal 36, 80C
setelah operasi. RR : 20x/mnt
Pasien mengeluh HR : 80x/mnt A : Masalah
badannya panas, T : 37,60C teratasi sebagian
kulit pasien teraba 14. memonitor intake
hangat, suhu 38,60C, dan output intake P : Intervensi
pasien tampak tidak adekuat dilanjutkan
gelisah, wajah 15. memberikan 1. tingkatkan
tampak merah, bibir antipiretik sirkulasi
kering. memberikan pct 500 udara
2
mg 2. rencanakan
16. memberikan monitoring
pengobatan untuk suhu secara
mengatasi penyebab kontiniu
demam 3. monitor
17. menyelimuti pasien tanda-tanda
18. berkolaborasi hipertermi
pemberian cairan dan
intravena hipotermi.
memberikan cairan
RL 20 tts/mnt
19. memonitor kualitas
dari nadi cepat
20. memonitor frekuensi
dan irama
pernafasan.
Teratur 20x/mnt
51
insisi, tampak dengan larutan muncul
balutan luka operasi saline atau
apendisitis nontoksik yang A : Masalah
sesuai teratasi sebagian
g. Memberikan
pemeliharaan P : Intervensi
kulit luka sesuai lanjutkan
kebutuhan -Perawatan luka
h. Mengurut sekitar -Kontrol infeksi
luka untuk -Perlindungan
merangsang infeksi
sirkulasi -Manajemen
i. Menggunakan nutrisi
salep yang cocok
pada kulit/ lesi,
yang sesuai
j. Membalut
dengan perban
yang cocok
k. Mempertahankan
teknik steril
ketika merawat
luka
l. Memeriksa luka
setiap mengganti
perban
m. Membandingkan
dan mencatat
secara teratur
perubahan-
perubahan pada
luka
5. Mengontrol infeksi
Aktifitas:
e. Menciptakan
lingkungan (alat
perbeden dan
lainnya) bersih
dan nyaman
f. Memberikan terapi
antibiotik
g. Membatasi jumlah
pengunjung sesuai
dengan kondisi
pasien
52
h. Mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
pemberian
tindakan
keperawatan
6. Perlindungan infeksi
Aktifitas:
e. Memonitor tanda
dan gejala
sistemik
f. Memonitor vital
sign
g. Mendorong
masukan cairan
dan nutrisi sesuai
dengan diit DM
yang telah
disediakan
h. Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, dan
panas
53
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang data dasar
4.1 Pengkajian
komunikasi yang direncanakan dan meliputi tanya jawab antara penulis dan
pasien. Pada saat melakukan pengkajian dengan metode wawancara penulis tidak
pertanyaan yang diajukan penulis dan mampu bekerja sama dengan baik.
adalah observasi, adapun hasil pengkajian 11 Juli 2017 diruangan Berlian dengan
diagnosa apendisitis bahwa klien mengeluh nyeri pada perut kanan bagian
badannya terasa panas semenjak setelah operasi, klien selalu bertanya dengan
ditemukan data ekspresi klien tampak meringis kesakitan, gelisah dan terlihat
54
65
lemah, tekanan darah klien 120/60 mmHg,RR : 22x/mnt, HR : 80x/mnt T :
38,60C.
Data fokus yang ditemukan penulis dalam pengkajian kasus An. A tidak
jauh berbeda dengan data fokus yang ada pada teori sehingga terdapat
kesinambungan antara teori dengan kasus nyata. Hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 11 Juli 2017 data fokus yang terdapat pada kasus adalah setelah
dilakukan post operasi apendisitis pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan
bawah tepatnya pada balutan luka, ibupasien juga mengatakan setelah operasi
badan anaknya demam dengan suhu 38,6 0C. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada persamaan antara data yang terdapat dikasus dengan teori yang ada.
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
tanggal 11 juli 2017 pada An. A di ruang Berlian RSUD H. Abdul Manan
ditegakkan dalam laporan ini, yaitu ada tiga diagnosa yang disusun berdasarkan
data pengkajian yang telah dilakukan pada klien. Diagnosa tersebut adalah sebagai
berikut :
55
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah.
Bisa dilihat bahwa dari diagnosa tersebut disusun tidak secara diagnosa
yang terdapat pada teori Nanda ada dalam laporan ini, karena disesuaikan
berdasarkan kebutuhan pasien pada saat itu. Berikut ini adalah beberapa
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
56
Adapun persamaan antara diagnosa keperawatan yang muncul pada
tinjauan kasus yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah hal ini
disebabkan oleh karena pasien pada saat dikaji mengeluh nyeri, wajah meringis
kesakitan dan skala nyeri 6. Pada saat diagnosa resiko tinggi terhadap infeksi
bekas operasi pada bagian perut kanan bawah. Pada diagnosa ketiga, hipertemia
berhubungan dengan respon sistemik dari penyakit atau trauma disebabkan oleh
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah hal
ini disebabkan oleh karena terjadinya post operasi apendisitis, sehingga terjadi
bedan dan biasa terjadi pasca operasi apendisitis akibat mobilisasi yang lambat,
adekuatnya pertahanan hal ini disebabkan adanya luka bekas operasi, sehingga
terjadinya resiko terkena agen patogenis atau penyebaran infeksi dari dalam
penyakit atau trauma disebabkan oleh karena kondisi kegagalan pengaturan suhu
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh di atas titik pengeluaran panas terganggu
57
Perbedaan atau kesengajaan antara diagnosa keperawatan yang muncul
pada tinjauan kasus dan landasan teoritis adalah landasan teoritis diagnosa
tinjauan kasus penulis hanya mencantumkan 3 diagnosa keperawatan saja, hal ini
disebabkan karena berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan
dari hasil pengkajian sesuai dengan prioritas masalah yang penulis jumpai pada
lainnya tidak ditemukan data subjektif dan data objektif yang mendukung
keperawatan yang sesuai dengan tiga diagnosa yang ditemukan pada tinjauan
kasus. Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi
Pada tinjauan kasus yang diintervensikan antara lain kaji keluhan nyeri,
kaji tanda-tanda vital, berikan obat sesuai indikasi, atur posisi pasien, anjurkan
pasien untuk beristirahat, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dari landasan
58
diantaranya pada landasan teoritis berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak
gelap sesuai indikasi tidak mungkin direncanakan pada tinjauan kasus karena
ruangan rawatan An. A dirawat adalah ruangan dalam bentuk bangsal, maka
intervensi memberikan lingkungan yang tenang dan ruangan agak gelap tidak
mungkin dilakukan.
pengunjung bila perlu, instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
antimikrobia untuk cuci tangan, cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
perawatan luka, gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung, pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat, ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk umum, gunakan kateter intermiten untuk
antibiotik bila perlu. Intervensi yang ada pada landasan teoritis yang didapat pada
tinjauan kasus adalah instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
antimikrobia untuk cuci tangan, cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
dari penyakit atau trauma. Pada landasan teoritis intervensi yang berhubungan
59
mukosa) pantau TD, Nadi dan pernapasan kaji ketepatan jenis pakaian yang
digunakan sesuai dengan suhu lingkungan untuk pasien bedah: dapatkan riwayat
hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah pada
indivudu atau keluarga, pantau tanda hipertermi maligna regulasi suhu, pantau
suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan pasang alat pantau suhu
inti tubuh kontinuou, jika perlu pantau warna kulit dan suhu. Sedangkan
intervensi pada kasus meliputi monitor suhu sesering mungkin, monitor warna
dan suhu kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR monitor penurunan tingkat
intervensi yang ada pada landasan teoritis tetapi tidak diuraikan dalam tinjauan
kasus yaitu terapi tapid sponge dan mengkaji riwayat hipertermi maligma,
kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah pada indivudu atau keluarga,
pantau tanda hipertermi maligna regulasi suhu. Karena menurut penulis setelah
pasien diberikan obat untuk menurunkan demam pasien suhu pasien berkurang.
didalam Nanda diambil dan disusun untuk rencana perawatan laporan. Intervensi
yang ada didalam Nanda tersebut disaring untuk disusun dalam laporan ini karena
60
4.4 Implementasi Keperawatan
mengkaji keluhan nyeri dan lokasi bertujuan agar nyeri dapat terkontrol dan
mencapai skala nyeri 1-3 (ringan), selama tiga hari rawatan skala nyeri 6 (sedang),
pada hari rawatan pertama dan berkurang pada hari rawatan kedua dengan skala 4
(sedang), dan pada hari rawatan ketiga dengan skala nyeri 3 (sedang).
Implementasi yang ketiga dari diagnosa pertama yaitu memberikan obat sesuai
indikasi, dan implementasi keempat dan kelima dari diagnosa pertama dengan
mengatur posisi pasien miring kiri dan menganjurkan pasien untuk beristirahat.
yang bertujuan untuk tidak terjadi penyebaran infeksi. Selama rawatan tiga hari
dari hari pertama sampai ketiga pasien masih berbaring ditempat tidur, dan
mengatur posisi pasien miring kiri kanan dan luka bekas operasi masih belum
kering. Pada hari rawatan kedua pasien karakteristik luka bekas operasi sudah
mulai kering dan dibantu untuk mengatur posisi semifowler, sedangkan pada hari
rawatan ketiga luka bekas operasi pasien sudah kering dan pasien sudah mulai
ketiga dari diagnosa pertama yaitu mengkaji tanda-tanda vital, selama tiga hari
61
rawatan diukur tanda-tanda vital pasien pada hari rawatan pertama dengan
tekanan darah 120/60 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt, temp 38,60C, dan pada
hari rawatan kedua tekanan darah 110/70 mmHg, RR 20x/mnt, HR 80x/mnt, temp
37,80C, dan pada hari rawatan ketiga dengan tekanan darah 120/70 mmHg, RR
22x/mnt, HR 80x/mnt, temp 36,80C. Selama rawatan tiga hari didapati suhu
ada intervensi yang tidak diimplementasikan pada laporan ini, semua tindakan
yang sudah diintervensikan merupakan tindakan yang wajib pada pasien karena
tindakan yang sudah disusun tersebut adalah tindakan yang sangat dibutuhkan.
Faktor pendukung dalam tahap pelaksanaan ini adalah adanya peran aktif
penulis untuk menjalankan setiap intervensi dan kesediaan klien untuk mengikuti
intervensi serta respon klien yang mengharapkan agar kegiatan ini dapat terus
4.5 Evaluasi
klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan format SOAP
Hasil yang diperoleh pada pengkajian ini bisa dilihat dari tujuan masing-
62
sudah menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Yaitu, pasien mengatakan
nyerinya sudah berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal. Semula dihari
pertama dengan post operasi apendisitis pasien mengatakan nyeri luka operasi
dengan skala nyeri 6. Hal ini menandakan bahwa keadaan klien sudah memenuhi
pada hari rawatan pertama masalah belum teratasi, namun pada hari rawatan
kedua masalah nyeri sudah teratasi sebagian, pada hari ketiga masalah nyeri juga
Dan untuk diagnosa kedua tentang resiko infeksi yaitu bisa dilihat pada
hari ketiga yang menunjukkan bahwa pasien mengatakan tidak cemas lagi klien
tampak tenang dan rileks, klien mengerti dengan kondisi penyakitnya, tanda-tanda
vital dalam batas normal, pada hari ketiga ini juga intervensi keperawatan
menunjukkan hasil yang sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan yaitu
pada hari ketiga suhu klien kembali normal, klien tampak tenang, intake
terpenuhi. Begitu juga dengan diagnosa ketiga yaitu resiko tinggi berhubungan
dengan penyebaran infeksi pada hari rawatan pertama masih belum teratasi, dan
pada hari rawatan kedua dan ketiga masalah resiko tinggi berhubungan dengan
penyebaran infeksi sudah teratasi sebagian sehingga pada hari rawatan ketiga
63
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diambil, maka kesimpulan yang didapat adalah
sebagai berikut :
pada An. A yaitu sebagai berikut : nyeri akut, resiko tinggi dan hipertermi
4. Tidak semua diagonosa yang terdapat pada teori Nanda diaplikasikan pada
64
75
6. Implementasi tindakan keperawatan pada laporan ini disesuaikan dengan
pencapaian tujuan.
5.2 Saran
adalah :
keperawatan agar dapat menjaga kesehatan dan perilaku hidup sehat untuk
mengambil manfaat dari penyusunan laporan tugas akhir ini demi untuk
pada pasien.
65
4. Diharapkan kepada lahan praktik RSUD. H. ABDUL MANAN
Operasi Apendisitis.
66
DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, J.M & Wilson, D. (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and
children (8th Ed). Canada : Mosby Company
67
78
Smeltzer, S.C. and Bare, B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Suddarth Vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
References
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing
interventions classification (NIC). Singapore: Elsevier Inc.
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing
outcomes classification (NOC). Singapore: Elsevier Inc.
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans:
guidelines for individualizing client care across the life span (eight ed.).
United States: F. A. Davis Company.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nanda international nursing diagnose:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth's textbook of medical-surgical nursing (12th ed.). China:
Lippincott Williams & Wilkins.
68
Lampiran 3
LEMBAR KONSUL
69
Medan, ………..Juli 2017
70