Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mas Amaliyah

NIM : 101914253007
Mata Kuliah :K3 Pertambangan, Minyak, Gas dan Panas Bumi

Kuis Toksikologi Industri III (Jum’at, 21 Februari 2020)


1. Bagaimana sifat fisik dan kimia pelarut xylen ?
2. Apa saja sumber paparan pelarut xylen?
3. Bagaimana jalan masuk xylen dalam tubuh pekerja?
4. Bagaimana proses absorpsi xylen?
5. Bagaimana proses distribusi xylen?
6. Bagaimana proses biotransformasi xylen?
7. Bagaimana proses ekskresi xylen?
8. Bagaimana proses interaksi toksin reseptor?
9. Bagaimana proses efek xylen?
10. Bagaimana proses biomonitoring xylen dan cara detox dalam tubuh?

Jawaban :
1. Sifat fisik dan kimia pelarut xylen
Semua pelarut organik bersifat mudah larut dalam lemak meskipun
dengan tingkatan yang berbeda-beda. Daya larut dalam lemak seringkali
menjadi ukuran efisiensi penggunaan pelarut di lingkungan industri. Sifat ini
sekaligus menjadi faktor penting yang digunakan untuk mengetahui efek
yang ditimbulkan pelarut bagi kesehatan. Semua pelarut organik bersifat
larut dalam lemak meski dengan tingkat kelarutan yang berbeda-beda
(Joseph LaDao, 2004).
Pelarut juga mempunyai sifat mudah menguap sehingga konsentrasi
dalam udara juga dapat lebih besar. Karena sebagian besar jalur utama
pajanan terjadi melalui proses inhalasi, maka pajanan terhadap pelarut
sangat bergantung dengan sifat tersebut (Joseph LaDou, 2004). Pelarut
dikelompokkan menjadi dua kelompok tergantung struktur kimia dan
golongan fungsional tambahannya. Sifat ini ternyata sangat mempengaruhi
toksisitas yang ditimbulkan pelarut, misalkan struktur kimia hidrokarbon
terklorinasi membawa sifat racun terhadap hati sedangkan struktur kimia
aldehid menimbulkan sifat iritasi (Joseph LaDou, 2004)
Xylene atau dimetilbenzen adalah bahan kimia aromatik dalam bentuk 3
isomer: ortho-, meta- dan para-xylene atau 1,2-, 1,3-, dan 1,4-dimetilbenzen.
Produksi komersil menghasilkan campuran xylene, yang mengandung
ketiga isomer ini, dengan tambahan etilbenzen dan sejumlah non-xylene
hydrocarbon. Diantara ketiga isomernya, m-xylene adalah konstituen
dominan sebanyak 60-70% dalam penggunaan xylene secara komersial
sebagai pelarut industri. Spesifik isomer xylene diproduksi dari campuran
xylene dan digunakan untuk mensintesiskan bahan kimia lain (CDC, 2012).
Produk teknis, ”xylene campuran” mengandung kurang lebih 40% m-xylene
dan 20% masing-masing etilbenzene, o-xylene , dan p-xylene serta sejumlah

kecil toluene dan fraksi aromatik C9 (WHO, 1997).

Tabel Karakteristik Fisika dan Kimia Xylene


Rumus
formula C8H10 C8H10 C8H10
Nama kimia ortho-xylene meta-xylene para-xylene
Sinonim 1,2-dimethyil- 1,3-dimethyil- 1,4-dimethyil-
benzene benzene benzene
o-methyltoluene m-methyltoluene p-methyltoluene
1,2-xylene 1,3-xylene 1,4-xylene
o-xylol m-xylol p-xylol
ortho-xylene meta-xylene para-xylene
Titik didih 144oC 139oC 138oC
Titik leleh -25oC -47oC 13.4oC
Flash point 34.4oC 30.6oC 30.0oC
Vapour
pressure 0.91kPa 1.12kPa 1.118kPa
Massa molekul0.876 0.860 0.857
o
Autoignition Sekitar 500 C

Relative
vapour 3.7
Explosive
limit LEL 1%
Sumber: IPCS (2004)

Faktor konversi
Xylene
di udara: 1 ppm = 4.34 mg/m3; 1 mg/m3 = 0.230 ppm at 25oC
Xylene
dalam
darah: 1 mg/L = 0.0094 mmol/L; 1 mmol/L = 106 mg/L
Metilhipurat
acid: 1 mg/L = 0.0052 mmol/L; 1 mmol/L = 193 mg/L

2. Sumber paparan pelarut xylen


Xylene adalah pelarut yang banyak digunakan dan merupakan bahan
untuk sintesis organik di industri. Xylene juga merupakan konstituen bahan
bakar otomobil tanpa timbal. Xylene juga ditemukan di udara atmosfer sekitar

40ug/m3, tetapi perpanjangan pajanan non-okupasi (non-occupational

exposure). pada lingkungan umum dapat dikesampingkan dibandingkan


dengan pajanan terkait pekerjaan (occupational exposure).
Bahan bakar kendaraan bermotor berasal dari minyak bumi. Komposisi
minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon dan senyawa non hidrokarbon
seperti sulfur, nitrogen, oksigen dan berbagai logam berat dalam susunan
kombinasi. Senyawa hidrokarbon minyak bumi terdiri dari campuran
hidrokarbon cair, gas yang terlarut, dan hidrokarbon padat. Senyawa tersebut
tersusun dari beberapa golongan yaitu senyawa alkane (parafilik), silokana,
aromatic dan olifinik. Benzena toluena dan xylena (BTX) merupakan senyawa
hidrokarbon penyusun minyak bumi.
Selain itu senyawa ini merupakan komponen volatile bensin dan
konstituen asap tembakau. BTX terbentuk di hampir setiap proses pembakaran.
Hal ini yang menjadikan BTX sebagai polutan lingkungan yang paling umum
di temui. BTX adalah senyawa yang terjadi secara alamiah dalam minyak
mentah. Benzena misalnya ditemukan pada tingkat hingga 4 g / L dalam
minyak mentah, dan dapat ditemukan dalam air laut (0,8 ppb ) di sekitar gas
alam dan minyak bumi deposito (IPCS 1993). BTX dapat terbentuk melalui
proses alami maupun hasil dari kegiatan manusia.
BTX terbentuk dari proses alami dan hasil dari kegiatan manusia, Sumber
alami termasuk gunung merapi dan kebakaran hutan. juga secara alami
terkandung dalam minyak mentah, BBM dan asap rokok. (ATSDR 2007).
Sebagian besar sumber pajanan BTX adalah berasal dari asap rokok, bengkel,
pembakaran kendaraan bermotor dan emisi dari industri. sumber pajanan yang
lain berasal dari uap atau gas dari produk-produk yang mengandung benzena
seperti lem, cat, lilin pelapis peralatan rumah tangga dan sabun deterjen. BTX
adalah komponen terbesar dari BBM. Sumber pajanan utama terhadap populasi
secara umum adalah berasal dari knalpot kendaraan bermotor karena
kehadirannya dalam BBM, benzena juga diproduksi melalui reaksi kimia
selama proses pembakaran mesin (Department of Justice and Attorney-
General, 2010).
3. Jalan masuk xylen dalam tubuh pekerja
Clayton & Clayton (1994) menjelaskan bahwa pajanan xylene dapat terjadi
melalui jalur inhalasi, ingesti (tertelan), kontak mata dan dalam beberapa kasus
yang jarang terjadi xylene juga diserap dalam jumlah kecil di kulit. Pada waktu
terhirup, xylene akan diserap dengan sangat cepat. Berdasarkan studi
eksperimental, m-xylene akan diserap manusia yang sehat melalui celupan
pada satu atau kedua belah tangan dengan laju asupan lebih kurang 2µg/cm2
/menit. Jumlah xylene yang terserap melalui proses tercelupnya kedua belah
tangan tersebut ke dalam m-xylene selama 15 menit setara dengan jumlah
pajanan yang besarnya 100 ppm. Uap xylene dengan konsentrasi 600 ppm yang
diserap melalui kulit selama 3,5 jam setara dengan jumlah pajanan xylene
dengan konsentrasi 10 ppm yang terjadi selama 5,5 jam (Clayton and Clayton,
1994). Penyerapan utama xylene terjadi pada membran mukosa dan sistem
pernafasan. Setiap kali terjadi proses pemajanan, sejumlah 64% uap xylene
akan tertahan dalam paru-paru seseorang. Xylene yang terserap tersebut
selanjutnya akan didistribusikan melalui sistem peredaran darah.
4. Proses absorpsi xylen
Absorpsi Xylene secara umum melalui proses oral dan inhalasi pada pekerja
yang terpapar xylen. xylen sebagai kontaminan masuk melalui air minum,
makanan dan sayur-sayuran (IPCS, 2000). Absorpsi xylen yang efektif melalui
pencernaan dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif
pada manusia masih kurang (WHO, 2000). xylen yang memercik di mata dapat
mengakibatkan rasa sakit dan cedera pada kornea. Sebuah penelitian kohort
terhadap 338 pekerja laki-laki menemukan 3 kematian. Kematian ini
disebabkan oleh leukimia pada mekanik, yang biasanya menggunakan BBM
untuk membersihkan onderdil kendaraan dan mencuci tangan mereka (Hunting
et al, 2005 dalam ATSDR, 2007).
5. Proses distribusi xylen
Xylene dengan mudah diserap tubuh melalui proses oral dan inhalasi.
Setelah masuk ke dalam tubuh, xylene akan mengalami proses metabolisme di
dalam organ hati dan akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem
peredaran darah dengan bagian terbesar umumnya menumpuk pada
jaringanjaringan yang kaya akan lemak, seperti jaringan adipose atau otak.
Xylene dieksresikan dengan sangat cepat ke dalam urin dalam bentuk metabolit
asam metil hipurat. Eksresi xylene dalam darah individu yang mendapatkan
pajanan melalui jalur inhalasi akan terjadi dalam dua tahap dimana tahapan
awalnya memiliki waktu paruh sekitar 0.5–1 jam dan tahap selanjutnya 20-30
jam (EPA, 2003).
Secara umum, xylene dihasilkan sebagai hasil metabolisme asam-asam
toluat (ortho, meta, dan para) dan dieksresikan dalam urin bersamaan dengan
glisin sebagai metabolit asam metil hipurat. Dalam keadaan normal konsentrasi
fenol dalam urin tidak tinggi, namun karena keberadaan xylene yang diserap
melalui kulit, 80-90 persen fenol dihilangkan dan diubah bentuknya menjadi
asam metil hipurat. Penggunaan krim terbukti tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kecepatan penyerapan xylene. Hubungan linear ditemukan
antara konsentrasi xylene di atmosfer dan hasil eksresi asam toluat.
Dari 64 persen xylene yang terdeposit dalam tubuh para sukarelawan yang
dijadikan objek penelitian, 95 persen dimetabolisasi dan 5 persen dikeluarkan
tanpa mengubah bentuknya melalui paru-paru. Objek sukarelawan yang
terpajan xylene dengan konsentrasi 100, 300 dan 600 ppm, waktu tinggal
uapnya cenderung menurun pada akhir pajanan. Alanin aminotransferase
meningkat, sebaliknya serum aktivitas kolinesterase menurun pada pekerja
yang terpajan xylene dan campuran pelarut organik lainnya yang terjadi di
lingkungan kerja (Clayton & Clayton, 1994).
6. Proses biotransformasi xylen
Secara umum xylena dihasilkan sebagai hasil metabolism asam-asam
toluat (ortho, meta, dan para). Penggunaan krim terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kecepatan penyerapan xylena. Hubungan liner
ditentukan antara konsentrasi xylena di atmosfir dan hasil asam toluat. Sari 64
persen xylena yang terdeposit dalam tubuh para sukarelawan yang dijadikan
obyek penelitian, 95 persen dimetabolisasi dan 5 persen dikeluarkan tanpa
mengubah bentuknya melalui paru-paru. Obyek sukarelawan yang terpajan
xylena dengan konsentrasi 100, 300 dan 600 ppm, waktu tinggal uapnya
cenderung menurun pada akhir pajanan. Alanine aminotransferase meningkat,
sebaliknya serum aktivitas kolinesterase menurun pada pekerja yang terpajan
xylena dan campuran pelarut organic lainnya yang terjadi di lingkungan kerja
(Clayton & Clayton, 1994).
Pada manusia xylene dimetabolismekan menjadi methilhippuric acid dan
terdeteksi pada pemeriksaan urin. Tingkat methilhippuric acid dalam urin
diukur dengan gas kromatografi (Engstrom & Bjurstrom, 1978), kolometri
(Ogata & Hobara, 1979), thin-layer chromatography (Bieniek et al, 1982.) dan
high performance liquid chromatography (Ogata & Hobara, 1986) (WHO,
1997). Lebih dari 95% metabolism melibatkan jalur oksidasi menjadi
methylbenzyl alcohol dan pengurangan berikutnya melalui dehydrogenase
alcohol oleh aldehyde dehydrogenase, menjadi methyl benzaldehyde dan
methyl benzoate (atau toluic) acid masing-masing. Yang terakhir ini
diekresikan dalam bentuk yang berbeda, tetapi terutama terkonjugasi dengan
glisin sebagai toluric atau methylhippuric acid. Dengan isomer-o,
bagaimanapun, o-toluic acid diekresikan dalam bentuk bebas (Sedivec dan
Fleck, 1976) dalam IPCS (2004).
Gambar Skema Metabolisme Xylene
7. Proses ekskresi xylen
Proses eksresi pelarut terutama terjadi melalui pelepasan senyawaan yang
tidak dapat diurai, eliminasi metabolit dalam urin atau kombinasi keduanya.
Waktu paruh biologi senyawaan utama bervariasi mulai beberapa menit hingga
beberapa hari, karena itu beberapa pelarut ada yang terakumulasi selama waktu
kerja berlangsung namun ada juga yang tidak. Meskipun demikian,
bioakumulasi yang berlangsung selama lebih dari beberapa hari tidak dapat
dijadikan faktor penentu untuk mengetahui efek kesehatan yang merugikan
sebagai akibat pajanan pelarut (Joseph LaDou, 2004).
Xylena diekresikan dalam urin bersamaan dengan glisin sebagai metabolit
asam metil hipurat. Dalam keadaan normal konsentrasi fenol dalam urin tidak
tinggi, namun karena keberadaan xylena yang diserap melalui kulit, 80-90
persen fenol dihilangkan dan diubah bentuknya menjadi asam metil hipurat.
Xylene dalam jaringan adipose dihilangkan jauh lebih lambat karena
lemak/koefisien partisi darah yang tinggi (sekitar 100). Dan sebaliknya,
eliminasi waktu paruh dalam jaringan sebagian besar sekitar 0.5-1 jam
(Riihimaki et al., 1979)
8. Proses interaksi toksin reseptor
Kebanyakan pelarut adalah depresan susunan syaraf pusat. Mereka
terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat
transmisi impuls. Pikiran dan tubuh pejamu yang terpajan akan melemah,
bahkan pada tingkat konsentrasi yang sudah cukup tinggi dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawa-
senyawa yang mengandung klorin, alkohol dan ikatan rangkap memiliki sifat
depresan yang lebih besar. Studi menggunakan hewan percobaan menunjukkan
bahwa xylene lebih bersifat racun dibandingkan toluene. Efek nilai ambang
xylene terjadi pada dosis terendah toluene, dengan demikian, pada dosis yang
tinggi, xylene tentunya lebih bersifat racun (Clayton & Clayton, 1994).
9. Proses efek xylen
Konsentrasi xylene di bawah 200 ppm akan mengiritasi mata dan selaput
lendir, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi xylene menimbulkan efek
narkotik (AIHA, 1978; Proctor, 1988). Perkiraan LD50 secara oral pada
manusia adalah 50 mg/kg (EPA Health Advisory, 1987). Dari tiga pekerja yang
terpajan xylene lebih kurang 10.000 ppm selama 18,5 jam, satu diantaranya
meninggal dunia, dua lainnya berangsur pulih setelah mengalami masa-masa
kehilangan kesadaran dan amnesia. Selain itu, gangguan fungsi hati dan ginjal
juga ditemukan pada para pekerja ini. (ACGIH, 1986; Clayton and Clayton,
1981).
Xylene yang tertelan menyebabkan gangguan lambung dan efek racun
pada hati (Clayton and Clayton, 1981). Pajanan terhadap konsentrasi tinggi uap
xylene yang berlangsung akut dapat menyebabkan gangguan fungsi dan
pembengkakan paru serta pendarahan (Clayton and Clayton, 1981; Klaassen,
1986). Seorang pekerja yang terpajan uap pelarut yang mengandung 75 persen
xylene (dengan perkiraan konsentrasi xylene di udara 60-350 ppm) melaporkan
gejala-gejala sebagai berikut: mabuk, kelainan nafsu makan (anorexia) dan
muntah (Proctor, 1988). Setelah menghirup konsentrasi tinggi daripada xylene,
para pekerja menjadi bersemangat berlebihan, merasa panas dan mengeluhkan
perasaan bingung, pusing, gemetar dan gejala lainnya yang menandakan
gangguan syaraf pusat (Clayton and Clayton , 1981).
Kelainan darah yang terbukti terjadi paling tidak pada salah satu kasus ikut
terlaporkan sebagai akibat pajanan xylene. Namun demikian efek kelainan
darah yang timbul diyakini disebabkan oleh benzene yang merupakan
kontaminan xylene (ACGIH, 1986). Pajanan xylene yang berlangsung terus
menerus dapat menekan sistem syaraf pusat, anemia, pendarahan jaringan,
pembesaran hati, kematian jaringan hati dan neprosis (Clayton and Clayton,
1981). Kontak berulang kali antara kulit dan xylene menyebabkan kulit kering
dan dermatitis (Clayton and Clayton, 1981).
Pajanan xylene terjadi di lingkungan kerja dan pada waktu menggunakan
cat, bensin, pengencer cat dan produk yang mengandung xylene lainnya. Orang
yang menghirup xylene dalam konsentrasi tinggi dapat mengalami pusing,
perasaan bingung dan kehilangan keseimbangan tubuh. Xylene ditemukan
sedikitnya pada 840 tempat dari 1.684 lokasi yang menjadi prioritas penting
untuk diidentifikasi menurut the Environmental Protection Agency (EPA).
Pada waktu xylene masuk ke dalam suatu lingkungan, uap xylene menguap
dengan cepat dari tanah dan permukaan air ke udara. Di udara, uap xylene
diuraikan oleh sinar matahari selama beberapa hari menjadi senyawa kimia lain
yang lebih rendah tingkat bahayanya. Selain matahari, mikroorganisme dan air
dapat pula berperan menguraikan senyawa xylene. Sejumlah kecil xylene
ditemukan dalam ikan, kerang, tumbuhan dan hewan lain yang hidup dalam air
yang terkontaminasi oleh xylene (ATSDR, 2007) Penggunaan beragam produk
yang mengandung minyak tanah, pernis cat, bahan lak, bahan pencegah karat
dan asap rokok merupakan faktor yang memperburuk kondisi seseorang untuk
terpajan xylene.
Xylene juga dapat diserap melalui jalan nafas dan kulit. Selain itu menelan
makanan atau air yang terkontaminasi xylene dalam konsentrasi yang rendah
sekalipun ternyata juga dapat menyebabkan pajanan xylene. Mereka yang
memiliki pekerjaan yang banyak melibatkan penggunaan xylene, contohnya
tukang cat, pekerja industri cat, pekerja laboratorium biomedik, pekerja
bengkel otomotif, pekerja yang banyak melakukan kontak dengan logam dan
pekerja di industri meubel memiliki risiko lebih tinggi terpajan xylene
(ATSDR, 2007). Sejauh ini, belum ada catatan mengenai efek kesehatan yang
dilaporkan terkait pajanan xylene dari orang-orang yang terpajan berdasarkan
konsentrasi xylene yang diterimanya dalam keseharian aktivitasnya.
Pajanan dengan konsentrasi tinggi yang berlangsung lama dapat
menyebabkan sakit kepala, pegal-pegal, pusing, perasaan bingung dan
kehilangan keseimbangan. Pajanan xylene dengan konsentrasi tinggi namun
berlangsung dalam waktu yang pendek dapat menimbulkan iritasi pada kulit,
mata, hidung dan kerongkongan, juga menyebabkan sesak nafas, permasalahan
fungsi paru, mudah lupa, gangguan fungsi gerakan refleks, gangguan
pencernaan serta kemungkinan perubahan fungsi hati dan ginjal. Bahkan
pajanan xylene dalam konsentrasi tinggi dapat juga menyebabkan kehilangan
kesadaran dan berujung pada kematian. Baik the International Agency for
Research on Cancer (IARC) maupun EPA menyatakan masih sedikit sekali
informasi yang dapat digunakan untuk menentukan apakah xylene bersifat
karsinogenik atau tidak.
10. Proses biomonitoring xylen dan cara detox dalam tubuh
a. Kadar xylene dalam darah
Kadar xylene darah dilaporkan mencapai puncak setelah 15
sampai 30 menit paparan melalui inhalasi (Bergman,1979). Metode
pemantauan kadar xylene dalam darah yang telah dikembangkan adalah
kromatografi gas head-space dipadukan dengan flame ionized detection
(GC-FID). Batasan deteksi dalam darah adalah 5µg/L dan batasan
respon darah antara 5 sampai 4000 µg/L. Engstorm dan Riihimaki
menjelaskan bahwa metode head-space gas chromatographic
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur xylene dalam
darah. Metode ini sesuai untuk pengukuran isomer xylene dalam
spesimen darah. Kadar batas yang didtekesi adalah 53 µg/L. Indeks
pemantauan biologi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel Indeks Monitoring Biologi Xylene
Ketersediaan
Indikator untuk digunakan
Kandungan xylene dalam darah Spesifik, invasif
Jumlah kandungan methylhippuric acid dalam urin Non-invasif
Individual isomer methylhippuric acid dalam urin Non-invasif
Sumber: WHO (1996)
Pada penelitian Antoine,et al., 1992, kadar xylene dalam darah
diukur antara 0.5 sampai 160 µg/L dengan rata-rata 5.2 µg/L dan
dilaporkan bahwa tingkatannya meningkat secara signifikan sebanyak 7
dari 250 sampel. Ashley et al., (1994) meneliti sampel darah 600 orang
pada survei pemeriksaan kesehatan dan gizi nasional di Amerika, dan
melaporkan rata -rata konsentrasi adalah 0.37 µg/L. untuk m/p-xylene
dan 0.14 µg/L untuk 0-xylene.
b. Asam metilhipurat dalam urin
Xylene masuk ke dalam tubuh, terutama melalui inhalasi.
Sebanyak kurang lebih 20% xylene yang terinhalasi akan dikeluarkan
dari tubuh melalui udara pernapasan dalam bentuk utuh, + 80% lainnya
mengalami metabolisme menjadi asam benzoat, lalu berkonyugasi
dengan glisin dalam hati membentuk asam metilhipurat yang akan
diekskresikan dalam urin. Kurang dari 1% lainnya diekskresikan dalam
urin sebagai o-kresol dan xylene utuh. Asam metilhipurat dengan cepat
dieliminasi dalam urin terutama diekskresikan melalui tubulus
proksimal ginjal, hampir seluruhnya dalam 24 jam (ATSDR, 2000).
Asam metilhipurat merupakan metabolit utama dari xylene.
Paparan dari pelarut organik yang mengandung xylene dapat dimonitor
dengan ekskresi metabolit tersebut dalam urin. Hubungan kuantitatif
antara paparan uap xylene dan ekskresi asam metilhipurat (MHA)
isomer telah diteliti pada beberapa pekerja. Para peserta dalam
penelitian tersebut adalah 121 pekerja laki-laki yang terlibat dalam dip-
coating bagian logam yang terutama terkena tiga isomer xylene.
Intensitas paparan diukur dengan pengambilan sampel difusi selama 8
jam dimana konsentrasi uap geometrik rata-rata adalah 3,8 ppm untuk
xylene (0,8 ppm untuk o-xylene , 2,1 ppm untuk m-xylene , dan 0,9 ppm
untuk p-xylene), 0,8 ppm untuk toluena, dan 0,9 ppm untuk etilbenzena.
Sampel urin dikumpulkan pada akhir pengamatan dan metabolitnya
dianalisis dengan menggunakan HPLC. Analisis statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan antara intensitas paparan xylene dan konsentrasi
MHA dalam urin, dan konsentrasi MHA sebagai fungsi meningkatkan
konsentrasi xylene adalah 17,8 ppm. Pemeriksaan lebih lanjut atas dasar
pada isomer xylene individu menunjukkan bahwa lereng garis regresi
untuk o- dan m-isomer yang sama (yaitu, 17,1 dan 16,6 ppm),
sedangkan untuk p-xylene adalah lebih besar (21,3 ppm). (Kawai,
1991).
Perhitungan berbeda dari ekskresi asam metilhipurat dalam urin
yang berkorelasi dengan time weight averege (TWA) dari paparan
xylene pada hari kerja 40 pekerja industri cat yang terpapar 12 pelarut
yang berbeda. Paparan delapan jam xylene bervariasi antara 0 - 865

mg/m3 menunjukkan Jumlah asam metilhipurat diekskresikan dalam

waktu sekitar 24 jam menunjukkan korelasi linear yang sedikit lebih


tinggi dengan paparan xylene dari jumlah asam metilhipurat
diekskresikan perjam di akhir waktu kerja pada 37 pekerja terpapar

xylene di udara TWA dengan konsentrasi dari 0-200 mg/m3. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa laju ekskresi asam metilhipurat


pada akhir waktu kerja dapat digunakan untuk menentukan kategorisasi
paparan xylene.(Lunberg, 1986).
DAFTAR PUSTAKA
ACGIH, (1986), Documentation of the Threshold Limit Values and Biological
Exposure Indices. Fifth ed. American Conference of Governmental
Industrial Hygienists. Cincinnati, OH, p. 637.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry ATSDR. (2006). Case
Studies in Environmental Medicine, Benzene Toxicity.
U.S.Department of Health and Human Service.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry ATSDR. (2007).
Toxicological Profile for Benzene. U.S. Department of Health and
Human Service.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), (2007),
Toxicological Profile for Xylene (Update). Atlanta, GA: U.S.
Department of Public Health and Human Services, Public Health
Service.
Bergman K. (1979) Application and results of whole-body autoradiography in
distribution studies of organic solvents. CRC Crit Rev Toxicol
12(1):59-118.
Clayton G, (1994), Patty‘s Industrial Hygene and Toxikology vol 1 part B, New
York
Joseph LaDou, (2004), Current Occupational & Environmental Medicine. Third
Edition. University of California, San Francisco, Division of
Occupational and Environmental Medicine, Clinical Professor
Kawai T, (1991) Urinary methylhippuric acid isomer levels after
occupational exposure to a xylene mixture. Int Arch Occup
EnvironHealth. 1991;63(1) www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1856026.
Lundberg I. (1986) Correlation of xylene exposure and methyl hippuric acid
excretion in urine among paint industry workers. Scand J Work
Environ Health. 1:149-53.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3726497.
Agency of Toxic Substance and Disease Registry, ATSDR. (2000), Toxicology
Profile of Xylene.
www.atsdr.cdc.gov/toxprofile/tp.asp?id=234&tid=42.
IPCS (2004) Xylene. Geneva, World Health Organization, International
Programme on Chemical Safety (International Chemical Safety Card
0015;www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0015.htm.
Riihimäki, V; Savolainen, K. (1980) Human exposure to m-xylene. Kinetics and
acute effects on the central nervous system. Ann Occup Hyg. 23:411–
422.
WHO. (1986) Early Detection of Occupational Disease. World Health
Organization. Geneva, Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai