Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan sandang saat ini dituntut untuk memenuhi persyaratan yang
semakin tinggi seiring dengan era daya saing yang semakin ketat. Persyaratan
tersebut antara lain meliputi mutu, waktu dan biaya produksi. Oleh karenanya
beberapa hal perlu dilakukan seperti pemilihan bahan baku, zat kimia, metode
proses, dan kondisi proses yang optimum untuk hasil yang maksimal dalam
memenuhi persyaratan konsumen.

Proses pencelupan dalam proses produksi merupakan salah satu langkah untuk
menghasilkan warna yang sesuai dengan keinginan. Hal ini dilakukan sebelum
tahap akhir dari satu rangkaian proses produksi. Metode Pad-Dry adalah metode
yang digunakan pada pencelupan kain poliester-rayon dengan menggunakan zat
warna dispersi, selanjutnya dilakukan proses thermofix (fiksasi) pada suhu 2000C
untuk warna muda selama 4 menit dan 2160C untuk warna tua selama 4 menit.

Pada proses pencelupan metode Pad-Dry sangat beresiko terjadinya ketuaan


warna yang tidak sesuai dengan target yang disebabkan berbagai faktor. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena zat warna yang bermigrasi pada saat proses
berlangsung. Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut maka perlu ditambahkan
zat anti migrasi yang berfungsi untuk mencegah terjadinya migrasi zat warna pada
saat proses berlangsung. Zat anti migrasi berupa larutan yang memiliki viskositas
tinggi (Viscous Liquid), sehingga pada saat dicampurkan dengan larutan zat warna
harus dilakukan pengadukan yang optimal untuk memastikan bahwa zat anti migrasi
larut dalam larutan pencelupan. Zat anti migrasi yang ditambahkan pada proses
pencelupan juga harus diperhatikan bahwa zat anti migrasi juga memiliki berbagai
jenis, yang berpengaruh terhadap ketuaan warna.

Saat ini di PT Insansandang Internusa digunakan zat anti migrasi merek Cinperse
CH-20 untuk proses pencelupan metode Pad-Dry dengan menggunakan zat warna
dispersi pada kain campuran poliester-rayon. Penambahan zat anti migrasi merek
Cinperse CH-20 sering membuat kain campuran poliester-rayon yang di celup
dengan warna muda menjadi lebih tua dari target yang ingin dicapai. Nilai ketuaan
warna yang telah ditetapkan yaitu 3,47 ± 0,10, namun warna yang saat ini diperoleh
sering melebihi standar nilai ketuaan warna. Dari hal tersebut maka dirasakan perlu
untuk mengetahui pengaruh jenis zat anti migrasi terhadap ketuaan warna kain hasil
2

pencelupan, sehingga ditemukan konsentrasi optimal zat anti migrasi dan


kesesuaian penggunaan zat anti migrasi untuk mencapai ketuaan warna yang
diinginkan. Selain itu, karena pada proses pencelupan di PT Insansandang
Internusa apabila persediaan zat anti migrasi Cinperse CH-20 habis maka
digantikan dengan menggunakan zat anti migrasi Antimigration SA-20 yang memiliki
harga lebih mahal dibandingkan dengan zat anti migrasi Cinperse CH-20.

1.2 Identifikasi Masalah

Di PT Insansandang Internusa, zat anti migrasi yang paling sering digunakan adalah
zat anti migrasi merek Cinperse CH-20 yang memiliki penampakan berupa cairan
kental berwarna kuning. Zat anti migrasi merek Cinperse CH-20 ini memiliki bahan
dasar Acrylic Copolymer sedangkan zat anti migrasi Antimigration SA-20 adalah zat
anti migrasi yang baru digunakan di PT Insansandang Internusa dan perlu
dilakukannya pengoptimalan penggunaan zat anti migrasi ini. Zat anti migrasi merek
Antimigration SA-20 memiliki penampakan berupa cairan kental berwarna putih
transparan (bening). Zat anti migrasi merek Antimigration SA-20 ini memiliki
komponen utama berupa special highpolymer compound. Namun dari segi ekonomi,
zat anti migrasi merek Antimigration SA-20 memiliki harga yang jauh lebih mahal
dibandingkan dengan zat anti migrasi merek Cinperse CH-20.

Karena di PT Insansandang Internusa memakai 2 jenis zat anti migrasi yaitu


Cinperse CH-20 dan Antimigration SA-20, maka perlu diketahui beberapa hal :

1. Apakah pengaruh zat anti migrasi merek Cinperse CH-20 terhadap warna hasil
pencelupan dengan metode Pad-Dry?
2. Berapa konsentrasi optimum zat anti migrasi merek Cinperse CH-20 pada
proses pencelupan metode Pad-Dry?
3. Berapa konsentrasi optimum zat anti migrasi merek Antimigration SA-20
apabila digabung dengan konsentrasi optimum zat anti migrasi merek Cinperse
CH-20?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat anti migrasi
Acrylic Copolymer (Cinperse CH-20) dan Special Highpolymer Compound
(Antimigration SA-20) terhadap ketuaan warna, kerataan warna, ketahanan luntur
3

warna terhadap pencucian, dan ketahanan luntur warna terhadap gosokan yang
dihasilkan pada pencelupan kain campuran poliester-rayon.

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menentukan
konsentrasi optimum zat anti migrasi Cinperse CH-20 dan merek Antimigration SA-
20 agar warna kain hasil celupan sesuai dengan keinginan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Pada proses pencelupan penambahan zat anti migrasi merupakan hal yang sangat
penting karena bertujuan untuk mencegah terjadinya migrasi zat warna pada saat
proses pencelupan berlangsung. Konsentrasi dan perbedaan jenis zat anti migrasi
yang ditambahkan pada proses pencelupan akan sangat berpengaruh pada warna
kain hasil pencelupan. Pencelupan warna muda dengan metode Pad-Dry pada kain
campuran poliester-rayon, dan dengan penambahan zat anti migrasi merek
Cinperse CH-20 menyebabkan warna kain hasil pencelupan menjadi lebih tua dari
target yang ingin dicapai sedangkan zat anti migrasi Antimigration SA-20 lebih
sering digunakan untuk pencelupan warna muda ataupun warna tua yang cerah.

Zat anti migrasi merek Cinperse CH-20 memiliki penampakan berwarna kuning dan
memiliki bahan dasar berupa Acrylic Copolymer. Karakteristik pada zat anti migrasi
merek Cinperse CH-20 inilah yang kemungkinan menyebabkan hasil celupan yang
menggunakan zat anti migrasi ini memiliki tingkat ketuaan warna yang melebihi
target warna yang diinginkan. Sehingga perlu dicari alternatif atau cara untuk
mengatasi masalah ketuaan warna ini. Di PT Insansandang Internusa memiliki zat
anti migrasi baru yaitu merek Antimigration SA-20 yang memiliki penampakan
berwarna putih transparan (bening) dan memiliki komponen utama Special
Highpolymer Compound. Zat anti migrasi merek Antimigration SA-20 ini perlu
diketahui pengaruhnya pada hasil celupan dan konsentrasi optimum penggunaan
pada proses pencelupan dengan menggunakan zat warna dispersi metoda Pad-Dry
pada kain campuran poliester-rayon. Namun karena harga zat anti migrasi merek
Antimigration SA-20 ini jauh lebih mahal dibandingkan dengan zat anti migrasi
merek Cinperse CH-20, sehingga perlu diketahui konsentrasi optimum zat anti
migrasi merek Cinperse CH-20 dan selanjutnya konsentrasi optimum zat anti
migrasi merek Cinperse CH-20 ditambahkan dengan zat anti migrasi merek
Antimigration SA-20 dengan konsentrasi tertentu agar dapat diperoleh warna kain
hasil celupan sesuai dengan target. Sehingga dapat diketahui konsentrasi optimum
4

penggunaan zat anti migrasi merek Antimigration SA-20 apabila digabungkan


dengan konsentrasi optimum zat anti migrasi merek Cinperse CH-20.

Pada proses pencelupan metoda Pad-Dry, penggunaan konsentrasi zat anti migrasi
yang digunakan berbeda – beda tergantung pada warna yang diinginkan.
Pencelupan kain campuran poliester-rayon dengan warna tua lebih beresiko
terjadinya migrasi zat warna karena konsentrasi zat warna yang terdapat pada kain
yang telah di padding akan semakin besar, sehingga perlu ditambahkan zat anti
migrasi pada larutan celup dengan konsentrasi yang sesuai. Sedangkan
pencelupan kain campuran poliester-rayon dengan warna muda resiko terjadinya
migrasi zat warna tidak terlalu tinggi, namun resiko terjadinya warna kusam sering
terjadi sehingga penambahan zat anti migrasi pada proses pencelupan harus
sesuai.

Pada proses pencelupan, zat anti migrasi berfungsi mencegah terjadinya migrasi
zat warna pada saat proses berlangsung. Penambahan zat anti migrasi harus
sesuai karena apabila konsentrasi zat anti migrasi dalam larutan celup sangat kecil
maka viskositas larutan celup juga rendah, hal ini dapat berpengaruh terhadap
ketuaan warna dan dapat menyebabkan terjadinya migrasi zat warna pada saat
proses berlangsung. Apabila konsentrasi zat anti migrasi dalam larutan celup
semakin besar maka viskositas larutan celup juga semakin tinggi , hal ini dapat
berpengaruh terhadap ketuaan warna dan dapat menyebabkan zat warna akan
semakin sulit untuk masuk kedalam serat.

Migrasi zat warna sering terjadi pada saat proses steaming dan fiksasi.
Penambahan zat anti migrasi yang tidak sesuai dapat menyebabkan warna hasil
pencelupan menjadi lebih tua dari target yang ingin dicapai. Semakin tinggi
konsentrasi zat anti migrasi maka semakin tinggi juga ketuaan warna yang
dihasilkan pada kain hasil pencelupan.

1.5 Metodologi Penelitian

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian maka dilakukan metodologi


penelitian sebagai berikut :

1. Pengamatan lapangan, mengamati proses produksi pada bagian produksi dan


pengendalian mutu hasil produksi.
2. Studi pustaka, mencari berbagai sumber teori atau referensi yang dapat
mendukung penelitian yang dilakukan.
5

3. Percobaan, melakukan percobaan dan pengujian dengan skala laboratorium


untuk membuktikan hipotesa. Pengujian tersebut meliputi :
- Uji ketuaan warna.
- Uji kerataan warna.
- Uji tahan luntur warna terhadap pencucian.
- Uji tahan luntur warna terhadap gosokan.

1.6 Lokasi Percobaan dan Pengujian

Percobaan dan pengujian dilakukan di laboratorium PT Insansandang Internusa


Departemen Dyeing-Finishing dan laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung. Laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung yang digunakan
antara lain :

- Laboratorium Pencelupan
- Laboratorium Evaluasi Kimia Tekstil
- Laboratorium Kimia Fisika
6

Anda mungkin juga menyukai