Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan JURNAL ini dengan judul
“(AKUPUNKTUR PADA RHINITIS ALERGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIN’S
THREE NEEDLES) “. JURNAL ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
KMB di Program Studi Keperawatan Stikes PERTAMEDIKA 2019/2020

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan jurnal ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
penulis khususnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….. 3

B. Tujuan ……………………………………………………………………………. 4

BAB II ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama……………………………………………………………………… 5

1. Judul Jurnal………………………………………………………………………. 8

2. Peneliti…………………………………………………………………………… 9

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling………………………………………… 9

4. Desain Penelitian……………………………………………………………….. 9

5. Instrumen yang Digunakan……………………………………………………… 10

6. Uji Statistik yang Digunakan…………………………………………………… 12

B. Jurnal Pendukung………………………………………………………………. 6

1. Judul Jurnal…………………………………………………………………….. 8

2. Peneliti………………………………………………………………………….. 9

3. Hasil……………………………………………………………………………. 9

C. Jurnal Pembanding…………………………………………………………….. 6

4. Judul Jurnal……………………………………………………………………. 8

2
5. Peneliti……………………………………………………………………….. 9

6. Hasil………………………………………………………………………….. 9

D. Analisa PICO………………………………………………………………… 8

1. Problem…………………………………………………………………….... 8

2. Intervention…………………………………………………………………. 9

3. Comparison ………………………………………………………………… 9

4. Outcome…………………………………………………………………….. 9

BAB III TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diabetis Melitus…………………………………………………… 20

B. Konsep dianetic melitus........................................................................ 22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 26

B. Saran………………………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rhinitis Alergi adalah reaksi hipersensitivitas pada saluran pernafasan yang menimbulkan adanya
peradangan pada selaput lendir hidung. Rhinitis Alergi secara khas dimulai pada usia yang sangat
muda dengan gejala-gejala mata berair dan gatal, sumbatan hidung, dan bersin. Pada pemeriksaan
fisik, penderita Rhinitis Alergi memperlihatkan lakrimasi berlebih-an, sclera dan konjungtiva yang
merah, daerah gelap periorbita (mata biru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka
nasalis yang berwarna kepucatan hingga keunguan, sekret hidung encer jernih, dan keriput lateral
pada krista hidung. Responden Rhinitis Alergi, pada umumnya memiliki riwayat alergi seperti
urtikaria dan asthma. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan peningkatan jumlah IgE
(Adams, 1997).Rhinitis Alergi diduga melibatkan antibodi, basofil, sel mast dan pelepasan zat
mediator seperti histamine, prostaglan-din dan leukotrien, yang pada gilirannya bekerja pada
saluran hidung dan menimbulkan manifestasi klinis. Manifes-tasi imunologis lain mungkin terlibat
dalam menimbulkan reaksi peradangan dalam hidung (Adams, 1997).Rhinitis alergi merupakan
penyakit yang sangat berbahaya jika tidak ditangani secara baik. Meskipun kejadian Rhinitis
Alergi yang tepat tidak diketahui, tampaknya menyerang sekitar 10% dari populasi umum (Adam,
1997). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Scandinavian, menunjukkan tingkat prevalensi
kumulatif 15% pada pria dan 14% pada wanita. Namun prevalensi ini bervariasi bergantung pada
kondisi geografis dan potensi alergen yang ada di daerah tersebut (Sheikh, 2013). Meskipun
kejadian rhinitis alergi yang tepat tidak diketahui, tampaknya menyerang sekitar 10% dari populasi
umum (Adam, 1997). Perkembangan kedokteran timur yang cukup pesat di luar negeri tak lepas
dari trend yang tengah berkembang di sana, yakni back to nature. Masyarakat di negara barat yang
mulai takut dengan metode pengobatan yang rata-rata terbuat dari zat kimia mulai mencari
alternatif lain. Seperti diketahui, di samping efek terapinya, zat kimia dapat merusak organ dan
menimbulkan efek samping yang berbahaya. Di dalam pengobatan rhinitis alergi, obat – obatan
yang diberikan hanyalah menghilangkan gejala alergi untuk sementara waktu saja. Pada umumnya

4
obat – obatan tersebut sering kali menimbulkan efek rasa kantuk, sehingga sangat mengganggu
aktivitas sehari - hari. Selain itu, beberapa obat rhinitis alergi dapat juga menimbulkan
penyempitan terhadap pembuluh darah dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
sehingga tidak aman untuk diberikan kepada responden yang mengalami hipertensi, gangguan
jantung, hipertiroid, retensi urin (Ganiswarna, 1995). Saat ini masyarakat mulai aktif mencari dan
meneliti pengobatan alternatif yang tidak mempunyai efek samping dan teruji secara klinis.
Akupunktur sebagai salah satu cara pengobatan yang bermanfaat dan dapat diterima dengan baik
bisa menjadi alternatif pilihan untuk pengobatan rhinitis alergi. Badan kesehatan dunia World
Health Organization (WHO) mengakui dan telah memasukkan akupunktur dalam sistem
pelayanan kesehatan formal (Sim, 2008). Banyak penelitian yang menyatakan pengobatan
akupunktur memiliki efek yang sangat baik untuk penderita rhinitis alergi, maka peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana peran Akupunktur untuk penderita Rhinitis Alergi dengan
menggunakan metode Jin’s Three Needles di Program Studi Akupunktur Poltekkes RS Tk II dr.
Soepraoen Malang.

B. Tujuan

Tujuan pengelolaan

5
BAB II

ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama

1. Judul Jurnal :“ akupunktur pada rhinitis alergi dengan menggunakan metode jin’s
three needles”

2. Peneliti : Chantika Mahadini, Yuliana

3. Sampel dan Teknik Sampling Sebanyak 5 responden dipilih peneliti dengan


menggunakan teknik Aksidental Sampling

4. Desain Penelitian : desain preexperimental design dengan pretest-posttest design


dipilih dalam perancangan penelitian ini

5. Instrumen yang Digunakan :. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara


dengan check list keluhan responden dan lembar observasi keluhan responden

6. Uji Statistik yang Digunakan : Data yang terkumpul diolah menggunakan Statistik
Deskriptif Persentase

B. Jurnal Pendukung

1. Judul Jurnal : “ Akupunktur titik chengqi, tongziliao dan yintang dalam


memperbaiki visus kasus myopia “

2. Peneliti : Mayang Wulandari, Chantika Mahadini

3. Sampel dan Teknik Sampling : Teknik sampling penelitian ini menggunakan


accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang
kebetulan ada/dijumpai

4. Desain Penelitian : : Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pre-
experimental design dengan pretest-postest design

6
5. Instrumen yang Digunakan :. Bahan dan alat yang digunakan adalah jarum
akupunktur, kapas alkohol dan Snellen chart. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini dan berperan sebagai alat ukur berupa lembar observasi pasien untuk
mengidentifikasi usia, jenis kelamin, tanggal kedatangan dan visus pasien.

6. Uji Statistik yang Digunakan : uji proposal dan uji etikDeskriptif Persentase

D. Analisa PICO

1. Problem

Rhinitis Alergi secara khas dimulai pada usia yang sangat muda dengan gejala-gejala mata
berair dan gatal, sumbatan hidung, dan bersin. Pada pemeriksaan fisik, penderita Rhinitis
Alergi memperlihatkan lakrimasi berlebih-an, sclera dan konjungtiva yang merah, daerah
gelap periorbita (mata biru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis
yang berwarna kepucatan hingga keunguan, sekret hidung encer jernih, dan keriput lateral
pada krista hidung. Responden Rhinitis Alergi, pada umumnya memiliki riwayat alergi
seperti urtikaria dan asthma. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan peningkatan
jumlah IgE (Adams, 1997).Rhinitis Alergi diduga melibatkan antibodi, basofil, sel mast
dan pelepasan zat mediator seperti histamine, prostaglan-din dan leukotrien, yang pada
gilirannya bekerja pada saluran hidung dan menimbulkan manifestasi klinis Manifes-tasi
imunologis lain mungkin terlibat dalam menimbulkan reaksi peradangan dalam hidung
(Adams, 1997).Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sangat berbahaya jika tidak
ditangani secara baik.

Masyarakat di negara barat yang mulai takut dengan metode pengobatan yang rata-rata
terbuat dari zat kimia mulai mencari alternatif lain. Seperti diketahui, di samping efek
terapinya, zat kimia dapat merusak organ dan menimbulkan efek samping yang
berbahaya. Di dalam pengobatan rhinitis alergi, obat – obatan yang diberikan hanyalah
menghilangkan gejala alergi untuk sementara waktu saja. Pada umumnya obat – obatan
tersebut sering kali menimbulkan efek rasa kantuk, sehingga sangat mengganggu aktivitas
sehari - hari. Selain itu, beberapa obat rhinitis alergi dapat juga menimbulkan penyempitan
terhadap pembuluh darah dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga

7
tidak aman untuk diberikan kepada responden yang mengalami hipertensi, gangguan
jantung, hipertiroid, retensi urin

2. Intervention

Populasi penelitian ini adalah semua penderita nyeri rhinitis alergi yang berkunjung ke
Laboratorium Akupunktur Terpadu Program Studi Akupunktur Politeknik Kesehatan RS
dr. Soepraoen Malang selama 2 minggu di bulan Mei 2014. Sampel penelitian ini adalah
semua penderita rhinitis alergi yang berkunjung ke Laboratorium Akupunktur Terpadu
Program Studi Akupunktur Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang sebanyak 5
orang pada saat penelitian di lakukan. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik Aksidental Sampling, dengan kriteria inklusi umur responden
antara 10 – 50 tahun dan tidak sedang minum obat, serta bersedia menjalani terapi 3 kali
per minggu selama dua minggu. Tata laksana terapi akupunktur mematuhi Prosedur
Standar Operasional (SOP). Jarum ditusukkan di titik Ying Xiang (LI20), Shang Ying
Xiang alias Bi Tong (Ex. HN 8), dan Yin Tang (Ex. HN 3) dan dibiarkan selama 30 menit
tanpa rangan tambahan secara manual maupun bantuan elektro stimulator. Sebelum
dilakukan penusukan pada titik terpilih, dilakukan penilaian terhadap responden
menggunakan skor gejala klinis meliputi hidung tersumbat, hidung berair, dan takut
dingin. Hasil pengukuran ini sebagai data awal (pretes). Data hasil pengukuran setelah
dilakukan terapi yang ke-6 disebut data akhir (posttest). Data yang dikumpulkan melalui
teknik wawancara dengan check list keluhan responden dan lembar observasi keluhan
responden diolah menggunakan uji statistik deskriptif persentase.

Berikut ini hasil pengukuran skor keluhan responden rhinitis alergi sebelum dan sesudah
diterapi akupunktur sebanyak 6 kali. Persentase skor keluhan responden sebelum diterapi
sebesar 82%, setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali menghasilkan skor 3,9%. Ini berarti
ada penurunan keluhan sebesar 43%. Keberhasilan akupunktur kali ini lebih kecil
dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan Adiningsih (2009) di Poliklinik Akupunktur
RSCM Jakarta dengan angka keberhasilan akupunktur terhadap Rinitis Alergi mencapai
sebesar 62,5 %. Dalam tabel di atas terlihat bahwa responden yang mengeluh takut dingin
masih belum ada perubahan setelah diterapi akupunktur sebanyak 6 kali. Sedangkan pada
responden yang mengeluh hidungnya tersumbat dan hidung berair menunjukkan adanya

8
penurunan yang signifikan. Bahkan untuk keluhan hidung tersumbat yang diterapi
akupunktur sudah hilang sejak terapi ke 4. Jadi pada kasus ini untuk keluhan hidung
tersumbat cukup diterapi sebanyak 3 kali saja. Sementara itu menurut Adiningsih (2009)
disebutkan bahwa angka keberhasilan akupunktur terhadap pengurangan gejala hidung
tersumbat mencapai (67,5%). Rhinitis alergi merupakan salah satu manifestasi dari alergi
yang terjadi di sekitar hidung, dengan tanda dan gejala antara lain: bersin-bersin, terutama
saat bangun tidur di pagi hari, hidung berair dengan secret bening atau bahkan hidung
mampet, hidung dan tenggorokan terasa gatal, mata gatal atau berair, gangguan pembau,
dan selaput lendir hidung tampak membengkak. Meskipun rinitis alergi bukan kondisi
yang mengancam jiwa, namun komplikasi pada jaringan maupun organ dapat terjadi. Pada
kondisi tertentu dapat mengganggu kualitas hidup yang mengarah pada pengeluaran
sejumlah biaya secara langsung maupun tidak langsung yang dihabiskan untuk
pengobatan dengan obat-obat farmakologi. Dalam tinjauan kedokteran timur, hidung
merupakan bagian dari sistem organ paru. Paru merupakan organ yang melindungi tubuh
dari serangan pathogen luar. Karena itu organ ini merupakan organ yang paling sensitif
terhadap perubahan cuaca / udara di sekitarnya. Bila kemam-puan paru beradaptasi atau
menangkal perubahan cuaca lemah atau menurun maka reaksi hidung yang pertama terjadi
yaitu hidung gatal, tersumbat, berair, kadang sampai mata berair. Dilihat dari kinerja dan
manfaatnya akupunktur berefek memperbaiki ketahan-an lokal di hidung, mengurangi
produksi lendir yang berlebih, melancarkan aliran udara sehingga rasa tersumbat hilang
karena sistem organ paru menguat.

3. Comparison

1). Jurnal “ Akupunktur pada rhinitis alergi dengan menggunakan metode jin’s
three needles”

Hasil : Keberhasilan akupunktur kali ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian yang
dilakukan Adiningsih (2009) di Poliklinik Akupunktur RSCM Jakarta dengan angka
keberhasilan akupunktur terhadap Rinitis Alergi mencapai sebesar 62,5 %. angka
keberhasilan akupunktur terhadap pengurangan gejala hidung tersumbat mencapai

9
(67,5%). Dengan demikian berarti ada perbedaan antara keluhan awal dengan keluhan
akhir setelah diterapi akupunktur sebanyak 6 kali terapi. Jadi, metode Jin’s Three Needles
bermanfaat untuk mengurangi keluhan Rhinitis Alergi meskipun dengan sedikit jarum,
yaitu hanya menusuk tiga titik akupunktur saja

2). Jurnal “Akupunktur titik chengqi, tongziliao dan yintang dalam memperbaiki
visus kasus myopia”

Hasil: Akupunktur dapat meningkatkan kemampuan mengambil oksigen, mengeluarkan


karbondioksida dengan cara perbaikan dalam berbagai kapasitas dan volume paru
sehingga nilai ketahanan kardiorespirasi lebih meningkat, dan dapat melancarkan
peredaran darah pada target organ. Efek perbaikan mikrosirkulasi lokal dan distal akan
sangat membantu dalam distribusi oksigen dan energi yang dibutuhkan jaringan otot aktif.
Dengan perbaikan mikrosirkulasi lokal dan distal akibat rangsang Akupunktur diharapkan
ketahanan otot dapat ditingkatkan. Akibat perbaikkan mikrosirkulasi, Akupunktur dapat
menimbulkan efek vasodilatasi umum yang dapat menimbulkan peningkatkan suhu
jaringan sehingga kekuatan otot diharapkan meningkat pula

3). Jurnal “Pengaruh imunoterapi spesifik terhadap adenoid pada pasien rinitis
alergi” hasil : Pada kelompok yang diberikan imunoterapi spesifik, terjadi penurunan
ukuran adenoid yang bermakna, dibandingkan dengan kelompok yang diberikan terapi
medikamentosa kombinasi. Persentase penurunan untuk kelompok imunoterapi spesifik
sebesar 80,4%, sedangkan pada kelompok pembanding sebesar 60,5%

3). Komparasi pada jurnal utama antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperiment

Pada penelitian kelompok control dan kelompok eksperimen dari hasil penelitian
didapatkan hasil yang signifikan dengan hasil yang diteliti dan pada kelompok control
bahwa pengaruh akupuntur sangat berfungsi menurunkan keluhan rhinitis allergy
didapatkan hasil dan pada kelompok eksperimen Pada kelompok yang diberikan
imunoterapi spesifik, terjadi penurunan ukuran adenoid yang bermakna, dibandingkan
dengan kelompok yang diberikan terapi medikamentosa kombinasi. Persentase penurunan

10
untuk kelompok imunoterapi spesifik sebesar 80,4%, sedangkan pada kelompok
pembanding sebesar 60,5%

Terbukti terdapat perbedaan yang signifikan tentang kelompok eksperimen terapi


akupuntur dan terapi akupuntur myopia dengan kelompok control terapi imunoterapi
untuk mengurangi adenoma rhinitis allergi

4. Outcome

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengemukakan Keberhasilan akupunktur
Persentase skor keluhan responden sebelum diterapi sebesar 82%, setelah dilakukan terapi
sebanyak 6 kali menghasilkan skor 3,9%. Ini berarti ada penurunan keluhan sebesar 43%.
kali ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan Adiningsih (2009) di
Poliklinik Akupunktur RSCM Jakarta dengan angka keberhasilan akupunktur terhadap
Rinitis Alergi mencapai sebesar 62,5 %. angka keberhasilan akupunktur terhadap
pengurangan gejala hidung tersumbat mencapai (67,5%). responden yang mengeluh takut
dingin masih belum ada perubahan setelah diterapi akupunktur sebanyak 6 kali.
Sedangkan pada responden yang mengeluh hidungnya tersumbat dan hidung berair
menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Bahkan untuk keluhan hidung tersumbat
yang diterapi akupunktur sudah hilang sejak terapi ke 4. Jadi pada kasus ini untuk keluhan
hidung tersumbat cukup diterapi sebanyak 3 kali saja. Sementara itu menurut Adiningsih
(2009) disebutkan bahwa angka keberhasilan akupunktur terhadap pengurangan gejala
hidung tersumbat mencapai (67,5%). Dengan demikian berarti ada perbedaan antara
keluhan awal dengan keluhan akhir setelah diterapi akupunktur sebanyak 6 kali terapi.
Jadi, metode Jin’s Three Needles bermanfaat untuk mengurangi keluhan Rhinitis Alergi
meskipun dengan sedikit jarum, yaitu hanya menusuk tiga titik akupunktur saja.Hasil
penelitian Dilihat dari kinerja dan manfaatnya akupunktur berefek memperbaiki ketahan-
an lokal di hidung, mengurangi produksi lendir yang berlebih, melancarkan aliran udara
sehingga rasa tersumbat hilang karena sistem organ paru menguat. Senjaya (2013)
menuturkan bahwa rhinitis alergi termasuk gejala yang telah terbukti efektif diterapi
akupunktur melalui penelitian klinis. Asma termasuk gejala yang efektif diterapi dengan
akupunktur namun masih memerlukan pembuktian lebih jauh. Alergi pada kulit belum
ada laporan mengenai efektivitas akupunktur. Efektivitas akupunktur klasik telah

11
dilaporkan ada kontribusi terhadap penurunan gejala rhinitis alergi sehingga topik
akupuntur ini dipilih untuk mengetahui peran akupunktur dalam menurunkan gejala
alergi. Kemanjuran terapi pengobatan timur terbukti efektif meskipun bukti-bukti ilmiah
masih perlu terus ditambah. Beberapa bukti menunjukkan bahwa akupunktur efektif untuk
rhinitis alergi sementara bukti lain tidak. Kualitas keseluruhan bukti, bagaimanapun
adalah belum banyak dan akan dilakukan penelitian lanjutan tentang topik sama.

Temuan Penelusuran jurnal

a. Jurnal Utama

“Akupunktur pada rhinitis alergi dengan menggunakan metode jin’s three needles ”

b. Jurnal Pendukung

“Akupunktur titik chengqi, tongziliao dan yintang dalam memperbaiki visus kasus
myopia”

c. Jurnal Pembanding

“Pengaruh imunoterapi spesifik terhadap adenoid pada pasien rinitis alergi”

Implikasi Terhadap pelayanan Keperawatan

Diharapkan setelah mengetahui Akupunktur pada rhinitis alergi dengan menggunakan


metode jin’s three needles ,penelitian ini untuk pasien rhinitis alergi disarankan untuk
senantiasa melakukan terapi akupunturs 3 kali per minggu selama dua minggu. Tata
laksana terapi akupunktur mematuhi Prosedur Standar Operasional (SOP). Jarum
ditusukkan di titik Ying Xiang (LI20), Shang Ying Xiang alias Bi Tong (Ex. HN 8), dan
Yin Tang (Ex. HN 3) dan dibiarkan selama 30 menit tanpa rangan tambahan secara
manual maupun bantuan elektro stimulatorenam ini setiap hari. Rekomendasi untuk
perawat yang ada di puskesmas untuk membuat standar operational prosedur sebagai
bentuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien rhinitis allergi

12
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung
dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin
dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan
oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

B. Etiologi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :Immediate Phase Allergic Reaction,
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic
Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah
pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

Patofisiologi dan etoilogi rhinitis alergi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi.

1) Dua fase reaksi alergi

13
a) Immediate Phase Allergic Reaction. Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1
jam setelahnya.

b) Late Phase Allergic Reaction. Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

2) Berdasarkan cara msuknya allergen dibagi atas :

a) Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

b) Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang

c) Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah

d) Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

C. Penyebab timbulnya rhinitis

1) Rinitis alergi musiman (Hay Fever) umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar
rumah seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya,
debu dan polusi udara atau asap.

2) Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) diakibatkan karena kontak dengan
allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, debu perabot rumah, bulu
binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.

D. Gejala – gejala

1) Bersin berulang-ulang sering kali pagi dan malam hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).

2) Hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose). Itu sebabnya penderita tidak bisa
terlepas dari tisue atau sapu tangan.

3) Terasa cairan menetes ke belakang hidung (post nasal drip) karena hidung tersumbat.

14
4) Pada keadaan lanjut dapat menyebabkan gejala hidung tersumbat serta batuk parah.

5) Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

6) Badan menjadi lemah dan tak bersemangat

7) Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik
secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair,
bersin-bersin dan hidung meler.

8) Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah
tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang
terjadi konjungtivitis.

9) Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat.

10) Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga,
sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak.

11) Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

E. Pengobatan

1). Terapi yang paling ideal adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan allergen.
Misalnya menghindari penyebab terjadinya reaksi rinitis alergi. Contohnya menjaga
kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah menyimpan debu
misalnya karpet..

2). Simtomatis

(a). Medikamentosa

Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamine H-1,yang bekerja secara inhibitor
kompetitif pada reseptor H-1 sel target.

(b). Operatif

15
Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior).

3). Imunoterapi

(a). Desensitisasi dan hiposensitisasi

Pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung
lama.

(b). Netralisasi

Dilakukan untuk alergi makanan.Pada netralisasi,tubuh tidak membentuk “blocking antibody”.

Komplikasi rhinitis alergi yang sering adalah

1. Polip hidung

2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

3. Sinusitis paranasal

16
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Gejala atau keluhan penderita rhinitis alergi sebelum dilakukan terapi akupunktur metode Jin’s
Three Needles menunjukkan skor yang tinggi. Gejala atau keluhan penderita rhinitis alergi setelah
dilakukan terapi akupunktur metode Jin’s Three Needles menunjukkan adanya penurunan .

Gejala atau keluhan berupa hidung tersumbat dan hidung berarir menunjukkan adanya perubahan
kesembuhan. Gejala atau keluhan yang berupa rasa takut dingin masih belum ada perubahan
perbaikan meskipun sudh dilakukan terapi sebanyak 6 kali Terapi akupunktur metode Jin’s Three
Needles bermanfaat untuk menurunkan keluhan atau gejala penderita rhinitis alergi terutama pada
hidung tersumbat dan hidung berair.

Saran

Bagi Peneliti Yang Akan Datang Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang terapi akupunktur
gabungan metode Jin’s Three Needles pada kasus rhinitits alergi dengan metode klasik atau
metode lainnya untuk mendukung penyelesaian keluhan rhinitis alergi. Perlu dilakukan penelitian
lanjuta dengan skema penelitian yang lebih bervariasi, baik dari variabel maupun
respondennya.Perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya rhinitis
alergi dan tata laksana penanganannya beserta hasil yang diperolehnya. Bagi Institusi

Temuan hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi kepusta-kaan yang membahas
tentang terapi akupunktur metode metode

Jin’s Three Needles pada kasus rhinitits alergi. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan
kebijakan terkait terapi akupunktur metode metode Jin’s Three Needles pada kasus rhinitits alergi.

Bagi praktisi akupunktur

17
Temuan hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi dalam menangani kasus
rhinitits alergi bahwa metode Jin’s Three Needles menjadi alternatif pilahan yang memang efektif
untuk diterapkan. Akupunktur metode Jin’s Three Needles diharapkan dapat diterapkan pada kasus
rhinitis alergi dengan berbagai jenis gejala atau keluhan.

18
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Adam, George L. (1997). Buku Ajar Penyakit THT Fundamentals of Otolaryngology. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC Anonim. (2013).

http://en.wikipedia. org/wiki/Allergic_rhinitis. diakses pada 10 Februari 2013 pukul 16.00


Anonim. (2013).

http://www.entnet. org/HealthInformation/rhinitis.cfm. diakses pada 10 Februari 2014 pukul 16.10


Ganiswarna, Sulistia G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Jakarta Indonesia : Gaya Baru

Moeloeng, (2007). Metodologi Penelitian Medicine. Singapore : TCM Publication Acupoints.


Shanghai.

Shanghai Scientific and Technical Publishers

Sim, Kie Jie. (2008). Acupuncture Physician of Chinese Internal Sugiyono, (2012). Memahami
Penelitian Kualitatif, Bandung Indonesia : Alfabeta

Shuijin, Shao. (2006). Chinese – English Illustrated Meridians and

Yuan, Qing. (2004). Chinese – English Explanation of Jin’s Three Needle Technique. Shanghai.
Shanghai Scientific and Technological Literature Publishing House

Zhang, Deng Bu, Du Guang Zhong. (1996). Acupuncture – moxibustion Therapy The Series of
Traditional Chinese Medicine for Foreign Readers. Beijing. Shandong Science and Technology
Press

Zuo, Yan Fu. (2000). Basic Teory of Traditional Chinese Medicine. Nanjing: Publishing House of
Sanghai University of Traditional Chinesse Medicine

19
Saryono, (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta
Indonesia: Nuha Medika. Sheikh, Javed. (2013). http://emedicine. medscape.com/article/134825-
overview. diakses pada 9 Februari 2013 pukul 22.30

Saputra, K. (2005). Akupunktur Indonesia. Jakarta Indonesia : Airlangga University Press.


Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta Remaja
Rosdakarya

20

Anda mungkin juga menyukai