Anda di halaman 1dari 8

Aliran Empirisme dalam Pendidikan

Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya
pengalaman. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik
pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah.

Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-
1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human
Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas
Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan
David Hume.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :

1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data
inderawi (kecuali beberapa kebenaran defisional logika dan matematika)
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada
pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.
PEMBAHASAN 1. Pengertian Empat Pilar Pembelajaran Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu
bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui
lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) yang bergerak
dibidang pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yakni: (1)
learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempat pilar
tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia. Adapun empat
pilar tersebut adalah sebagai berikut: a. learning to know Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para
peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui
pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar
peserta didik meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti pentingnya sebuah
pengetahuan, 47 karena didalam learning to know terdapat learning how to learn, artinya peserta didik
belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adlah proses belajar. Hal ini sesuai
pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Purwanto (2004: 44), belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Dari dua pendapat diatas menunjukkan
bahwa belajar bukan saja berasal dari bangku sekolahan saja tetapi belajar dapat terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi hasilnya saja, melainkan dinilai dari
segi proses, bagaimana cara anak tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak
tersebut. Learning to know juga mengajarkan tentang live long of education atau yang disebut dengan
belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long life education) adalah bahwa pendidikan
tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya (Suprijanto,
2008: 4). Hal ini menegaskan bahwa pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga.
Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga,
sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan 48 secara
formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus
mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan
dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. b. learning to do Pilar kedua
menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. “di sini para peserta didik diajak untuk ikut serta dalam
memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata”. Belajar untuk
menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam sebuah tim guna untuk memecahkan masalah
dalam berbagai situasi dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill.
Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya
pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil
dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.
(http://misterluthfi.corner.web.id, diakses tanggal 24 Februari 2016). Hard skill merupakan kemampuan
yang harus menuntut fisik, artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan
kemampuan hard skill dapat dilakukan dengan menerapkan 49 apa yang dia dapatkan /apa yang telah
dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya anak disekolah belajar tentang arti penting sikap
disiplin, maka untuk memahami dan mengerti tentang disiplin itu, anak harus belajar untuk melakukan
sikap disiplin, baik dirumah, disekolah atau dimanapun. Dengan begitu anak menjadi tahu dan faham
tentang pentingnya sikap disiplin. Selanjutnya adalah soft skill, artinya keterampilan yang menuntut
intelektual. Soft skill merupakan istilah yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, rahmat sosial,
kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang (http://misterluthfi.corner.web.id,
diakses tanggal 24 Februari 2016). Jadi yang dimaksud dengan kemampuan soft skill adalah kepribadian
dari masing-masing individu. Soft skill tidak diajarkan tetapi gurulah yang harus mencontohkan, seperti
sikap tanggung jawab, disiplin, dan lain sebagainya. Dengan memberikan contoh tersebut, anak akan
mencoba untuk menirukan apa yang dilihat. Hal itu merupakan bagian dari menumbuhkan kemampuan
soft skill. c. learning to be Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar
menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan citacitakan.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan 50 sebagai proses pemahaman
terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan kaidah
yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri. Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati
dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran
guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik.
Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan
maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih
manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan. d. learning to live together Pilar terakhir
artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok
masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia,
kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Dengan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam 51 lingkungan di mana individu tersebut berada, dan
sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang
lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live
together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal harus diarahkan pada
peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah
kemampuan hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian
maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata
masyarakat dunia.
PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME
DALAM PEMBELAJARAN
19/11/2013 AFID BURHANUDDIN 1 KOMENTAR

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,pendidikan memiliki nuansa berbeda antara


suatu daerah degan daerah lainnya, sehigga banyak bermunculan pemikiran pemikiran yang
dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karena
banyaknya teori yang dikemukakan yang bermuara pada munculnya aliran pendidikan. Dan
dengan berkembangnya zaman muncul juga beberapa metode atau aliran dalam pendidikan yang
dikenal dengan istilah pendidikan kontemporer. Dan seiring berjalanya waktu teori juga akan
terus berkembang.
Aliran empirisme merupakan salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan
peranan akal.Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau
pengalaman.Sebagai doktrin,empirisme adalah lawan dari rasionalime.Filsafat empirisme tentang
teori makna amat berdekatan dengan aliran positivism logis dan filsat Ludwig
Wittegenstein.Akan tetapi teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran
pengalaman.Oleh karena itu bagi orang empiris,jiwa dapat dipahami sebagai gelombang
pengalaman kesadaran ,materi sebagai pola jumlah yang dapat diindra,dan hubungan kausalitas
sebagai urutan peristiwa yang sama.

Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi


manusia,yang jelas mendahului rasio.Tanpa pengalaman rasio tidak memiliki kemampuan untuk
memberikan gambaran tertentu.Kalaupun menggambarkan sedemikian rupa,tanpa pengalaman
hanya hayalan belaka.John Locke (1632-1704 M),salah seorang penganut empirisme,yang
juga’’Bapak Empirisme’’mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan,keadaan akal masih
bersih,ibarat kertas yang masih kosong yang belum bertuliskan apapun.Pengetahuan muncul
ketika indra manusia menimba pengalaman degan cara melihat dan mengamati berbagai kejadian
dalam kehidupan.Kertas tersebut mulai bertuliskan berbagai pengalaman indrawi.Seluruh sisa
pengetahuan diperoleh menggunakan jalan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari
pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederhana.Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang sejati ,dan pengetahuan harus dicapai dengan induksi.Ilmu yang benar adalah
ilmu yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan kemudian diperkuat juga oleh sentuha
indrawi.

1) LANDASAN EMPIRIS

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media


pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa.Artinya,siswa
akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang
sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya.Siswa yang memiliki tipe belajar
visual,akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual,seperti
gambar,diagram,video,atau film.
2)PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN EMPIRIS

Pengembangan mengandung pengertian cara membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan
sesuatu lebih besar,lebih baik,lebih efektif,dan sebagainya(Husein dan
Rahman,1997:28).Selanjutnya pengembangan system mengandung maksud cara membuat
penjabaran,pelengkapan komponen system agar setiap komponen tumbuh(dalam Husein dan
Rahman,1997:28).Seterusnya Ely mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan system
pembelajaran berarti suatu proses secara sisttemetis dan logis untuk mempelajari problem-
problem pembelejaran agar dapat pemecahan yang teruji validitasnya,danpraktis bias
dilaksanakan(dalam Husein dan Rahman,1997:28).Istilah yang berhubungan dengan
pengembangan pembelajaran ialah system instruksional dan disain instruksional.Menurut Baker
(dalam Husein dan Rahman,1997:28),system instuktional adalah semua materi (konsep)
pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai
tujuan dengan keadaan yang sebenarnya.Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional
adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar
dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Dalam kegiatan ini termasuk
paket pengembangan pembelajaran,kegiatan mengajar,uji coba,revisi dan kegiatan evaluasi hasil
belajar(Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).

Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pengembangan sistem pembelajaran dengan system
instruksional ada kesamaan dan keterkaitan.Pengembangan system pembelajaran menekankan
pada proses yang sistematis dan logis.

Sistem instruksional menekenkan pada materi,metode dan desain instruksional menenkan pada
kebutuhan,tujuan,teknik,materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Keterkaitan
ini mengarah pada tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan pembelajaran.

3)DASAR SISTEM PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Sistem perencanaan pembelajaran pengembangan system instruksional didasarkan atas


perencanaan pembelajaran empiris dan sistem yang telah teruji.

a) Empiris Pengembangan

Berdasarkan empiris berarti pengembangan yang berdasarkan pengalaman.Untuk memperoleh


pengalaman,banyak kegiatan yang dilakukan orang.Salah satu contoh kegiatan yang bersifat
empiris ialah penelitian tentang kurikulum pendidikan.Kurikulum sekolah pendidikan dasar dan
menengah diIndonesia sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1997 telah mengalami tiga
perubahan.Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1968 sering disebut kurikulum
1986 diubah menjadi kurikulum pendidikan dasar dan menengah,tahun 1975 sering disebut
kurikulum 1975.Selama kurang lebih delapan tahun pemberlakuan kurikulum 1986,pada tahun
1975 diubah dan disempurnakan menjadi kurikulum 1975.Kemudian muncul lagi kurikulum
1984 yang memiliki istilah tujuan yang ingin dicapai siswa tetap ada.Yang dikenal dengan
tujuan kurikuler,tujuan instruksional dan pada tahun 1994 dikenal dengan tujuan pembelajaran
khusus.Pada pembelajaran tersebut terdapat keterempilan yaitu menyimak,berbicara,menulis
serta membaca.

b) Prinsip yang telah teruji

Prinsip yang telah teruji senantiasa melelui langkah prosedur yang sistematis,pengamatan yang
tepat dan percobaan terkontrol.Prosedur yang dimaksud adalah suatu kegiatan untuk
menyelesaikan suatu aktivitas.Aktivitas ini dilaksanakan langkah demi langkah secara pasti
dalam memecahkan suatu problem.Sistematis berarti satu langkah dengan langkah lainya saling
berhubungan,saling berpengaruh saling mendukung yang memungkinkan aktivitas itu berjalan
lancar.

4) KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

a) Tujuan pembelajaran

Langkah pertama proses belajar mengajar ialah tujuan.Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang
ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran umum telah ditulis dalam
garis –garis besar program pengajaran.Komponen tujuan pembelajaran adalah suatu tahap
kegiatan belajar mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.

b) Murid

Murid adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan


pembelajaran.Murid dalam suatu kelompok harus memiliki karakteristik yang sama.Untuk
penentuan karakteristik lazim digunakan empat teknik penentuan karakteristik siswa,mengkaji
dokumen,tes,wawancara dan observasi.

c) Guru

Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar .Tanpa profesionalisme proses
belajar mengajar tidak akan mencapai hasil yang baik.Keberadaan guru yang professional mutlak
menjaji proses pengembangan system pembelajaran.

d) Konsep pembelajaran

Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus dikaji warga
belajar.Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti siswa memiliki modal untuk
mencapai rumusan tujuan pembelajaran.Proses pembelajaran harus dikembangkan jadi bahan
pembelajaran yang memungkinkan warga belajar macam-macam materi pembelajaran yakni
fakta,konsep,prosedur,dan prinsip.Dengan adanya pengembangan bahan pembelajaran yang
teruji yang memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.

e) Pendekatan

Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari falsafah tentang
bahasa dan pengajaran bahasa,seperti pendekatan komunikatif dan pendekatan alamiah.Teknik
pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap langkah kegiatan.Teknik yang dapat
digunakan seperti pemberian,penjelesan,diskusi.Pendekatan dan metode maupun teknik
merupakan sub system yang digunakan dalam pembelajaran.

f) Media atau alat peraga

Penyampaian materi pembelajaran memerlukan media suatu alat.Alat yang digunakan untuk
pembelajaran disebut media belajar (alat peraga).Alat ini hanya digunakan hanya untuk
membantu memperjelas siswa kepada hal yang memeng belum jelas.Media membentuk warga
belajar terhindar dari verbalisme karena sesuatu yang dikatakan ditunjukkan dendan bendanya
atau tiruanya.

5 ) SISTEM PENGOTROLAN PEMBELAJARAN

a) Evaluasi

Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan,keterampilan,dan sikap) warga


belajar setelah mengkaji konsep pembelajaran .Evaluasi dapast dilaksanakan dapat berupa
evaluasi lisan,evaluasi tulisan, dan evaluasi perbuatan.Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
pertanyaan tulisan yang dijawab dengan lisan,atau pertanyaan lisan dijawab dengan
lisan.Evaluasi tulisan diharapkan warga belajar menjawab dengan tulisan.Evaluasi perbuatan
menekankan warga belajar untuk melakukan suatu kegiatan berupa motorik (gerak) ,seperti
mengekpresikan suatu adegan bagian drama menunjukkan perilaku susah,senang dan yang
lainya.

b) Pengamatan yang tepat

Hasil pengamatan yang terkontrol dapat dijadikan dasar pengembangan system perencanaan
pembelajaran.Hal ini memungkinkan karena pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan
(kegiatan,keadaan) orang lain penelitian,perbuatan mengamati dengan penuh.Hasil pengamatan
yang relevan diantaranya ialah pengamatan terhadap kebutuhan siswa dalam kemampuan
menulis.Kesimpulan hasil pengamatan dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan,
yaitu diantaranya dalam hal perencanaan tujuan,bahan,teknik,media alat,dan evaluasi.
c )Percobaan terkontrol

Percobaan tergolong kepada kegiatan penelitian.percobaan yank dapat dijadikan dasar


pengembangan system perencanaan pembelajaran ialah percobaan yang terkontrol.Ilustrasi
tentang tingkat perkebangan kemempuan berpidato dua kelompok belajar keturunan
asing.Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan terjemahan
dengan dibantu dengan media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100
entri sedangkan kelompok kedua dengan mengunakan metode elektrik,dan terjemahan tanpa
menggunakan video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri nantinya
akan diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan
menggunakan metode elektrik,dan metode terjemahan dengan dibantu dengan media video kaset
lebih baik dari pada menggunakan metode elektrik,dan metode terjemehan tanpa video kaset.Hal
ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap dasar pengembangan system perencanaan pembelaj

d) Model pengembangan pembelajaran

Paradikma pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar.Teori belajar


menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa,berdasarkan ilmu jiwa eksperimen terutama
yang menjelaskan proses pada warga belajar ,perubahan tingkah laku warga belajar akibat
interaksi dengan lingkungan.Sedangkan model pengembangan pembelajaran menentukan kondisi
dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.Hal ini menekankan pada
usaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi
tingkah laku warga belajar,dan prosedur untuk mengubah rangsangan agar tingkah laku siswa
dengan tujuan interaksi dengan lingkungan.Paradikma yang dikembngkan ialah dengan
menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.

Anda mungkin juga menyukai