Anda di halaman 1dari 5

NAMA : EKA PURNAMA

NIM : 1715140008

1. Partial Melting
Partial melting merupakan dimana mineral yan titik leburnya rendah
mencair dalam tubuh batuan akibat kenaikan suhu atau penurunan tekanan,
atau keduannya, sedangkan mineral lainnya tetap padat. Jika cairannya
(magma) dipindahkan sebelum komponen parent rock meleleh, komposisi
magmanya agak berbeda dari parent rock.
Partial melting dipercaya penting dalam pembentukan magma basaltik dari
peridotit pada pusat pemekaran dan pembentukan magma granitik dari kerak
basaltik pada zona subduksi.

2. Diferensiasi Magma
Diferensiasi adalah proses dimana terbentuk magma turunan yang secara
kimia dan mineralogi berbeda dari magma asal (parental magma)
(Schmincke, 2003).
Diferensiasi biasa di artikan adalah sebuah proses pemisahan magma
homogen karena perbedaan massa jenis. Selama proses fraksinasi kristalisasi,
kristal-kristal mineral yang lebih berat (berat jenis tinggi) akan tenggelam
dalam magma yang berkomposisi lebih asam membentuk timbunan kristal
(cumulates) (Schmincke, 2003).
Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan
magma dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika
maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral
tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma sesuai
penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi
banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu
sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga
mempengaruhi proses diferensiasi magma ini.

Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair


Proses-proses differensiasi magma (keterangan untuk Gambar 7) meliputi:
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O),
Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin (Cl). Pada
saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas,
seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta
unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan
material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang
sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme
differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi
sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan
disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan
mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan Potasium
cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar
dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium,
Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak
disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin
menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah
diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat
dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.

5. Assimilation of Wall Rock, Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material
asing dalam tubuh magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian
bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan
mengubah komposisi magma. Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari
dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan
magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi
magma. Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma
akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan
Kalsium, Magnesium dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi
Gabroik
3. Magma Mixing
Proses diferensiasi yang lain yakni asimilasi dan percampuran magma
(magma mixing). Asimilasi ini merupakan perubahan komposisi magma,
sebagai akibat adanya reaksi antara magma dengan batuan dinding yang
berkomposisi berbeda (Schmincke, 2003). Proses asimilasi ini bisa mengubah
komposisi kimia magma secara lebih jauh (Schmincke, 2003). Sedangkan
percampuran magma (magma mixing) ini terjadi ketika magma dari dua dapur
magma yang berbeda menyatu sehingga membentuk magma baru dengan
komposisi campuran antara keduanya.

Gambar 2.6. Ilustrasi proses asimilasi dan proses percampuran magma


yang terjadi pada dapur magma (Tarbuck & Lutgens, 2004)
Selanjutnya, proses diferensiasi ini akan menyebabkan perubahan
komposisi kimia pada magma menjadi lebih asam (felsic) pada
perjalanannya keatas sebelum mencapai permukaan bumi. Magma yang
sudah mengalami perubahan komposisi kimia akibat proses diferensiasi ini
disebut magma turunan (Schminke, 2003).
4. Magma Mingling
Magma mingling merupakan proses pembauran atau percampuran
dari magma, misalnya batuan vulkanik dan intrusi dangkal dapat
dihasilkan oleh campuran dari sebagian kristalisasi magma, contoh basalt,
andesit, riolite, terjadi oleh adanya penggantian dimana erupsi yang cepat
daqri suatu lubang kapundan.biasanya pada batuan ini dijumpai fenokris
dan zoning plagioklas yang kayak akan ca pada intinya. Selama kristalisasi
berlangsung selalu ada kecenderungan untuk mempertahankan
keseimbangan antara fase padat dan cair.

SUMBER :
Pratiwi. Galuh. http://www.galuhpratiwi.my.id/2015/01/magmatisme-pada-zona-
subduksi_69.html.
Anonim. Magma. https://www.slideshare.net/okeaflatun/magma-51854147
Edu.Academia.https://www.academia.edu/9101576/MAGMA_DAN_DIFERENS
IASI_MAGMA

Anda mungkin juga menyukai