Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316878376

Kompleksitas dan Preferensi dalam Perancangan

Conference Paper · November 2013

CITATIONS READS

0 997

1 author:

Hanson E. Kusuma
Bandung Institute of Technology
52 PUBLICATIONS   27 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Review of Fire Safety Regulation in Indonesia View project

Building Performance Simulation for Hot-Humid Climate View project

All content following this page was uploaded by Hanson E. Kusuma on 12 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEMU ILMIAH IPLBI 2013

Kompleksitas dan Preferensi dalam Perancangan


Hanson E. Kusuma

Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB

Abstrak

Beragam persoalan dipikirkan dan dielaborasi oleh arsitek pada saat merancang. Pemahaman
terhadap ilmu dari beragam persoalan akan mempengaruhi keberhasilan proses perancangan dan
hasil rancangan. Artikel ini membahas salah satu persoalan penting dalam perancangan:
kompleksitas. Klimaks dari pembahasan berdasarkan hasil analisis regresi linier dan polinomial data
preferensi terhadap fasada rumah tinggal yang diakumulasikan selama kurun waktu lima tahun.
Hasil analisis mengungkap preferensi cenderung tinggi apabila kompleksitas sedang.

Kata-kunci : persoalan perancangan, kompleksitas, preferensi

Pada saat merancang, arsitek memikirkan ber- hami (legibility) dan misteri (mystery). Nasar
bagai macam persoalan, seperti kenyamanan, (1996) menyatakan bahwa kompleksitas ber-
kekuatan, keamanan, keselamatan, perawatan, hubungan dengan keragaman (diversity) dan
keberlanjutan, energi, ekonomi, citra (image), kekayaan visual (visual richness), dan komplek-
dll. Semua persoalan tersebut harus (bukan sitas mempengaruhi preferensi. Lebih lanjut,
boleh) dipikirkan dengan kadar kedalamannya Ewing dan Bartholomew (2013), menyebutkan
masing-masing, karena merancang merupakan delapan faktor yang mempengaruhi kualitas
kegiatan sintesis (merangkai). Semakin kompre- perancangan kota: imageability, enclosure,
hensif persoalan yang dipikirkan dalam proses human scale, transparency, complexity, cohe-
perancangan, kinerja karya perancangan akan rence, legibility dan linkage.
semakin optimal. Semua persoalan perancangan
tersebut dipikirkan arsitek, baik secara linier ber- Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam
urutan, bolak-balik ataupun secara simultan. beragam skala lingkungan, kompleksitas mem-
pengaruhi kualitas dan preferensi. Sebenarnya,
Artikel ini membahas salah satu persoalan dari apakah yang dimaksud dengan kompleksitas?
beragam persoalan yang dipikirkan arsitek pada Bagaimanakah pengaruh kompleksitas terhadap
saat merancang, yaitu persoalan citra (image), preferensi? Apakah jika lingkungan secara visual
dan fokus pada salah satu sub-persoalan dari semakin kompleks, preferensi akan semakin
citra: kompleksitas. tinggi? Apakah sebaliknya, seperti yang digemari
oleh para arsitek dengan jargonnya less is more,
Kompleksitas (complexity) merupakan salah satu semakin simpel preferensi semakin tinggi?
faktor yang mempengaruhi estetika lingkungan Apakah less is bore?
selain kebaruan (novelty), ketidakserasian (in-
congruity) dan keterkejutan (surprisingness), Metode
menurut Berlyne (1960, dalam Bell, Fisher,
Baum, & Grene, 1996). Dalam referensi yang Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas,
sama juga disebutkan, menurut Steven Kaplan penulis melakukan penelitian tentang preferensi.
dan Rachel Kaplan, kompleksitas merupakan Pengumpulan data dilaksanakan bukan hanya
salah satu faktor yang mempengaruhi prefe- untuk mengakumulasikan pengetahuan tentang
rensi terhadap lanskap, selain keserasian/ kompleksitas, tetapi juga untuk akumulasi
kesinambungan (coherence), kemudahan dipa- pengetahuan tentang preferensi. Kompleksitas

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | A - 25


Kompleksitas dan Preferensi dalam Perancangan

merupakan salah satu prediktor dari preferensi. selalu digunakan sebagai salah satu item
Data dikumpulkan melalui survei mulai tahun pertanyaan/variabel yang ditanyakan di dalam
2005 sampai 2009. Pada tahun 2005, 20 objek kuesioner dari tahun 2005 sampai 2009.
dievaluasi oleh 94 responden. Pada tahun 2006,
2007, 2008 dan 2009, 24 objek yang berbeda- Unit data yang digunakan pada analisis ber-
beda setiap tahunnya, dievaluasi oleh masing- jumlah 116, sesuai dengan jumlah objek yang
masing 207, 48, 28 dan 40 responden. dikumpulkan datanya sejak tahun 2005 sampai
2009. 116 objek tersebut dievaluasi oleh 397
Survei dilaksanakan sebagai berikut. Objek fasa- responden yang berbeda-beda pada tahun yang
da rumah tinggal yang memiliki tingkat kom- berbeda (jumlah responden setiap tahun dapat
pleksitas berbeda-beda diproyeksikan ke layar dilihat pada bagian sebelumnya). Data objek
lebar menggunakan proyektor dan dievaluasi dan responden yang berbeda-beda pada tahun
oleh mahasiswa dari berbagai jurusan yang yang berbeda tersebut dapat dianalisis bersama-
kuliah di ITB. Mahasiswa mengevaluasi objek sama karena variabel yang digunakan dalam
dengan mengisi kuesioner yang disusun analisis sama. Variabel yang sama tersebut
menggunakan metode semantic-differential (SD- merupakan variabel-variabel dominan (laten
Method). Jawaban setiap pertanyaan berskala 1 variabel) hasil faktor analisis. Dalam proses
sampai dengan 7, dengan masing-masing kutup analisis, 5 dari 116 (kurang dari 5%) unit data
jawaban berupa kata sifat yang saling ber- tidak digunakan dalam analisis, karena dianggap
lawanan, seperti misalnya simpel sampai dengan sebagai outlier.
kompleks, atau baru sampai dengan lama, dst.
Contoh pertanyaan dalam kuesioner diper- Analisis dan Diskusi
lihatkan pada tabel 1. Posisi kata sifat yang
positif ataupun negatif ditempatkan di kanan Untuk mengungkap karakteristik hubungan
ataupun kiri secara acak, agar responden kausal antara kompleksitas dan preferensi di-
menjawab setiap pertanyaan dengan lebih teliti. gunakan analisis regresi bivariat. Pada analisis
regresi, prinsip yang harus dipenuhi: (1)secara
Tabel 1. Pertanyaan Berskala Semantic-differential sekuensial waktu, sesuatu yang lebih dulu ada/
terjadi menjadi variabel sebab, dan sesuatu
simpel 1 2 3 4 5 6 7 kompleks yang datang kemudian menjadi variabel akibat,
baru 1 2 3 4 5 6 7 lama dan (2)hubungan sebab-akibat antara variabel
tdk teratur 1 2 3 4 5 6 7 teratur sebab dan akibat tersebut dapat dinalar dengan
tdk suka 1 2 3 4 5 6 7 suka akal-sehat. Kompleksitas lebih dulu ada daripada
preferensi, dan dapat dinalar dengan akal-sehat
Pertanyaan-pertanyan pada tahun pertama
pula bahwa kompleksitas dapat mempengaruhi
(2005), disusun berdasarkan hasil penelitian
preferensi. Karena itu, pada analisis regresi
pendahuluan yang bersifat eksploratif (kualitatif)
bivariat, kompleksitas menjadi variabel sebab/
dan merujuk pada hasil penelitian sebelumnya,
independent/bebas dan diposisikan pada sumbu
seperti teori estetika Berlyne, preferensi Kaplan
x pada diagram. Preferensi menjadi variabel
& Kaplan dan likeable features Nasar, yang
akibat/dependent/terikat dan diposisikan pada
disebutkan di awal artikel ini. Pertanyaan di
sumbu y diagram.
tahun berikutnya disusun berdasarkan hasil ana-
lisis faktor data pertanyaan tahun sebelumnya Hasil analisis regresi diperlihatkan di diagram 1.
(Bryant & Yarnold, 2001), sehingga jumlah Skala sumbu x (kompleksitas) dan y (preferensi)
pertanyaan lebih sedikit daripada tahun sama dengan skala evaluasi dari 1 sampai
sebelumnya. Data yang didapatkan setiap tahun dengan 7. Tetapi, pada diagram nilai minimum
selalu dianalisis menggunakan analisis faktor yang digunakan 1,5 dan maksimum 6,5. Nilai
untuk mengidentifikasi variabel laten dan median sumbu x dan sumbu ya sama, yaitu 4.
variabel dominan. Kompleksitas selalu menjadi Pada sumbu x, angka semakin besar (semakin
salah satu dimensi (variabel laten) yang dihasil- ke kanan) berarti semakin kompleks. Pada
kan dari analisis faktor. Karena itu, kompleksitas
A - 26 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Hanson E. Kusuma
6.5 kenaikan tingkat kompleksitas berpengaruh
6
positif pada preferensi, dan pada tingkat kom-
pleksitas dari sedang sampai rendah, komplek-
5.5
sitas berpengaruh negatif terhadap preferensi.
5 Jika kompeksitas sangat rendah (sangat seder-
hana), preferensi akan rendah, dan jika kom-
4.5
pleksitas sangat tinggi, preferensi juga akan
Preferensi

4
rendah. Preferensi paling tinggi pada posisi
3.5
kompleksitas cenderung sedang.

3
Pada analisis regresi, garis linier ataupun kurvi-
2.5 linier, merupakan garis-garis yang mewakili
objek-objek (titik-titik) yang tersebar pada
2
diagram. Garis yang dapat lebih dipercaya dan
1.5
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
Kompleksitas adalah garis yang dapat lebih merepresentasi-
Diagram 1. Regresi Liniear dan Polinomial kan objek-objek yang diwakilinya. Dengan kata
antara Kompleksitas dan Preferensi lain, garis regresi dapat dikatakan merepresen-
tasikan objek lebih baik apabila objek-objek
sumbu y, angka semakin besar (semakin ke yang diwakilinya menyebar di dekat (di sekitar)
atas), preferensi semakin tinggi. Titik (lingkaran garis yang merepresentasikannya. Jika objek-
kecil) pada diagram mewakili satu objek rumah objek menyebar semakin jauh dari garis regresi,
tinggal. Pada diagram terdapat 111 objek. maka kemampuan representasi garis regresi
Objek-objek yang berada di kanan atas, me- tersebut dapat dikatakan semakin buruk. Dalam
rupakan objek yang cenderung kompleks dan analisis regresi, tingkat kemampuan represen-
disukai; kanan bawah kompleks dan tidak tasi garis regresi diindikasikan melalui parameter
disukai; kiri atas sederhana dan disukai; dan kiri R-square (koefisien determinasi). Nilai koefisien
bawah sederhana dan tidak disukai. determinasi antara 0 sampai dengan 1. Angka
semakin mendekati 1, kemampuan representasi
Dua jenis analisis regresi digunakan dan di- garis regresi semakin baik, semakin mampu
bandingkan untuk mengetahui analisis regresi menjelaskan data lebih baik dan semakin sesuai
yang mampu menjelaskan data lebih baik dan dengan kenyataan.
mengungkapkan karakteristik hubungan kausal
antara kompleksitas dan preferensi lebih tepat. Pada hasil analisis regresi yang ditampilkan di
Analisis regresi yang pertama, analisis regresi diagram 1, nilai koefisien determinasi (R-square)
linier, yang mengungkap hubungan kausal an- regresi liner 0,19 dan nilai signifikansinya (signi-
tara kompleksitas dan preferensi dalam bentuk ficant-value) kurang dari 0,01%. Nilai koefisien
garis linier dari kiri atas ke kanan bawah (lihat determinasi regresi polinomial 0,42 dan nilai
diagram 1 di atas). Analisis regresi yang kedua, signifikansinya kurang dari 0,01%. Nilai signifi-
analisis regresi polinomial, yang mengungkap kansi kurang dari 0,01% merupakan indikasi
hubungan antara kompleksitas dan preferensi bahwa dua hasil analisis regresi sama-sama
dalam bentuk garis kurvilinier terbalik, dari kiri signifikan. Nilai koefisien determinasi regresi
bawah naik ke tengah (sekitar median) dan dari polinomial (0,42) lebih besar daripada regresi
tengah turun ke kanan bawah. linier (0,19) merupakan indikasi bahwa hasil
analisis regresi polinomial yang berbentuk
Garis linier pada diagram menandakan bahwa kurviliner terbalik lebih akurat menjelaskan data
kompleksitas berpengaruh negatif terhadap pre- daripada hasil analisis regresi linier.
ferensi. Kenaikan tingkat kompleksitas akan me-
nurunkan tingkat preferensi. Garis kurviliner Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan bah-
pada diagram menandakan bahwa pada tingkat wa hubungan antara kompleksitas dan prefe-
kompleksitas dari sangat rendah sampai sedang, rensi berbentuk kurviliner. Kenaikan tingkat
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | A - 27
Kompleksitas dan Preferensi dalam Perancangan

kompleksitas dari posisi sangat rendah menuju Dari gambar 1, 2 dan 3 dapat dilihat bahwa jika
sedang akan berpengaruh positif pada prefe- objek memiliki jumlah garis, bidang dan warna
rensi, tetapi jika kompleksitas semakin tinggi yang berbeda semakin banyak, objek akan se-
lagi, maka preferensi akan semakin turun. makin cenderung dianggap kompleks. Pada
Preferensi paling tinggi pada tingkat komplek- fasada rumah tinggal, tingkat kompleksitas
sitas sedang/moderat. dipengaruhi oleh jumlah garis, bidang dan
warna yang berbeda. Jumlah semakin banyak,
Contoh rumah tinggal dengan kompleksitas kompleksitas semakin tinggi. Jumlah semakin
rendah (sederhana/simpel) dan preferensi juga sedikit kompleksitas semakin rendah.
rendah diperlihatkan pada gambar 1. Rumah
tinggal dengan kompleksitas sedang dan pre- Kesimpulan
ferensi tinggi diperlihatkan pada gambar 2. Ru-
mah tinggal dengan tingkat kompleksitas tinggi Tingkat kompleksitas dipengaruhi oleh jumlah
dan tingkat preferensi rendah diperlihatkan pada garis, bidang dan warna yang berbeda. Rumah
gambar 3. Dapat dilihat pada tiga gambar ter- tinggal dengan fasada kompleks atau sederhana
sebut, objek yang cenderung dianggap seder- cenderung tidak disukai. Preferensi paling tinggi
hana memiliki jumlah bidang dinding sedikit, pada tingkat kompleksitas sedang. Jadi less is
bidang dinding lebar dan warna tidak beragam more mungkin tidak tepat. Yang lebih tepat less
atau hanya warna monokrom. Sedangkan objek is bore. Desain yang sederhana tidak men-
yang cenderung dianggap kompleks memiliki stimulus pengamatnya untuk berpikir. Desain
jumlah dinding banyak, pada bidang dindingnya yang kompleks, menstimulus pengamatnya
terdapat elemen-elemen (garis) horisontal atau terlalu banyak, sehingga membuatnya ‘pusing’.
vertikal, dan warna dinding cenderung beragam. Desain dengan kompleksitas sedang, men-
stimulus pengamatnya dalam kadar yang cukup,
tidak segera membosankan, tidak juga mem-
buat pusing. Yang moderat, paling pas.

Pembahasan ini dan temuan di atas terbatas


pada kecenderungan umum preferensi terhadap
enclosure rumah tinggal, tidak membahas
kompleksitas ruang atau pengalaman spasial.
Gambar 1. Dua Objek dengan Kompleksitas Rendah
dan Preferensi Rendah
Pembahasan ini juga tidak mencakupi skala
yang lebih luas dari rumah tinggal, seperti
permukiman atau bahkan kota. Perjalanan
masih panjang.

Daftar Pustaka

Bell, P.A., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A.


(1996). Environmental Psychology. Fourth Edition.
Gambar 2. Dua Objek dengan Kompleksitas Sedang Harcourt Brace College Publisher, Orlando.
dan Preferensi Tinggi Bryant F.B & Yarnold, P.R. (2001). Principal-
Component Analysis and Exploratory and
Confirmatory Factor Analysis. In Reading And
Understanding Multivariate Statistics. Editors Grim,
L.G. & Yarnold, P.R. Washington: American
Psychological Association.
Ewing, R. & Bartholomew, K. (2013). Pedestrian and
Transit Oriented Design. Washington, D.C.: Urban
Land Institute and American Planning Association.
Nasar, J.L. (1997). The Evaluative Image of The City.
Gambar 3. Dua Objek dengan Kompleksitas Tinggi
Sage Publications, California.
dan Preferensi Rendah
A - 28 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai