Anda di halaman 1dari 1

Menata Ulang Industri Asuransi Nasional

OlehRONNY P SASMITA
29 Januari 2020
(Ronny P Sasmita, Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia/EconAct)

Secara teoretis, perusahaan asuransi lahir sebagai wahana berbagi risiko (risk sharing). Maka,
nasabah dapat mengalihkan beban risiko kepada lembaga asuransi melalui pembayaran premi.
Jika klaim nasabah lebih besar ketimbang premi yang terhimpun, mau tak mau, lembaga
asuransi harus mencari sumber pembiayaan lain. Dengan skema kerja seperti ini, asuransi akan
mengalokasikan dana ke berbagai instrumen portofolio untuk mendapat imbal hasil.
Semakin besar investasi yang dialokasikan, semakin tinggi pula ekspektasi pendapatan. Namun,
hasrat untuk berekspansi ke berbagai macam bentuk investasi didukung informasi yang tidak
simetri (asymmetric information) antara nasabah dan lembaga asuransi.
Nasabah kurang tersentuh oleh informasi terkait dengan dana yang disetor ke perusahaan
asuransi sehingga tidak bisa ikut mengontrol ke mana alokasi portofolionya.
Gagal bayar
Pada dasarnya, kasus yang menggoncang perusahaan-perusahaan asuransi relatif sama, yakni
gagal bayar. Gagal bayar terjadi karena perusahaan menginvestasikan dana nasabah pada
instrumen berisiko tinggi, seperti saham berfundamental lemah.
Agar nasabah tertarik, perusahaan asuransi menawarkan keuntungan (return) yang menggiurkan,
bisa 2-3 kali lipat bunga deposito, bergaransi pula. Padahal, saham bukan instrumen yang
menghasilkan pendapatan tetap (fixed income) karena harganya bisa berfluktuasi kapan saja.
Langkah pembentukan LPP akan menjadi bagian dari reformasi industri asuransi nasional.
Dengan demikian, ke depan industri asuransi tidak lagi dianaktirikan. Faktanya kebutuhan
masyarakat untuk berasuransi, khususnya sebagai proteksi risiko dan tabungan, akan meningkat
seiring naiknya kesejahteraan di Tanah Air.

FAKTA : “industri asuransi juga terpukul, terutama akibat depresiasi rupiah yang amat parah,
mencapai 600%, inflasi yang membubung hingga 77%, dan pertumbuhan ekonomi yang minus 13,6%.”
OPINI : “OJK harus menjamin setiap regulasi diimplementasikan secara konsisten tanpa pandang bulu.
Dalam konteks ini, keinginan pemerintah untuk membentuk lembaga penjamin polis (LPP) harus
dipercepat.”

KOSA KATA:
1. Premi :
2. Portofolio:
3. Investasi: penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keun-tungan
4. Polis: surat perjanjian antara orang yang ikut asuransi dan maskapai asuransi;
5. Fluktuasi: gejala yang menunjukkan turun-naiknya harga; keadaan turun-naik harga dan sebagainya; perubahan (harga tersebut)
karena pengaruh permintaan dan penawaran

Anda mungkin juga menyukai