Anda di halaman 1dari 23

Pelatihan Spesialisasi RFL

Latar Belakang

Sejak awal berdiri, Palang Merah Indonesia (PMI) telah


terlibat sangat aktif dalam proses penanganan jenazah, baik
korban bencana alam, bencana teknologi, konflik bersenjata,
atau terorisme. Bahkan di lapangan, beberapa instansi lain
kerap kali menyerahkan tanggung jawab evakuasi dan
transportasi jenazah kepada PMI. Kondisi ini membuat PMI
menjadi salah satu aktor penting dalam proses manajemen
jenazah, termasuk untuk memaksimalkan proses identifikasi
jenazah.
pada kegiatan‐kegiatan manajemen jenazah
yang paling berhubungan dengan peran PMI di
lapangan, yaitu dalam fase evakuasi dan
transportasi jenazah. Pelayanan PMI lain yang
dapat mendukung proses manajemen jenazah
adalah kegiatan Restoring Family Links (RFL).
Melalui pelayanan RFL, PMI banyak menerima
permohonan pencarian yang dapat
dijadikan data ante‐mortem bagi proses
pembandingan data.
Rekomendasi-Rekomendasi
Manajemen Jenazah :

• ICRC, bekerjasama dengan IFRC


• WHO,
• Standar Manajemen Jenazah DVI INTERPOL.
• Situasi dan Budaya Indonesia
Manajemen jenazah ini memiliki
cakupan bahasan yang memiliki
akses langsung bagi para relawan
PMI untuk melakukan evakuasi dan
identifikasi dengan Ruang lingkup
sebagai berikut:
a. Memaksimalkan dan mendukung
peranan Palang Merah Indonesia
dalam penanganan korban bencana
dan membatasi organisasi untuk
tidak bertindak pada hal‐hal
kejadian yang berpotensi adanya
tindak kriminal dan konflik kecuali
diminta oleh pihak‐pihak yang
memiliki kewenangan seperti
kepolisian.
b. Pelaksanaan identifikasi dilakukan
seiring dengan ditetapkannya masa
tanggap darurat bencana oleh
Pemerintah. Hal ini perlu dilakukan
mengingat masih dimungkinkanya
penemuan jenazah setelah masa
tanggap darurat bencana berakhir,
dan peran ini sepenuhnya akan
menjadi tanggung jawab pemerintah.
Tim pengidentifikasian jenazah PMI sepenuhnya
dilaksanakan oleh tenaga terlatih yg terintegrasi
kepada tim evakuasi serta Restoring Family Links
(RFL) atau pemulihan hubungan keluarga dengan
kemampuan sebagai berikut:
• Mampu mengidentifikasi serta mendokumentasi
jenazah.
• Pengelolaan, Evakuasi dan transportasi
jenazah
• Manajemen data jenazah.
• Komunikasi dengan publik dan media.
• Penguburan jenazah (jika diperlukan).
Koordinasi
Koordinasi di Situasi Normal
Lakukan koordinasi secara berkelanjutan dengan
lembaga‐lembaga terkait dan organisasi‐organisasi
yang terlibat seperti DOKPOL POLISI, BNPB,
KEMENKES, BASARNAS, TNI, dll. untuk
memperkuat kerjasama dan kompetensi di bidang
manajemen jenazah.

Bersama berbagai lembaga/organisasi tersebut,


buatlah rencana kesiapsiagaan penanganan korban
jenazah masal. Lakukan peningkatan kapasitas
melalui pembuatan pedoman, pelatihan, penyiapan
peralatan, dan simulasi bersama.
Koordinasi
Koordinasi di Situasi Darurat
Dalam keadaan darurat (bencana) pengambilan
jenazah sering kali dilakukan secara spontan oleh
individu‐individu dalam jumlah besar, termasuk warga
masyarakat yang selamat, relawan berbagai institusi
atau organisasi, tim pencarian dan penyelamatan
(Search & Rescue), anggota militer, kepolisian,
dan pertahanan sipil.
Dalam kondisi darurat bencana Tugas tim SATGANA yang
berfungsi untuk melaksanakan pengidentifikasian jenazah
dilaksanakan oleh tim evakuasi dan Restoring Family Links
(RFL). Hal ini dilakukan untuk mempermudah PMI dalam
pelayanan RFL.
Peralatan
Peralatan Individu Peralatan Tim
- Masker  Kantung jenazah (warna kuning, berlogo
PMI, dengan tempat label yg kedap air)
- Sarung tangan heavy‐duty
 Kamera digital dengan baterai dan memory
- Sepatu Boot cadangan
- Apron (baju pelindung)  Label dan strap pengikat label (berlambang
- Alat tulis PMI)
- Jam tangan (atau  Spidol permanen tahan air
 Global Possitioning System GPS (bila ada)
sejenisnya untuk
 Formulir‐formulir yang diperlukan
pencatat waktu)  Buku Saku Manajemen Jenazah
- Alat komunikasi  Kendaraan pengangkut jenazah (jika
- Helmet & headlamp tersedia)
 Plastik klip tempat brng bukti (brbgi ukuran)
 Alat komunikasi
 Bendera penanda berwarna orange
BAGAN PENEMUAN DAN IDENTIFIKASI JENAZAH

PENCARIAN DAN PENANDAAN DG


PENANDAAN BENDERA
SUDAH LABELING ORANGE
HITAM OLEH TIM
AWAL/TRIAGE A. PELABELAN
T/P/C
IDENTIFIKASI B. DOKUMENTASI
JENAZAH DAN FOTO
BARANG2 YG C. FORM DATA
MENYERTA JENAZAH

A. MEMASUKKAN KE DALAM
KANTONG JENAZAH
PENGELOLAAN B. PROPERTI DIMASUKKAN
DAN PROPERTI DLM KANTONG PLASTIK
JENAZAH SENDIRI
C. PEMINDAHAN JENAZAH DAN
PROPERTI KE TEMPAT
PENAMPUNGAN SEMENTARA
1. Penemuan dan identifikasi
Pengambilan jenazah merupakan langkah pertama dalam
manajemen jenazah dan biasanya berlangsung dalam
suasana kacau dan tak teratur. Banyak orang dan kelompok
yang akan terlibat dalam pengambilan jenazah. Komunikasi
dan koordinasi dengan mereka sering kali sulit dilakukan.

Korban selamat selalu menjadi prioritas dalam upaya


tanggap darurat. Karena itu pengambilan jenazah harus
diupayakan agar jangan sampai mengganggu proses
pemberian bantuan kepada para korban selamat. Di sisi lain,
pengambilan jenazah secara cepat perlu diprioritaskan
karena berperan penting dalam membantu
pengidentifikasian dan mengurangi beban psikologis pada
korban selamat.
Prosedur Pengambilan Jenazah

• Jenazah Harus Dimasukan Ke dalam KJ


• Bagian Jenazah di Perlakukan seperti Jenazah
• Tim Pengambil Jenazah tdk boleh Mencocok bagian
jenazah di Lapangan
• Tim Dibagi 2 yg terdiri dari pembawa Jenazah Ke pos
Pengumpul dan pengntar Jenazah ke tempat
pengidentifikasian.
• Catat tempat dan tanggal ditemukan Jenazah
• Barang berharga seperti perhiasan, KTP dll jgn
dipisahkan
• Pada saat pemindahan jenazah jgn menggunakan
ambulance
Pemberian Nomor Jenazah
1. Sebuah nomor referensi tunggal yang unik
(tidak boleh berulang) harus diberikan
untuk setiap jenazah atau bagian tubuh
yang ditemukan. Nomor referensi
dituliskan/dicetak pada 2 label tahan air.
2. label harus dipasang dengan kuat
padatubuh jenazah atau bagian tubuh
yang ditemukan. 1 label lainnya harus
dipasang pada kantung jenazah atau
pembungkus jenazah. Bersihkan jenazah
secara memadai agar ciri‐ciri wajah dan
pakaian dapat terlihat dengan baik.
3. Setiap jenazah atau bagian jenazah harus
dilengkapi dengan sebuah nomor acuan
tunggal.
4. Contoh : TIM + TEMPAT + NO. JENAZAH
Pengambilan Foto
Ketika memotret, hal‐hal berikut ini
perlu diingat:
- Foto yang kabur tidak ada gunanya.
- Pemotretan harus dilakukan di dekat
jenazah. Ketika memotret wajah,
wajah harus memenuhi foto (misalnya
setengah badan atas).
- Posisi kamera harus berada di tengah
jenazah (tegak lurus) bilamana sedang
memotret, bukan di kepala atau di
kaki.
- Foto harus memperlihatkan nomor
referensi tunggal jenazah yang
bersangkutan untuk memastikan
bahwa hasil pengidentifikasian yang
dilakukan melalui foto yang
bersangkutan cocok dengan jenazah
yang sebenarnya.
Pencatatan
Jika pemotretan telah dilakukan, catat data‐data berikut ini bersama
dengan nomor referensi tunggalnya dengan menggunakan formulir
formulir Pengidentifikasian Jenazah :
- Jenis kelamin (diverifikasi dengan mengecek alat vital jenazah)
- Kelompok usia (bayi, anak, remaja, dewasa, atau lansia)
- Barang‐barang pribadi (perhiasan, pakaian, KTP, SIM, dan lain
sebagainya)
- Ciri‐ciri spesifik yang khusus pada kulit (misalnya tato, bekas luka,
tanda lahir) atau setiap kelainan yang khusus.

Jika pemotretan belum dilakukan, catat juga hal‐hal berikut ini:


- Ras ‐ Warna dan panjang rambut
- Tinggi badan ‐ Warna mata
Pengamanan
• Barang‐barang pribadi harus dikemas secara aman
dengan memasukan kedalam wadah kantung, diberi
label dengan nomor referensi tunggal yang sama, dan
disimpan bersama dengan jenazah atau bagian
jenazah yang bersangkutan sebelum dirujuk ke
tempat penampungan sementara.

• Pakaian harus tetap dikenakan pada


jenazah yang bersangkutan.
Pencocokan Data Jenazah
Pencocokan jenazah dilakukan dengan membandingkan data jenazah
yang telah dikumpulkan oleh petugas PMI dengan permintaan
pencarian orang hilang yang diterima oleh posko PMI (RFL). “Formulir
Pengidentifikasian Jenazah” dibandingkan dengan “Formulir Orang
Hilang”.
Jika ada keluarga yang ingin melihat data jenazah yang dimiliki
posko PMI, fotofoto jenazah dapat diperlihatkan ke anggota keluarga.
Pastikan setiap jenazah diketahui lokasi keberadaannya atau
setidaknya lokasi ke mana jenazah dikirim terakhir kalinya.
Dampak psikologis dari menyaksikan lusinan atau ratusan jenazah
dapat berpengaruh negatif terhadap validitas pengidentifikasian. Anak
tidak boleh dimintai bantuan dalam proses pengidentifikasian jenazah
secara visual.
Jika ada data yang cocok, lakukan konfirmasi dengan memeriksa
kembali jenazah.
Antar keluarga yang positif mengenali jenazah ke tempat
penyimpanan atau makam jenazah dengan mempertimbangan
pemberian dukungan psikososial.
PUSAT INFORMASI PMI
Pusat informasi PMI dapat memberikan layanan kepada
masyarakat sebatas yang diketahui dan dikerjakan oleh PMI
(Hal ini dapat dilakukan apabila PMI sebagai coordinator
kegiatan awal sebelum BNPB atau Dinas terkait datang)
Selain sebagai pusat koordinasi tanggap darurat, dalam
kaitannya dengan manajemen jenazah, posko PMI yang
terintegrasi dengan layanan evakuasi, Restoring Family
Links (RFL) dan Psychosocial Support Program (PSP) sangat
penting kuntuk dibangun di dekat lokasi kejadian.
POSKO PENANGGULANGAN BENCANA PMI/ POS PELAYANAN RFL
a. Pusat pelaporan orang hilang
b. Pusat sentralisasi dan
konsolidasi data jenazah
c. Pusat dukungan psikososial
d. Sarana Komunikasi dengan
Media dan Masyarakat
KEAMANAN dan RISIKO KESEHATAN
A. Keamanan: B. Kesehatan :
• Lokasi Bencana • Risiko Penyakit Menular
• Identitas Petugas • Mitos Infeksi dari jenazah
• Barang bukti yang • Risiko Gangguan Kesehatan
menyertai jenazah • Langkah Pencegahan dan
Perlindungan Risiko
Kesehatan
demikian …. ?

Anda mungkin juga menyukai