Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL SKRIPSI

OPTIMASI SISTEM PENDINGIN (CHILLER) DI RUANGAN DAN


KOLAM PADA GEDUNG KANAL HUBUNG INSTALASI
PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS – BATAN

DISUSUN OLEH:
NURUL HANIFAH
5315162835

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
ABSTRAK
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5

1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................................................6

1.3 Pembatasan Masalah..............................................................................................................7

1.4 Perumusan Masalah...............................................................................................................7

1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................................4

1.6 Kegunaan Penelitian........................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Optimasi........................................................................................5

2.2 Sistem Pendingin (Refrigerasi) Dan Tata Udara...........................................5

2.2.1 Siklus Refrigerasi...................................................................................6

2.2.2 Termodinamika Proses Refrigerasi......................................................8

2.2.3 Komponen Refrigerasi ..........................................................................8

2.2.4 Sistem Tata Udara................................................................................11

2.2.5 Performansi Kerja...............................................................................12

2.3 Chiller..............................................................................................................13

2.3.1 Sistem....................................................................................................13

2.3.2 Air Handling Unit.................................................................................14

2.3.3 Spesifikasi Chiller Pada KH-IPSB3................................................... 14


2.4 R-22..................................................................................................................15

2.5 IAEA................................................................................................................16

2.6 Kerangka Berpikir.........................................................................................16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................17

3.2 Metode Penelitian...........................................................................................17

3.2.1 Metode Kajian Pustaka........................................................................17

3.2.2 Metode Eksperimen..............................................................................17

3.3 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................................18

3.3.1 Perangkat Lunak...................................................................................18

3.3.2 Alat Penelitian........................................................................................19

3.4 Pelaksanaan Eksperimen...............................................................................19

3.5 Teknik Pengolahan Data................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendingin sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, seperti di proses
manufaktur industri, penyimpanan dan pengawetan makanan, perkantoran, instalasi
pembangkit listrik, transportasi, rumah tangga, dan lain sebagainya. Sistem pendingin secara
umum digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan menjadi lebih nyaman bagi manusia,
dan menjaga temperatur peralatan yang beroperasi di industri atau instalasi. Penentuan sistem
pengkondisian udara sangat penting menyangkut efisiensi dan efektivitas peralatan. Dengan
tingkat kenyamanan yang baik, akan meningkatkan kinerja dari manusia maupun mesin yang
digunakan (Nurhadi, 2014; Supriyadi, 2018).

Terdapat 3 kondisi yang sangat penting dalam menentukan tingkat kenyamanan dari
suatu sistem pendingin, yaitu: temperatur, humiditas, dan pergerakan atau aliran udara di
dalam ruangan yang dikondisikan (Stoecker and Jones, 1982). Temperatur udara yang terlalu
tinggi akan mencegah konveksi panas dari tubuh manusia, sedangkan temperatur yang terlalu
rendah akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang berlebihan. Humiditas udara yang
tinggi berarti banyak uap air yang terkandung di dalam udara yang akan mencegah proses
penguapan dari tubuh ke udara sekeliling. Pergerakan udara yang baik sangat menentukan
kualitas udara di dalam ruangan yang dikondisikan (Anwar, 2010).

Untuk mengkondisikan udara di fasilitas umum atau industri biasanya digunakan


chiller, yaitu sebuah alat yang menggunakan sistem pendingin untuk memindahkan atau
menghilangkan kalor dari suatu beban proses ke lingkungan. Sebuah chiller dengan unjuk
kerja baik diperlukan agar menghasilkan udara segar yang nyaman dan berkesinambungan.
Dalam menghasilkan kinerja chiller yang baik diperlukan suatu pengukuran-pengukuran dan
analisa kinerja mesin chiller (Maya Firanti Putri, 2016). Cara yang biasa dilakukan untuk
menganalisis kinerja mesin chiller yaitu melalui perhitungan dan simulasi menggunakan
software. Dalam operasinya, sistem pendingin chiller memerlukan improvement (perbaikan)
dan proses optimasi agar menghasilkan unjuk kerja yang selalu baik. Setelah dilakukan
improvement dan optimasi pun masih terbuka peluang untuk terus dilakukan penyempurnaan.
Optimasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil ideal atau nilai
yang lebih efektif. Dengan kata lain, optimasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mengoptimalkan sesuatu yang sudah ada, atau merancang dan membuat
sesuatu secara optimal (Ratiko, 2011).

Sistem pendingin chiller umumnya diaplikasikan pada Gedung-gedung bertingkat


dengan kapasitas dan ruangan yang besar. Dengan sistem ini, refrigeran yang digunakan tidak
dalam kuantitas yang besar karena yang dialirkan ke air handling unit (AHU) adalah berupa
air (Rahman, 2004). Chiller memiliki komponen utama berupa evaporator, kondensor, filter
dryer, kompresor, katup ekspansi, serta indikator tekanan dan suhu (Djunaidi and Aep
Saepudin Catur, 2012). Sistem pendingin yang paling banyak digunakan saat ini adalah mesin
pendingin yang beroperasi dengan siklus kompresi uap (Aziz et al., 2015).

Sehubungan dengan kebutuhan pendinginan yang menggunakan chiller, Badan


Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki sebuah instalasi pengolahan limbah radioaktif
yang memerlukan sistem pendingin untuk memindahkan kalor dari bahan bakar nuklir bekas
ke lingkungan. Di dalam instalasi ini terdapat sebuah Fasilitas Kanal Hubung–Instalasi
Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3). Fasilitas ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan bahan bakar nuklir bekas setelah masa pemakaian di Reaktor Serba
Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) berakhir. Bahan bakar nuklir bekas adalah adalah bahan
bakar yang sudah tidak memiliki kapabilitas untuk melakukan reaksi nuklir yang
berkelanjutan. Bahan bakar bekas tersebut secara terus menerus tetap menghasilkan kalor
karena adanya peluruhan radioaktif dari elemen-elemen di dalamnya. Panas yang
dibangkitkan harus didinginkan agar bahan bakar bekas tidak mengalami overheat. Tipe
penyimpanan basah menggunakan air bebas mineral (air demineral) digunakan sebagai
pendingin panas peluruhan dari bahan bakar bekas tersebut. Dengan demikian panas berlebih
yang dapat mengakibatkan rusaknya integritas bahan bakar bekas dapat dicegah dan tidak
menyebabkan material radioaktif terlepas ke lingkungan (Kusuma, 2017; Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif, n.d.).

Dalam kegiatan pengoperasian KH-IPSB3 tersebut, diketahui bahwa sistem pendingin


chiller memerlukan pasokan energi yang cukup besar. Pasokan energi tersebut
mengakibatkan biaya yang dikeluarkan untuk membayar kebutuhan listrik menjadi mahal
sehingga kurang efisien. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan efisiensi
terhadap penggunaan energy untuk mengoperasikan chiller adalah dengan melakukan
kalkulasi optimasi pada system pendingin chiller tersebut. Optimasi yang dilakukan harus
dapat menjamin bahwa keselamatan radiasi menjadi prioritas utama sesuai dengan disain
keselamatan yang ditetapkan oleh BATAN dan International Atomic Energy Agency (IAEA).

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami karakteristik chiller dengan siklus
kompresi uap, dan mengetahui kalkulasi optimasi pada sistem pendingin chiller dalam
memenuhi kebutuhan operasi KH-IPSB3. Kalkulasi ini dibutuhkan agar biaya yang
dikeluarkan untuk pengoperasian chiller menjadi ekonomis namun memenuhi kebutuhan
operasi KH-IPSB3 dan memenuhi kriteria keselamatan yang ditetapkan. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan eksperimen berupa pengukuran
pada panel chiller untuk memperoleh nilai arus, tegangan, daya dan faktor daya
menggunakan alat HIOKI 3197 Power Quality Analyzer; menggambar disain gedung KH-
IPSB3 menggunakan program drawing 3D Google SketchUp; melakukan perhitungan
matematika dan optimasi dengan menggunakan matlab; dan; melakukan simulasi dengan
program Energy Plus guna merancang permodelan suatu bangunan untuk mengetahui biaya
operasi serta penggunaan energinya.

Penelitian diharapkan memiliki manfaat untuk mengoptimasi sistem pendingin chiller


pada Gedung KH-IPSB3 agar kapasitas chiller sesuai dengan kebutuhan dengan biaya yang
minimal dan memenuhi standar disain keselamatan yang ditetapkan oleh BATAN.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana penggunaan energi chiller di KH-IPSB3?
2. Bagaimana kalkulasi optimasi pada chiller DI Gedung KH-IPSB3?
3. Bagaimana cara untuk menjamin bahwa bahan bakar bekas sementara dapat sesuai
dengan standar IAEA?

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah, pembatasan masalah
dalam penulisan ini meliputi :

1. Melakukan pengukuran pada Panel Chiller untuk dapat mengukur arus,


tegangan, daya dan faktor daya menggunakan alat HIOKI 3197 Power
Quality Analyzer.
2. Menggunakan program drawing 3D yaitu Google SketchUp untuk
menggambar desain Gedung Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan
Sementara Bahan Bakar Bekas.

3. Mengkalkulasi matematika dan optimasi dengan menggunakan matlab.

4. Merancang permodelan suatu bangunan, mengembangkan biaya operasi


beserta penggunaan energi di dalamnya dengan menggunakan program
simulasi Energy Plus.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang dapat dirumuskan adalah
“bagaimana optimasi sistem pendingin (chiller) di Gedung KH-IPSB3?”

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kalkulasi optimasi pada sistem pendingin chiller agar


kebutuhannya terpenuhi dengan biaya yang minimum tetapi daya yang menjadi
input sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan Gedung Kanal Hubung Instalasi
Penyimpanan Sementara Bahan Bakar nuklir Bekas (KH-IPSB3).

2. Dilakukannya penelitian untuk dapat menjamin bahan bakar nuklir bekas yang
disimpan di dalam kolam penyimpanan sementara sesuai dengan standar IAEA.

1.6 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini memiliki manfaat untuk mengoptimasi sistem pendingin
(chiller) pada Gedung KH-IPSB3 agar kapasitas chiller sesuai dengan kebutuhan
dengan biaya yang minimal dan sesuai standar IAEA. Manfaat lain yaitu mampu
memahami karakteristik chiller dengan siklus kompresi uap.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Optimasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimasi diartikan sebagai
pengoptimalan yaitu proses, cara, pembuatan untuk menghasilkan sesuatu
yang berupa sebuah desain, sistem atau bahkan keputusan untuk menjadi lebih
sempurna, efektif dan fungsional. Kemudian menurut Sugioko:2013
mengatakan bahwa “optimasi adalah suatu disiplin ilmu dalam matematika
yang fokus untuk mendapatkan nilai minimal atau maksimal secara sistematis
dari suatu fungsi, peluang, maupun pencarian nilai lainnya dalam berbagai
kasus.” Dan pengertian optimasi menurut Anthony:2014 mengatakan bahwa
“Teknik optimasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memberikan
hasil yang terbaik yang diinginkan.” Menurut Maharany dan Fajarwati : 2006
menjelaskan bahwa analisis optimasi merupakan suatu proses penguraian data-
data awal dengan menggunakan suatu metode yang sebelumnya. Dalam
pembuatan skripsi ini, optimasi diartikan sebagai suatu proses mengkalkulasi
sistem pendingin chiller agar kebutuhan terpenuhi dengan biaya yang
minimal, tetapi tetap dengan daya yang sesuai kebutuhan yang diperlukan
Gedung Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar nuklir
Bekas (KH-IPSB3).

2.2. Sistem Pendingin (Refrigerasi) Dan Tata Udara


Refrigerasi adalah suatu usaha untuk memelihara tingkat suhu dari suatu
produk atau ruangan agar suhunya lebih rendah dari suhu lingkungan
sekitarnya dangan cara penyerapan panas dari bahan atau ruangan itu, dan
dapat diartikan juga bahwa refrigerasi sebagai suatu pengelolaan terhadap
panas.

Secara umum, prinsip refrigerasi adalah proses penyerapan panas dari


dalam ruangan yang tertutup kedap lalu memindahkan serta mengenyahkan
panas keluar dari ruangan tersebut. Proses merefrigerasi ruangan tersebut perlu
tenaga atau energi, energi yang paling cocok untuk refrigerasi adalah tenaga
listrik untuk menggerakkan kompresor unit refrigerasi.

2.2.1 Siklus Refrigerasi


Sistem pengkondisian udara pada Gedung KH-IPSB3-BATAN
yang diteliti menggunakan siklus kompresi uap. Siklus kompresi uap
didasarkan pada reserved carnot cycle sebagai siklus ideal yang
kemungkinan dikembangkan sampai pada multi stage dan cascade
system. Salah satu kelebihan dari siklus refrigerasi adalah dimensi
mesin refrigerasi berukuran cukup kompak, sehingga tidak
memerlukan ruangan yang besar (Ratiko, 2011).

Gambar 2.1 Siklus Sistem Pendingin


Perpindahan kalor merupakan prinsip utama dari proses dalam siklus
refrigeran ini. Perpindahan kalor baik dari panas ke dingin maupun dari
dingin ke panas dapat terjadi bila ada perbedaan suhu.

Gambar 2.2 Diagram P-h

Proses 1-2, kompresor menaikkan tekanan dan temperature uap


refrigeran. Pada keadaan 2, uap refrigeran berada pada kondisi uap yang
sangat panas. Kemudian proses 2-3, uap refrigeran mulai memasuki
kondensor dan mendapat pendinginan dari kondensor. Pendinginan terjadi
akibat pertukaran kalor antara uap refrigeran dengan fluida luar yaitu udara
lingkungan atau air pendingin. Pada keadaan 3, refrigeran keluar dari
kondensor dalam kondisi cair jenuh. Setelah itu, pada proses 3-4 refrigeran
masuk ke katup ekspansi.
Prinsip dari katup ekspansi yaitu berupa penyempitan daerah aliran
yang berakibat pada penurunan tekanan fluida secara drastis (isoentalpi).
Pada keadaan 4, refrigeran dalam kondisi fasa campuran yaitu cair dan
uap. Refrigeran berada pada tekanan jenuh maka dia akan mengalami
penguapan yang menyerap energi. Kemudian terjadi penyerapan energi
termal dari luar evaporator yang menyebabkan efek pendinginan oleh
mesin pendingin (Ratiko,2011).

2.2.2 Termodinamika Proses Refrigerasi


Proses refrigerasi menggunakan hukum termodinamika yang
berbunyi : “entropi dari sistem tertutup yang tidak berada dalam
kesetimbangan akan cenderung bertambah, mendekati nilai maksimalnya
dalam kesetimbangan.” Yang mempunyai arti yaitu didapatkan bahwa kalor
tidak akan berpindah dengan sendirinya dari tempat yang temperaturnya
lebih tinggi ke tempat yang temperaturnya lebih rendah.
Sebaliknya, kalor akan berpindah dengan sendirinya dari tempat yang
lebih tinggi temperatur ke tempat yang lebih rendah. Karena tekanan dan
temperatur fluida berkaitan erat, maka setiap fluida akan naik
temperaturnya jika tekanannya dinaikkan dan demikian pula sebaliknya.

2.2.3 Komponen Refrigerasi


Mesin refrigerasi saat ini merupakan mesin yang paling banyak
digunakan di dunia industri dengan jenis sistem refrigerasi kompresi uap.
Sistem refrigerasi terdiri dari empat komponen utama, yaitu kompresor,
kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
A. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menggerakkan sistem refrigerasi
untuk dapat mempertahankan suatu perbedaan tekanan antara sisi
tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi dari sistem. Kompresor
berfungsi untuk menghisap dan menekan refrigeran kemudian
memompanya agar dapat bersirkulasi dengan sistem.
Fungsi kompresor adalah menurunkan tekanan refrigeran di
dalam evaporator, sehingga refrigeran berfasa cair di dalam evaporator
dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap panas lebih
banyak dari ruang di dekat evaporator. Fungsi lainnya adalah
menghisap gas refrigeran dari evaporator, dengan suhu rendah dan
tekanan rendah lalu memampatkan gas refrigeran sehingga menjadi gas
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi. Kemudian refrigeran
dialirkan ke kondensor agar gas dapat memberikan panas kepada
media pendingin kondensor dan akan terjadi kondensasi atau proses
pengembunan kalor (Ratiko, 2011).
Di Gedung KH-IPSB3, kompresor yang digunakan pada sistem
pendinginnya adalah tipe sentrifugal yang menggunakan prinsip
konversi energi yaitu merubah energi kinetik menjadi energi tekan
dengan prinsip kerjanya memindahkan fluida kompresibel dari tekanan
rendah ke tekanan lebih tinggi untuk menghasilkan udara bertekanan.

B. Kondensor
Kondensor adalah komponen sistem refrigerasi yang menerima
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan
mengenyahkan panas pengeumbunan itu dengan cara mendinginkan
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas ke titik embunnya dengan
cara mengenyahkan panas sensibelnya. Pengenyahan selanjutnya panas
laten menyebabkan uap itu mengembun menjadi cairan.
Refrigeran didalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang
diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan oleh kompresor.
Kondensor ditempatkan diantara kompresor dan katup ekspansi
sehingga pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Kondensor ditempatkan
di luar ruangan yang sedang didinginkan agar dapat membuang
panasnya ke luar kepada media pendinginnya. Kondensor mempunyai
fungsi yaitu untuk membuang refrigeran dari fasa gas menjadi
refrigeran berfasa cair. Kemudian refrigeran berfasa cair tersebut
mengalir ke evaporator.

C. Katup Ekspansi
Aris Munandar dan Saito : 2005 berpendapat bahwa pada katup
ekspansi digunakan untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan
refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai
tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Pada saat katup
ekspansi membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang
diperlukan oleh evaporator, refrigeran menguap sempurna pada saat
keluar dari evaporator.
Apabila beban pendingin turun atau apabila katup ekspansi
membuka lebih lebar, maka refrigeran di dalam evaporator tidak
menguap sempurna, sehingga refrigeran yang terhisap masuk ke dalam
kompresor mengandung cairan. Jika jumlah refrigeran yang mencair
lebih banyak atau apabila kompresor mengisap cairan, maka akan
terjadi pukulan cairan (liquid hammer) yang dapat ,merusak
kompresor.

D. Evaporator
Aris Munandar dan Saito : 2005 berpendapat bahwa evaporator
berguna untuk menguapkan cairan refrigeran, penguapan refrigeran
akan menyerap panas dari bahan/ruangan, sehingga ruangan menjadi
dingin. Evaporator juga disebut boiler, freezing unit, low side atau
cooling unit. Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap panas dari
udara atau benda di dalam ruangan yang didinginkan. Kemudian
membuang kalor tersebut melalui kondensor di ruang yang tidak
didinginkan.
Kompresor yang sedang bekerja menghisap refrigerant berfasa
gas dari evaporator, sehingga tekanan di dalam evaporator menjadi
rendah. Fungsi evaporator berbanding terbalik dengan kondensor.
Tidak untuk membuang panas ke udara disekitar, tetapi untuk
mengambil panas dari udara di dekatnya. Evaporator diletakkan di
dalam ruangan yang sedang didinginkan, tepatnya diantara katup
ekspansi dan kompresor, sehingga pada sisi tekanan rendah dari sistem.

2.2.4 Sistem Tata Udara


Sistem tata udara adalah suatu sistem yang mengondisikan lingkungan
untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya
secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang diperlukan oleh
orang yang berada di dalam suatu ruangan.
Klasifikasi sistem tata udara berdasarkan beberapa hal, yaitu:
a. Berdasarkan cooling load (beban pendingin)
- AC Window/mini split AC untuk beban dibawah 5 PK. Beban
pendingin kecil karena ruang yang dikondisikan relatif kecil.
- AC Central/unit Split Duct untuk beban di antara 5 PK – 25 PK.
Beban pendingin yang lebih besar karena ruang yang dikondisikan
lebih besar yaitu terdiri dari beberapa ruangan.

b. Berdasarkan media Pelepas kalor


- Air Cooled
Media untuk mendinginkan unit kondensor adalah udara. Tipe
peralatan tata udara dengan pendinginan udara ini adalah pada unit
kecil seperti AC Window, AC mini split, AC split Duct . sedangkan
untuk unit besar disebut Air Cooled Chiller.
- Water Cooled
Media Pelepas kalor untuk mendinginkan unit kondensor ini
adalah air. Tipe peralatan tata udara dengan pendinginan air
biasanya digunakan pada beban pendinginan besar, dimana
ruangan yang dikondisikan luas dan bertingkat. Tipe ini disebut
Water Cooled Chiller.

2.2.5 Performansi Kerja


Performansi kerja setiap mesin dikenal sebagai efisiensi mesin itu
sendiri. Setiap mesin yang bekerja mempunyai performansi yang berbeda-
beda tergantung dari parameter yang mempengaruhi kinerja mesin
tersebut. Parameter yang mempengaruhi kinerja mesin ialah sebagai
berikut:
a. Cooling Load
Cooling load atau beban pendinginan merupakan jumlah kalor
yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian udara dari ruangan ke
tempat-tempat lain setiap harinya. Beban pendinginan terdiri atas kalor
yang berasal dari ruangan itu sendiri. Udara panas yang ada di dalam
ruangan diambil oleh Air Handling Unit, kemudian air dihangatkan
pada sistem tata udara yang selanjutnya air tersebut masuk ke dalam
evaporator.
Cooling Load = ΔT chilled water x flow chilled water
Flow Chilled Water merupakan debit air yang melewati
evaporator. Air yang mengalir melewati evaporator ini akan kehilangan
kalor karena terserap refrigeran berfasa gas. Ketika melewati
evaporator, air membawa kalor yang tinggi dengan tekanan yang tinggi
kemudian akan keluar dari evaporator dan air telah kehilangan kalor
dan tekanan sehingga suhu dan teknanan menjadi rendah karena telah
diambil oleh refrigeran sehingga debit air akan lebih tinggi.

b. Power Motor Kompresor


Power motor kompresor atau sebagai daya masukan (input)
sistem pendingin chiller. Berfungsi untuk menentukan besar sistem
pendingin chiller untuk dapat menghasilkan efek pendinginan. Efek
pendinginan atau biasa disebut cooling load adalah daya keluaran
(output) dari sistem pendingin.

c. Coefficient of Performance (COP) / Koefisien Kinerja


Efisiensi mesin pendingin atau lebih dikenal dengan
Coefficient of Perfomance. COP merupakan ukuran standar efisiensi
refrigerasi untuk sistem refrigerasi yang ideal. Untuk mendapatkan
COP yaitu dengan melakukan perbandingan antara kapasitas pendingin
dengan konsumsi daya kompresor. Kapasitas pendingin dipengaruhi
oleh temperature leaving, return evaporator dan flow chilled water.
Semakin tinggi COP suatu mesin, maka mesin tersebut semakin efisien
(Azridjal Aziz,, dkk. 2015).

2.3 Chiller
2.3.1 Sistem
Chiller merupakan mesin pendingin yang berguna untuk mendinginkan
air pada sisi evaporatornya. Air yang dihasilkan selanjutnya disalurkan ke
mesin penukar panas. Chiller terdiri dari beberapa komponen yang
menjadi satu yaitu, kompresor, kondensor, katup ekspansi filter dryer dan
evaporator. Untuk menyalurkan air dingin hasil produksi chiller
digunakan pompa yang mendistribusikan air ke beban pendinginan yaitu
cooling coil pada Air Handling Unit (Ma'ruf Fauzi Rahman dan Budiharjo
2014).
Chiller akan bekerja terus menerus karena air pendingin tersebut juga
terus disirkulasi oleh pompa sirkulasi. Air hasil pendinginan chiller akan
ditampung di dalam sebuah bak penampungan. Air yang ditampung
tersebut, kemudian digunakan untuk mendinginkan ruangan-ruangan
(Siregar, Juneven Sabar M. Siregar, 1997).

2.3.2 Air Handling Unit (AHU)


Air Handling Unit atau disebut juga unit pengolahan Udara merupakan
unit sistem yang menghantarkan udara panas atau dingin ke ruangan yang
akan dikondisikan. Agar dapat menyalurkan udara dingin, maka biasanya
disetiap tingkat Gedung terdapat AHU sentral untuk menyalurkan udara
dingin ke ruangan-ruangan tersebut.
Dengan bantuan lorong udara (ducting), udara yang ditiup oleh blower
masuk ke ruangan-ruangan yang akan dikondisikan melalui diffuser.
Setelah itu, udara yang ditiup oleh blower melalui diffuser akan bercampur
dengan udara di ruangan tersebut (K. Sumeru,2018).

2.3.3 Spesifikasi Chiller Pada KH-IPSB3


Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas
nuklir (KH-IPSB3) merupakan sebuah Gedung yang terletak di Kawasan
PUSPIPTEK-BATAN Serpong tepatnya berada di Gedung 38. Gedung ini
berfungsi untuk tempat penyimpanan bahan bakar bekas nuklir yang
disimpan didalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas sementara. Jadi,
setelah keluar dari reaktor, bahan bakar harus didinginkan terlebih dahulu di
kolam penyimpanan agar energi yang dihasilkan di dalam reaktor
terdistribusi secara merata sebelum bahan bakar tersebut dipindahkan ke
tempat penyimpanan kering (dry cast storage) (Ratiko,2012).
Chiller pada KH-IPSB3 memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Merk : Carrier
Jenis : 30GT-060-910
Nomor File : 1996F06291
Refrigerant : R-22
Frekuensi : 50 Hz
Output Power : 746 kW

2.4. R-22
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair
menjadi uap dan sebaliknya, apabila kondisi tekanan dan temperaturnya
diubah (Azridjal Aziz, dkk. 2015). Refrigeran juga disebut sebagai agen
pendingin dengan cara menyerap panas dari zat atau benda lain. Refrigeran
merupakan zat yang bersirkulasi secara terus-menerus melewati komponen
utama (Heru Setiawan, 2015). Refrigeran tidak akan berkurang jika tidak
terjadi kebocoran pada sistem. Saat melewati komponen utama, refrigeran
akan mengalami perubahan wujud, temperatur dan tekanan. Sirkulasi
refrigeran disebut siklus refrigerasi kompresi uap (Terry Gunawan dkk, 2014).
R-22 merupakan refrigeran jenis CFC (cloro fluoro carbon) yang
memiliki sifat yang baik dari segi teknik seperti punya kestabilan yang
tinggi, tidak mudah terbakar dan mudah diperoleh (Arijanto dan Ojo Kurdi,
2015). Refrigeran ini banyak digunakan untuk mendapatkan temperatur
yang rendah pada saat proses kompresi, dalam sistem pengkondisian dan
pompa panas.

2.5. IAEA
International Atomic Energy Agency (IAEA) badan organisasi
internasional, yang bekerja dalam bidang nuklir. Badan atom internasional ini
untuk bekerjasama dengan negara-negara anggota dan organisasi-organisasi
yang meliputi seluruh dunia untuk mempromosikan penggunaan teknologi
nuklir yang aman, terjamin dan damai. IAEA sangat berkaitan dengan
teknologi nuklir dan aplikasi yang kontorversial, baik sebagai senjata atau
sebagai alat yang praktis dan berguna (Oktavianus Gery Altando, 2013).
Berkaitan dengan itu, setiap lingkungan instalasi nuklir harus memiliki izin
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sebelum melakukan kegiatan.
Izin yang dikeluarkan, diberikan secara bertahap dimulai dari kegiatan
mendesain, kegiatan konstruksi dan kegiatan operasi. Aspek-aspek utama
yang ditinjau dalam pemberian izin yaitu keselamatan pekerja, keselamatan
instalasi dan juga keselamatan lingkungan (Indro Yuwono, 1997).

2.6. Kerangka Berpikir


Penggunaan chiller tidak terus menerus dalam keadaan kerja yang penuh
dikarenakan ada perbedaan kinerja chiller antara pagi, siang dan malam hari.
Gedung KH-IPSB3 saat ini memiliki chiller yang sudah dapat
mengkondisikan ruangan yang ada di Gedung IPSB3. Tetapi kapasitas chiller
yang ada saat ini cukup besar dan menyebabkan pengeluaran biaya untuk
penggunaan sistem pendingin yang besar pula. Untuk itu, perlu dilakukan
pengoptimasian pada chiller tersebut agar meminimalisir biaya yang
dikeluarkan tetapi kapasitas tetap sesuai dengan yang dibutuhkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian : Gedung Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementara
Bahan Bakar Bekas di Kawasan PUSPIPTEK-BATAN Serpong
Gedung 38 Setu, Tangerang Selatan, Banten.
Waktu Penelitian : Januari – Maret 2020

3.2 Desain dan Metode Penelitian


Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yang dapat
membantu dalam penelitian ini. Metode tersebut adalah sebagai berikut :
3.2.1 Metode Kajian Pustaka
1.2.1 Metode Eksperimen

3.3 Alat Dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
3.3.1 Perangkat Lunak
1. Energy Plus
Energy Plus merupakan suatu program simulasi energi dan beban dari
program BLAST (Building Loads Analysis and System Thermodynamics)
yang telah dikembangkan sejak tahun 1980. EnergyPlus bertujuan untuk
merancang permodelan suatu bangunan, mengembangkan biaya operasi
serta mengoptimalkan kinerja energi pada bangunan.
Energy Plus merupakan suatu program yang melakukan simulasi
beban termal serta analisis energi berdasarkan penggunaan bangunan dan
sistem mekanik elektriknya untuk mengkondisikan udara di dalam
bangunan (Arvin Primo,2011). Kegunaan lainnya yaitu dapat menghitung
konsumsi energi dari berbagai peralatan yang digunakan di dalam
bangunan tersebut.
2. Matlab
Matlab atau Matrix Laboratory yaitu software yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan perhitungan
matematika, simulasi serta pemodelan dan dapat membuat grafik untuk
keperluan Teknik dan sains (Supardi, 2013) (Masduki Zakaria, 2013).
3. Google SketchUp
Google Sketch Up merupakan program yang digunakan untuk
membuat bentuk-bentuk geometri suatu bangunan. Software ini
memudahkan penulis untuk membuat zona pada suatu bangunan serta
permukaan dan juga penestrasi (pintu, jendela, dst) dengan detail (Arvin
Primo,2011).

3.3.2 Alat Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. HIOKI 9661 Clamp On Sensor
HIOKI 3197 Power Quality Analyzer merupakan alat yang dapat
mengukur arus, tegangan, daya, faktor daya dan frekuensi. Alat ukur ini
memiliki panduan manual book agar penulis dapat melakukan pengukuran
dengan cara dan tahapan yang benar agar tidak merusak alat yang dipakai
dalam proses pengukuran (Panji Subangkit Suganda, 2016).
2. Laptop
3. Kamera
4. Buku dan jurnal sebagai referensi

3.4 Pelaksanaan Eksperimen


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K., 2010. Efek beban pendingin terhadap performa sistem mesin pendingin.
SMARTek 8.

Aziz, A., Harianto, J., Mainil, A.K., 2015. Performansi Modular Chiller Kapasitas 120 Tr.
Jurnal Mekanikal 6.

Djunaidi, D., Aep Saepudin Catur, A.S.C., 2012. Evaluasi Kegagalan Chiller Penyedia Air
Dingin QKJ 01/02/03 setelah Beroperasi 24 Tahun, in: PROSIDING SEMINAR
NASIONAL TEKNOLOGI DAN APLIKASI REAKTOR NUKLIR. PRSG-BATAN.

Kusuma, M.H., 2017. Disertasi Doktor: Sistem Pendingin Pasif di Kolam Penyimpanan
Bahan Bakar Bekas Nuklir dengan Menggunakan Pipa Kalor. Universitas Indonesia.

Maya Firanti Putri, 2016. Analisis Kinerja Mesin Chiller di Gedung Senayan City.
Universitas Negeri Jakarta.

Nurhadi, F., 2014. Analisis Kinerja Chiller Water Cooled Pada Proyek Scientia Office Park
Serpong. Universitas Mercu Buana.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, n.d. Fasilitas Kanal Hubung – Instalasi Penyimpanan
Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3) [WWW Document]. URL
http://www.batan.go.id/index.php/id/fasilitas-ptlr/3368-fasilitas-kanal-hubung-instalasi-
penyimpanan-sementara-bahan-bakar-bekas-kh-ipsb3-ptlr (accessed 11.24.19).

Rahman, H., 2004. Analisis Kinerja Mesin Chiller Sentrifugal pada Gedung X. Universitas
Indonesia.

Ratiko, 2011. Optimasi Sistem Pengkondisian Udara Untuk Top Coat Booth pada Industri
Otomotif di Indonesia. Universitas Indonesia.

Stoecker, W.F., Jones, W.N., 1982. Refrigeration and Air Conditioning. The McGaw-Hill. Inc.
New York.

Supriyadi, D., 2018. Analisis Kinerja Air Cooler sebagai Dehumidifier pada Air Compressor
System.
Altando, Oktavianus Gery. 2013. Peranan Internasional Atomic Energy Agency Terhadap
Peace-Building Dunia Internasional. Pontianak: Universitas TanjungPura.

Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem Mesin Pendingin.
Palu: Universitas Tadulako.

Arijanto dan Ojo Kurdi. 2015..Pengujian Refrigeran Hycool Hcr-22 Pada Ac Splite Sebagai
Pengganti Freon R-22. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aziz, Azridjal, dkk. 2015. Performansi Modular Chiller Kapasitas 120 TR. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Djunaidi, dkk. 2012. Evaluasi Kegagalan Chiller Penyedia Air Dingin QKJ 01/02/03 Setelah
Beroperasi 24 Tahun. Tangerang Selatan: BATAN.

Gunawan, Terry, dkk. 2014. Uji Eksperimental Mesin Pendingin Berpendingin Air Dengan
Menggunakan Refrigeran R22 Dan Refrigeran R407c. Jakarta: Universitas
Tarumanagara.
Hartanto, Boby Hary dan Azridjal Aziz. 2014. Pengaruh Alat Ekspansi Terhadap Temperatur
Dan Tekanan Pada Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap. Pekanbaru: Universitas
Riau.

Hasan, Syamsuri dkk. 2008. Sistem Refrigerasi dan Tata Udara. Jakarta: BSE.
Iskandar, Soetyono Ch dan Muhsin Z. 2017. Mesin Pendingin. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Nurhadi, Farid. 2014. Analisis Kinerja Chiller Water Cooled Pada Proyek Scientia Office
Park Serpong. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Primo, Arvin. 2011. Optimasi Pemakaian Energi Pada Bangunan Kantor Existing Dengan
Bantuan Software Energy Plus Dan Genopt Mengacu Pada Standar Green Building
Indonesia. Depok: FT-UI.
Putri, Maya Firanti. 2016. Analisis Kinerja Mesin Chiller di Gedung Senayan City. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.

Rahman, Holilul. 2004. Analisis Kinerja Mesin Chiller Sentrifugal pada Gedung X. Depok:
Universitas Indonesia.

Rahman, Ma'ruf Fauzi dan Budiharjo. 2014. Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled
Chiller dan Air Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI 551-591. Depok: FT UI.
Ratiko. 2011. Optimasi Sistem Pengkondisian Udara Untuk Top Coat Booth pada Industri
Otomotif di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Ratiko. 2012. Optimasi Multi Objektif Sistem Pendingin Pada Ruang Penyimpanan Bahan
Bakar Nuklir Bekas Tipe Vault. Tangerang Selatan: PTLR-BATAN.

Setiawan, Heru. 2015. .Pengujian Refrigeran Hycool Hcr-22 Pada Ac Splite Sebagai
Pengganti Freon R-22. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Siregar, Juneven Sabar M. 1997. Studi Perbandingan Chiller Absorpsi Uap Efek Ganda
dengan Chiller Sentrifugal Pendinginan Air. Depok: Universitas Indonesia.

Stoecker, Wilbert F dan Supratman Hara. 1989. Refrigeration and Air Conditioning. Jakarta:
Erlangga.

Suganda, Panji Subangkit. 2016. Simulasi Penggunaan Filter Pasif (Low Pass Filter) Untuk
Mereduksi Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Sumeru, K. 2018. Subcooling Pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap: Aplikasinya Pada
Mesin Pendingin Dan Pengkondisi Udara. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Supardi. 2013. Pemrograman Matlab. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yuwono, Indro. 1997. Analisis Keselamatan Radiasi Di PEBN dalam Rangka Implementasi
Standar ICRP 60. Jakarta: PEBN-BATAN.

Zakaria, Masduki. 2013. Dasar-Dasar Operasi Matlab. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai