DISUSUN OLEH:
NURUL HANIFAH
5315162835
ABSTRAK............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
2.3 Chiller..............................................................................................................13
2.3.1 Sistem....................................................................................................13
2.5 IAEA................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendingin sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, seperti di proses
manufaktur industri, penyimpanan dan pengawetan makanan, perkantoran, instalasi
pembangkit listrik, transportasi, rumah tangga, dan lain sebagainya. Sistem pendingin secara
umum digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan menjadi lebih nyaman bagi manusia,
dan menjaga temperatur peralatan yang beroperasi di industri atau instalasi. Penentuan sistem
pengkondisian udara sangat penting menyangkut efisiensi dan efektivitas peralatan. Dengan
tingkat kenyamanan yang baik, akan meningkatkan kinerja dari manusia maupun mesin yang
digunakan (Nurhadi, 2014; Supriyadi, 2018).
Terdapat 3 kondisi yang sangat penting dalam menentukan tingkat kenyamanan dari
suatu sistem pendingin, yaitu: temperatur, humiditas, dan pergerakan atau aliran udara di
dalam ruangan yang dikondisikan (Stoecker and Jones, 1982). Temperatur udara yang terlalu
tinggi akan mencegah konveksi panas dari tubuh manusia, sedangkan temperatur yang terlalu
rendah akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang berlebihan. Humiditas udara yang
tinggi berarti banyak uap air yang terkandung di dalam udara yang akan mencegah proses
penguapan dari tubuh ke udara sekeliling. Pergerakan udara yang baik sangat menentukan
kualitas udara di dalam ruangan yang dikondisikan (Anwar, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami karakteristik chiller dengan siklus
kompresi uap, dan mengetahui kalkulasi optimasi pada sistem pendingin chiller dalam
memenuhi kebutuhan operasi KH-IPSB3. Kalkulasi ini dibutuhkan agar biaya yang
dikeluarkan untuk pengoperasian chiller menjadi ekonomis namun memenuhi kebutuhan
operasi KH-IPSB3 dan memenuhi kriteria keselamatan yang ditetapkan. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan eksperimen berupa pengukuran
pada panel chiller untuk memperoleh nilai arus, tegangan, daya dan faktor daya
menggunakan alat HIOKI 3197 Power Quality Analyzer; menggambar disain gedung KH-
IPSB3 menggunakan program drawing 3D Google SketchUp; melakukan perhitungan
matematika dan optimasi dengan menggunakan matlab; dan; melakukan simulasi dengan
program Energy Plus guna merancang permodelan suatu bangunan untuk mengetahui biaya
operasi serta penggunaan energinya.
2. Dilakukannya penelitian untuk dapat menjamin bahan bakar nuklir bekas yang
disimpan di dalam kolam penyimpanan sementara sesuai dengan standar IAEA.
B. Kondensor
Kondensor adalah komponen sistem refrigerasi yang menerima
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan
mengenyahkan panas pengeumbunan itu dengan cara mendinginkan
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas ke titik embunnya dengan
cara mengenyahkan panas sensibelnya. Pengenyahan selanjutnya panas
laten menyebabkan uap itu mengembun menjadi cairan.
Refrigeran didalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang
diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan oleh kompresor.
Kondensor ditempatkan diantara kompresor dan katup ekspansi
sehingga pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Kondensor ditempatkan
di luar ruangan yang sedang didinginkan agar dapat membuang
panasnya ke luar kepada media pendinginnya. Kondensor mempunyai
fungsi yaitu untuk membuang refrigeran dari fasa gas menjadi
refrigeran berfasa cair. Kemudian refrigeran berfasa cair tersebut
mengalir ke evaporator.
C. Katup Ekspansi
Aris Munandar dan Saito : 2005 berpendapat bahwa pada katup
ekspansi digunakan untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan
refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai
tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Pada saat katup
ekspansi membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang
diperlukan oleh evaporator, refrigeran menguap sempurna pada saat
keluar dari evaporator.
Apabila beban pendingin turun atau apabila katup ekspansi
membuka lebih lebar, maka refrigeran di dalam evaporator tidak
menguap sempurna, sehingga refrigeran yang terhisap masuk ke dalam
kompresor mengandung cairan. Jika jumlah refrigeran yang mencair
lebih banyak atau apabila kompresor mengisap cairan, maka akan
terjadi pukulan cairan (liquid hammer) yang dapat ,merusak
kompresor.
D. Evaporator
Aris Munandar dan Saito : 2005 berpendapat bahwa evaporator
berguna untuk menguapkan cairan refrigeran, penguapan refrigeran
akan menyerap panas dari bahan/ruangan, sehingga ruangan menjadi
dingin. Evaporator juga disebut boiler, freezing unit, low side atau
cooling unit. Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap panas dari
udara atau benda di dalam ruangan yang didinginkan. Kemudian
membuang kalor tersebut melalui kondensor di ruang yang tidak
didinginkan.
Kompresor yang sedang bekerja menghisap refrigerant berfasa
gas dari evaporator, sehingga tekanan di dalam evaporator menjadi
rendah. Fungsi evaporator berbanding terbalik dengan kondensor.
Tidak untuk membuang panas ke udara disekitar, tetapi untuk
mengambil panas dari udara di dekatnya. Evaporator diletakkan di
dalam ruangan yang sedang didinginkan, tepatnya diantara katup
ekspansi dan kompresor, sehingga pada sisi tekanan rendah dari sistem.
2.3 Chiller
2.3.1 Sistem
Chiller merupakan mesin pendingin yang berguna untuk mendinginkan
air pada sisi evaporatornya. Air yang dihasilkan selanjutnya disalurkan ke
mesin penukar panas. Chiller terdiri dari beberapa komponen yang
menjadi satu yaitu, kompresor, kondensor, katup ekspansi filter dryer dan
evaporator. Untuk menyalurkan air dingin hasil produksi chiller
digunakan pompa yang mendistribusikan air ke beban pendinginan yaitu
cooling coil pada Air Handling Unit (Ma'ruf Fauzi Rahman dan Budiharjo
2014).
Chiller akan bekerja terus menerus karena air pendingin tersebut juga
terus disirkulasi oleh pompa sirkulasi. Air hasil pendinginan chiller akan
ditampung di dalam sebuah bak penampungan. Air yang ditampung
tersebut, kemudian digunakan untuk mendinginkan ruangan-ruangan
(Siregar, Juneven Sabar M. Siregar, 1997).
2.4. R-22
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair
menjadi uap dan sebaliknya, apabila kondisi tekanan dan temperaturnya
diubah (Azridjal Aziz, dkk. 2015). Refrigeran juga disebut sebagai agen
pendingin dengan cara menyerap panas dari zat atau benda lain. Refrigeran
merupakan zat yang bersirkulasi secara terus-menerus melewati komponen
utama (Heru Setiawan, 2015). Refrigeran tidak akan berkurang jika tidak
terjadi kebocoran pada sistem. Saat melewati komponen utama, refrigeran
akan mengalami perubahan wujud, temperatur dan tekanan. Sirkulasi
refrigeran disebut siklus refrigerasi kompresi uap (Terry Gunawan dkk, 2014).
R-22 merupakan refrigeran jenis CFC (cloro fluoro carbon) yang
memiliki sifat yang baik dari segi teknik seperti punya kestabilan yang
tinggi, tidak mudah terbakar dan mudah diperoleh (Arijanto dan Ojo Kurdi,
2015). Refrigeran ini banyak digunakan untuk mendapatkan temperatur
yang rendah pada saat proses kompresi, dalam sistem pengkondisian dan
pompa panas.
2.5. IAEA
International Atomic Energy Agency (IAEA) badan organisasi
internasional, yang bekerja dalam bidang nuklir. Badan atom internasional ini
untuk bekerjasama dengan negara-negara anggota dan organisasi-organisasi
yang meliputi seluruh dunia untuk mempromosikan penggunaan teknologi
nuklir yang aman, terjamin dan damai. IAEA sangat berkaitan dengan
teknologi nuklir dan aplikasi yang kontorversial, baik sebagai senjata atau
sebagai alat yang praktis dan berguna (Oktavianus Gery Altando, 2013).
Berkaitan dengan itu, setiap lingkungan instalasi nuklir harus memiliki izin
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sebelum melakukan kegiatan.
Izin yang dikeluarkan, diberikan secara bertahap dimulai dari kegiatan
mendesain, kegiatan konstruksi dan kegiatan operasi. Aspek-aspek utama
yang ditinjau dalam pemberian izin yaitu keselamatan pekerja, keselamatan
instalasi dan juga keselamatan lingkungan (Indro Yuwono, 1997).
Anwar, K., 2010. Efek beban pendingin terhadap performa sistem mesin pendingin.
SMARTek 8.
Aziz, A., Harianto, J., Mainil, A.K., 2015. Performansi Modular Chiller Kapasitas 120 Tr.
Jurnal Mekanikal 6.
Djunaidi, D., Aep Saepudin Catur, A.S.C., 2012. Evaluasi Kegagalan Chiller Penyedia Air
Dingin QKJ 01/02/03 setelah Beroperasi 24 Tahun, in: PROSIDING SEMINAR
NASIONAL TEKNOLOGI DAN APLIKASI REAKTOR NUKLIR. PRSG-BATAN.
Kusuma, M.H., 2017. Disertasi Doktor: Sistem Pendingin Pasif di Kolam Penyimpanan
Bahan Bakar Bekas Nuklir dengan Menggunakan Pipa Kalor. Universitas Indonesia.
Maya Firanti Putri, 2016. Analisis Kinerja Mesin Chiller di Gedung Senayan City.
Universitas Negeri Jakarta.
Nurhadi, F., 2014. Analisis Kinerja Chiller Water Cooled Pada Proyek Scientia Office Park
Serpong. Universitas Mercu Buana.
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, n.d. Fasilitas Kanal Hubung – Instalasi Penyimpanan
Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3) [WWW Document]. URL
http://www.batan.go.id/index.php/id/fasilitas-ptlr/3368-fasilitas-kanal-hubung-instalasi-
penyimpanan-sementara-bahan-bakar-bekas-kh-ipsb3-ptlr (accessed 11.24.19).
Rahman, H., 2004. Analisis Kinerja Mesin Chiller Sentrifugal pada Gedung X. Universitas
Indonesia.
Ratiko, 2011. Optimasi Sistem Pengkondisian Udara Untuk Top Coat Booth pada Industri
Otomotif di Indonesia. Universitas Indonesia.
Stoecker, W.F., Jones, W.N., 1982. Refrigeration and Air Conditioning. The McGaw-Hill. Inc.
New York.
Supriyadi, D., 2018. Analisis Kinerja Air Cooler sebagai Dehumidifier pada Air Compressor
System.
Altando, Oktavianus Gery. 2013. Peranan Internasional Atomic Energy Agency Terhadap
Peace-Building Dunia Internasional. Pontianak: Universitas TanjungPura.
Anwar, Khairil. 2010. Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem Mesin Pendingin.
Palu: Universitas Tadulako.
Arijanto dan Ojo Kurdi. 2015..Pengujian Refrigeran Hycool Hcr-22 Pada Ac Splite Sebagai
Pengganti Freon R-22. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aziz, Azridjal, dkk. 2015. Performansi Modular Chiller Kapasitas 120 TR. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Djunaidi, dkk. 2012. Evaluasi Kegagalan Chiller Penyedia Air Dingin QKJ 01/02/03 Setelah
Beroperasi 24 Tahun. Tangerang Selatan: BATAN.
Gunawan, Terry, dkk. 2014. Uji Eksperimental Mesin Pendingin Berpendingin Air Dengan
Menggunakan Refrigeran R22 Dan Refrigeran R407c. Jakarta: Universitas
Tarumanagara.
Hartanto, Boby Hary dan Azridjal Aziz. 2014. Pengaruh Alat Ekspansi Terhadap Temperatur
Dan Tekanan Pada Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap. Pekanbaru: Universitas
Riau.
Hasan, Syamsuri dkk. 2008. Sistem Refrigerasi dan Tata Udara. Jakarta: BSE.
Iskandar, Soetyono Ch dan Muhsin Z. 2017. Mesin Pendingin. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Nurhadi, Farid. 2014. Analisis Kinerja Chiller Water Cooled Pada Proyek Scientia Office
Park Serpong. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Primo, Arvin. 2011. Optimasi Pemakaian Energi Pada Bangunan Kantor Existing Dengan
Bantuan Software Energy Plus Dan Genopt Mengacu Pada Standar Green Building
Indonesia. Depok: FT-UI.
Putri, Maya Firanti. 2016. Analisis Kinerja Mesin Chiller di Gedung Senayan City. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Rahman, Holilul. 2004. Analisis Kinerja Mesin Chiller Sentrifugal pada Gedung X. Depok:
Universitas Indonesia.
Rahman, Ma'ruf Fauzi dan Budiharjo. 2014. Desain Fasilitas Uji Kinerja Water-Cooled
Chiller dan Air Cooled Chiller Berdasarkan Standar AHRI 551-591. Depok: FT UI.
Ratiko. 2011. Optimasi Sistem Pengkondisian Udara Untuk Top Coat Booth pada Industri
Otomotif di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Ratiko. 2012. Optimasi Multi Objektif Sistem Pendingin Pada Ruang Penyimpanan Bahan
Bakar Nuklir Bekas Tipe Vault. Tangerang Selatan: PTLR-BATAN.
Setiawan, Heru. 2015. .Pengujian Refrigeran Hycool Hcr-22 Pada Ac Splite Sebagai
Pengganti Freon R-22. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Siregar, Juneven Sabar M. 1997. Studi Perbandingan Chiller Absorpsi Uap Efek Ganda
dengan Chiller Sentrifugal Pendinginan Air. Depok: Universitas Indonesia.
Stoecker, Wilbert F dan Supratman Hara. 1989. Refrigeration and Air Conditioning. Jakarta:
Erlangga.
Suganda, Panji Subangkit. 2016. Simulasi Penggunaan Filter Pasif (Low Pass Filter) Untuk
Mereduksi Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sumeru, K. 2018. Subcooling Pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap: Aplikasinya Pada
Mesin Pendingin Dan Pengkondisi Udara. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Supardi. 2013. Pemrograman Matlab. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yuwono, Indro. 1997. Analisis Keselamatan Radiasi Di PEBN dalam Rangka Implementasi
Standar ICRP 60. Jakarta: PEBN-BATAN.