Oleh :
NIM. K2514057
2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : K2514057
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI
Disusun Oleh :
Tanggal :
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang mana atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan kegiatan dan
laporan Praktik industri di PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR Plant Tambun II ini
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Praktik Industri ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademik di Prodi Pendidikan Teknik Mesin FKIP UNS. Dengan penyusunan
laporan kerja praktik industri ini, penulis mengharapkan dapat memberi sedikit
pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi yang mempelajari tentang teknik
mesin.Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dengan penuh rasa hormat kepada :
1. Bapak Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni FKIP UNS.
2. Bapak Dr. Suharno, ST., M.T. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Teknik
Mesin FKIP UNS.
4. Bapak Ir. Husin Bugis, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Praktik Industri.
5. Bapak Achmed Zaelani, S.IP selaku HRD Tambun Area di PT. Suzuki Indomobil
Motor.
6. Bapak Ari Susanto selaku Asisten Meneger Assy PT. Suzuki Indomobil Motor
Plant II Tambun Bekasi.
iv
9. Semua rekan-rekan Mahasiswa Praktik Industri di PT. Suzuki Indomobil Motor.
penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vi
2.4.2 Fungsi Ekonomi Perusahaan ................................................... 10
vii
3.1.3 Delapan Pilar TPM ................................................................. 30
viii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
baru yang bermunculan, padahal permintaan konsumen tetap atau bahkan semakin
berkurang. Maka dari itu setiap perusahaan manufaktur mengusahakan berbagai
ilmu dan teknologi untuk mendukung proses produksi.
Industri manufaktur khususnya dibagian otomotif saat ini saling
berkompetisi untuk menghasilkan produk yang dapat memuaskan konsumen.
Perusahaan tidak hanya bersaing dibidang kualitas melainkan dari sisi keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Beberapa usaha pun dilakukan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dengan kapasitas produksi yang ada.
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur otomotif
adalah PT. Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II yang berlokasi di Jalan P.
Diponegoro Km 38,2 Tambun, Bekasi yang memproduksi berbagai jenis mobil yaitu
seperti Futura, APV dan Karimun WagonR. Di perusahaan ini terdapat beberapa
departemen yang mempunyai tugasnya masing – masing. Salah satu departemen
yang penting di perusahaan ini adalah departemen assembly yang bertugas dalam
perakitan kendaraan roda empat. Dalam departemen ini terdapat bagian TPM (Total
Productive Maintenanance) yang bertugas merawat dan menjaga produktivitas
mesin utama ataupun mesin penunjang dalam proses produksi agar meminimalkan
biaya produksi serta berupaya untuk meningkatkan kemampuan peralatan atau mesin
secara keseluruhan pada perusahaan. Pada saat melakukan praktik industry penulis
ditempatkan pada bagian Assembly Department yang secara spesifik di bagian TPM
(Total Productive Maintenance) yang merupakan salah satu bagian dari Productivity.
2
3. Apakah permasalahan yang sering terjadi pada saat proses produksi
sedang berlangsung?
4. Bagaimana perawatan torque wrench yang ada di PT. Suzuki Indomobil
Motor?
3
khususnya PT. Suzuki Indomobil Motor
b. Mendapatkan umpan balik (feedback) dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan kualitas mahasiswa
c. Untuk menghasilkan lulusan yang berpengalaman dan berkualitas
dalam bidang industri.
3. Bagi perusahaan
a. Ikut serta dalam dunia pendidikan khususnya untuk menyiapkan
lulusan yang siap kerja dan berkualitas di bidang industri.
b. Dapat menerima saran atau masukan (evaluasi) dari mahasiswa untuk
membantu efisiensi yang ada dalam proses produksi.
c. Sebagai sarana perusahaan mengembangkan teknologi demi kemajuan
perusahaan.
4
BAB II
5
2.2. Lokasi Perusahaan
6
a. Plant Cakung
Plant Cakung sebelumnya dikenal dengan nama PT. Suzuki Indonesia
Manufacturing , PT. Suzuki Engine Industry dan PT. First Chemical Industry
berada di Jalan Raya Penggilingan, Cakung – Jakarta Timur. Berdiri diareal
tanah seluas 80.540 m2 dan didukung oleh oleh ± 634 karyawan. Disini di
produksi berbagai macam Komponen dan Part sepeda Motor dan mobil melalui
proses : Shering, Pressing, Welding, Assembling Engine Bending Buffing,
Machining Die Casting dan lain-lain dengan menggunakan Teknologi Canggih.
Disini pula dirakit berbagai macam peralatan Transmisi dan Kemudi baik sepada
motor maupun mobil.
b. Plant Pulogadung
c. Plant Tambun I
Plant Tambun I sebelumnya dikenal dengan nama PT. Indohero Steel &
Engineering Co. Plant Tambun I mampu menyerap tenaga kerja sebanyak ± 1128
7
orang. Berada di Jalan Raya. Diponegoro Km, 38,2 Bekasi. Disini diproses,
diproduksi, dan dirakit berbagai komponen kendaraan roda dua ( sepeda motor )
merk Suzuki dan disinilah lahir berbagai sepeda Motor Suzuki Type Mutakhir.
d. Plant Tambun II
8
(Motor) antara lain : Sepeda Motor Suzuki RGR 150, Suzuki RC 100 Bravo,
Tornado 110, Shogun 110, Satria 120, Thunder 125 & Thunder 250, Smash 110,
Shogun 125, Satria 150, New Smash, New Shogun, Arasi 125 dan Spin 125.
a. Hidup Layak
b. Bantuan-bantuan
c.Program Training
Suatu program yang sedang giat-giatnya dikembangkan oleh PT.
Suzuki Indomobil Motor dan dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali
dengan mencari lulusan STM yang berbakat dan masih muda tetapi
tidak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi untuk dilatih
menjadi ahli mekanik mobil. Setiap kesempatan disaring sebanyak 30
9
orang dan 5 terbaik akan dikirim ke Jepang dan setelah lulus langsung
disalurkan bekerja.
a. Pengadaan Kendaraan
c. Pembayar Pajak
10
Perusahaan. Struktur organisasi dibentuk dengan maksud agar setiap anggota
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien. Unsur-unsur dasar dari
organisasi adalah :
11
PT. SIM/IMNI ORGANIZATION STRUCTUR
BOARD OF DIRECTOR & DIRECTORATE HEAD LEVEL
HRD & GA
SUBSIDIARIES CONTROL
ADMINISTRATION
INTERNAL AUDIT
INFORMATION
TECHNOLOGI
MARKETING 2W-PROMOTIO
MARKETING 2W-SALES
MARKETING 2W-SERVICE
MARKETING 2W-OUTBOARD
MARKETING,SERVI
BOARD OF PRESIDENT
CE SPARE PARTS
DIRECTORS
VICE
PRESIDENT & SPARE PARTS MARKETING 4W
SALES 4W
SERVICE 4W
PRODUCTION 2W
PRODUCTION 4W
PROCUREMENT &
PPC
Gambar 2.1 Blok struktur organisasai PT. Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II
12
2.6 Tugas dan Wewenang
Dalam suatu organisasi terdapat pembagian kerja untuk masing-masing
bagian sehingga adanya pertanggung jawaban dari bagian tersebut agar
perusahaan dapat berjalan secara terstruktur dan memiliki susunan birokrasi
yang jelas. Untuk setiap bagian dari organisasi, pembagian tugas dan wewenang
harus dilakukan. Hal ini dilakukan supaya tidak adanya kesalahpahaman antara
bagian satu dengan bagian lainnya dalam menjalankan suatu tugas sehingga
perusahaan dapat terus berjalan dengan baik. Maka secara ringkas dapat
disebutkan tugas dan wewenang dari setiap susunan struktur organisasi sebagai
berikut :
a. Board of Directors
Bertugas untuk mengawasi jalannya perusahaan yang dilakukan oleh
presiden direktur dan wakil direktur.
c. Administration Division
Divisi dipimpin oleh seorang managing director yang bertanggung jawab
kepada presiden direktur, tugas dan tanggung jawab utamanya adalah
sebagai pendukung kegiatan divisi lainnya yaitu marketing dan production,
yang mengatur dari mulai kebutuhan sumber daya manusia, pengelolaan
keuangan perusahaan, internal audit, subsidiaries dan juga menangani
kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi perusahaan yang
memiliki tujuan, agar dapat mempercepat proses kinerja perusahaan.
13
d. Marketing Division
Divisi pemasaran dipimpin oleh seorang managing director yang
bertanggung jawab kepada presiden direktur, tugas dan tanggung jawab
utamanya adalah menghasilkan laba bagi perusahaan, dari produk yang
dibuat oleh perusahaan.
e. Production Division
Divisi produksi dipimpin oleh seorang managing director yang bertanggung
jawab kepada presiden direktur, tugas dan tanggung jawab utamanya adalah
mengelola pabrik atau proses produksi yang efisien sehingga menghasilkan
suatu produk yang terbaik bagi perusahaan.
f. HRD
Secara garis besar HRD adalah bagian yang mengurusi semua hal tentang
karyawannya. Berikut ini bebepara tugas dan wewenang dari HRD :
14
Mengambil tindakan yang diperlukan dalam menegakkan peraturan
dan disiplin karyawan.
Mewakili perusahaan dalam melaksanakan hubungan dengan instansi
luar, contohnya yayasan yang menginput karyawan outsourcing, dan
lain-lainnya.
Mengesahkan lembur karyawan di bagiannya.
Mengajukan demosi, promosi dan mutasi karyawan.
Mengajukan permohonan tambahan karyawan kepada pimpinan.
g. Finance & Accounting
Bagian ini mempunyai tugas dan wewenang dalam hal urusan keuangan.
Dimana bagian inilah yang mengatur semua keuangan baik pemasukan
maupun pengeluaran.
a. Section Pressing
Mengurusi kegiatan produksi Pressing untuk membuat atau mencetak
komponen-komponen mobil yang terbuat dari steel plate misalnya pintu,
body mobil dan lainnya dimana pada Pressing terdiri dari empat mesin
yaitu:
15
Drawing : Mencetak bentuk dari dies yang sudah ada dan sesuai
bentuk yang diinginkan
Cutting :Memotong sesuai dengan hasil gambar atau cetak
Holding :Melubangi hasil cetakan sesuai dengan bentuk yang
diinginkan
Finishing : Membuang sisa-sisa bagian yang belum terpotong
Pada Pressing mempunyai lima line yang dibagi menurut besarnya beban
yang diberikan, yaitu :
d. Section Assembling
Mengurusi semua kegiatan perakitan dan mempunyai dua line yang dibagi
menurut tipe mobil yaitu :
16
Line I : line bentuk garis lurus yaitu untuk tipe mobil Grand Vitara,
Swift, Neo Baleno dengan berbagai variannya.
Line G : line bentuk huruf G yaitu untuk tipe mobil APV dan Futura
dengan berbagai variannya.
e. Section Part Inspection
Mengontrol kualitas barang komponen baik komponen local atau yang di
import.
h. Section PPC
Bertanggung jawab dalam mengatur jumlah unit yang akan diproduksi
(jadwal produksi) selama sebulan. PPC juga dalam membuat jumlah
produksi selama sebulan harus memperhatikan atau disesuaikan dengan
kapasitas produksi dari setiap section dan kapasitas dari vendor dalam hal
penyuplai komponen.
i. Section PPIC
Melakukan pemilahan jadwal produksi per bulan menjadi jadwal produksi
harian. Sehingga dapat memperkirakan jumlah unit yang akan diporduksi
setiap harinya dengan melihat kapasitas yang ada serta menentukan perlu
tidaknya waktu overtime, jam lembur serta banyaknya shift kerja untuk
jadwal produksi harian tersebut. Selain itu PPIC dalam menentukan jumlah
17
unit produksi harian juga memperhatikan inventory yang ada sehingga
terdapat kesesuaian jumlah unit yang diproduksi.
TC Curent Model
Bertanggung jawab atas pengontrolan model produk yang sudah ada
sehingga produksi dapat terus berlangsung dengan baik. Pada bagian
ini terdiri dari sub bagian yaitu safety, Quality, Production dan Cost
down.
18
i. Section Power Maintenance
Bertanggung jawab atas pengaturan pemeliharaan peralatan dan sumber
daya yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu bagian ini juga
memeriksi install listrik yang dilakukan oleh vendor.
Untuk setiap sectionnya terdapat kepala section dan PIC. Mereka yang
bertanggung jawab atas jalannya kegiatan produksi di section tersebut
5S 5P
1. 5S
2. 5P
19
3. GDS ( Gerakan Disiplin Suzuki )
6. Usulan
7. Kaizen
8. CS ( Customer Satisfaction )
Secara garis besar proses pembuatan mobil yang ada di PT. Suzuki
Indomobil Motor diawali dengan proses pressing/stamping dimana proses ini
adalah proses pembentukan komponen/part dari material Steel Sheet menjadi
komponen atau part yang sudah terbentuk dengan bantuan mesin press. Setelah
komponen terbentuk komponen tersebut masuk ke proses welding yaitu proses
penyatuan komponen dengan jalan pengelasan sampai terbentuk komponen
white body ( body kosong ), dari white body masuk ke proses painting
(pengecatan ) sehingga body mobil sudah mempunyai warna sesuai yang
diinginkan. Dari proses painting dilanjutkan ke proses Assembling, yaitu proses
penggabungan semua komponen body dengan komponen- komponen yang lain
seperti pemasangan roda, engine, kaca seat (jok) dan komponen lainnya sampai
20
menjadi mobil yang siap pakai. Proses terakhir pada pembuatan mobil adalah
proses Final Inspection dimana mobil yang sudah jadi harus melalui tahap
pemeriksaan dan test sehingga mobil benar-benar lulus uji dan siap dipasarkan
ke konsumen.
Berikut ini gambaran proses pembuatan mobil dari bagian Pressing sampai
bagian Final Inspection :
2.10.1 Pressing
2.10.2 Welding
Proses peyambungan komponen-komponen mobil menjadi unit white
body.
2.10.3 Painting
Proses pelapisan dan pengecatan unit white body menjadi unit paint
body.
2.10.4 Assembling
Proses pemasangan komponen roda, electric, seat, glass, engine, dll
menjadi unit mobil yang siap pakai.
21
karena proses ini berjalan pada line sendiri dan berjalan secara paralel
dengan proses lain. Proses Assembling engine terdiri dari beberapa proses
yaitu :
1. Proses Casting
Yaitu proses pengecoran atau penuangan dari komponen- komponen
melalui proses casting.
2. Proses Machining
Yaitu proses pengerjaan mesin dari material yang dicasting untuk
mendapatkan ukuran sesuai yang diinginkan.
3. Sub Assembling
Yaitu proses assembling dari part-part engine sebelum masuk ke line
assembling.
4. Assembling
Yaitu proses penggabungan komponen-komponen dari proses
machining dan proses sub assembling himgga dapat unit engine.
5. Quality
Yaitu proses pengecekan dari hasil assembling, dan disini dapat
ditentukan apakah engine layak diteruskan ke proses assembling body.
Berikut ini dapat dilihat alur produksi ( Proceses Squence ) mulai dari awal
produksi sampai mobil siap untuk dipasarkan ke konsumen:
22
Plant Tambun II Plant Cakung
pressing
Assembling Engine
Welding
(In House & Out House)
PRE TREATMENT
SISTEM
CED COAT
TOP COAT
INTERMEDIATE
COAT
ASSEMBLING
INSPECTION FINAL
CBU
2.12 Fasilitas
Gambar 2.2 Alur Produksi Awal Sampai Mobil Dipasarkan Ke Konsumen
23
2.12 Fasilitas
1. Kantor Produksi
Pada area kantor produksi ini terletak di atas section Final Assembling untuk
Repair mobil (Lantai 2). Area kantor mempunyai fasilitas yang cukup lengkap
yaitu adanya meja kerja, kursi, peralatan tulis, telepon untuk masing-masing line,
Air Conditioner (AC), dispenser, komputer untuk masing-masing karyawan,
ruang rapat yang dilengkapi dengan meja dan papan tulis, papan pengumuman,
mesin fotocopy, mesin fax, printer, loker dokumen, area serbaguna yang
dilengkapi dengan meja dan kursi, APAR.
3. Kantin
Terdapat dua jenis kantin, yaitu kantin di dalam pabrik dan kantin di area
parkir pabrik. Untuk area didalam pabrik, merupakan tempat makan yang
diberikan oleh perusahaan karena perusahaan memberikan makan siang kepada
karyawan-karyawannya. Untuk kantin di area parkir, kantin tersebut merupakan
tempat pembelian makanan dan minuman untuk tamu dan karyawan.
4. Area Ibadah
24
Area Ibadah disini berupa musholla yang ditempatkan dekat area produksi,
masjid yang terletak di belakang area produksi. Selain itu diberikan pula area
ibadah seperti kapel untuk umat agama Kristen dan Katolik.
5. Poliklinik
Perusahaan juga memberikan poliklinik yang terdapat di dekat resepsionis
dan area meeting. Poliklinik ini juga tersedia ambulans yang selalu siap sedia
mengantar karyawan yang sakit atau kecelakaan kerja. Di dalam poliklinik
terdapata apotek sekaligus dokter dan perawat yang selalu siap sedia di
poliklinik.
8. Toilet
Terdapat Toilet Pria dan Wanita, dimana jumlah Toilet Wanita lebih sedikit
daripada Toilet Pria. Hal ini dikarenakan 99% karyawan PT. SIM Plant TB II
adalah pria.
9. Area Olahraga
10. Parkir Mobil dan Motor
25
11. Tempat Istirahat Area Produksi
12. Mesin ATM
13. Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS)
14. Telepon Umum
15. Koperasi Karyawan
16. Mesin Absen Manual dan Otomatis
17. Ruang Locker
26
BAB III
LANDASAN TEORI
27
tugas masing-masing sesuai dengan bagiannya. Jishuhozen yang semacam ini
merupakan bagian dari pekerjaan normal para operator, dan oleh sebab itu
secara lengkap berbeda dari jenis gaya sukarela (Roberts, 1997).
Didalam total productive maintenance, seorang operator tidak cuma
mampu untuk memasukan benda kerja dan mengoperasikan mesin untuk
memproses sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, tetapi lebih dari
itu ia juga harus memiliki kewajiban memelihara msin yang dioperasikannya.
Untuk itu ia juga harus menguasai keterampilan dalam pemeliharaan yaitu :
Mendeteksi kondisi abnormal dan meningkatkan kemampuan mesin
2. Kegiatan peningkatan
Merupakan kegiatan peningkatan yang bertujuan
memperpanjang masa pakai mesin, mempersingkat waktu untuk
pemeliharaan dan menyederhanakan pemeliharaan
28
3.1.1 Tujuan dari Total Productive Maintenance
Keinginan yang ingin dicapai dari penerapan TPM adalah agar mesin
peralatan dan dapat mencapai nilai dan hasil produktifitas tinggi dan dapat
dengan mudah merawat dan mengoperasikannya. Ada enam tujuan yang
diinginkan dengan menerapkan Total Productive Maintenance untuk
mencegah terjadi 6 kerugian besar (Six Big Losses) yaitu :
Breakdown
Kerugian akibat Rusaknya Mesin (Peralatan dan Perlengkapan Kerja)
Setup and Adjustments
Kerugian yang diakibatkan perlunya Persiapan ulang peralatan
dan perlengkapan kerja
Small Stops
Kerugian akibat terjadinya gangguan yang menyebabkan mesin
tidak dapat beroperasi secara optimal
Slow Running
Kerugian yang terjadi karena mesin berjalan lambat tidak sesuai
dengan kecepatan yang diinginkan.
Startup Defect
Kerugian yang diakibatkan terjadi cacat produk saat Startup (saat
awal mesin beroperasi)
Production Defect
Kerugian yang terjadi karena banyaknya produk yang cacat
dalam proses produksi.
Selain keenam kerugian yang disebutkan diatas, keuntungan
lain penerapan Total Productive Maintenance (TPM) adalah dapat
menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman bagi karyawannya
29
3.1.2 Peningkatan Kemampuan Dalam TPM
Terdapat tiga tingkatan kemampuan yang terdapat
pada TPM konvensional yaitu :
1.Tingkat perbaikan (Repair Level) : Memperbaiki mesin apabila
ada gangguan atau kerusakan, tetapi tidak dapat meramal masa
depan.
2.Tinkat Pencegahan (Prevention Level) : Dapat mengetahui dan
memperkirakan masalah yang kan terjadi terhadap mesin dan
melakukan tindakan peraikan secepatnya.
3.Tingkat Pengembangan (Improvement Level) : Dapat
mengembangkan dan memperkirakan masalah yang akan terjadi,
mereka tidak hanya melakukan tindakan perbaikan secepatnya tetapi
juga mengusulkan tindakan perbaikan untuk mencegah timbulnya
permasalahan yang sama berulang-ulang
Dalam penerapan TPM, tingkat kemampuan yang harus
dimiliki setiap personil harus pada improvement level. Untuk
mencapai tinkatan ini langkah yang paling tepat yang harus diambil
oleh perusahaan adalah melakuakan pelatihandan latihan dilapangan
kepada setiap personil yang terlibat pada proses produksi.
Pengembangan kemampuan dan latihan dalam ranka meningkatkan
kemampuan mereka sampai pada improvement level juga menjadi
penting karena tingkat keterlibatan mereka dapat makin efektif bila
mereka mempunyai bekal kemampuan yang memedai.
30
pemberian lubrikasi/minyak dan inspeksi mesin. Dengan demikian, operator
atau pekerja yang bersangkutan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi,
meningkatan pengetahuan pekerja terhadap peralatan yang digunakannya.
Dengan Pilar Autonomous Maintenance, Mesin atau peralatan produksi
dapat dipastikan bersih dan terlubrikasi dengan baik serta dapat
mengidentifikasikan potensi kerusakan sebelum terjadinya kerusakan yang
lebih parah.
31
mendapatkan karyawan-karyawan yang bertalenta dalam mendukung kinerja
perusahaan untuk mencapai targetnya
32
7.Safety, Health and Environment (Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan)
33
Mistakes), Yoke = Yokeru = Menghindari (avoid). Poka Yoke adalah suatu
Teknik untuk mengatasi dan menghindari kesalahan sederhana yang
dikarenakan oleh manusia atau pekerja tersebut (Human Error) di tempat kerja
dengan cara mencegahnya langsung dari akar penyebab (root cause) kesalahan
dan menarik perhatian khusus dalam suatu pekerjaan atau tugas sehingga
tidak memiliki kemungkinan untuk membuat kesalahan. Metode Poka Yoke
ini juga merupakan salah satu alat untuk peningkatan kualitas dalam
Metodologi Six Sigma dan Strategi Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)
di Lean Manufacturing. Tujuan dari penerapan metode Poka Yoke adalah
untuk :
Prevent Mistakes
34
Detect Mistakes
35
kerjanya tidak stabil, seperti motor bakar contohnya. upaya membuat lebih
kencang (contohnya tutup bantalan diam poros engkol) dikerjakan ketika suhu
bantalan dingin. sewaktu motor bakarnya dioperasikan, suhu bantalan turut
naik. jika upaya membuat lebih kencang baut pengikat bantalan terlampau
kuat, pemuaian yg tak sama diantara baut dan tutup bantalan dapat memberi
tambahan tegangan yg terajdi pada tangkai baut. kaitannya dengan ini dapat
saja menjadi patah tangkai baut bersangkutan. Untuk menghindari kejadian
seperti ini, pada upaya membuat lebih kencang baut dan mur dipakai kunci
momen.
Adapun fungsi kunci momen atau kunci torsi ini hanya digunakan
dalam pengerjaan akhir dalam rangka menjadikan baut maupun mur lebih
kencang. Sehingga ketika permulaan mengencangkan mur maupun baut hanya
cukup digunakan kunci biasa, baik itu kunci soket, kunci ring hingga kunci
pas. Kemudian jika memang sudah cukup erat baru menggunakan kunci
momen atau kunci torsi untuk mengeratkan dalam proses akhir yang
menyesuaikan nilai kekuatan kencang baut maupun mur
36
Pada model deflecting beam besar ukuran momen kekencangan
ditunjukan oleh sebuah batang penunjuk (jarum penunjuk). Batang penunjuk
akan bergerak dan menunjuk pada skala tertentu seiring dengan besarnya
momen pengencangan yang dilakukan.
Cara penggunaan:
37
Cara Pengunaan :
3. Tarik pengunci
38
range) dengan memutar tuas yang berada pada ujung torque
(dekat dengan hendle torque) searah jarum jam sampai
didapatkan nilai yang sesuai.
Setelah langkah kalibrassi dilakukan barulah torque wrench siap
digunakan. Cara pengoperasian Torque wrench sangatlah mudah yaitu
dengan memasang soket yang ukurannya harus sesuai dengan baut yang
akan dikencangkan pada ujung torque, setelah soket terpasang dengan
benar, gunakan torque tersebut untuk mengencangkan baut sampai
berbunyi suara “klik” sebanyak dua kali. Alat ini hanya boleh digunakan
untuk mengencangkan baut saja, tidak dianjurkan untuk melepas sebuah
baut.
39
BAB IV
HASIL PRAKTIK INDUSTRI
4.1 Proses Perakitan Kendaraan Roda 4 Suzuki
40
menggunakan mesin Press, secara garis besar proses Pressing meliputi
beberapa proses, yaitu :
a. Drawing
b. Trimming
c. Piercing (PC)
d. Bending
e. Restriking
41
a. Proses Front Floor
a. Cat Stoving
42
biasanya menggunakan oven khusus yang digunakan untuk proses
pengeringannya.
b. Cat Poliurethane
4.1.4 Assembling
43
alur assembly berbentuk huruf G dan untuk S-Line alur assembly
berbentuk huruf S. Skema dari proses tersebut akan ditunjukan oleh
Gambar 3.1 yang menunjukan skema assembly di G-line Dan juga
hasil produk dari kedua line itu berbeda, untuk G-Line memproduksi
mobil Futura dan APV. Sedangkan untuk S-Line memproduksi mobil
Karimun Wagon R.
44
Gambar 4.2 Layout Assembling G- Lne
Proses assembling ini meliputi :
a. Chasis
b. Triming
c. Sub Assembling
45
d. Final
a. Toe-In Tester
d. Brake Tester
46
Pada pengetesan ini yang dilakukan adalah pada bagian rem,
yang dilakukan dua tahap pengujian untuk roda depan (LH/RH)
dan rem untuk roda belakang (LH/RH) yang dilakukan secara
bergantian.
e. Shower Tester
47
keseluruhan proses yang ada di G-Line ataupun S-Line menggunakan Alat
Torque wrench dengan menggunakan Tranmitter yang terhubung dengan
konveyor melalui system pokayoke. Secara garis besar prinsip kerja dari
torque wrench dengan menggunakan system pokayoke adalah torque wrench
harus digunakan sesuai dengan bolt dan waktu yang telah disetel dengan
system pokayokenya, apabila operator lupa menggunakan torque makan
conveyor akan otomatis berhenti.
4.2.1 Komponen Sistem Pokayoke
Dalam system pokayoke harus ditunjang dengan berbagai komponen-
komponen yaitu :
1. Torque wrench
Torque Wrench dengan transmitter type T-FH256MC, merk TOHNICHI,
sebenarnya ada bermacam type torque yang bisa digunakan salah satunya
produk dari Atlas Copco, namun demikian produk Atlas Copco masih
menggunakan conecting dengan cable belum ada yang tanpa cable
Wireless, sedangkan dari TOHNICHI sudah mengadopsi sistem wireless.
Dengan wireless memungkinkan proses kerja lebih efisien, sehingga
operator dapat bergerak lebih bebas.
48
Gambar 4.4 Torque Wrench dengan Transmitter tampak atas
49
3. Box Display Pokayoke
Box Display disini berfungsi untuk menampilkan perintah, identitas unit,
jumlah torque yang harus dilakukan juga sebagai monitor, karena display
akan menampilkan angka yang berisi nomer sequence mobil (keterangan
no 1) tersebut serta menampilkan jumlah ID torque yang harus dilakukan
operator(keterangan no 2). Dalam setiap box display terdapat maksimal
ID Torque yang terhubung dengan konveyor.Berikut adalah gambar dari
box display :
2 1
50
berfungsi. Contohnya pada bagian pinggir dari sebuah robot, pada saat
sensor infrared gagal berfungsi untuk mendeteksi adanya halangan, maka
limit switch akan mendeteksi dan memerintahkan motor untuk berhenti
saat terjadi kontak fisik. Pada sistem pokayoke ini limit switch yang
dihubungkan dengan jougle/pitch pada conveyor akan memberikan data
kontak setiap jougle menyentuh limit switch.
51
Gambar 4.10 Bagan pengoperasian Torque wrench
4.2.2 Cara Kerja Sistem Pokayoke
Cara kerja dari system pokayoke ini adalah dengan sebuah limit
switch yang terpasang pada titik/operasi pemasangan bolt tertentu akan
digunakan sebagai pemicu. Ketika limit switch (terjadi contact) tersentuh
jougle/pitch conveyor, maka limit switch mengirimkan signal yang diterima
microcontroller maka lewat microcontroller data tersebut dikirim ke PC
melalui kabel RS232, oleh software pokayoke, akan digunakan sebagai triger
untuk memanggil data Oracle, (ketika unit current sudah dilakukan) dan
oracle akan memberikan data identitas unit oleh “software pokayoke” data
tersebut digunakan untuk memanggil data base acess ( yang berisi data unit
yaitu terdapat jumlah bolt/tightening yang harus dilakukan) yang akan
ditampilkan di display pada Box display dan jumlah tightening yang harus
dilakukan operator.
52
Gambar 4.11 cara kerja torque wrench dengan system pokayoke
4.3 Gejala – Gejala Kerusakan Torque Wrench
Berikut ini adalah analisis gejala- gejala keruskan pada torque wrench :
Tabel 4.1 Gejala kerusakan Torque wrench
Gejala Penyebab Tindakan
Tidak ada baterai Cek baterai apakah ada atau tidak
Status Periksa kapasitas baterai, jika
komunikasi LED Baterai mati lampu berwarna merah berarti ganti
tidak menyala baterai dengan yang baru
setelah torque Jika lampu LED dalam kondisi
wrench menyala berwarna biru berarti ada
Saklar eror
diaktifkan eror di dalam saklar. Perlu
diperbaiki oleh maintenance
Setelah torque Setelan group
Periksa setingan pada kotak box,
wrench aktif salah
jika ada yang salah lakukan
status lampu Setelan ID salah
penyetelan ulang
LED berkedip Memasukan kode
53
merah tiga kali yang salah
Receiver tidak Hidupkan saklar power yang ada
menyala pada receiver ke posisi ON
Masalah
lingkungan Mengubah kelompok
gelombang radio
Ada hubungan
Memastikan bahwa antena untuk
yang buruk antara
receiving sudah dipasang ke
antena ke
konektor.
Recieving
Jika ada tiang atau besi pipa dekat
Instalasi lokasi di
antenna untu receiver segera
Receiving receiver tidak tepat
pindahkan ke tempat berbeda
jaraknya pendek
Ada pemantul
Memindahkan pemantul ke tempat
antara transmitter
yang berbeda
ke receiver
Masalah
lingkungan Mengubah groupnya
gelombang radio
Pengaturan untuk
Setel ulang timer pencegahan ganda
pencegahan timer
Receiver pada alat
tidak tepat
menerima status
Masalah
tidak stabil
lingkungan Mengubah kelompok
gelombang radio
Pengaturan yang Unit ini tidak
tidak dapat dalam mode Merubah ke mode pengaturan
diubah pengaturan
54
Hanya mengatur ke mode
Beberapa model
pengaturan saja (tidak mengatur ke
berada dalam
mode lain pada saat system
mode pengaturan
berjalan)
55
konek
8 28/12/2016 Trimming 2 2 Torque final st 24 eror/ tidak 3
berhenti konek transmitter
TOTAL WAKTU TROUBLE = 15
56
yang digunakannya. Torque yang digunakan untuk memukul bisa
menyebabkan erornya sebuah transmitter, karena transmitter disini terdiri dari
rangkaian elektronik yang kecil apabila alat ini mendapatkan getaran dari
luar(pada saat memukul) bisa berdampak rusaknya transmitter . Oleh sebab itu
guna mencegah Transmitter agar tidak cepat rusak harusnya seorang leader
mengingatkan operator agar tida menyalahgunakan torque wrenc, akan tetapi
operator masih saja mengulangi perbuatannya maka perlu diadakannya
pelatihan ulang(Re-Training) kepada operator yang dirasa kurang begitu
memahami tentang alat – alat kerja.
2.. Torque Wrench diletakan berdekatan dengan Hand Phone
Cara kerja dari Torque wrench dengan system pokayoke adalah
melalui penghantar sinyal gelombang radio antara transmitter dengan receiver.
Sinyal gelombang radio ini sensitive dengan sinyal yang berada disekitarnya,
walaupun sinyal antara transmitter dan receiver ini sudah diatur dengan baik
akan tetapi sinyal yang berada diantara/ disekitar transmitter dan receiver ini bisa
juga menyebabkan eror pada system. Oleh sebab itu penempatan antara Receiver
dengan transmitter sangatlah diperhatikan, mengingat system ini sangatlah
berguna untuk menunjang human eror pada manusia saat bekerja. Pada proses
Triming 1 station 7-8 perlu dilakukan penataan ulang mengenai penempatan stop
kontak (sumber listrik) dan kesadaran dari operator ntuk meletakkan Hand Phone
pada tempat yang telah disediakan oleh perusahaan.
57
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengamatan perakitan mobil dan analisis data yang di
peroleh di assembling G-Line PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II
adalah sebagai berikut :
1) Mobil yang di produksi di plant tambun II yaitu Karimun wagon, future,
APV . Proses produksi kendaraan roda 4 di plant tambun II memiliki
beberapa proses. Antara lain :
a. Pressing
b. Welding
c. Painting
d. Assembling
e. Final Inspection
2) Proses assembly line ada 2 jenis yaitu proses assembly S-Line dan Proses
Assembly G-Line. Proses assembly G-Line memproduksi 2 Mobil yaitu
APV dan Futura. Proses assembly G-line antara lain :
a. PBS/AB ON
b. Trimming 1
c. Chassis 1
d. Trimming 2
e. Chasssis 2
f. Final
3) Penggunaan torque wrench dengan system pokayoke sangatlah efektif
untuk mengurangi human eror pada saat proses produksi berjalan.
58
4) Total Productive maintenance bertujuan merawat dan memelihara semua
mesin dan alat pendukung proses produksi yang ada pada PT Suzuki
Indomobil Motor.
5) Salah satu factor yang menghambat proses produksi adalah sering rusak/
erornya torque wrench pada saat digunakan, hal ini dikarenakan batrai
habis dan tidak koneknya transmitter dengan receiver.
6) Perawatan sebuah alat sangatlah diperlukan guna menunjang proses
produksi yang berlangsung..
7) Operatorpun juga harus mempunyai rasa memiliki pada sebuah alat yang
setiap hari dia digunakan, setelah timbul rasa memiliki maka operataor
akan ikut merawat alat tersebut
8) Pada saat berada di lingkungan PT Suzuki Indimobil Motor karyawan dan
tamu harus menggunakan peralatan safety antara lain sarung tangan,
kacamata safety, sepatu safety, dan helm safety. Dan disiapkan alat
pemadam kebakaran.
5.2. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Claudia, (2015), Balancing Process Dan Reduce Man Power Di Trimming
S-Line PT. Suzuki Indomobil Motor, Laporan Kerja Praktik Universitas
Tarumanegara. Jakarta
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-poka-yoke-dan-penerapannya-
dalam-produksi/.html (Diakses Tanggal 2 Februari 2017 Pukul 11.34 WIB)
http://dunia-ilmu-teknik.blogspot.co.id/2015/11/kunci-momen-pengertian-fungsi-
kunci.html (Diakses Tanggal 2 Februari 2017 Pukul 11.37 WIB)
60